Satuan Acara Penyuluhan Cardiac Arrest

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Henti Jantung (Cardiac Arrest)


Pokok Bahasan : Mengenal dan mengetahui penanganan henti Jantung
Sub Pokok Bahasan : Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Sasaran : Masyarakat (Pengunjung IGD)
Tempat pembuatan video : Ruang IGD RSUD Sidoarjo
Waktu : 10.00 – 10.30 WIB
Hari, tanggal : Sabtu, 24 April 2021

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan tentang cara mengenal dan mengetahui
penanganan henti Jantung diharapkan masyarakat dapat menegerti dan dapat
mengetahui gejala-gejala henti jantung dan cara penanganannya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang resusitasi jantung paru
masyarakat (pengunjung IGD) dapat:

1. Menyebutkan pengertian cardiac arrest.


2. Menyebutkan penyebab cardiac arrest.
3. Menyebutkan tanda dan gejala cardiac arrest.
4. Menyebutkan pencegahan cardiac arrest.
5. Menyebutkan penatalaksanaan cardiac arrest.
6. Menyebutkan pengertian resusitasi jantung paru (RJP).
7. Menyebutkan tujuan resusitasi jantung paru.
8. Menyebutkan langkah-langkah melakukan RJP.
9. Menyebutkan hal-hal dalam melakukan RJP.
C. MATERI
Terlampir

D. PELAKSANA
Penyaji : Siti Afiyah
E. METODE
1. Ceramah.
2. Tanya jawab

F. MEDIA
1. Materi SAP.
2. Leaflet
3. Laptop (Video visualisasi)

G. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 Menit Pembukaan:
 Memberi salam & memperkenalkan Menjawab salam.
diri.
 Menjelaskan tujuan penyuluhan. Mendengarkan dan
memperhatikan.
2. 15 Pelaksanaan:
Menit  Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak dan
secara berututan dan teratur. mendengarkan.
Materi :
1. Menyebutkan pengertian cardiac Menyimak dan
arrest. mendengarkan.
2. Menyebutkan penyebab cardiac Menyimak dan
arrest. mendengarkan.
3. Menyebutkan tanda dan gejala Menyimak dan
cardiac arrest. mendengarkan.
4. Menyebutkan pencegahan cardiac Menyimak dan
arrest. mendengarkan.
5. Menyebutkan penatalaksanaan Menyimak dan
cardiac arrest. mendengarkan.
6. Menyebutkan pengertian resusitasi
jantung paru (RJP). Menyimak dan
7. Menyebutkan tujuan resusitasi mendengarkan.
jantung paru. Menyimak dan
8. Menyebutkan langkah-langkah mendengarkan.
melakukan RJP. Menyimak dan
9. Menyebutkan hal-hal dalam mendengarkan.
melakukan RJP. Menyimak dan
mendengarkan.
3. 5 Menit Evaluasi :
 Meminta kepada pasien atau Merespon dan menjawab.
keluarga pasien untuk menjelaskan
kembali atau menyebutkan:
1. Menyebutkan pengertian cardiac
arrest.
2. Menyebutkan penyebab cardiac
arrest.
3. Menyebutkan tanda dan gejala
cardiac arrest.
4. Menyebutkan pencegahan
cardiac arrest.
5. Menyebutkan penatalaksanaan
cardiac arrest.
6. Menyebutkan pengertian
resusitasi jantung paru (RJP).
7. Menyebutkan tujuan resusitasi
jantung paru.
8. Menyebutkan langkah-langkah
melakukan RJP.
9. Menyebutkan hal-hal dalam
melakukan RJP.
 Memberikan kesempatan kepada Bertanya dan menjawab
responden untuk bertanya. Pertanyaan.
 Memberikan pujian atas
keberhasilan responden dalam
menjelaskan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan.
4. 5 Menit Penutup:
 Menyimpulkan materi yang telah Mendengarkan dan
disampaikan. memperhatikan.
 Menyampaikan terimakasih atas
perhatian dan waktu yang telah
diberikan kepada peserta.
 Mengucapkan salam. Menjawab Salam.
H. PENGESAHAN

Sidoarjo, 24 April 2021

Sasaran Pemberi Penyuluhan

Masyarakat (Pengunjung IGD) Siti Afiyah

Pembimbing Akademik,

Anik Supriani, S.Kep., Ns., M.Kes


10.02.183
Lampiran (CARDIAC ARREST)

A. Pengertian
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan
mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan
penyakit jantung ataupun tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan,
terjadi dengan sangat cepat begitu gejala dan tanda tampak (American Heart
Association,2010). Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran
darah karena kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi secara efektif,
keadaan tersebut biasa disebabkan oleh penyakit primer dari jantung atau
penyakit sekunder non jantung. Henti jantung adalah bila terjadi henti jantung
primer, oksigen tidak beredar dan oksigen tersisa dalam organ vital akan
habis dalam beberapa detik (Mansjoer & Sudoyo 2010).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa henti jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung
secara mendadak untuk mempertahankan sirkulasi normal darah untuk
memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya akibat kegagalan
jantung untuk berkontraksi secara efektif.

