76 478 1 PB
76 478 1 PB
76 478 1 PB
ABSTRACT
The aims of the research are to know and to analyze the performance of catfish hatchery business
in Desa Maguan viewed from the perspective of finance and non finance. The research use survey
method with qualitative and quantitative descriptive research. The result show that the business
performance is 77,44% in "very healthy" condition with A category. The business in financial
perspective has very good performance with AA category with score 93,75. The strategy in
financial perspective are they need to increase net profit with productive investment (adding pond)
and to minimize costs. From the perspective of customers, this business has a poor performance
compared to other perspectives with the BBB category with a score of 56.25%. The strategy in
customer perspective is they need to enhance customer satisfaction which can be obtained by
looking ahead of product, price, promotion, and place. On the internal business perspective, the
business has a pretty good performance with A category with a score of 70%. The strategy in
internal business perspective are they should be keeping quality standards on fish fry, adding new
pond, and giving aftersales service. In the learning and growth perspective has a very good
performance with the category of AA with a score of 91.7%. The strategy should be achieved to
maintain and to improve learning and growth perspective is improvement of employee’s
satisfaction by giving bonus and accompany employees while they are working.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja usaha pembenihan ikan
lele di Desa Maguan dilihat dari perspektif keuangan dan non keuangan. Penelitian ini
menggunakan metode survei dengan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja usaha 77,44% dalam kondisi "sangat sehat" dengan kategori A.
Perspektif bisnis dalam perspektif keuangan memiliki kinerja yang sangat baik dengan kategori AA
dengan skor 93,75 Strategi dalam perspektif keuangan, mereka perlu meningkatkan laba bersih
dengan investasi produktif (penambahan kolam) dan untuk meminimalkan biaya. Dari perspektif
pelanggan, bisnis ini memiliki kinerja yang buruk dibandingkan dengan perspektif lain dengan
kategori BBB dengan skor dari 56,25%. Strategi dalam perspektif pelanggan, mereka perlu
meningkatkan kepuasan pelanggan yang dapat diperoleh dengan melihat ke depan produk, harga,
promosi, dan tempat. Pada perspektif bisnis internal, bisnis memiliki kinerja yang cukup bagus
dengan kategori A dengan skor 70%. Strategi dalam perspektif bisnis internal adalah mereka
harus menjaga standar kualitas pada ikan goreng, menambahkan kolam baru, dan memberi
layanan panti asuhan. Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja yang
sangat baik dengan kategori AA dengan skor 91,7%. Strategi yang harus dicapai untuk
mempertahankan dan memperbaiki perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah peningkatan
kepuasan karyawan dengan memberi bonus dan menemani karyawan saat mereka bekerja.
Kata kunci: Evaluasi, Kinerja, Usaha Pembenihan Lele, Balanced Score Card
*
Corresponding author’s name: Nina Widyawati Email: [email protected]
Agrobusiness of Fisheries Study Program, Fisheries and Marine Sciece Faculty, Brawijaya University, Veteran Street ,
Malang
Cite this as: Nina Widyawati, Anthon Efani and Tiwi Nurjannati Utami. (2017). The Performance Evaluation of Catfish 68
Hatchery Business in Maguan Village, Ngajum Subdistrict, Malang Regency, East Java. ECSOFiM: Economic and
Social of Fisheries and Marine Journal. Vol 5 (1): 68-77.
Available online at http://ecsofim.ub.ac.id/
Widyawati, N, et al: The Performance Evaluation of Catfish Hatchery Business in Maguan Village...
PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi sehingga produksi ikan
lele semakin meningkat. Berdasarkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat
volume produksi ikan lele pada tahun 2010 sebesar 242.811 ton, meningkat pada tahun 2011
sebesar 337.577 ton, pada tahun 2012 meningkat sebesar 441.217 ton, pada tahun 2013 sebesar
543.774,05 ton dan pada tahun 2014 sebesar 639.206,25 ton (LAKIP KKP, 2014).
