The document discusses the importance of a literacy-rich environment for developing students' numeracy skills and character building. It states that a school is one place to foster literacy and numeracy abilities through facilities that support learning. A literacy-rich school environment significantly impacts students' ability to learn and develop literacy and numeracy skills. Some ways to create such an environment include conditioning a literacy-friendly physical space, fostering a social and affective environment of literate communication and interaction, and making the academic environment literate. Fifteen minutes of reading activities like read-alouds before each lesson can help support literacy learning in the school environment.
The document discusses the importance of a literacy-rich environment for developing students' numeracy skills and character building. It states that a school is one place to foster literacy and numeracy abilities through facilities that support learning. A literacy-rich school environment significantly impacts students' ability to learn and develop literacy and numeracy skills. Some ways to create such an environment include conditioning a literacy-friendly physical space, fostering a social and affective environment of literate communication and interaction, and making the academic environment literate. Fifteen minutes of reading activities like read-alouds before each lesson can help support literacy learning in the school environment.
The document discusses the importance of a literacy-rich environment for developing students' numeracy skills and character building. It states that a school is one place to foster literacy and numeracy abilities through facilities that support learning. A literacy-rich school environment significantly impacts students' ability to learn and develop literacy and numeracy skills. Some ways to create such an environment include conditioning a literacy-friendly physical space, fostering a social and affective environment of literate communication and interaction, and making the academic environment literate. Fifteen minutes of reading activities like read-alouds before each lesson can help support literacy learning in the school environment.
The document discusses the importance of a literacy-rich environment for developing students' numeracy skills and character building. It states that a school is one place to foster literacy and numeracy abilities through facilities that support learning. A literacy-rich school environment significantly impacts students' ability to learn and develop literacy and numeracy skills. Some ways to create such an environment include conditioning a literacy-friendly physical space, fostering a social and affective environment of literate communication and interaction, and making the academic environment literate. Fifteen minutes of reading activities like read-alouds before each lesson can help support literacy learning in the school environment.
Intruksi : Bagaimana lingkungan kaya literasi diperlukan untuk mengembangkan kompetensi numerasi dan penumbuhan budi pekerti peserta didik.
Tingkat budaya literasi dan numerisasi masyarakat mempunyai korelasi
terhadap kualitas bangsa. Kebiasaan membaca seseorang akan sangat berpengaruh terhadap wawasan, mental, dan perilaku seseorang. Kebiasaan dapat dibina dan dikembangkan. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk membina dan mengembangkan kemampuan literasi dan numerisasi melalui penyediaan sarana dan prasarana penunjang di dalamnya. Adapun lingkungan sekolah sangat berpengaruh bagi peserta didik dalam mengembangkan kegiatan belajar, terlebih lingkungan sekolah dapat memberikan dukungan dalam penumbuhan kemampuan Literasi dan Numerisasi. Salah satu Langkah untuk menciptakan lingkungan kaya literasi yakni melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Salah satu peningkatan mutu sumber daya manusia ditentukan budaya literasi. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan strategi untuk menciptakan budaya literasi sekolah seperti : • Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi. • Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat. • Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat.
Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan
akademis. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan/atau guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya Pembiasaan untuk mengembangkan GLS adalah pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga sekolah membaca dalam hati (sustained silent reading). Lingkungan sekolah menyediakan perpustakaan sekolah, sudut baca, area baca yang nyaman, sarana yang lain, dan penyediaan koleksi teks cetak, visual, digital yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah. Kegiatan ini dikemas dalam suasana yang menyenangkan tanpa tagihan. Kalau kegiatan ini sudah berjalan dengan baik, baru dilanjutkan tahap kedua, pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi yang berupa pengembangan dengan tagihan sederhana untuk penilaian nonakademik. Tahap ketiga adalah pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi yang berupa pembelajaran dengan adanya tagihan akademik. Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi di atas bertujuan mengembangkan kemampuan memahami teks dan kaitannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif. Hal itu akan menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.