Pengaruh Penggunaan Rebusan Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Cenggu Tahun 2018

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Nurwahidah, Jubair

Bima Nursing Journal. Vol.1 No.1 Nov. 2019


http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/bnj/index

Pengaruh Penggunaan Rebusan Seledri terhadap Penurunan Tekanan Darah


pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Cenggu Tahun 2018

Nurwahidah1(CA), Jubair2
1(CA)
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Mataram, Indonesia; email: [email protected]
2
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Mataram, Indonesia

ABSTRACT
Hypertension is called the silent killer because it is asymptomatic. The problem of this study is the high
number of patients with hypertension, therefore it is necessary to take action in addition to pharmacology
as well as non-pharmacological, one of which is the provision of celery boiled water in order to reduce
the increase in blood pressure. The purpose of this study was to determine the effect of celery cooking
water on the reduction of systolic and diastolic blood pressure in patients with hypertension in the
working area of the Cenggu Community Health Center. The method used is the True Experiment
approach with pre-test and post-test designs. The research sample consisted of 16 people consisting of
two groups namely the treatment group and the control group, with purposive sampling technique. The
results of this study showed that there were differences in systolic and diastolic blood pressure values
before, on the first day and the second day after giving Celery Stew with a significance value of p <0.05.
There is a significant influence on the delivery of celery stew water on the reduction of blood pressure in
hypertension sufferers.

Keywords: Celery; Blood Pressure; Hypertension

ABSTRAK
Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimtomatik. Masalah penelitian ini masih tingginya angka
penderita hipertensi, oleh karena itu diperlukan tindakan selain farmakologi juga non farmakologis salah
satunya adalah pemberian Air rebusan seledri agar dapat menekan peningkatan tekanan darah. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah sistolik
dan diastolik pada penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas cenggu. Metode yang digunakan
pendekatan True Experiment dengan rancangan pre test dan post test. Sampel penelitian berjumlah 16
orang terdiri dari dua kelompok yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dengan tekhnik
Purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan ada perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum, pada hari pertama dan hari kedua setelah pemberian Air Rebusan Seledri dengan nilai
signifikansi p<0,05. Ada pengaruh yang signifikan Pemberian Air Rebusan Seledri terhadap penurunan
Tekanan darah Penderita Hipertensi.

Kata Kunci : Seledri; Tekanan Darah; Hipertensi

PENDAHULUAN
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian/ mortalitas.
Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut dipompa oleh jantung dan
fase diastolik 140 menunjukan fase darah yang sedang di pompa oleh jantung dan fase diastolik 90
menunjukan fase darah yang kembali (Menurut Endang Triyanto). Menurut WHO batas normal tekanan
darah adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80- 90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya>140/90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi merupakan salah

| 43
Nurwahidah, Jubair (2019).