Peningkatan produksi ikan lele sebagai ikan konsumsi menyebabkan kebutuhan benih
meningkat sehingga peluang usaha produksi benih ikan lele cukup besar. Dengan adanya peluang
usaha tersebut maka usaha pembenihan yang ada di Desa Maguan mempunyai peluang untuk
dikembangkan ke pasar yang lebih luas karena kebutuhan konsumsi ikan lele meningkat, maka
kebutuhan benih ikan juga akan meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu dilakukan
evaluasi kinerja usaha agar usaha dapat tumbuh dan berkembang.
Untuk mengevaluasi kinerja usaha dapat dilihat dari berbagai perspektif yaitu keuangan
dan non keuangan dengan menggunakan Balanced Scorecard (BSC). Menurut Pramadhany
(2011), manajemen tradisional umumnya menggunakan sistem pengukuran kinerja tradisional
untuk mengukur kinerja. Pengukuran kinerja tradisional lebih menekankan pada aspek keuangan
karena lebih mudah diterapkan sehingga tolak ukur kinerja personal diukur berkaitan dengan
aspek keuangan saja. Sistem ini lazim dilakukan dan mempunyai beberapa kelebihan akan tetapi
karena hanya menitikberatkan pada aspek keuangan tentunya menimbulkan adanya kelemahan.
Pengukuran kinerja berdasar aspek keuangan dianggap tidak mampu menginformasikan upaya-
upaya apa yang harus diambil dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja organisasi serta
dianggap tidak mampu mengukur asset tidak terwujud yang dimiliki organisasi seperti sumberdaya
manusia, kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan. Untuk meningkatkan kinerja organisasi
maka diperlukan suatu sistem yang tidak hanya mengandalkan aspek keuangan saja tetapi juga
memperhatikan aspek-aspek non keuangan.
Balance Score Card (BSC) adalah alat ukur manajemen yang mampu mengimplementasikan
tujuan strategi organisasi melalui empat perspektif dasar (keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal serta pembelajaran dan pertumbuhan) dengan tujuan meningkatkan performa organisasi
dalam jangka panjang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui kinerja usaha
pembenihan ikan lele di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang dengan
menggunakan perspektif keuangan dan non keuangan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengetahui profil usaha pembenihan ikan lele di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten
Malang, (2) mengetahui dan menganalisis kinerja usaha pembenihan ikan lele di Desa Maguan
Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang dari perspektif keuangan, pelanggan, bisnis internal,
pembelajaran dan pertumbuhan, (3) menganalisis strategi untuk peningkatan kinerja usaha
pembenihan ikan lele di Desa Maguan Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang.
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine, Vol.5 No.1, October 2017 69
Widyawati, N, et al: The Performance Evaluation of Catfish Hatchery Business in Maguan Village...
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016 di Desa Maguan Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan pada salah satu usaha dengan skala usaha paling
besar dan berhasil dalam pembenihan ikan lele di Desa Maguan Maguan Kecamatan Ngajum
Kabupaten Malang, yaitu milik Bapak Basori.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan jenis penelitian deskriptif
kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan teknik observasi,
wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Jenis dan sumber data yang digunakan meliputi data
primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Analisis data deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
(1) Mengidentifikasi teknis dari proses pembenihan ikan lele, (2) Mengidentifikasi pelanggan, bisnis
internal, pembelajaran dan pertumbuhan dari usaha pembenihan ikan lele, (3) Menganalisis
strategi peningkatan kinerja usaha pembenihan ikan lele dengan menggunakan perspektif
Balanced Scorcard.
Sedangkan analisis data deskriptif kuantitatif dengan menganalisa keuangan jangka
pendek dan jangka panjang.
