Dukungan Bidan Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon Tahun 2020 Emah Rohemah
Dukungan Bidan Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon Tahun 2020 Emah Rohemah
Dukungan Bidan Terhadap Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon Tahun 2020 Emah Rohemah
Emah Rohemah
Akademi Kebidanan Graha Husada Cirebon
Email: [email protected]
Abstract
Exclusive breastfeeding is only giving ASI without any accompanying food or drink
until the baby is 6 months old. Coverage of exclusive breastfeeding at the Jamblang
Health Center in Cirebon Regency which is 46.3% has not reached the national
target of 80%. Midwife support is a factor influencing the success of exclusive
breastfeeding. The purpose of this study was to determine the relationship between
midwife support and exclusive breastfeeding in the work area of the Jamblang
Health Center, Cirebon Regency. This research is a qualitative descriptive survey
using a cross sectional approach. The number of respondents was 104 people. Data
on exclusive midwife support and breastfeeding were obtained by questionnaire.
Statistical tests to determine the relationship between variables using the chi
square test. The results of data analysis obtained p value of midwife support 0.038
(p-value <0.05) towards exclusive breastfeeding means that there is a significant
relationship between midwife support for exclusive breastfeeding.
Abstrak
ASI eksklusif yaitu proses pemberian ASI selama 6 bulan tanpa diberi makanan dan
minuman pendamping apapun. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Jamblang
Kabupaten Cirebon yaitu sebesar 46,3% belum mencapai target nasional yakni
80%. Faktor yang menjadi keberhasilan ASI eksklusif yaitu dukungan dari bidan.
Penelitian ini bertujuan guna mengetahui antara dukungan bidan terhadap
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Jamblang, Kabupaten
Cirebon. Penelitian ini adalah survei deskriptif kualitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional. Jumlah responden adalah 104 orang. Data tentang
dukungan bidan dan menyusui eksklusif diperoleh dengan kuesioner. Uji statistik
guna mengetahui hubungan antar variabel menggunakan uji chi square. Hasil
analisis data menunjukan bahwa niala p value dukungan bidan 0,038 (p-
value<0,05) terhadap pemberian ASI eksklusif artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara dukungan bidan terhadap pemberian ASI eksklusif.
Pendahuluan
Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan terbaik yang mengandung
berbagai zat dan sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI sangat baik untuk pertumbuhan bayi
274
Dukungan Bidan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif
dan sesuai kebutuhannya. Selain itu, ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga
bisa menjadi pelindung (imun) bagi bayi dari semua jenis infeksi. (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO, 2017), Air Susu Ibu (ASI) diberikan
pada bayi baru lahir hingga 6 bulan tanpa makanan serta minuman lain, kecuali vitamin,
obat yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan karena alasan medis disebut ASI eksklusif.
Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif beresiko terserang diare. Pemberian
susu formula juga bisa mengakibatkan resiko terserang diare hingga mengakibatkan
terjadinya gizi buruk karena kandungan zat gizi dalam susu formula yang tidak cukup
memenuhi kebutuhan bayi (Kemenkes, 2014).
Menurut Depkes RI, bahwa perkembangan otak anak delapan puluh persen
dimulai sejak didalam kandungan hingga usia 3 tahun, dikenal dengan periode emas.
Oleh karena itu pada masa ini dibutuhkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan serta
bisa dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun, karena ASI mengandung karbohidrat,
protein, mineral, dan lemak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan bayi (Kemenkes,
2014).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di di Amerika Serikat bahwa bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif 6 bulan lebih rendah mengalami ISPA (infeksi saluran
pernafasan) sebesar 72%, lebih rendah mengalami diabetes dengan resiko 30% dan
lebih rendah mengalami otitis media dengan resiko 50%. Selain itu, ASI juga dapat
menurunkan resiko SIDS (sudden infant death syndrome) sebesar 36% (American
Academy of Pediatrics, 2012).
Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dengan pemberian ASI
eksklusif kepada bayi selama 6 bulan maka badan kesehatan dunia United Nation
Children Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan
agar bayi yang lahir hanya mendapatkan ASI dari ibunya selama 6 bulan.
