Lompat ke isi

Jeringau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jeringau
Jerangau
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Monokotil
Ordo: Acorales
Famili: Acoraceae
Genus: Acorus
Spesies:
A. calamus
Nama binomial
Acorus calamus

Jerangau, Jaringao, Dringo, atau Dlingo (Acorus calamus) adalah tumbuhan terna yang rimpangnya dijadikan bahan obat-obatan. Tumbuhan ini berbentuk mirip rumput, tetapi tinggi, menyukai tanah basah dengan daun dan rimpang yang beraroma kuat.[2] Diperkirakan, tumbuhan ini asli berasal dari anak benua India dan menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan rempah-rempah. di benua Amerika, jeringau kerap dipertukarkan dengan kerabatnya yang asli dari sana, Acorus americanus.

Dalam bahasa Jawa, tumbuhan ini dikenal sebagai dlingo.

Nama dalam bahasa lain

[sunting | sunting sumber]

Nama Inggris: Sweet Flag, Sweet root. Nama Indonesia: Dringo/ Jerangau. Nama Daerah: Jeurunger (Aceh), Jerango (Gayo), Jarango (Batak), Daringo (Sunda), Dlingo (Jawa), jaranggu (Minangkabau), Kariango ᨀᨑᨗᨕᨂᨚ (Selayar), Ai wahu(Ambon) (Balakumbahan, 2010).[3] Batak: Jarango

Dringo (A. calamus L.) mempunyai rimpang yang berbau wangi. Kulit rimpangnya berwarna coklat muda dengan warna putih di dalamnya. Daunnya tebal dan keras berbentuk seperti pedang. Apabila daunnya dikoyakkan akan menghasilkan bau yang wangi. Jerangau merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri. Tanaman jerangau berkembang biak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh menjadi sulur serta individu tanaman baru (Anonim I, 2006).[3]

Penggunaan

[sunting | sunting sumber]

Dringo (A. calamus L.) adalah salah satu tumbuhan penyusun ramuan anti malaria dan kanker serta termasuk peringkat ke–17 sebagai tumbuhan yang paling banyak digunakan pada semua ramuan di seluruh etnis yang diteliti. Hasil Ristoja 2012 menunjukkan Dringo digunakan oleh 104 etnis di Indonesia untuk mengobati berbagai penyakit selain malaria dan kanker, antara lain demam, sakit perut, kecacingan, perawatan bayi dan pasca melahirkan, serta masuk angin (Wahyono dkk., 2012).[4] Dringo (A. calamus L.) dimanfaatkan sebagai tanaman obat anggota famili Acoraceae. Genus Acorus hanya beranggotakan 2 spesies yaitu A. calamus and A. gramineus (Liao and Hsiao, 1998). Dringo mengandung senyawa kimia monoterpen, seskuiterpen, fenilpropanoid, flavonoid, kuinin dan senyawa α dan β-asaron (Raja et al., 2009; Yende et al., 2008).[4] Kandungan kimia tersebut bervariasi tergantung genotipe dan level ploidi tanamannya. Dringo diploid dilaporkan tidak mengandung β-asaron, sedangkan pada triploid kadar β-asaron sebesar 3–19%. Dringo tetraploid yang berasal dari India, Taiwan dan Indonesia mengandung β-asaron mencapai 96% (McGaw et al., 2002; Bertea et al., 2005).[4]

Pandangan Yahudi

[sunting | sunting sumber]

Dalam bahasa Ibrani, jeringau disebut qaneh besem (בֶּשֶׂם, BESEM, lit. manis; dan קָנֶה, QANEH), yaitu semacam tangkai atau alang-alang yang merupakan tumbuhan aromatik. Jeringau ini biasa digunakan sebagai minyak urapan dalam upacara atau ritual:

  • Penahbisan imam
  • Penahbisan raja (seperti Daud dan Salomo)

Ritual Kaharingan

[sunting | sunting sumber]

Jeringau biasanya digunakan oleh orang Dayak sebagai penghalau kuyang dan pengusir roh-roh jahat. Jeringau juga digunakan sebagai pewarna merah pada ritual Mangkok Merah.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

http://www.sarapanpagi.org/tumbuhan-ganja-di-alkitab-vt4408.html#p24162

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ IUCN Detail 168639
  2. ^ Ramawat, K. G., Ed. (2004). Biotechnology of Medicinal Plants: Vitalizer and Therapeutic Enfield, New Hampshire: Science Publishers, Inc. 5.
  3. ^ a b "21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Jerangau (Acorus calamus) Jerangau merupakan tumbuhan spora air yang banyak dijumpai di k" (PDF). webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-06-11. 
  4. ^ a b c "KERAGAMAN GENETIK DRINGO (Acorus calamus L.) BERDASARKAN INTER–SIMPLE SEQUENCE REPEATS (ISSR)". webcache.googleusercontent.com. Diakses tanggal 2019-06-11.