PENGARUH BALANCED SCORECARD TERHADAP
PENCAPAIAN KINERJA MANAJEMEN PADA RUMAH
SAKIT RAFFLESIA BENGKULU
FUJI ASWARI
CIC111040
S1 EKSTENSI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
ABSTRACT
Rafflesia Hospital, Bengkulu is one hospitals whose main goal is not to
seek profit, but rather the customer service. During the time in assessing
performance, Rafflesia Hospital just focus on the efficiency of fund management
is to evaluate whether the budget of revenues and costs are comparable to the
realization or not. This study aims to determine how hospital performance when
using the Balanced Scorecard. By using the Balanced Scorecard to develop the
hospital expected financial and non financial aspects in conducting performance
appraisals, so that later it is expected that the hospital could become an
institution that can provide satisfaction to our customers, employees who are
highly committed and then will produce an adequate surplus.
Research conducted by collecting data during three years, ie from year
2007 to 2009, using comparative analysis in which researchers evaluated hospital
performance between periods and compared with the previous target has been set
and then given a score according to the criteria. Data were obtained through
library research, secondary data Rafflesia Hospital, Bengkulu. financial
performance measurement viewed from the achievement of revenue and cost
changes, the customer perspective views of customer acquisition, customer
retention, customer satisfaction, internal business process perspective using a
number of complaints, increased revenue, Response Times. While for learning
and growth perspective views of employee retention and employee training.
From the research results using the Balanced Scorecard concept can be
concluded that there was some variation in results. Growth and learning
perspective is still considered to be less, while for three other perspectives are
considered good enough. Thus, the Balanced Scorecard suitable to apply to the
Regional General Hospital, Semarang Tugurejo because the Balanced Scorecard
can provide a better picture of structured and intensive than the traditional system
is still in use today.
Keywords: Performance, Balanced Scorecard, Hospital
v
ABSTRAK
Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu merupakan salah satu rumah sakit swasta
yang tujuan utamanya bukan untuk mencari keuntungan, tetapi lebih kepada jasa
konsumen. Selama ini dalam menilai kinerjanya, Rumah Sakit Rafflesia hanya
berfokus pada efisiensi pengelolaan dana yaitu dengan mengevaluasi anggaran
pendapatan dan biaya apakah sudah dapat dibandingkan dengan realisasinya atau
tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja rumah sakit
apabila menggunakan Balanced Scorecard. Dengan menggunakan Balanced
Scorecard diharapkan rumah sakit dapat mengembangkan aspek keuangan dan
non keuangan dalam melakukan penilaian kinerja, sehingga nantinya diharapkan
bahwa rumah sakit mampu menjadi institusi yang dapat memberikan
kepuasan kepada para konsumen, karyawan yang berkomitmen tinggi dan
kemudian akan menghasilkan surplus yang memadai.
Penelitian dilakukan dengan mengambil data selama 3 tahun, yaitu dari
tahun 2007-2009, menggunakan analisis komparatif dimana peneliti melakukan
evaluasi kinerja rumah sakit antar periode kemudian membandingkan dengan
target yang sebelumnya telah ditetapkan dan kemudian diberi skor sesuai dengan
kriteria. Data diperoleh melalui studi pustaka, data sekunder Rumah Sakit
Rafflesia. pengukuran kinerja keuangan dilihat dari pencapaian pendapatan dan
perubahan biaya, perspektif pelanggan dilihat dari akuisisi pelanggan, retensi
pelanggan, kepuasan pelanggan, perspektif proses Bisnis Internal menggunakan
jumlah penanganan keluhan, peningkatan pendapatan, Respons Times.
Sedangkan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dilihat dari retensi
karyawan dan pelatihan karyawan.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard
dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa variasi pencapaian hasil.
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masih dianggap kurang , sedangkan
untuk 3 perspektif lainnya dianggap sudah cukup baik. Maka, Balanced Scorecard
cocok untuk diterapkan pada Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu karena Balanced
Scorecard dapat memberikan gambaran yang lebih terstruktur dan menyeluruh
dibandingkan dengan sistem tradisional yang masih digunakan sampai saat ini.