satu factor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, aneurisma arterial, dan merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis (Tekanan Darah Tinggi) hipertensi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu> 140/90mmHg.
Menurut Sidabutar (dikutip soeparman, 1990;205), hipertensi didefinisikan sebagai suatu tingkat
tekanan darah dimana komplikasi yang timbul menjadi nyata. Prelevansi penderita hipertensi di Indonesia
cukup tinggi yaitu 7% sampai 22%. Berdasarkan hasil survey penderita yang berujung pada penyakit
jantung 75%, stroke 15% dan gagal ginjal 10%. Penelitian juga menunjukan prevalensi hipertensi juga
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yg dilakukan di Indonesia
menunjukan 1,8%-28,6% penduduk yg berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Menurut
penelitian Boedi Darmoyo (2005) di dapatkan bahwa antara 1,8%-28,6% penduduk dewasa adalah
menderita hipertensi dengan rata-rata usia antara 35-65 tahun tahun. Hal disebabkan oleh beberapa factor
yaitu kurangnya aktivitas fisik, berat badan lebih, gangguan dari perubahan hormonal serta factor
genetika, serta kurangnya pengetahuan penderita hipertensi dan keluarga tentang pencegahan,
penanganan dan perawatan dengan baik dan benar (Yudini, 2006).
Dari data PKM Cenggu Kec. Belo di desa Renda yang menderita hipertensi pada tahun 2016
sebanyak 14 penderita hipertensi dengan perbandingan laki-laki sebanyak 6 dan wanita sebanyak 8
penderita, sedangkan data pada tahun 2017 sebanyak 16 penderita hipertensi dengann perbandingan
laki-laki sebanyak 7 dan wanita 9 penderita hipertensi.Pengaruh hipertensi pada organ tubuh atau organ
target dianggap sebagai peninggian tekanan darah. Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan pada sel –
sel epitel tunika intima arteri yang berakibat atau merangsang atherosclerosis dan thrombus. Sedangkan
organ target yang terkena adalah jantung, otak, ginjal, dan mata.
Mencegah hipertensi tidak menyebabkan komplikasi lebih lanjut diperlukan penanganan yang
tepat dan efisien. Menurut Marlia (2009) penanganan hipertensi secara umum yaitu secara farmakologis
dan non-farmakologis. Penanganan farmakologis terdiri atas pemberian obat bersifat diuretik, simpatetik,
betabloker, dan vasodilator dengan memperhatikan tempat, mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan.
Sedangkan Penanganan non-farmakologis yaitu penurunan berat badan, olah raga secara teratur, diet
rendah lemak dan garam, dan terapi komplementer. Penanganan non-farmakologis tidak memiliki efek
samping berbahaya seperti penanganan farmakologis. Sehingga masyarakat lebih menyukai penanganan
non- farmakologis dari pada secara farmakologis (Marlia 2009). Salah satu penanganan non farmakologis
dalam menyembuhkan penyakit hipertensi terapi komplementer. Terapi komplementer bersifat terapi
pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan terapi herbal, terapi nutrisi, meditasi, akupuntur,
aromaterapi (Sustranidkk, 2005).
Jenis obat yang digunakan dalam terapi herbal yaitu seledri atau celery ( Apium graveolens ),
bawang putih atau garlic (Allium Sativum), bawang merah atau onion (Alliumcepa), tomat
(Lyocopercison lycopersicum), semangka (Citrullus vulgaris). (Sustrani, dkk 2005). Seledri atau celery
(Apium graveolens) merupakan salah satu jenis terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi
mengandung apigenin yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan
tekanan darah tinggi. Selain itu, mengandung pthalides dan magnesium yang baik untuk membantu

Bima Nursing Journal Vol.1 No.1 | 44


Nurwahidah, Jubair (2019).

melemaskan otot-otot sekitar pembuluh darah arteri dan bantu menormalkan penyempitan pembuluh
darah arteri. Pthalides dapat mereduksi hormone stres yang dapat meningkatkan darah (Afifah, 2009).
Selain mengandung apigenin dan pthalides seledri juga mengandung gizi yang tinggi, vitamin A,
B1, B2, B6 dan juga vitamin C. Seledri juga kaya pasokan kalium, asam folic, kalsium, magnesium, zat
besi, fosfor, sodium dan banyak mengandung asam amino esensial. Pada pasokan kalium sangat
bermanfaat untuk terapi darah tinggi (Afifah, 2009). Apigenin yang terkandung dalam ekstrak seledri
memperlambat detak jantung dan menurunkan kontraksi jantung sehingga tekanan darah menjadi
berkurang. Manito dan apiin yang terkandung dalam rebusan seledri bersifat sebagai diuretik membantu
ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam darah akan menurunkan tekanan darah.
Secara tradisional digunakan untuk membantu meringankan gejala tekanan darah tinggi ringan.

