Lompat ke isi

Kaca:Wawacan Jayalalana.djvu/322

Ti Wikipabukon
Ieu kaca geus divalidasi
315
 

sumawona ngapung ngaleungit

Guguruna enggeus tutug, elmu maha resi sisip, enggeus hanteu diwurukan, elmu, elmu lahir, elmu batin, ...... (Kinanti, bait 268-270).


 Artinya:

........ Oleh karena datang ke sini, maksudnya mau menimba ilmu, nantinya "Lalanang jagat", gagah perkasa santri andalan rakyat.

Siang malam tidak ketinggalan, diajari oleh kiai, Den Lalana paham semua ilmu kegagahan, kesaktian, begitu pula terbang menghilang.

Bergurunya sudah selesai, ilmu maha resi sisip, sudah tidak diajari, ilmu lahir dan ilmu batin ......'


 Seseorang bisa berguru kepada siapa saja tanpa menghiraukan usianya, berguru dapat kepada ayah dan ibu, orang-orang di lingkungan keluarga sendiri, orang yang tinggi ilmunya, atau kepada orang yang dianggap ahli dalam bidang keahliannya.

 Seseorang yang telah mengerti makna hidup dan berpengetahuan akan dengan tenang menghadapi permasalahan hidup, ia akan percaya diri dan tidak takut lagi untuk bertindak. Hal ini seperti yang dialami oleh Jayalalana yang berubah ketika ia telah mendapat pengetahuan dari eyang resi seperti yang digambarkan dalam kutipan di bawah ini:


Teu galideru nu lumaku, da dibeulit ku pangarti, ngawadalian kagagahan, kasipuh ku wening galih, teu sieun aya katukang eukeru waktu sisip harti (Kinanti, bait ka 282).

Artinya :

Tidak tergoda yang akan pergi karena dililit oleh pengetahuan, menyimpan kegagahan tersipuh oleh hati, yang bersih, tidak takut seperti dulu, ketika waktu kosong kehabisan pengetahuan.