B. Penyebab Cardiac Arrest


Menurut American Heart Association (2010), seseorang dikatakan
mempunyai risiko tinggi untuk terkena cardiac arrest dengan kondisi :
1. Ada jejas di jantung akibat dari serangan jantung terdahulu.
Adanya jejas di jantung karena serangan jantung terdahulu atau oleh
sebab lain; jantung yang terjejas atau mengalami pembesaran karena
sebab tertentu cenderung untuk mengalami aritmia ventrikel yang
mengancam jiwa. Enam bulan pertama setelah seseorang mengalami
serangan jantung adalah periode risiko tinggi untuk terjadinya cardiac
arrest pada pasien dengan penyakit jantung atherosclerotic
2. Penebalan otot jantung (Cardiomyopathy).
Penebalan otot jantung (cardiomyopathy) karena berbagai sebab
(umumnya karena tekanan darah tinggi, kelainan katub jantung) membuat
seseorang cenderung untuk terkena cardiac arrest.
3. Seseorang yang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung.
Seseorang sedang menggunakan obat-obatan untuk jantung; karena
beberapa kondisi tertentu, beberapa obat-obatan untuk jantung (anti
aritmia) justru merangsang timbulnya aritmia ventrikel dan berakibat
cardiac arrest. Kondisi seperti ini disebut proarrythmic effect. Pemakaian
obat-obatan yang bisa mempengaruhi perubahan kadar potasium dan
magnesium dalam darah (misalnya penggunaan diuretik) juga dapat
menyebabkan aritmia yang mengancam jiwa dan cardiac arrest.
4. Kelistrikan jantung yang tidak normal.
Kelistrikan yang tidak normal; beberapa kelistrikan jantung yang tidak
normal seperti Wolff-Parkinson-White-Syndrome dan sindroma
gelombang QT yang memanjang bisa menyebabkan cardiac arrest pada
anak dan dewasa muda.
5. Pembuluh darah yang tidak normal.
Pembuluh darah yang tidak normal, jarang dijumpai (khususnya di arteri
koronari dan aorta) sering menyebabkan kematian mendadak pada dewasa
muda. Pelepasan adrenalin ketika berolah raga atau melakukan aktifitas
fisik yang berat, bisa menjadi pemicu terjadinya cardiac arrest apabila
dijumpai kelainan tadi.
6. Penyalahgunaan obat.
Penyalahgunaan obat; penyalahgunaan obat adalah faktor utama
terjadinya cardiac arrest pada penderita yang sebenarnya tidak
mempunyai kelainan pada organ jantung

C. Tanda dan Gejala Cardiac Arrest


1. Pupil dilatasi (setelah 45 detik).
2. Kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
3. Tak teraba denyut arteri besar (femoralis dan karotis pada orang dewasa
atau brakialis pada bayi)
4. Henti nafas atau mengap-megap (gasping)
5. Terlihat seperti mati (death like appearance)
6. Warna kulit pucat
D. Penatalaksanaan
Resusitasi jantung paru hanya dilakukan pada penderita yang mengalami
henti jantung atau henti nafas dengan hilangnya kesadaran.oleh karena itu
harus selalu dimulai dengan menilai respon penderita, memastikan penderita
tidak bernafas dan tidak ada pulsasi. Pada penatalaksanaan resusitasi jantung
paru harus diketahui antara lain, kapan resusitasi dilakukan dan kapan
resusitasi tidak dilakukan.
1. Resusitasi dilakukan pada :
a. Infark jantung “kecil” yang mengakibatkan “kematian listrik”
b. Serangan Adams-Stokes
c. Hipoksia akut
d. Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan
e. Sengatan listrik
f. Refleks vagal
g. Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain yang masih memberi
peluang untuk hidup.
2. Resusitasi tidak dilakukan pada :
a. Kematian normal, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau
kronik yang berat.
b. Stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan lagi.
c. Bila hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih,
yaitu sesudah ½ – 1 jam terbukti tidak ada nadi pada normotermia
tanpa RJP. Pada penatalaksanaan resusitasi jantung paru penilaian
tahapan BHD sangat penting. Tindakan resusitasi (yaitu posisi,
pembukaan jalan nafas, nafas buatan dan kompresi dada luar)
dilakukan kalau memang betul dibutuhkan. Ini ditentukan penilaian
yang tepat, setiap langkah ABC RJP dimulai dengan : penentuan
tidak ada respons, tidak ada nafas dan tidak ada nadi.
E. Pencegahan Cardiac Arrest
1. Pencegahan Primer
a. Pola makan sehat
b. Olah raga teratur
c. Berhenti merokok
d. Jaga berat badan
e. Tenang
f. Cek up kesehatan teratur
g. Kendalikan factor resiko jantung
2. Pencegahan Sekunder
Bagi yang sudah memiliki CAD (Coronary Artery Disease) (seperti
angina, serangan jantung, angioplasty atau operasi bypass) harus lebih
agresif dengan langkah pencegahan primer, khususnya merokok dan
pengendalian factor resiko. Pada beberapa kasus, penyempitan arteri
jantung kritis harus diobati baik melalui balon atau operasi bedah bypass
arteri jantung, karena pengobatan ini tidak hanya mengatasi gejala angina
tetapi juga memperpanjang hidup pada kasus tertentu. Beberapa obat-
obatan juga terbukti untuk mengurangi progresi CAD dan juga resiko
serangan jantung dan gagal jantung, yang merupakan dua penyebab
paling sering SCD (Sudden Cardiac Death).