Tahapan Balanced Skore Card
Nilai atau Persentase tingkat kepentingan perusahaan dengan melakukan pembobotan
terhadap keempat perspektif BSC dan sasaran-sasaran strategi yang harus ditentukan terlebih
dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan pengukuran. Pembobotan dilakukan agar pengukuran
kinerja dapat memberikan informasi yang terperinci dan terkait langsung dengan kepentingan
perusahaan. Besarnya nilai pembobotan akan berpengaruh nyata terhadap skor akhir pengukuran
kinerja pada perusahaan. Untuk total bobot yang diberikan secara keseluruhan adalah 100
(Ramdhan, 2008).
Rangkuti (2011) menjelaskan dalam bukunya tentang cara menghitung bobot dan skor
menggunakan nilai rata-rata jumlah indikator. Bobot dan Skor BSC dapat dihitung tanpa
memberikan bobot untuk masing-masing indikator. Untuk menghitung Bobot dan Skor BSC
tahapannya adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Mengukur Bobot dan Bobot Indikator. Caranya adalah dengan menghitung banyaknya
indikator dan menghitung bobot indikator berdasarkan nilai rtata-rata bobot untuk
perspektif yang bersangkutan dibagi dengan banyaknya indikator. Misalnya, perspektif
keuangan diberi bobot sebanyak 26 dan jumlah indikator di perspektif keuangan ini
adalah 4, maka bobot masing-masing indikator pada perspektif keuangan ini adalah
26/4 = 6.5.
Tahap 2: Mengukur skor tertimbang maksimum. Caranya adalah dengan mengalikan jumlah
indikator dengan skor indikator maksimum dan juga bobot indikator.
Tahap 3: Mengukur jumlak skor indikator. Pemberian nilai A = 4, B = 3, C = 2 dan D = 1, untuk
masing-masing indikator adalah berdasarkan empat kriteria masing-masing indikator.
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine, Vol.5 No.1, October 2017 70
Widyawati, N, et al: The Performance Evaluation of Catfish Hatchery Business in Maguan Village...
Tahap 4: Mengukur nilai akhir perkomponen. Caranya adalah dengan membagi skor tertimbang
dengan skor tertimbang maksimum lalu dikali 100 persen.
Tahap 5: Menghitung nilai akhir total. Dengan cara membagi jumlah skor tertimbang dengan
jumlah skor tertimbang maksimum lalu dikalikan 100%.
Selanjutnya dengan kriteria standar kinerja sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria Standar Kinerja
Kondisi Kategori Total Skor
SANGAT SEHAT AAA ≥ 95
AA 80 < TS < 95
A 65 < TS < 80
KURANG SEHAT BBB 50 < TS < 65
BB 40 < TS < 50
B 30 < TS < 40
TIDAK SEHAT CCC 20 < TS < 30
CC 10 < TS < 20
C TS < 10
Sumber: Rangkuti, 2011
jangka pendek dan jangka panjang. Keuangan jangka pendek sebagai berikut: memiliki
keuntungan sebesar Rp. 80.351.400, RC Ratio 2,88 dan rentabilitas sebesar 188%. Sedangkan
keuangan jangka panjang sebagai berikut: memiliki nilai NPV sebesar Rp. 90.906.098,638, net
B/C 1,48, IRR 30% dan PP sebesar 2,3 tahun. Kesimpulan dari analisis keuangan jangka pendek
dan panjang adalah usaha tersebut layak dan menguntungkan untuk dijalankan.
Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan fokus utama adalah bagaimana suatu usaha memperhatikan
pelanggannya karena pelanggan merupakan sumber pendapatan dan salah satu komponen dari
sasaran keuangan usaha (Kaplan dan Norton (1996) dalam Witanti dan Hadiana (2015). Menurut
Lawrance R. Jauch dan William F. Glueck (1994) dalam Junaidi (2002) mengatakan bahwa sektor
pelanggan merupakan salah satu sektor yang paling penting untuk diperhatikan oleh manajemen.
