79-Article Text-247-1-10-20220604
79-Article Text-247-1-10-20220604
79-Article Text-247-1-10-20220604
ABSTRAK
Elderly is a population at high risk of experiencing hypertension due to the aging process. The
treatment of hypertension in the elderly is not effective yet, because it only reduces hypertension by 8%, the
disease often recurs and requires a long process. Dry cupping therapy is one of the non-pharmacological
therapies that are safe and fast through the skin suctioning techniques to reduce blood pressure in the
elderly. This study aims to determine the description of the application of dry cupping therapy in reducing
blood pressure in the elderly with hypertension in the Rowosari Community Health Center Semarang. This
type of research is descriptive research with a case study approach. Subjects used were 2 respondents with
criteria of age > 60 years, had first-degree hypertension, and were able to self-care. Blood pressure
measurement using a sphygmomanometer. Dry cupping therapy interventions carried out for ± 15-30
minutes once a day. The results of data analysis showed that subject I decreased blood pressure from
150/90 mmHg to 140/90 mmHg and subject II decreased blood pressure from 150/90 mmHg to 140/80
mmHg. The conclusion of this study is dry cupping therapy influences in reducing blood pressure in the
elderly with hypertension and is recommended as a nursing intervention in the management of blood
pressure in the elderly with hypertension.
Abstrak
Lansia merupakan populasi yang beresiko tinggi mengalami hipertensi karena adanya ageing
process. Penanganan hipertensi untuk lansia yang dilakukan saat ini belum efektif, karena hanya
menurunkan hipertensi sebesar 8%, penyakit sering kambuh dan memerlukan proses yang lama. Terapi
bekam kering merupakan salah satu terapi non farmakologi yang aman dan cepat melalui teknik
penyedotan kulit untuk menurunkan tekanan darah pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran penerapan terapi bekam kering dalam menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
di Wilayah Binaan Puskesmas Rowosari Semarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan metode pendekatan studi kasus. Subjek yang digunakan sejumlah 2 responden dengan
kriteria usia > 60 tahun, mengalami hipertensi derajat 1, dan mampu perawatan mandiri. Pengukuran
tekanan darah menggunakan sphygmomanometer. Intervensi terapi bekam kering dilakukan selama ± 15-30
menit sekali dalam sehari. Hasil analisa data didapatkan subjek I mengalami penurunan tekanan darah dari
150/90 mmHg menjadi 140/90 mmHg dan subjek II mengalami penurunan tekanan darah dari 150/90
mmHg menjadi 140/80 mmHg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi bekam kering berpengaruh
Received Oktober 30, 2021; Revised September 2, 2021; Accepted September 22, 2021
62
dalam menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dan direkomendasikan sebagai intervensi
keperawatan dalam manajemen tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
1. PENDAHULUAN
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan
anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.1 Keluarga merupakan sistem terbuka sehingga di
dalam keluarga memiliki beberapa fungsi keluarga yang harus dijalankan, salah satunya adalah fungsi
perawatan kesehatan keluarga yang berfungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
sehingga mencegah terjadinya sakit. Fungsi keperawatan kesehatan keluarga ini akan mempengaruhi status
kesehatan seluruh anggota keluarga khususnya pada lansia.2
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.3 Menua merupakan proses
yang alamiah hilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan organ tubuh untuk mempertahankan
fungsi normal tubuh. Seiring bertambahnya usia timbul perubahan sebagai akibat proses menua (agging
process), meliputi perubahan fisik, mental, spiritual, dan psikososial.4 Berbagai sistem tubuh mengalami
perubahan, salah satunya sistem kardiovaskular yang mengakibatkan katup jantung menebal dan menjadi
kaku, elastisitas dinding aorta menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun, dan meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer. Hal ini yang menyebabkan lansia cenderung mengalami kenaikan
tekanan darah dan mengidap hipertensi.5
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik sedikitnya 90 mmHg.6 Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah pada
pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode.7 Secara umum, hipertensi merupakan
penyakit tanpa gejala dimana orang-orang menganggap bahwa gejala yang terjadi merupakan sakit biasa,
karena gejala klinis yanng timbul pada hipertensi antara lain tengkuk terasa pegal, pusing, mual muntah,
tekanan darah tinggi, sakit kepala.8
Hipertensi menjadi masalah global yang signifikan, menurut data World Health Organization
(WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi.9 Prevalensi
hipertensi di Indonesia oleh riset kesehatan dasar 2018 untuk usia ≥ 18 tahun terdapat 34,1%.10 Pada
populasi lansia umur ≥ 60 tahun, prevalensi untuk hipertensi sebesar 65,4%.11 Hasil persentase hipertensi
menurut riset profil kesehatan di Provinsi Jawa Tengah pada usia > 18 tahun di Provinsi Jawa Tengah 2018
sebanyak 1.377.356 orang atau 15,14% dinyatakan hipertensi. Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten
Semarang tahun 2018 terdapat hasil presentasi hipertensi sebanyak 6.31% penduduk dari keseluruhan
jumlah penduduk di Kota Semarang terserang hipertensi.12 Data laporan kesakitan di Puskesmas Rowosari
tahun 2018 usia > 60 tahun terdapat 1.956 jiwa terserang hipertensi.13 Menurut data angka kesakitan
Puskesmas Rowosari penyakit hipertensi pada tahun 2019 dengan jumlah 4.563 kasus hipertensi.14
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, karena penyakit hipertensi merupakan
penyakit kronis dengan karakteristik tekanan darah cenderung naik turun dalam waktu yang lama dan sulit
dikontrol, karena banyak faktor resiko pada hipertensi yang mempengaruhi, diantaranya adalah umur, jenis
kelamin, riwayat keluarga, genetik, kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,
penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, dan
stres.15 Banyaknya faktor resiko yang tidak terkontrol dengan baik, dapat mengakibatkan terjadinya
penyakit gagal jantung, stroke, infark jantung, gagal ginjal, stroke, dan kerusakan mata.16
Banyaknya dampak dari hipertensi menjadikannya memerlukan penanganan yang tepat. Adapun
penanganan hipertensi dibagi menjadi dua jenis yaitu nonfarmakologis dan farmakologis. Metode
farmakologi dengan obat-obatan dapat berdampak negatif terhadap tubuh manusia bila digunakan terlalu
lama, sehingga terapi ini dapat digunakan hanya jika diperlukan saja, sedangkan terapi nonfarmakologis
sangat disarankan karena diyakini lebih aman dan memberi efek positif jika dikonsumsi atau diterapkan.11
Terapi nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk menurunkan hipertensi diantaranya adalah modifikasi
gaya hidup, mengurangi stres, dan menurunkan obesitas, terapi relaksasi otot progresif, terapi musik. Data
menunjukkan penanganan hipertensi yang dilakukan saat ini belum efektif, karena hanya menurunkan
hipertensi sebesar 8%, penyakit sering kambuh, memerlukan proses yang lama. Salah satu pilihan alternatif
pengobatan hipertensi yang lebih dianjurkan saat ini adalah terapi bekam.17 Bekam dinilai lebih cepat
untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Bekam yang digenerasi mayoritas penduduk beragama muslim
JURNAL SISTHANA Vol 6 No. 2 (September 2021) – E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166, 61-70
E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166
termasuk Indonesia karena merupakan salah satu pengobatan yang disyariatkan Allah SWT melalui
Rasulullah SAW.18
Masalah kesehatan hipertensi pada keluarga dapat dikelola perawat keluarga dengan proses asuhan
keperawatan keluarga. Fungsi perawat dalam keluarga ditujukan untuk membantu masalah kesehatan di
keluarga dan meningkatkan kesanggupan keluarga dalam melakukan fungsi perawatan kesehatan keluarga,
sehingga keluarga mampu dengan mandiri melakukan perawatan pada lansia dengan hipertensi. Perawat
juga berperan sebagai pendidik, fasilitator dan pelaksana dalam melaksanakan pendidikan kesehatan dan
perawatan dengan terapi non farmakologi salah satunya dengan menggunakan terapi bekam kering.19
Bekam atau hijjamah merupakan metode pengobatan dengan penyedotan kulit di bagian-bagian
tertentu untuk mengeluarkan racun dan oksidan dalam tubuh melalui torehan tipis yang mengenai
pembuluh darah kapiler pada epidermis.20 Bekam tanpa mengeluarkan darah disebut dengan bekam
kering.17 Bekam kering memiliki berbagai manfaat diantaranya untuk mengatasi batuk, sesak nafas,