METODE
Desain penelitian menggunakan metode Kuasi Eksperimen dengan one grup pre-test dan post-test.
Dalam penelitian ini populasinya adalah semua penderita hipertensi berdasarkan data dari PKM Cenggu
untuk desa renda pada bulan Januari sampai Oktober 2017 sebanyak 16 orang. Tehnik pengambilan
sampel yang digunakan adalah "Purposive Sampling”. Tekhnik pengumpulan data, menggunakan
pedoman wawancara dan quesionar. Dalam penelitian ini, lembar quesioner yang digunakan adalah
dengan menggunakan pertanyaan mengenai tanda dan gejala hipertensi atau tekanan darah tinggi setelah
menggunakan rebusan seledri. Pada wawancara penggunaan rebusan seledri ini apabila responden
menggunakan sesuai dengan panduan maka akan diberikan nilai +, tetapi apabila tidak sesuai maka
diberikan nilai -. Setelah data terkumpul, maka nilai (+) dan (-) pada masing-masing jawaban wawancara
akan dijumlahkan. Apabila nilai (+) = 6 berarti responden menggunakan sesuai dengan panduan, tetapi
apabila <6 berarti penggunaannya tidak sesuai dengan panduan. Pengolahan data pengetahuan dikatakan
baik apabila nilai 76-100%, cukup apabila nilai 56-75%, dan kurang apabila nilai <56%, sedangkan untuk
sikap positif diberi kode 1 dan sikap negatif diberi kode 0. Melakukan pemberian skor dari jawaban
responden berdasarkan tingkat pengetahuan. Bila benar di beri skor 1, bila salah di beri skor 0. Untuk
menghindari masalah etika penelitian, sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti memberikan
penjelasan tentang tujuan dan sifat keikutsertaan dalam kegiatan penelitian bersifat sukarela. Untuk
menjaga agar identitas sampel penelitian tidak diketahui oleh umum, maka peneliti memberikan kode
sampel penelitian untuk setiap kuesioner yang dibagikan dan data penelitian dipublikasikan atau
dipresentasikan dalam bentuk data berkelompok bukan data individu.

HASIL
Penelitian ini menggunakan metode Kuasi Eksperimen dengan one grup pre-test dan post-test.
Tempat penelitian dilakukan di kerja puskesmas cenggu. Total sample dalam penelitian ini adalah 16
responden.

Bima Nursing Journal Vol.1 No.1 | 45


Nurwahidah, Jubair (2019).

1. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah sebelum diberikan air rebusan seledri.
Tabel 1 distribusi penderita hipertensi sebelum di berikan air rebusan seledri

No TD sebelum Frekuensi Persen


1 Hipertensi 16 100
Jumlah 16 100

2. Karakteristik penderita hipertensi berdasarkan tekanan darah sesudah diberikan air rebusan seledri.
Tabel 2 distribusi penderita hipertensi sesudah di berikan air rebusan seledri

No TD sesudah Frekuensi Persen


1 Normal 14 87,5
2 Hipertensi 2 12,5
Jumlah 16 100

3. Analisis perbedaan tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan rebusan
seledri.

Tabel 3 Perbedaan tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan air
rebusan seledri.
TD sebelum di berikan air rebusan TD sesudah di berikan air rebusan
seledri seledri
Air rebusan seledri Hipertensi Normal Hipertensi Normal
f % f % f % f %
16 100 0 0 2 12,5 14 87,5
Jumlah f = 16 + 0 = 16 f = 2 + 14 + 16
t-test p = 0.000

Berdasarkan tabel 3 menunjukan, frekuensi tekanan darah mengalami perubahan yang signifikan,
yaitu tekanan darah sebelum di berikan air rebusan seledri yang mengalami hipertensi 16 responden
(100%), mengalami penurunan TD setelah di berikan air rebusan seledri dalam batas normal sebanyak 14
(87,5%) responden.hasil uji statistik tehnik paired T-test di dapatkan hasil p = 0,000 atau lebih kecil dari α
0,005 dengan T temuan = 10.247 atau lebih besar dari T tabel = 1.75305 yang berarti H 0 di tolah dan H1
diterima yang artinya ada pengaruh penggunaan air rebusan seledri terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi.