Kata kunci : Kinerja, Balanced Scorecard, Rumah Sakit
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
organisasi bisnis. Didalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi
bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen
untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh masing-
masing pusat pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan tolak ukur yang
telah ditetapkan (Widayanto,1993).
Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi
perusahaan karena pengukuran kinerja merupakan usaha memetakan strategi
kedalam tindakan pencapaian target tertentu (Giri, 1998). Sistem pengukuran
kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran
kinerja diperkuat dengan menetapkan reward dan punishment system (Ulum,
2009).
Sistem pengukuran kinerja dalam manajemen tradisional ditekankan pada
aspek keuangan, karena ukuran keuangan ini mudah dilakukan sehingga kinerja
personal yang diukur hanya berkaitan dengan aspek keuangan. Sistem pengukuran
kinerja pada aspek keuangan memang umum dilakukan, ada beberapa kelebihan
dan kelemahan dalam sistem pengukuran tradisional yang menitikberatkan pada
aspek keuangan.
Kelebihannya adalah orientasinya pada keuntungan jangka pendek dan hal
ini akan mendorong manajer lebih banyak memperbaiki kinerja perusahaan jangka
pendek (Wardani dalam Sulastri ,2001).
Kelemahannya adalah terbatas dengan waktu, mengungkapkan prestasi
keuangan yang nyata tanpa dengan adanya suatu pengharapan yang dapat dilihat
dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya prestasi itu sendiri, dan
ketidakmampuan dalam mengukur kinerja harta tak tampak (intangible asset) dan
harta intelektual (sumberdaya manusia) perusahaan (Soetjipto,1997).
Oleh karena adanya beberapa kelemahan tersebut, maka muncul ide untuk
mengukur kinerja non keuangan. Penilaian kinerja dengan menggunakan data non
keuangan, antara lain meliputi: besarnya pangsa pasar dan tingkat
pertumbuhannya, kemampuan perusahaan menghasilkan produk yang digemari
oleh konsumen, pengembangan dan penilaian karyawan termasuk tingkat
perputaran karyawan, citra perusahaan di mata masyarakat, tingkat ketepatan
waktu perusahaan untuk menepati jadwal yang telah ditetapkan, persentase barang
rusak selama produksi, banyaknya keluhan pelanggan dan pemberian garansi bagi
pelanggan (Yuwono, 2003)
Hal ini mendorong Kaplan dan Norton untuk merancang suatu sistem
pengukuran kinerja yang lebih komprehensif yang disebut dengan Balanced
Scorecard. Balanced Scorecard memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak
manajemen untuk menerjemahkan misi dan strategi organisasi kedalam tujuan-
tujuan dan ukuran-ukuran yang dapat dilihat dari empat perspektif (Kaplan dan
Norton,1996). Keempat perspektif itu dimaksudkan untuk menjelaskan
penampilan suatu organisasi dari empat titik pandang berikut ini (Kaplan dan
Norton,1992).
1. Perspektif Keuangan, untuk menjawab pertanyaan : untuk mencapai
sukses secara finansial, kinerja keuangan organisasi yang bagaimanakah
yang patut ditunjukkan kepada pemilik organisasi?
2. Perspektif Pelanggan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana
penampilan organisasi di mata pelanggan?
3. Perspektif Proses Bisnis Internal, untuk menjawab pertanyaan : untuk
memuaskan para pemilik organisasi dan para pelanggan, proses bisnis
mana yang harus diunggulkan?
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, untuk menjawab pertanyaan :
bagaimana organisasi mempertahankan kemampuan sehingga organisasi
terus berubah dan menjadi lebih baik?
Pada dasarnya, pengembangan Balanced Scorecard baik pada sektor
swasta maupun publik dimaksudkan untuk memberikan kepuasan bagi para
pelanggan. Perbedaannya dapat dilihat dari tujuan maupun pihak-pihak yang
berkepentingan. Penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan
untuk meningkatkan persaingan (competitiveness), sedangkan untuk sektor publik
lebih menekankan pada nilai misi dan pencapaian (mission, value, effectiveness).
Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis akan mengutamakan keuntungan,
pertumbuhan dan pangsa pasar sedangkan sektor publik dimaksudkan untuk
pengukuran produktivitas dan tingkat efisiensi. Demikian juga halnya dengan
pihak-pihak yang berkepentingan, sektor bisnis akan lebih mengutamakan para
pemegang saham, pembeli dan manajemen, sedangkan untuk sektor publik akan
meliputi para pembayar pajak, pengguna jasa, legislatif (Machfud dalam Frenny,
2009).
Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor publik karena
Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif-finansial,
tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal tersebut sejalan dengan sektor
publik yang menempatkan laba bukan hanya sebagai ukuran kinerja utama, namun
pelayanan yang cenderung bersifat kualitatif dan non keuangan (Mahmudi, 2007).
Rumah sakit merupakan salah satu instansi yang bergerak di bidang
sektor publik dalam hal jasa kesehatan. Kegiatan usaha rumah sakit bersifat
sosial dan ekonomi yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi
masyarakat. Rumah sakit harus mampu memberikan pertanggungjawaban baik
secara keuangan maupun non keuangan kepada masyarakat sebagai pengguna
jasa. Oleh karena itu perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang mencakup
semua aspek. Balanced Scorecard merupakan pilihan yang tepat untuk
melakukan pengukuran kinerja baik dari aspek keuangan maupun non
keuangan.
Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu merupakan salah satu rumah sakit
swasta. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Rumah Sakit Rafflesia menunjukkan
perkembangan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat indeks kepuasan
masyarakat menunjukkan angka baik, kemudian meningkatnya jumlah kunjungan
pasien baik rawat inap maupun rawat jalan dan adanya pertumbuhan pendapatan.
Pengukuran kinerja tersebut masih didasarkan pada standar nasional pelayanan
yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Jika tingkat persentase kinerja yang
diperoleh rumah sakit tersebut masih berada diantara standar nasional tersebut,
maka kinerja rumah sakit tersebut dikatakan baik. Padahal masih ada faktor-faktor
lain yang masih dapat dijadikan ukuran untuk menyatakan apakah kinerja rumah
sakit tersebut sudah dapat dikatakan baik atau buruk. Untuk itulah diperlukan
adanya pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard, dimana alat
pengukuran kinerja ini mencakup semua aspek yang kemudian dikelompokkan
menjadi empat perspektif utama yaitu: perspektif keuangan, perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif
pelanggan. Adanya fakta bahwa banyak perusahaan yang mengadopsi konsep
Balanced Scorecard menunjukkan banyak perubahan yang signifikan, yaitu :
manajemen semakin berorientasi pada pelanggan, waktu respon terhadap
pelanggan semakin cepat, perbaikan kualitas produk, penekanan pada kerja tim
dan manajemen lebih berorientasi pada masa depan (Mahmudi, 2007).
Dengan dasar tersebut, maka penulis ingin menerapkan elemen-elemen
Balanced Scorecard untuk mengukur berbagai yaitu aspek keuangan, aspek
pelanggan, aspek bisnis internal dan aspek pembelajaran dan pertumbuhan
berdasarkan visi, misi dan tujuan yang dijabarkan dalam strategi perusahaan dan
nantinya setelah aspek-aspek non finansial tersebut diukur, diharapkan dapat
membuat pengukuran kinerja di Rumah Sakit Bengkulu menjadi lebih baik dari
yang ada sekarang. Dengan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
membahas mengenai “ Pengaruh Balanced Scorecard terhadap Pencapaian
Kinerja Manajemen pada Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu ”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini :
a. Apakah kinerja Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu sudah dapat dikatakan
baik berdasarkan penerapan elemen-elemen dalam Balanced Scorecard?
b. Apakah ada beda antara pengukuran kinerja tradisional dengan Balanced
Scorecard?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diidentifikasi diatas, maka penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan:
1) Mengetahui bagaimana jika elemen Balanced Scorecard diterapkan
di Rumah Sakit Rafflesia Bengkulu.
2) Mengetahui perbedaan antara pengukuran kinerja tradisional
dengan Balanced Scorecard.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi Akademik
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai penilaian kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard.
2. Bagi Pihak Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu rumah sakit sebagai
organisasi sektor publik dalam melakukan pengukuran kinerja yang
mampu mencerminkan seluruh aspek baik dengan menggunakan konsep
Balanced Scorecard yang mungkin dapat diterapkan di masa yang akan
datang.