demam tinggi, nyeri dada, masuk angin, serta dapat menurunkan tekanan darah.20 Intervensi terapi bekam
kering yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah dilakukan selama 15-30 menit dengan pengukuran
tekanan darah 5 menit sebelum terapi dan 5 menit setelah dilakukan terapi. Teknik yang digunakan saat
terapi bekam kering adalah dengan teknik meluncur selama 5 menit dan teknik pengekopan selama 5
menit.21 Menurut hasil penelitian oleh Rusdiatin, setelah melakukan terapi bekam seseorang merasa
nyaman dan timbul rasa kantuk sehingga sistem saraf simpatik turun dan sistem saraf parasimpatik naik.
Kondisi ini menimbulkan efek relaksasi sehingga frekuensi jantung menurun dan tekanan darah juga akan
menurun.22
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan diantaranya dilakukan oleh Yogie pada tahun 2018
menunjukkan hasil adanya perbedaan signifikan pada sistolik tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan
pada diastolik setelah dilakukan bekam pada lansia di PSWT Jember. Data pemeriksaan awal memiliki nilai
min-max 140-150 mmHg pada sistolik dan 70-90 mmHg pada diastolik, sedangkan pada pemeriksaan
setelah terapi bekam memiliki nilai min-max 120-150 mmHg pada sistolik dan 70-90 mmHg pada
diastolik.21 Penelitian lainnya dilakukan Rusdiatin tahun 2015 menyatakan adanya penurunan pada
tekanan darah sistolik sebesar 15,60 mmHg dan diastolik sebesar 6,80 mmHg, setelah tindakan terapi
bekam kering.22 Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus yang
berjudul, “Penerapan Terapi Bekam Kering dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia dengan
Hipertensi ”.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Keluarga
Keluarga dapat diartikan dalam beberapa definisi tergantung bagaimana cara pandangan seseorang
mendefinisikan keluarga, diantaranya definisi keluarga adalah:
a. Menurut Depkes RI tahun 1998, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.23
b. Pengertian keluarga menurut UU. No. 52 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1 ayat 6 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
atas suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dengan anak (duda) atau ibu dengan
anaknya (janda).1
c. Menurut Bussard dan Ball tahun 1996, keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal,
berinteraksi satu dengan yang lainnya, dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran dan kebiasaannya
dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar dan mediasi hubungan anak dengan
lingkungannya.2
2.3. Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal sehingga jumlah angka kesakitan dan angka kematian semakin meningkat.11 Hipertensi atau
63
64
tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam selang waktu lima menit dalam keadaan
cukup istirahat atau tenang.15
3. METODOLOGI PENELITIAN
Studi kasus merupakan satu jenis rancangan penelitian yang banyak dilakukan di berbagai bidang.
Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat berdasarkan pengumpulan data yang
luas. Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai suatu entitas atau objek
studi yang dibatasi, atau terpisah untuk penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Setelah
kasus didefinisikan dengan jelas, selanjutnya kasus diselidiki dengan beberapa metode pengumpulan seperti
wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi. Peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap
dengan menggunakan prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.40 Studi Kasus
deskriptif adalah studi kasus untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang akan diteliti.41
Terapi Expressive writing adalah suatu terapi untuk menurunkan stress melalui tulisan sebagai media
untuk mencurahkan pengalaman emosional yang dialami yang diawali dengan membuka imajinasi,
merefleksikan pemahaman baru, dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan nyata. Terapi
Tertawa adalah salah satu terapi untuk menurunkan stress dalam bentuk suara tawa yang di keluarkan dari
mulut, sehingga wajah nampak tersenyum, perasaan hati bisa lepas dan gembira. Stress adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan seperti merasa kesal, tidak sabar, sulit untuk beristirahat, mudah
marah, mudah gelisah, dan sulit untuk tenang akibat adanya suatu tekanan. Keadaan stress diukur dengan
PSS (Perceived Stress Scale).