Begitupun Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
450/MENKES/SK/IV/2017 sebagai peraturan tentang pentingnya ASI eksklusif bagi
bayi dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 2012.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), bahwa hanya 44% dari
bayi baru lahir di dunia yang mendapat ASI dalam waktu satu jam pertama sejak lahir,
masih sedikit juga bayi di bawah usia 6 bulan menyusu secara eksklusif. Cakupan
pemberian ASI eksklusif di Asia Selatan 47%, Amerika Latin dan Karibia 32%, Asia
Timur 30%, Afrika Tengah 25%, dan Negara berkembang 46%. Secara keseluruhan,
kurang dari 40% anak di bawah usia 6 bulan di beri ASI eksklusif (WHO, 2015)
Hal tersebut belum sesuai dengan target WHO yaitu meningkatkan pemberian
ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai paling sedikit 50%. Ini merupakan target
ke lim
a WHO di tahun 2025 (WHO, 2014)
Menurut data pemantauan status gizi di Indonesia pada tahun 2017 menunjukan
cakupan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama oleh ibu kepada bayinya
masih sangat rendah yakni 35,7%. Artinya ada 65% bayi yang tidak diberikan ASI
secara eksklusif selama 6 bulan saat lahir. Angka ini cukup jauh dari target cakupan ASI
eksklusif pada 2019 yang ditetapkan oleh WHO ataupun Kementrian Kesehatan yaitu
80% (Kemenkes RI, 2017)
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2017 cakupan ASI
eksklusif di Jawa Barat sebesar 53,0%. Sedangkan untuk Kab. Cirebon presentase bayi
yang mendapatkan ASI eksklusif terhadap bayi umur 0-6 bulan sebesar 32,79%. Angka
pemberian ASI eksklusif tersebut masih rendah karena target cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan adalah 80% (Kemenkes, 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Jamblang
diperoleh bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif Puskesmas Jamblang pada tahun
2019 sudah mencapai target pemberian ASI eksklusif yaitu 40%, namun belum
mencapai target yang ditetapkan WHO dan Kemenkes sebesar 80%, dimana cakupan
pemberian ASI eksklusif Puskesmas Jamblang pada tahun 2019 sebesar 46,3%.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap pegawai bagian
Koordinator Gizi (Nutrisionis) Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon diketahui
bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif tahun 2019 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya sebesar 7,9%, dimana pada tahun 2018 sebesar 54,2% dan tahun 2019
sebesar 46,3%. Beliau juga menyebutkan bahwamasih sedikit ibu-ibu yang menyusui
secara eksklusif. Anggapan ibu-ibu selama ini adalah makanan pendamping ASI lebih
bisa membuat bayi lebih sehat, tidak rewel dan juga faktor kebudayaan dan tradisi yang
menyebabkan rendahnya pemberian ASI eksklusif. Ibu-ibu juga meyakini bahwa
makanan tersebut dapat membuat bayi cepat kenyang, cepat gemuk, dan tidak mudah
sakit.
Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI eksklusif seperti faktor
pengetahuan ibu, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor sosial budaya, faktor
dukungan tenaga kesehatan, serta faktor dukungan keluarga. Faktor dukungan tenaga
kesehatan khususnya bidan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ASI eksklusif.
Hal tersebut sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tahun 2012, yang
menyebutkan bahwa Bidan bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan terkait
ASI eksklusif serta memberikan support pada ibu menyusui yang dimulai sejak proses
kehamilan, saat pertama kali ibu menyusui hingga dengan selama ibu menyusui.
Dukungan yang diberikan Bidan juga dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri pada
ibu untuk terus memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Alianmoghaddam, Phibbs, &
Benn, 2017).
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survey deskritif kualitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional dimana pengamatan terhadap variabel bebas dan terikat
dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Jamblang Kab. Cirebon dan
dilaksanakan pada tanggal 10-12 bulan Februari tahun 2020.
juga bisa memberikan kepercayaan diri terhadap ibu untuk terus memberikan
ASI eksklusif terhadap bayinya (Alianmoghaddam et al., 2017).
Menurut (Presiden Republik Indonesia, 2014), bidan wajib memberikan
informasi dan edukasi ASI eksklusif kepada ibu. Dukungan bidan dalam
mensosialisasikan ASI eksklusif dapat dimulai sejak pemeriksaan kehamilan
sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif. Informasi dan edukasi yang
diberikan meliputi keuntungan dan keunggulan ASI, gizi ibu dan persiapan
serta mempertahankan menyusui.
Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon telah melaksanakan berbagai
program ASI eksklusif diantaranya melakukan penyuluhan mengenai ASI
eksklusif saat Posyandu dan saat pemeriksaan kehamilan. Puskesmas Jamblang
juga menempelkan poster mengenai ASI eksklusif di beberapa ruangan
diantaranya ruangan untuk pemeriksaan kehamilan, ruangan gizi maupun ruang
tunggu pasien. Selain itu juga disediakan ruangan tempat menyusui di
Puskesmas.
Jadi, pada dasarnya semua bidan mendukung dalam pemberian ASI
Eksklusif. Dimana dalam hal ini peran bidan sebagai pendidik dan sebagai
pelaksana telah dilakukan untuk mendukung ibu menyusui. Sebagai pendidik,
Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu dan
keluarga, kelompok dan masyarakat. Meskipun pada kenyataannya fenomena
yang terjadi di lapangan pada saat bidan memberikan penyuluhan terkadang
ibu tidak fokus terhadap penyuluhan. Karena biasanya fokus ibu teralihkan
pada bayinya, yang terkadang rewel atau kurang nyaman pada keramaian.