PEMBAHASAN

Berdasarkan data karakteristik responden berdasarkan umur yang di tampilkan pada tabel 4.2
diketahui persentase usia responden adalah 68,8 dengan usia responden terbanyak yaitu usia 51-59 tahun
tahun dan berdasarkan jenis kelamin diketahui persentase 62,5 dengan jumlah responden terbanyak

Bima Nursing Journal Vol.1 No.1 | 46


Nurwahidah, Jubair (2019).

adalah berjenis kelamin perempuan. Semakin usia seseorang bertambah maka akan terjadi perubahan-
perubahan pada tubuh manusia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga lanjut usia pada
semua organ dan jaringan tubuh. Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Umumnya
tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Risiko untuk menderita hipertensi
pada populasi ≥55 tahun yang tadinya tekanan darahnya normal adalah 90% (Harmilah & Ekwantini,
2014:28).
Bila ditinjau dari segi perbandingan antara perempuan dan laki-laki, secara umum kaum
perempuan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki mempunyai resiko
lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal sedangkan pada perempuan biasanya lebih rentan
terhadap hipertensi ketika sudah berumur diatas umur 50 tahun (Susilo dan Wulandari, 2011:54).
Perempuan seringkali mengadopsi prilaku tidak sehat seperti merokok dan pola makan yang tidak
seimbang sehingga menyebabkan kelebihan berat badan, depresi dan rendahnya status pekerjaan.
Sedangkan pada kaum laki-laki, hipertensi lebih berkaitan erat dengan pekerjaan dan seperti perasaan
kurang nyaman terhadap pekerjaan dan pengangguran. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang
bervariasi. Secara alami, bayi dan anak-anak memiliki secara normal memiliki tekanan darah yang jauh
lebih rendah dari pada dewasa. Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktiftas fisik, dimana akan lebih
tinggi bila beraktifitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur di malam hari.
Berdasarkan analisis univariat pada tabel 2 diketahui bahwa tampak kecenderungan penurunan
tekanan darah . Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebelum diberi rebusan seledri tekanan darah
responden masuk ke dalam kategori hipertensi dan setelah diberi rebusan seledri tekanan darah responden
menurun. Hipertensi berarti tekanan darah di dalam pembuluh-pembuluh darah yang mengangkut darah
dari jantung yang memompa darah keseluruh jaringan dan organ-organ sangat tinggi. Tekanan darah
normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg disebut
prahipertensi dan tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg disebut hipertensi (Susilo dan Wulandari,
2011:22). Bahaya hipertensi sangat beragam.
Apabila seseorang mengalami hipertensi maka dia juga akan mengalami komplikasi dengan
penyakit lain. Hipertensi merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi akan mengalami
kerusakan jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lain (Susilo dan Wulandari, 2011:3). Suatu
peningkatan dari tekanan darah sistole dan diastole meningkatkan resiko menimbulkan penyakit jantung
(cardiac), penyakit ginjal (renal), pengerasan atau penggumpalan dari pembuluh darah (atherosclerosis),
kerusakan mata, dan stroke (kerusakan otak).
Berdasarkan analisi univariat pada tabel 3 diketahui bahwa didapatkan p-value sebesar 0,000
sedangkan α sebesar 0,05. Hal ini menyatakan bahwa α lebih besar dari p-value. Ini berarti Ha diterima
Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa ada penurunan tekanan darah yang signifikan sebelum dan
sesudah diberikan rebusan seledri. Dengan kata lain, Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value 0,000 dan
α adalah 0,05 sebagai derajat kepercayaan pada penelitian ini. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah minum rebusan seledri terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas cenggu.

Bima Nursing Journal Vol.1 No.1 | 47


Nurwahidah, Jubair (2019).