1. Analisa Data
Data yang didapatkan akan dianalisa dengan membandingkan pengukuran tekanan darah sebelum
dan sesudah dilakukan terapi bekam kering. Selanjutnya data akan dianalisa dengan
membandingkan pengukuran tekanan darah antara subjek I dan subjek II.
2. Penyajian Data
Data-data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel perbandingan pengukuran tekanan
darah sebelum dan sesudah diberikan terapi bekam kering pada subjek I dan subjek II yang akan
dideskripsikan.
Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia,
maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Secara umum prinsip etika dalam penelitian
atau pengumpulan data dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:42
1. Prinsip manfaat
JURNAL SISTHANA Vol 6 No. 2 (September 2021) – E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166, 61-70
E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166
Hasil studi kasus di Wilayah Binaan Puskesmas Rowosari Semarang tentang penurunan tekanan
darah pada lansia terhadap hipertensi dengan pemberian terapi bekam kering pada kedua subjek antara
sebelum dan sesudah pemberian terapi selama 1 hari terdapat hasil penurunan yang signifikan.
Hasil pengamatan pada subjek I didapatkan bahwa subjek I seorang laki-laki berumur 69 tahun
mengeluhkan tengkuk terasa berat serta merasa pusing dan pengukuran tekanan darah 150/90 mmHg.
Subjek II juga seorang laki-laki berusia 61 tahun dengan keluhan sering pusing dan pengukuran tekanan
darah 150/90 mmHg, sehingga keduanya masuk kategori hipertensi derajat I. Keduanya memiliki riwayat
keturunan keluarga dengan hipertensi, sama-sama tidak mengkonsumsi obat, melakukan kontrol makanan,
serta sudah berhenti merokok. Diagnosis yang diambil pada studi kasus ini adalah resiko ketidakstabilan
tekanan darah (00033) berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit melalui
intervensi manajemen obat (2380) pemberian terapi bekam kering pada klien dengan hipertensi. Data
terkait keluarga pada ke dua subjek ada perbedaan pada tingkat kemandirian keluarga, dimana subjek 1
pada tingkat II sedangkan subjek 2 pada tingkat kemandirian III karena aktif memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
Dari hasil data yang ditemukan pada kedua subjek tersebut menunjukkan adanya peningkatan
tekanan darah sesuai teori yang menyebutkan bahwa seseorang dikatakan mengalami masalah hipertensi
apabila setelah dilakukan beberapa kali pengukuran tekanan darah didapatkan nilai tekanan darah sistolik
> 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg.16 Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.43 Tekanan
darah dikatakan optimal jika nilai sistolik sebesar 120 mmHg dan nilai diastolik sebesar 80 mmHg.16
Dari hasil data didapatkan keluhan subjek I dan subjek II adalah merasakan pusing dan temgkuk
terasa kaku. Menurut penelitian Elysabeth tahun 2014 nyeri kepala atau pusing diakibatkan karena
65
66
meningkatnya aliran darah pada pembuluh darah di otak yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah
yang merupakan alasan utama seseorang mengalami peningkatan tekanan darah atau hipertensi.44
Menurut penelitian Rohimah tahun 2015 tengkuk terasa pegal atau kekakuan pada otot tengkuk
diakibatkan karena terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah di daerah leher sehingga
aliran darah menjadi tidak lancar, dan hasil akhir dari metabolisme di daerah leher akibat kekurangan O2
dan dan nutrisi tertimbun dan menimbulkan peradangan pada daerah perlekatan otot dan tulang sehingga
muncul rasa nyeri kepala atau pusing.45 Tanda dan gejala yang dialami subjek I dan subjek II sesuai
dengan teori yang menyebutkan peningkatan tekanan darah pada lansia dapat mengakibatkan kondisi
tubuh merasakan sakit kepala, sukar tidur, telinga berdengung, dan rasa berat pada tengkuk.46
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipertensi, diantaranya disebabkan karena penyakit ginjal
atau penyakit penyerta, genetik, usia, gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, stress, kebiasaan merokok,