2. Pemberian ASI eksklusif
Tabel 2 Distribusi Frekuensi
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Jamblang
Kabupaten Cirebon Tahun 2020
No. Pemberian ASI Eksklusif F %
1 ASI Eksklusif 47 45,2
2 Tidak ASI Eksklusif 57 54,8
Total 104 100
memberikan ASI eksklusif, namun dukungan baik dari Bidan juga tidak
sepenuhnya dapat mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Hal ini
disebabkan keterampilan konseling yang dimiliki oleh bidan baik dalam
menyampaikan informasi dan edukasi bagi ibu mengenai ASI eksklusif.
Keterampilan (skill) adalah salah satu faktor untuk mencapai kompetensi
bidan dalam memberikan dukungan. Keterampilan konseling yang baik sangat
penting dimiliki oleh seorang Bidan karena hal tersebut dapat menumbuhkan rasa
percaya masyarakat kepada seorang Bidan. Selain itu bidan yang terampil jugaakan
merasa memiliki kemampuan yang baik untuk memberi dukungan (Siti, 2012).
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian (Aisyaroh & Unissula,
2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan bidan dalam
pemberian ASI eksklusif dengan p value < 0,05 sebesar 0,037. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa dukungan bidan merupakan upaya yang dilakukan oleh bidan
untuk membentuk perilaku ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
Sesuai dengan teori dari (Notoatmodjo, 2010), bahwa perilaku dipengaruhi
oleh dukungan tenaga kesehatan karena dengan diberikan dukungan oleh tenaga
kesehatan sebagai kelompok referensi, seseorang akan dapat menentukan perilakau
sehat.
Selain itu, hasil penelitian ini juga selaras dengan teori (Proverawati &
Rahmawati, 2010) yang menyatakan bahwa Ibu menyusui membutuhkan lebih
banyak dukungan dan pertolongan baik ketika mereka memulai maupun
melanjutkan menyusui. Sebagai langkah awal mereka membutuhkan bantuan sejak
kehamilan dan setelah persalinan. Ibu menyusui membutuhkan dukungan
pemberian ASI secara eksklusif baik dari bidan, keluarga juga lingkungan
sekitarnya.
Namun, dukungan bidan tidak sepenuhnya dapat mempengaruhi seorang Ibu
dalam pemberian ASI eksklusif. Meskipun telah mendapat dukungan bidan dalam
pemberian ASI eksklusif terdapat sebagian kecil respondenyang tidak memberikan
ASI eksklusifyaitu sebesar 25,0% (26 responden). Hal ini disebabkan karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhi seperti ASI yang tidak keluar pada waktu
melahirkan sehingga bayi segera diberi susu formula. Kemudian faktor lainnya
yaitu Ibu merasa ASI yang diberikan tidak cukup untuk bayinya sehingga
memberikan makanan tambahan selain ASI sebelum bayi usia 3 bulan. Selain itu
penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif yaitu budaya memberikan madu, air,
dan pisang lumat yang dianggap baik untuk bayi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Persentase Ibu yang mendapatkan dukungan bidan untuk pemberian ASI eksklusif
di wilayah kerja Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon yaitu 54,8% (57 responden).
Persentase Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu 54,8% (57 responden).
Angka tersebut masih belum mencapai target nasional cakupan ASI eksklusif yaitu
80%.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi square nilai p value =
0,038(< 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara dukungan bidan terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon. Dengan nilai koefisien kontingensi positif
sebesar 0,199, yang berarti tingkat keeratan hubungannya adalah sangat rendah.
BIBLIOGRAFI
Aisyaroh, Noveri, & Unissula, Staff Pengajar D. III Kebidanan. (2016). Dukungan
Bidan dalam Pemberian ASI Eksklusif di Desa Sumbersari Kecamatan Ngampel
Kabupaten Kendal.
Ariwati, Valentina Dili, Rosyidi, M. Imron, & Pranowowati, Puji. (2014). Hubungan
Dukungan Bidan tentang Pemberian ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa Kabupaten Semarang.
STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
Astutik, Reni Yuli. (2014). Payudara dan laktasi. Jakarta: Salemba Medika, 47–50.
Indonesia, Bidan dan Dosen Kebidanan. (2018). Kebidanan : Teori dan Asuhan Volume
2. Jakarta: EGC.
Kemenkes, R. I. (2014). Manajemen laktasi: buku panduan bagi bidan dan petugas
kesehataan di puskesmas. Jakarta: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.
Kemenkes, R. I. (2015). Profil kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.
Organization, World Health. (2014). Global nutrition targets 2025: Stunting policy
brief. World Health Organization.
Organization, World Health. (2015). World health statistics 2015. World Health
Organization.
Pediatrics, American Academy of. (2012). Breastfeeding and The Use of Human Milk.
Pediatrics, 3(129), 827–841.
Proverawati, Atikah, & Rahmawati, Eni. (2010). Kapita selekta ASI dan menyusui.
Yogyakarta: Nuha Medika, 9, 13–17.
Siti, Maryam. (2012). Peran Bidan dalam Menyukseskan MDGS. Jakarta. Salemba.