Faktor kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Kinerja pada perspektif pelanggan diukur melalui
jumlah pelanggan baru, jumlah pelanggan yang membeli kembali dan loyalitas pelanggan. Ukuran
dari perspektif pelanggan akan terlihat dari pencapaian (pangsa pasar), kemampuan
mempertahankan pelanggan, kemampuan meningkatkan jumlah pelanggan loyal, tingkat
kepuasan pelanggan dan tingkat profitabilitas pelanggan (Rangkuti. 2011).
Pada usaha ini dalam perspektif pelanggan, telah dilakukan beberapa upaya untuk
memperhatikan pelanggan, akan tetapi masih kurang baik. Upaya yang dilakukan untuk
memperhatikan pelanggan adalah dengan menentukan daerah pemasaran, menentukan jenis
produk, harga produk dan cara pembayaran, dan beberapa kegiatan promosi.
Daerah pemasaran produk pada usaha ini meliputi Pasuruan, Probolinggo, Banyuwangi,
Madura, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Saluran pemasaran secara langsung yaitu konsumen
atau pedagang pengepul langsung datang ke lokasi dan juga pembelian bisa lewat pemesanan
untuk pembeli yang berasal dari luar daerah dengan biaya pengiriman ditanggung oleh pembeli.
Dalam penetapan harga, pemilik usaha menetapkan harga sesuai harga pasar yang berlaku.
Sistem pembayaran yang dilakukan tergantung kesepakatan jual beli antara pemilik usaha dan
konsumen. Promosi yang dilaksanakan oleh pemilik usaha adalah menggunakan media online,
serta dengan mengikuti perlombaan–perlombaan. Akan tetapi dari hasil penelitian terlihat bahwa
upaya-upaya tersebut kurang optimal,terlihat dari jumlah pelanggan atau pangsa tidak meningkat,
kepuasan pelanggan juga kurang maksimal.
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine, Vol.5 No.1, October 2017 72
Widyawati, N, et al: The Performance Evaluation of Catfish Hatchery Business in Maguan Village...
yang baru lebih penting dari pada kemampuan mengelola operasi saat ini. Menurut Junaidi (2012),
proses bisnis internal dengan pendekatan BSC akan mengidentifikasikan proses baru yang harus
dikuasai dengan baik oleh sebuah perusahaan agar dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan
dan finansial. Tujuan proses bisnis internal dalam BSC akan menyoroti berbagai proses penting
yang mendukung keberhasilan strategi perusahaan tersebut. Pendekatan BSC membagi
pengukuran kinerja dalam perspektif proses bisnis internal menjadi tiga bagian yaitu inovasi,
proses operasi dan pelayanan purna jual (Junaidi, 2002).
Dalam persepektif bisnis internal, usaha tersebut telah melakukan proses mulai dari penyiapan
sarana dan prasarana pembenihan serta proses produksi dalam pembenihan dengan cukup baik.
Sarana yang digunakan adalah kolam, indukan dan peralatan diantaranya meliputi dari kakaban,
seser, timba, tanjaran, bak seleksi, sikat dan lainnya Sedangkan prasarana yang digunakan
adalah sistem pengairan, sumber penerangan dan transportasi. Sedangkan proses pembenihan
ikan lele dimulai dari persiapan kolam meliputi pembersihan kolam, pengeringan kolam,
pengecekan dan perbaikan kolam, pengapuran kolam. Proses selanjutnya adalah pemeliharaan
induk, pemijahan, penetasan telur, pendederan I, pendederan II, dan proses berikutnya adalah
pemanenan dan pengangkutan. Telah ada beberapa inovasi terkait sarana dan proses
pembenihan, yaitu kolam semi permanen, dan peralatan yang yang telah mendapatlan sentuhan
teknologi, serta proses pembenihan semi intensif.
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine, Vol.5 No.1, October 2017 73
Widyawati, N, et al: The Performance Evaluation of Catfish Hatchery Business in Maguan Village...
Bisnis Internal 5 20 4 4 80 14 56 70
Pembelajaran 3 15 5 4 60 11 55 91,7
dan
Pertumbuhan
Keterangan:
(a) Jumlah indikator, didapatkan dari jumlah Indikator Kinerja Utama Pendorong (IKUP) dan
Indikator Kinerja Utama Hasil (IKUH).