Hipertensi bukan penyakit yang langsung dapat disembuhkan dengan pengobatan. Apabila
seseorang sudah terkena hipertensi maka seumur hidupnya ia harus hati-hati dan terus menerus menjaga
tekanan darahnya. Karena walau tekanan darah sudah normal tidak mustahil akan kembali terkena
hipertensi. Untuk menjaga tekanan darah tetap normal yaitu dengan menjalani pola hidup sehat seperti
melakukan olahraga secara teratur, menghindari stress dan mengontrol emosi, tidak atau berhenti
merokok, serta tidur cukup setiap hari antara 6-8 jam. Selain itu juga dengan melakukan pola makan sehat
yaitu dengan mengurangi konsumsi garam, mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium dan
kalium, tidak mengkonsumsi alkohol, makan sayuran dan buahbuahan yang mengandung serat,
mengendalikan kadar kolestrol, mengendalikan kadar gula darah dan mengendalikan berat badan.
Pengobatan komplementer-alternatif yang salah satunya adalah terapi herbal walau penggunaannya lama,
tapi efek sampingnya relatif kecil jika digunakan secara tepat, sehingga menjadi pilihan masyarakat untuk
mengatasi hipertensi. Beberapa herbal yang telah melalui penelitian dan terbukti menurunkan tekanan
darah tinggi diantaranya adalah seledri, belimbing manis, mentimun, bunga rosella, kumis kucing, daun
dewa, lidah buaya, tempuyung, sambilato dan brotowali (Soeryoko, 2010:91).
Seledri (apium graveolens L.) adalah tumbuhan serba guna. Hampir semua bagian tanaman ini
(daun, tangkai, umbi dan biji) semua bisa dimanfaatkan. Kandungan kimia yang telahdiketahui sekitar
156 komponen. Golongan utamanya adalah monoterpen, alcohol alifatik, komponen karbonil, fenol,
epoksida aromatok, dan turunan phthalide. Senyawa utama yang terdapat pada seledri adalah limonene
(214 mg per kg). Seluruh bagian tanaman seledri mengandung provitamin A, vitamin B, vitamin C, dan
vitamin K.
Terjadinya perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan rebusan seledri adalah
dikarenakan kandungan seledri yang berperan penting menurunkan tekanan darah, antara lain magnesium,
pthalides, apigenin kalium dan asparagin. Magnesium dan pthalides berperan melenturkan pembuluh
darah. Apegenin berfungsi untuk mencegah penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah tinggi.
Kalium dan asparagin bersifat diuretik, yaitu memperbanyak air seni sehingga volume darah berkurang.
Menurut peneliti, pemberian rebusan seledri harus sesuai dengan takaran minumnya agar memberikan
efek kepada seseorang yang meminumnya dan juga dengan melakukan pola hidup sehat dan pola makan
sehat. Komunikasi atau penjelasan tentang manfaat seledri haruslah jelas agar responden bersedia untuk
diberikan terapi.

KESIMPULAN
Sebagian besar Frekuensi Tekanan darah responden sebelum diberikan air rebusan seledriyaitu
Hipertensi. Sebagian besar Frekuensi Tekanan darah responden Sesudah diberikan air rebusan
seledriyaitu dalam batas normal sebanyak 14 responden dan hipertensi sebanyak 2 responden. Ada
Pengaruh Penggunaan Rebusan Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cenggu.

Bima Nursing Journal Vol.1 No.1 | 48


Nurwahidah, Jubair (2019).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Manajemen penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Dalimarta, S. (2005). Tanaman Obat di alingkungan Sekitar. Jakarta: Penerbit Puspa Swara

Gunawan. (2001). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius

Guyton & Hall. (2008). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 7. Jakarta: EGC

Halimah & Ekwantini, Rosa Delima. 2014. Jus Seledri (Apium Graveolens) Menurunkan Tekanan Darah
Tikus Rattus Strain Wistar dengan Hipertensi.

Marlia. (2009). Merawat dan Menyembuhkan Hipertensi. Bandung: Kreasi Wacana

Soeryoko, Hery (Ed). 2010. 20 Tanaman Obat Terpopuler Penurun Hipertensi. Yogyakarta: C.V Andi
Offset. 130 halaman.

Susilo, Yekti & Wulandari, Ari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: C.V Andi Offset. 196
halaman.

Bima Nursing Journal Vol.1 No.1 | 49

You might also like