konsumsi alkohol, dan kurangnya aktifitas fisik.15 Faktor yang mendukung penyakit hipertensi pada
subjek I dan II adalah faktor genetik atau keturunan karena orang tua subjek I mempunyai riwayat
hipertensi, faktor ini sangat sering dijumpai dalam berbagai kasus hipertensi karena jika satu dari orang tua
menderita penyakit hipertensi maka resiko terkena hipertensi sebesar 25%.46 Pada sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Maria pada tahun 2018 dinyatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat keluarga
dengan hipertensi akan mempunyai lebih besar resiko mengalami hipertensi dan faktor resiko hipertensi
yang tidak dapat dirubah salah satunya adalah riwayat keluarga yang positif menderita masalah jantung
atau kardiovaskuler. Hal ini terjadi karena seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beberapa gennya akan berinteraksi dengan lingkungan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.47
Faktor lain yang sudah jelas mendukung penyakit hipertensi pada subjek I dan II adalah faktor usia,
usia pada subjek I 61 tahun dan subjek II 69 tahun. Hipertensi cenderung menyerang pada usia lanjut
karena adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan kadar hormon. Menurut penelitian
Nita tahun 2018 terdapat hubungan antara faktor usia dengan kejadian hipetensi, hal ini disebabkan oleh
karena tekanan arterial meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta
adanya proses degeneratif, lebih sering pada usia tua.48
Faktor lain yang mendukung subjek I dan II adalah merokok, subjek I mengatakan sebelum
menderita hipertensi hampir setiap hari menghabiskan satu bungkus rokok, tetapi setelah mengetahui
bahwa mempunyai penyakit hipertensi subjek I secara bertahap mengurangi dan mengikuti terapi agar
dapat berhenti merokok dan pada subjek II setelah mengetahui bahwa dirinya mempunyai penyakit
hipertensi subjek II langsung berhenti untuk merokok. Merokok merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang paling bisa dicegah karena pasalnya zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tembakau
berbahaya bagi sel darah dan organ tubuh lainnya seperti jantung, pembuluh darah, mata, organ
reproduksi, paru-paru, bahkan organ pencernaan.16 Pada subjek I dan subjek II meskipun saat ini sudah
berhenti merokok tetapi tidak menunjukkan penurunan efek rokok hingga pemberhentian rokok lebih dari
10 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Bianca tahun 2014 yang menunjukkan bahwa butuh waktu 10-
14 tahun setelah berhenti merokok untuk menurunkan efek buruk dari rokok.49
Hasil terkait tahap kemandirian keluarga didapatkan data bahwa keluarga subjek I termasuk pada
tahap kemandirian keluarga tingkat II karena keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat,
menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, tahu dan dapat
mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar, melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang
dianjurkan namun belum memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, sedangkan keluarga
subjek II termasuk pada tahap kemandirian keluarga tingkat III karena keluarga sudah memenuhi syarat
kemandirian sampai dengan memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan secara aktif serta melaksanakan
tindakan pencegahan secara aktif. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar perawat keluarga untuk
melibatkan secara aktif peran anggota keluarga lainnya dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga.
Pemberian intervensi berupa terapi bekam kering pada subjek I dan subjek II telah dilakukan sesuai
SOP. Dalam proses pemberian terapi bekam kering penulis melibatkan keluarga yaitu anak pada subjek II,
pada pada subjek I peneliti melibatkan cucu karena anak subjek I sedang bekerja dan tidak tinggal dalam
satu rumah dengan subjek I. Adanya keterlibatan keluarga dalam proses keperawatan bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga lansia yang mengalami hipertensi
dengan dapat melanjutkan terapi pada klinik bekam terdekat seperti di RSI Sultan Agung, Masjid Agung
Jawa Tengah, atau klinik bekam dr. Ali Ridho di Banyumanik.