(b) Bobot, Menurut Ramdhan (2008) untuk total bobot yang diberikan secara keseluruhan adalah
100. Penilaian bobot setiap perspektif sebagai berikut:
1. Perspektif keuangan diberi bobot 35 karena dianggap perspektif ini paling berpengaruh
terhadap usaha pembenihan ini dibuktikan dengan perolehan keuntungan yang tinggi dan
perspektif ini adalah jaminan keberlangsungan hidup suatu usaha.
2. Perspektif pelanggan diberi bobot 30 karena pelanggan atau konsumen dianggap aset
paling penting bagi pelaku usaha, tanpa adanya pelanggan suatu usaha tidak akan dapat
bertahan.
3. Perspektif bisnis internal diberi bobot 20 karena pemilik usaha berharap perlu adanya
penambahan jumlah kolam agar tingkat produksi meningkat sehingga usaha menjadi lebih
besar dari sebelumnya.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan diberi bobot 15 karena pemilik usaha
menganggap masih perlu mempelajarari teknik-teknik pembenihan yang baru agar proses
produksi bisa berjalan secara efisien dan efektif.
(c) Bobot indikator, cara perhitungannya adalah membagi bobot dengan jumlah indikator.
(d) Skor indikator maksimal, Menurut Rangkuti (2011) total skor indikator maksimal adalah 16,
Ini sama dengan jumlah indikator yaitu 16.
(e) Skor Pertimbangan Maksimal, Cara perhitungan Skor Tertimbang Maksimal adalah
mengalikan jumlah indikator dengan bobot indikator dan skor indikator maksimal.
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine, Vol.5 No.1, October 2017 74
Widyawati, N, et al: The Performance Evaluation of Catfish Hatchery Business in Maguan Village...
(f) Jumlah skor indikator, Rincian jumlah skor indikator dapat dilihat pada tabel 9.
(g) Skor pertimbangan, cara perhitungan skor tertimbang adalah mengalikan jumlah skor
indikator dengan bobot indikator.
(h) Nilai akhir komponen (%), cara perhitungan nilai akhir komponen adalah membagi skor
tertimbang dengan skor tertimbang maksimmal kemudian dikali 100%.
Hasil nilai akhir total pada usaha pembenihan ikan lele milik Bapak Basori diperoleh total skor
sebesar 77,44%. Berdasarkan kriteria standar kinerja pada tabel 1 diketahui usaha pembenihan
ikan lele milik Bapak Basori dalam kondisi SANGAT SEHAT dengan kategori A dan baik untuk
dijalankan. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kinerja Usaha
Perspektif keuangan memiliki kinerja sangat baik dengan kategori AA karena memiliki skor
93,75% yang berada pada kondisi SANGAT SEHAT. Hal ini berarti usaha pembenihan ikan lele ini
masih dapat terus mengoptimalkan kinerja keuangan. Adapun strategi yang harus dilakukan untuk
perspektif keuangan adalah meningkatkan perolehan keuntungan dengan cara melakukan
investasi yang produktif berupa penambahan kolam dan meminimalkan penggunaan biaya.
Perspektif pelanggan memiliki kinerja yang kurang baik dibanding perspektif yang lainnya
dengan kategori BBB karena memiliki skor 56,25% yang berada pada kondisi KURANG SEHAT.
Hal ini berarti usaha pembenihan ikan lele ini belum dapat mencapai kinerja pelanggan yang
optimal, dapat dikatakan optimal jika skor mencapai kategori sangat baik.