F. Pengertian Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan
kembali, dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah
suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi
jantung paru adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi
dan pernafasan untuk dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah
kematian biologis. Resusitasi jantung paru (RJP) atau juga dikenal dengan
cardio pulmonier resusitation (CPR) merupakan gabungan antara pijat
jantung dan pernafasan buatan.
Komplikasi dari teknik ini adalah perdarahan hebat. Jika korban
mengalami perdarahan hebat, maka pelaksanaan RJP akan memperbanyak
darah yang keluar sehingga kemungkinan korban meninggal dunia lebih
besar. Namun, jika korban tidak segera diberi RJP, korban juga akan
meninggal dunia. RJP harus segera dilakukan dalam 4-6 menit setelah
ditemukan telah terjadi hentijantung dan henti napas untuk mencegah
kerusakan sel-sel otak dan lain-lain. Jika penderita ditemukan bernapas
namun tidak sadar maka posisikan dalam keadaan mantap agar jalan napas
tetap bebas dan sekret dapat keluar dengan sendirinya.

G. Tujuan Resusitasi Jantung Paru


1. Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas
(respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang
dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan
untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja
kembali.
2. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).
3. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan
ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami
henti jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation
(CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).

H. Langkah-Langkah Melakukan RJP


1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera
 Melakukan 3A (Aman)
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang anda
memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko infeksi anda juga
dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada
saat melakukan pertolongan. Maka ada beberapa hal yang harus
dilakukan penolong pada korban yaitu :
 Memasikan keamanaan anda
Keamanaan sendiri merupakan prioritas utama ? karena
bagaimana kita dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita
sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal yang ironiis
seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena tidak
memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam bahaya.
 Memastikan keamanan lingkungan
Ingat rumus do no futher harm karena ini meliputi juga
lingkungan sekitar penderita yang belum terkena sedera. Sebagai
contoh ketika terjadi kecelakaan lalu lintas. Ingatlah para penonton
untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya seperti
ledakan/api.
 Memastikan keamanan penderita
Betatapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita
sendiri, karena penderita ini sudah mengalami cedera dari awal.
 Memastikan kesadaran korban
Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika
korban tidak sadarkan diri dan bernafas secara abnormal (terengah-
engah) penolong harus mngasumsikan korban mengalami henti
jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon
dengan cara memanggil korbandengan jelas, lalu menepuk-nepuk
korban atau menggoyang-goyangkan korban.

 Meminta pertolongan
Korban tidak merespon maka penolong harus segera
mengaktifkan SPGDT dengan menelpon Ambulans Gawat Darurat
118 Dinas Kesehatan DKI Jakarta, atau ambulans rumah sakit
terdekat. Mengaktifkan SPGDT penolong harus siap dengan
jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang terjadi,
jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan.
Rangkaian tindakan tersebut dapat dilakukan secara
bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari
satu penolong, misalnya penolong pertama memeriksa respon
korban kemudian melanjutkan tindakan BLS sedangkan
penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelpon
ambulans terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis
(AED).