Hasil evaluasi keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan terapi bekam kering selama ± 15
menit sekali dalam sehari, pada kedua subjek terjadi penurunan tekanan darah. Subjek I mengalami
penurunan pada tekanan darah sistolik 10 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak ada penurunan, pada
JURNAL SISTHANA Vol 6 No. 2 (September 2021) – E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166, 61-70
E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166
subjek II mengalami penurunan pada tekanan darah sistolik 10 mmHg dan tekanan darah diastolik 10
mmHg. Hasil ini menunjukkan kedua subjek mengalami penurunan pada tekanan darah sistolik dan pada
subjek I tidak mengalami penurunan tekanan darah diastolik sedangkan subjek II mengalami penurunan
tekanan darah diastolik. Secara objektif setelah dilakukan terapi ini pada subjek I terlihat lebih nyaman
dan rileks, dan subjek II terlihat lebih rileks karena saat dilakukan terapi subjek II tertidur. Pada kedua
subjek mengatakan pusing berkurang dari sebelum dilakukan terapi bekam kering.
Hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yogie dengan hasil setelah
tindakan terapi bekam kering pada lansia dengan hipertensi. Penelitian ini memberikan perlakuan berupa
terapi bekam kering dengan durasi ± 15-30 menit, yaitu dilakukan sekali dalam sehari dan didapatkan hasil
bahwa terdapat pengaruh terapi bekam kering terhadap penurunan tekanan darah dengan nilai min-max
120-150 mmHg pada sistolik dan 70-90 mmHg pada diastolik.21 Penelitian lain dilakukan oleh Rusdiatin
dengan memberikan perlakuan berupa terapi bekam kering dengan durasi ± 30 menit, yaitu dilakukan
sekali dalam sehari dan didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh terapi bekam kering terhadap penurunan
pada tekanan darah sistolik sebesar 15,60 mmHg dan diastolik sebesar 6,80 mmHg. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik dengan
pemberian terapi bekam kering terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Dukuh
Singopranan, Desa Belor, Kecamatan Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah.22
Pemberian terapi bekam kering merupakan mekanisme untuk menurunkan tekanan darah dimana
akan mengakibatkan terjadinya relaksasi yang akan berdampak memperbaiki suasana hati dan menurunkan
denyut jantung, maka cardiac output akan ikut menurun sehingga tekanan darah juga ikut menurun. Terapi
bekam akan menimbulkan suatu reaksi peradangan, sehingga mengeluarkan beberapa zat seperti serotonin,
histamine, bradikinin, Slow Reacting Substance (SRS), yang akan menyebabkan relaksasi dan vasodilatasi
pada pembuluh darah, sehingga menurunkan tahanan dari pembuluh darah yang akan berdampak pada
menurunnya tekanan darah.17
Penurunan pada subjek I dengan subjek II berbeda, tekanan darah sistolik pada kedua subjek
mengalami penurunan, sedangan tekanan darah diastolik subjek I tidak mengalami penurunan karena
subjek I tidak merasakan relaksasi atau rasa nyaman yang maksimal, sehingga penurunan hanya dapat
dilihat pada tekanan darah sistolik. Pada subjek I tidak terjadinya penurunan tekanan darah diastolik
karena terdapat faktor yang mempengaruhi ketidak signifikan penurunan tekanan darah diastolik yaitu
karena kualitas tidur yang kurang baik, saat malam hari subjek I mengatakan begadang dan baru bisa
memulai tidur setelah subuh sehingga waktu yang digunakan untuk tidur hanya ± 3 jam. Pada hasil
penelitian yang dilakukan oleh Yogie tahun 2018 faktor yang mempengaruhi tidak terjadinya penurunan
tekanan darah diastolik karena terdapat empat faktor signifikan yang berpengaruh terhadap tekanan darah
pada lansia yaitu faktor nutrisi, psikologi, aktivitas fisik, dan kualitas tidur.21
Selain adanya perkembangan terkait penurunan tekanan darah pada subjek I dan subjek II, adapula
keinginan dari subjek I dan keluarga untuk lebih memperhatikan penyakit hipertensi yang dialami dengan
memeriksakan kesehatannya atau akan menggunakan pelayanan kesehatan terdekat. Apabila hal tersebut
dilaksanakan secara rutin maka subjek I dan keluarga akan mempengaruhi tingkat kemandirian keluarga
dimana sebelum dilakukan terapi bekam kering subjek I termasuk dalam tahap kemandirian tingkat 2 akan
meningkat menjadi tahap kemandirian tingkat 3 dengan tambahan kemandirian pemanfaatan fasilitas
layanan kesehatan secara aktif, dan melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif. Dengan adanya
penurunan tekanan darah pada subjek I dan subjek II setelah dilakukan terapi bekam kering diharapkan
dengan keterlibatan keluarga dalam proses keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kemandirian
keluarga dalam merawat anggota keluarga lansia yang mengalami hipertensi dengan dapat melanjutkan
terapi pada klinik bekam terdekat seperti di RSI Sultan Agung, Masjid Agung Jawa Tengah, atau klinik
bekam dr. Ali Ridho di Banyumanik.
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna dan Ningsih pada tahun 2019 menyatakan bahwa subjek yang
memiliki dukungan keluarga tinggi akan berpeluang untuk melakukan perilaku pengendalian hipertensi.
Keluarga merupakan tempat untuk berlindung bagi anggotanya, dimana mereka akan mendapatkan
keamanan, kenyamanan, dan dukungan dalam menghadapi berbagai macam masalah. Dukungan keluarga
dapat membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan dapat
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Sumber dukungan keluarga yang ada dapat dilakukan oleh
keluarga dengan cara mengenal adanya gangguan kesehatan sedini mungkin seperti penyakit hipertensi
sehingga keluarga dapat saling membantu untuk memberikan perawatan hipertensi.50
5.1 Kesimpulan
67
68
1. Hipertensi yang terjadi pada subjek I dan subjek II merupakan peningkatan tekanan darah sistolik >
140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg.
2. Hasil pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan terapi bekam kering didapat nilai tekanan darah
sistolik dan diastolik pada subjek I 150/90 mmHg dan subjek II 150/90 mmHg.
3. Penerapan terapi bekam kering untuk menurunkan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi
yang dilakukan pada subjek I dan subjek II dalam 1 hari selama ± 15-30 menit.
4. Hasil evaluasi pengukuran tekanan darah setelah dilakukan terapi bekam kering diperoleh nilai
tekanan darah sistolik dan diastolik subjek I 140/90 mmHg dan subjek II 140/80 mmHg.
5. Pada penelitian ini didapatkan hasil penurunan tekanan darah sistolik pada subjek I sebanyak 10
mmHg dan diastolik tidak terjadi penurunan, sedangkan pada subjek II penurunan tekanan darah
sistolik sebanyak 10 mmHg dan diastolik 10 mmHg.
6. Faktor yang mempengaruhi ketidaksignifikanan penurunan tekanan darah diastolik pada subjek I
yaitu karena kualitas tidur yang kurang baik
5.2 Saran
Berdasarkan analisa dan kesimpulan penelitian, maka dalam sub bab ini peneliti akan menyampaikan
beberapa saran diantaranya:
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan klien dan keluarga terlibat aktif di dalam merawat anggota keluarga lainnya yang
mempunyai keluhan akibat hipertensi, dengan memberikan terapi bekan kering secara rutin 1-2
kali sebulan dengan membawa ke klinik bekam terdekat seperti di RSI Sultan Agung, Masjid
Agung Jawa Tengah, atau klinik bekam dr. Ali Ridho di banyumanik.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan puskesmas dapat menambahkan fasilitas pelayanan kesehatan bidang terapi
komplementer dengan membuka klinik bekam dengan perawat yang sudah tersertifikasi bekam
untuk mempermudah masyarakat dalam menerapkan terapi bekam kering secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL SISTHANA Vol 6 No. 2 (September 2021) – E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166, 61-70
E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166
13. Puskesmas Rowosari. Laporan Kesakitan Tahun 2018. Semarang: Puskesmas Rowosiar; 2018.
14. Puskesmas Rowosari. Profil Puskesmas Rowosari. Semarang; 2019.
15. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar
Terhindar dari Kerusakan Organ Jantung, Otak dan Ginjal. Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2014.
16. Prasetyaningrum Yunita. Hipertensi Bukan Untuk di takuti. Jakarta: F Media; 2014.
17. Rahmadi Agus. Kitab Pedoman Pengobatan Nabi. Jakarta: Wahyu Qolbu; 2019.
18. Taufiqurrahman. 3 Mutiara Kesehatan Alami Yang Terlupakan. Jakarta: Pusat Ilmu; 2017.
19. Kusuma Billy. Apa Saja Peran Perawat Keluarga? [Internet]. Dictio. 2017 [cited 2019 Dec 31].
Available from: https://www.dictio.id/t/apa-saja-peran-perawat-keluarga/6350.
20. Ridho Ahmad Ali. Bekam Sinergi (Edisi Penyempurna). Kartasura: Aqwamedika; 2019.
21. Pratama YB, Rasni H, Wantiyah. Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi DI PSTW Jember. The Indonesian Journal of Health Science. 2018;
22. Rusdiatin. Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia dengan
Hipertensi. J Kesehatan Madani. 2015;6.2:92–8.
23. Andarmoyo Sulistyo. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012.
24. Ali Zaidin. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC; 2009.
25. Takariawan Cahyadi. 8 Tahap Perkembangan Keluarga [Internet]. Kompasiana.com. 2018 [cited 2020
Jan 3]. Available from: https://www.kompasiana.com/amp/pakcah/5b9b388143322f58582e8b93/8-tahap-
perkembangan-kehidupan-keluarga.
26. Parellangi Andi. Home Care Nursing: Aplikasi Praktik Berbasis Evidance-Base. Kalimantan: Andi
Publisher; 2018.
27. Jhonson, Leny. Keperawatan Keluarga: Plus Contoh Askep Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha
Medika; 2010.
28. Azizah Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011.
29. Triningtyas, Muhayati. Mengenal Lebih Dekat Tentang Lanjut Usia. Magetan: AE Media Grafika;
2018.
30. Padila. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika; 2013.
31. Tamher S N. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2009.
32. P2PTM Kemenkes RI. Klasifikasi Hipertensi [Internet]. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2018 [cited 2020 Jan 3]. Available from: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/page/21/klasifikasi-hipertensi.
33. Arumi S. Menstabilkan Darah Tinggi dan Rendah. Yogyakarta: Araska; 2011.
34. Kowalski Robert. Terapi Hipertensi; Program 8 Minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi dan
Mengurangi Resiko Serangan Jantung dan Stroke Secara Alami. Bandung: Qanita; 2010.
35. Muttaqin Arif. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.
Jakarta: Salemba Medika; 2009.
36. Home Online. 3 Jenis Tensimeter, Yuk, Mengukur Tekanan Darah Secara Rutin [Internet]. Home
Online.com. 2016 [cited 2020 Jan 12]. Available from: https://hai.grid.id/read07568413/3-jenis-tensimeter-
yuk-mengukur-tekanan-darah-secara-rutin.
37. Maghfiroh R. Cara Pemeriksaan Tekanan Darah [Internet]. Kompasiana.com. 2014 [cited 2020 Jan 12].
Available from: https://www.kompasiana.com/rimamaghfiroh/54f94caca333110a068b4b28/cara-
pemeriksaan-tekanan-darah.
69
70
JURNAL SISTHANA Vol 6 No. 2 (September 2021) – E-ISSN: 2828-2434; P-ISSN: 2527-6166, 61-70