Adapun strategi yang harus dilakukan untuk perspektif pelanggan adalah meningkatkan
kepuasan pelanggan yang bisa diperoleh dengan cara memperhatikan beberapa hal berikut:
1) Produk yaitu berupa benih ikan lele yang memiliki kualitas yang baik dan tetap
mempertahankan kualitas tersebut agar konsumen atau pelanggan puas dan senang untuk
membeli benih ikan lele. Untuk mempertahankan kualitas benih ikan lele pemilik usaha
memperoleh izin menggunakan induk asli dari BBI Kepanjen yang secara resmi mengeluarkan
induk ikan lele sangkuriang.
2) Harga, dimana harga sangat berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam pembelian
dan untuk menarik minat konsumen perlu adanya potongan harga dalam pembelian. Pada
usaha pembenihan ikan lele ini potongan harga berlaku apabila adanya pembelian di atas
30.000 ekor benih ikan lele maka akan mendapatkan potongan harga sebesar Rp. 15 rupiah.
Dengan adanya potongan harga tersebut diharapkan bisa menarik pelanggan untuk membeli
benih ikan lele.
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine, Vol.5 No.1, October 2017 75
Widyawati, N, et al: The Performance Evaluation of Catfish Hatchery Business in Maguan Village...
kurang baik dibanding perspektif yang lainnya dengan kategori BBB karena memiliki skor 56,25%.
Perspektif bisnis internal memiliki kinerja cukup baik dengan kategori A karena memiliki skor 70%.
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memiliki kinerja sangat baik dengan kategori AA karena
memiliki skor 91,7%. (3) Strategi peningkatan kinerja perspektif keuangan yang harus dilakukan
adalah meningkatkan perolehan laba bersih atau keuntungan dengan cara melakukan investasi
yang produktif (penambahan kolam) dan meminimalisasikan pengguanaan biaya yang tidak perlu.
Adapun strategi peningkatan kinerja perspektif pelanggan dengan memperhatikan produk, harga,
tempat dan promosi. Sedangkan strategi peningkatan kinerja perspektif bisnis internal adalah
dengan menjaga standar kualitas benih ikan lele, menambah kolam baru dan memberikan layanan
purna jual. Kemudian strategi peningkatan kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat
dilakukan dengan beberapa hal yaitu untuk meningkatkan kepuasan karyawan sebaiknya pemilik
usaha memberikan bonus untuk karyawan apabila berhasil melaksanakan pemesanan yang besar.
Untuk keahlian karyawan selain sudah diikutsertakan dalam setiap pelatihan sebaiknya pemilik
usaha masih mendampingi karyawan dalam bekerja dalam artian memberikan arahan yang lebih
baik.
Saran
Saran yang dapat diberikan bagi pemilik usaha adalah (1) Meningkatkan kapasitas produksi
dengan menambah kolam baru yang menghasilkan peningkatan produksi benih ikan lele agar bisa
meningkatkan penjualan dan bisa memenuhi permintaan yang dipesan konsumen. (2) Lebih
meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan seperti meningkatkan kualitas benih dan didukung
dengan promosi. Dengan promosi yang luas maka meningkatkan jumlah konsumen yang akan
membeli. Sedangkan dengan mempertahankan kualitas benih ikan lele agar dapat bertahan di
pasaran dan meminimalkan komplain konsumen atau pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi. 2002. Kontribusi Penerapan Balanced scorecard Terhadap Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
Pramadhany, W.E. Yuzantra. 2011. Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur
Penilaian Kinerja Pada Organisasi Nirlaba. Universitas Diponegoro: Semarang.
Ramdhan, Robby. 2008. Penerapan Konsep Balanced Scor Card dalam Pengukuran Implementasi
Strategi Pada Perusahaan di PT. Agroindo Usaha Jaya, Jakarta. IPB: Bogor.
Rangkuti, Freddy. 2011. SWOT Balanced Scor Card. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Witanti, Wina, Asep H. 2015. Analisa Perencanaan Strategi Pengembangan UMKM Dengan
Pendekatan Balanced Scorecard. Jawa Barat: Universitas Jenderal Achmad Yani.
ECSOFiM Journal of Economic and Social of Fisheries and Marine, Vol.5 No.1, October 2017 77