2. Resusitusi Jantung Paru (RJP)


RJP terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan perbandingan
30:2 berarti 30 kali penekanan dada kemudian dilanjutkan dengan
memberikan 2 kali bantuan napas. Bantuan napas diberikan jika penolong
yakin melakukannya. Penekanan dada yang dilakukan dengan prinsip
tekan kuat, tekan cepat mengembang sempurna. Memaksimalkan
efektivitas penekanan dada, korban harus berada ditempat yang
permukaannya datar. Penolong meletakan pangkal telapak tangan ditengah
dada korban dan meletakan tangan yang lain diatas tangan yang pertama
dengan jari-jari saling mengunci dan lengan tetap lurus.

Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalamaan minimal 5cm


(prinsip tekan kuat) dengan minimal 100-120 kali permenit (prinsip tekan
cepat). Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk
mengembang kembali untuk memungkinkan darah terisi terlebih dahulu
pada jantung (prinsip mengembang sempurna). Penolong juga harus
meminimalisasi interupsi saat melakukan penekanan (prinsip interupsi
minimal). Bantuan nafas diberikan setelah membuka jalan napas korban
dengan teknik mengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt-chin
lif).

Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan
telunjuk agar tertutup kemudian diberikan napas buatan sebanyak
dua kali, masing-masing sekitar 1 detik, buang napas seperti biasa
melalui mulut. Bantuan napas diberikan dari muut atau
menggunakan pelindung wajah yang diletakkan diwajah korban.
Lihat dada korban saat memberikan napas buatan, apakah dadanya
mengembang, kemudian tunggu hingga kembali turun memberikan
napas buatan berikutnya.

RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP) dengan


penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat
kejut jantung otomatis (AED) dating dan siap untuk digunakan atau
bantuan dari tenaga kesehatan telah datang.

Evaluasi pada CPR


Evaluasi pada CPR/RJP dilakukan setiap 5 Siklus. (5 x 30 kompresi) + (5
x 2 napas buatan). Evaluasi pada pemberian napas buatan saja dilakukan
setiap 2 menit. Dan setelah pasien berdenyut nadinya dan bernapas posisi
pasien dimiringkan ke arah kiri (posisi recovery).

Tindakan RJP dapat dihentikan apabila :


a. Penderita pulih kembali.
b. Penolong kelelahan.
c. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
b. Jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP.

I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan RJP


1. RJP jangan berhenti lebih dari 5 detik dengan alasan apapun.
2. Tidak perlu memindahkan penderita ke tempat yang lebih baik, kecuali
bila ia sudah stabil.
3. Jangan menekan prosesus xifoideus pada ujung tulang dada, karena dapat
berakibat robeknya hati
4. Diantara tiap kompresi, tangan harus melepas tekanan tetapi melekat
pada sternum, jari-jari jangan menekan iga korban.
5. Hindarkan gerakan yang menyentak. Kompresi harus lembut, teratur dan
tidak terputus
6. Perhatikan komplikasi yang mungkin karena RJP seperti :
a. Patah tulang dada dan tulang iga
b. Bocornya paru-paru (pneumotoraks)
c. Perdarahan dalam paru-paru / rongga dada (hemotoraks)
d. Luka dan memar pada paru-paru
e. Robekan pada hati
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (AHA). 2010. Metabolic risk for cardiovascular


disease edited by Robert H. Eckel. Wiley - Blackwell Publishing.
Doenges Marilynn E .2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman
Untuk   dan Pendokumentasian Perawatan Pasien) Edisi 3. Jakarta:
EGC. 
Emergency  nurse assosiation. 2005. sheehy’s of emergency care. Edisi ke 6.
Philadelphia: mosby Elsevier.
Nettina, Sandra M. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC. 
Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth.  Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC. 
Mackway, Kevin. et al. 2006. Emergency Triage. USA: Blackwell
Publishing.
American Heart Association (AHA). 2011. Metabolic risk for cardiovascular
disease edited by Robert H. Eckel. Wiley - Blackwell Publishing.
Lampiran Evaluasi

1. Evaluasi Struktur.
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan.
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang IGD RSUD
Sidoarjo.
2. Evaluasi Proses.
a) Peserta antusias terhadap pertanyaan yang diajukan oleh pemateri
Pertanyaan :
1. Menyebutkan pengertian cardiac arrest.
2. Menyebutkan penyebab cardiac arrest.
3. Menyebutkan tanda dan gejala cardiac arrest.
4. Menyebutkan pencegahan cardiac arrest.
5. Menyebutkan penatalaksanaan cardiac arrest.
6. Menyebutkan pengertian resusitasi jantung paru (RJP).
7. Menyebutkan tujuan resusitasi jantung paru.
8. Menyebutkan langkah-langkah melakukan RJP.
9. Menyebutkan hal-hal dalam melakukan RJP.

3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan
khusus.
Lampiran Leaflet
Lampiran Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai