Pergi ke kandungan

Lobi Israel di Amerika Syarikat

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Lobi Israel atau lobi Zionis terdiri daripada kelompok berperanan ingin memengaruhi dasar luar negeri Amerika Syarikat agar mendukung fahaman Zionisme, keberadaan Israel yang dibenarkan fahaman ini, atau beberapa dasar pemerintahannya termasuk memveto status Palestin dan mengukuhkan status kedaulatan Israel.[1] Lobi ini melibatkan seberapa kelompok sekuler dan religius Kristian Amerika dan Yahudi Amerika.

Kumpulan yang paling terkenal dan wujud dalam dunia lobi Israel adalah American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). AIPAC dan sejumlah kelompok lobi Israel mempengaruhi dasar awam Amerika Syarikat dengan berbagai cara seperti pendidikan, menanggapi kritik terhadap Israel, dan memberikan argumen yang mendukung Israel. Lobi ini dikenal berhasil mendorong para pembuat dasar A.S. untuk mendukung dasar yang didukung pelobi.

Faktor agama

[sunting | sunting sumber]

Zionisme digalang dalam kalangan umat Kristian majoriti penduduk Amerika Syarikat lazim didasarkan kepada pendapat bahawa ketibaan semula orang Yahudi ke kawasan dirangkum dalam Tanah Dijanjikan selaras dengan ramalan dihebahkan dalam kitab Bible sebagai suatu petanda kepada ketibaan kedua Yesus Kristus yang dianggap sebagai kejadian utama mendekati Hari Kiamat.[2][3] Kefahaman ini paling dipegang kuat oleh sesetengah aliran yang rmenekankan pemulihan diri kembali kepada ajaran yang dianggap tulen, sebenar dan selaras dengan apa yang barangkali dialami umat Kristian terawal.

Perkembangan

[sunting | sunting sumber]
Zionis Kristian William Eugene Blackstone.
Ketua Mahkamah Agung Amerika Syarikat Louis Brandeis

Pada tahun 1844, George Bush, profesor bahasa Ibrani di New York University dan berhubungan jauh dengan keluarga politik Bush, menerbitkan sebuah buku berjudul The Valley of Vision; or, The Dry Bones of Israel Revived.[4] Ia mengutuk “penderitaan dan penindasan yang sejak lama mengurai mereka (Yahudi) menjadi debu” dan ingin "menaikkan" bangsa Yahudi "ke tingkat kehormatan di kalangan bangsa-bangsa di Bumi" dengan mengembalikan kaum Yahudi ke tanah Israel.[5] Menurut Bush, hal ini tidak hanya menguntungkan kaum Yahudi, tetapi juga seluruh umat manusia dan membentuk "hubungan komunikasi" antara manusia dan Tuhan.[6] Buku tersebut terjual sebanyak satu juta eksemplar pada masa antebellum.[7] Blackstone Memorial tahun 1891 juga merupakan petisyen restorasionis Kristian penting yang diusahakan oleh William Eugene Blackstone dengan tujuan membujuk Presiden Benjamin Harrison untuk menekan Sultan Kesultanan Uthmaniyah agar menyerahkan Palestin ke kaum Yahudi.[8][9]

Pastor John Hagee, pendiri dan ketua Christians United for Israel saat sidang kebangsaan CUI tahun 2007.

Dimulai tahun 1914, keterlibatan Louis Brandeis dan istilah Zionisme Amerikanya menjadikan Zionisme Yahudi kekuatan penting di Amerika Syarikat untuk pertama kalinya. Di bawah kepemimpinannya, keanggotaan kelompok berlipat ganda sepuluh menjadi 200,000 orang.[10] Selaku ketua American Provisional Executive Committee for General Zionist Affairs, Brandeis mengumpulkan jutaan dolar untuk memulihkan penderitaan orang Yahudi di Eropah dan sejak saat itu "menjadi pusat kewangan gerakan Zionis dunia."[11] Deklarasi Balfour 1917 yang dipelopori Britania turut memajukan gerakan Zionis dan mengakuinya secara rasmi. Kongres Amerika Syarikat mengesahkan resolusi gabungan pertama yang menyatakan mendukung tanah air bangsa Yahudi di Palestin pada tanggal 21 September 1922.[12] Pada hari itu pula Palestin Bermandat disetujui Dewan Liga Bangsa.

Pelobian Zionis di Amerika Syarikat membantu pendirian negara Israel pada 1947-48. Persiapan dan pemungutan suara untuk United Nations Partition Plan for Palestine yang mendahului Deklarasi Kemerdekaan Israel didukung habis-habisan oleh penduduk Yahudi Amerika di Washington.[13] Presiden Truman kemudian mengatakan, "Faktanya gerakan tekanan tersebut tidak hanya melancarkan tindakan di PBB, tetapi juga dalam Rumah Putih. Saya tidak pernah menyangka Rumah Putih akan mendapatkan tekanan dan propaganda sekeras itu. Kegigihan sejumlah ketua Zionis ekstrem yang didorong motif politik dan membuat ancaman politik sangat mengganggu dan membuat saya berasa kesal."[14]

Pada tahun 1950-an American Zionist Committee for Public Affairs dibentuk oleh Isaiah L. "Si" Kenen. Selama masa pemerintahan Eisenhower, persoalan Israel tidak dikedepankan. Permasalahan lain di Timur Tengah dan USSR lebih menonjol dan pendukung Israel di A.S. tidak seaktif dulu. AZCPA menubuhkan jawatankuasa lobi pro-Israel untuk menanggapi khabar angin bahawa pemerintahan Eisenhower akan menyiasat American Zionist Council.[15] AZCPA's Executive Committee decided to change their name from American Zionist Committee for Public Affairs to American Israel Public Affairs Committee.[16]

Hubungan antara Israel dan pemerintah Amerika Syarikat berawal dari dukungan kuat dari rakyat untuk Israel dan sikap pemerintah mengenai keinginan mendirikan negara Yahudi; hubungan antara pemerintah secara formal tetap membeku sehingga 1967.[17] Sebelum 1967, pemerintah "Amerika Syarikat sangat keras terhadap Israel."[18] Sejak 1979, Israel medapatkan porsi bantuan luar negeri paling besar. Bantuan untuk Israel senilai $3 bilion bisa dikatakan sedikit dibandingkan anggaran Amerika Syarikat yang mencapai $3 triliun.[19] AIPAC telah berkembang menjadi "gerakan rakyat dengan 100.000 anggota" dan mengklaim diri sebagai lembaga lobi pro-Israel Amerika Syarikat.[20]

Lobi pro-Israel terdiri dari komponen formal dan informal.

Lobi formal

[sunting | sunting sumber]

Komponen formal dari lobi Israel terdiri dari kelompok pelobi, suruhanjaya tindakan politik (PAC), kumpulan pemikir, dan kelompok pengawas media. Center for Responsive Politics, yang melacak semua lobi dan PAC, memerihalkan latar belakang para pihak pro-Israel tersebut sebagai jaringan jawatankuasa aksi politik tempatan nasional yang diberi nama sesuai daerah tempat asal pendana dan menyumbang sebahagian besar dana pro-Israel di perpolitikan Amerika Syarikat. Dana tambahan juga dialirkan dari orang-orang yang menggabungkan sumbangannya kepada para calon yang disukai PAC. Tujuan para penderma ini adalah membina hubungan yang lebih kuat antara Amerika Syarikat dan Israel serta mendukung Israel dalam rundingan dan konflik bersenjata dengan negara-negara tetangganya.[21]

Menurut Mitchell Bard, ada tiga kelompok lobi formal terbesar di Amerika Syarikat:

Christians United for Israel memberikan setiap gereja Kristian dan Kristian pro-Israel kesempatan untuk mendukung Israel. Menurut pendiri dan pemimpin kelompok ini, Pastor John Hagee, para anggotanya meminta pemerintah berhenti menekan Israel untuk "membelah" Jerusalem dan tanah Israel.[22]

Dalam bukunya tahun 2006, The Restoration of Israel: Christian Zionism in Religion, Literature, and Politics, sejarawan Gerhard Falk menyebut jumlah kelompok Kristian Evangelikalis yang melobi atas nama Israel terlalu banyak sampai mustahil untuk membuat daftarnya, namun banyak di antaranya terhubung melalui National Association of Evangelicals.[25] Ini adalah kelompok lobi agama kuat yang sangat aktif mendukung Israel di Washington.[25]

Menurut penulis Kingdom Coming: The Rise of Christian Nationalism, Michelle Goldberg, penganut Kristian Evangelikal memiliki pengaruh besar terhadap dasar Timur Tengah Amerika Syarikat, bahkan lebih besar daripada organisasi-organisasi terkenal seperti AIPAC.[26]

Menurut Mitchell Bard, kedua kelompok Yahudi ini bertujuan mengirimkan pesan yang terpadu dan representatif kepada para pembuat dasar melalui pengumpulan dan penyaringan pendapat dari kelompok lobi pro-Israel kecil dan masyarakat Yahudi Amerika.[24] Keragaman spektrum pendapat warga Yahudi di Amerika Syarikat dapat ditemui di sejumlah kelompok pro-Israel rasmi. Oleh kerana itu, sejumlah pengamat membahagikan kelompok pelobi Israel menjadi kelompok sayap kanan dan sayap kiri. Keragaman ini semakin ketara setelah Israel mengakui Piagam Oslo yang kelak membelah kaum "universalis liberal" dan "Zionis radikal" (masyarakat ortodoks dan Yahudi sayap kanan).[27] Pembahagian ini mencerminkan perpecahan yang serupa untuk dan menentang proses Oslo di Israel, dan menyebabkan perpecahan yang selari di lobi pro-Israel.[28][29] Pada kempen pilihan raya 2008, Barack Obama secara implisit menyebut adanya perbezaan di dalam organisasi pelobi: "Ada segelintir orang di dalam masyarakat pro-Israel yang mengatakan bahwa 'jika anda tidak menerima pendekatan pro-Likud terhadap Israel, tandanya anda anti-Israel'. Pernyataan semacam itu tidak bisa dijadikan tolak ukur persahabatan kita dengan Israel." Commentary Magazine menulis bahwa, "Kata-kata Obama agak janggal—Likud bukan partai berkuasa di Israel selama lebih dari tiga tahun terakhir—tetapi apa yang hendak disampaikan Obama adalah seorang politikus Amerika Syarikat tidak perlu menyatakan kesetiaannya terhadap idea-idea radikal terkait keamanan Israel agar boleh dianggap sebagai pendukung Israel.”[30]

Pakar dasar luar negeri Amerika Syarikat John Mearsheimer dan Stephen Walt yang mengkhusus dalam penyelidikan kelompok-kelompok Yahudi mengelompokkan American Israel Public Affairs Committee, Washington Institute for Near East Policy, Anti-Defamation League, dan Christians United for Israel ke dalam lingkaran asas lobi Israel.[31] Sejumlah organisasi penting lainnya yang disebut-sebut berupaya menguntungkan Israel, termasuk memengaruhi dasar luar negeri AS, adalah American Jewish Congress, Zionist Organization of America, Israel Policy Forum, American Jewish Committee, Religious Action Center of Reform Judaism, Americans for a Safe Israel, American Friends of Likud, Mercaz-USA, dan Hadassah.[32]

Stephen Zunes, menanggapi Mearsheimer dan Walt, menggolongkan Americans for Peace Now, Tikkun Community, Brit Tzedek v'Shalom, dan Israel Policy Forum sebagai organisasi pro-Israel yang justeru menentang pendudukan, permukiman, dinding pemisah, dan dukungan tanpa syarat Washington untuk dasar Israel, tidak seperti organisasi sayap kanan yang disebutkan Mearsheimer dan Walt[33] Organisasi-organisasi ini bukan komite aksi politik sehingga tidak dibolehkan mendanai kempen politik para calon pejabat negara mengacu pada peraturan pendanaan kempen.

John Mearsheimer dan Stephen Walt dalam buku larisnya yang kontroversial, The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy, menyatakan bahawa suara komponen lobi Israel sayap kanan dipengaruhi oleh para petinggi dua kelompok lobi terbesar di Amerika Syarikat, American Israel Public Affairs Committee dan Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations. Mereka juga menggolongkan Washington Institute for Near East Policy, American Enterprise Institute, dan Hudson Institute sebagai wadah pemikir sayap kanan yang terkait dengan lobi Israel.[1] Mereka juga menulis bahawa kelompok pengawas media Committee for Accuracy in Middle East Reporting in America adalah bagian dari komponen lobi sayap kanan.[1]

Di The Case for Peace, Alan Dershowitz dari Harvard, berpendapat bahwa kelompok pro-Israel yang paling beraliran kanan di Amerika Syarikat sama sekali bukan kelompok Yahudi, melainkan Kristian Evangelis. Dershowitz menulis bahawa Stand for Israel Diarkibkan 2008-04-29 di Wayback Machine, organisasi yang bertujuan memobilisasi dukungan Kristian Evangelikal untuk Israel didirikan oleh mantan pengarah eksekutif Christian Coalition Ralph Reed.[34] Meski alasan kebanyakan kelompok seperti Stand for Israel mirip dengan alasan kelompok asli Yahudi, sebahagian dukungan individu lebih didasarkan pada ayat suci tertentu sehingga lebih rentan dihujani kritik dari warga Israel dan kaum Yahudi Amerika kerana terkandung motif mengejar Kedatangan Kedua atau berusaha berdakwah di tengah umat Yahudi.[34][35]

Pada bulan April 2008, J Street didirikan dan menuntut diri sebagai satu-satunya jawatankuasa aksi politik (PAC) persekutuan yang pro-damai dan pro-Israel. Tujuannya adalah memberikan bantuan politik dan kewangan kepada para calon pejabat negara dari warga Amerika Syarikat yang percaya bahawa hala tuju baru dalam dasar A.S. akan mengutamakan kepentingan A.S. di Timur Tengah dan mempromosikan perdamaian dan keamanan sejati di Israel. Didirikan oleh penasihat Presiden Bill Clinton, Jeremy Ben Ami, dan pengamat dasar Daniel Levy, dibantu oleh sejumlah politikus dan pejabat tinggi Israel, J Street menyokong ahli politik yang memilih penyelesaian diplomatik berbanding penyelesaian ketenteraan, termasuk dengan Iran; pendekatan multilateral terhadap resolusi konflik; dan dialog dengan berbagai pihak.[perlu rujukan]

Lobi informal

[sunting | sunting sumber]

Dukungan untuk Israel sangat kuat di kalangan penganut Kristian Amerika Syarikat dari semua aliran.[36] Dukungan umat Kristian secara informal untuk Israel diwujudkan dalam bentuk program dan berita di Christian Broadcasting Network dan Christian Television Network sehingga bantuan tidak rasmi untuk perayaan Day of Prayer for the Peace of Jerusalem setiap tahun.[25]

Lobi informal juga melibatkan keterlibatan kelompok-kelompok Yahudi. Beberapa pengamat memandang lobi Yahudi atas nama Israel sebagai salah satu contoh lobi berkepentingan etnik atas nama tanah air di Amerika Syarikat.[37] Lobi semacam ini mencapai tahap kejayaannya oleh sebab Israel sangat didukung oleh gerakan Kristian yang jauh lebih besar dan berpengaruh yang memiliki tujuan yang sama.[38] Dalam artikel tahun 2006 di London Review of Books, Profesor John Mearsheimer dan Stephen Walt menulis:

Pada dasarnya, lobi Israel tidak berbeza dengan lobi pertanian, kesatuan pekerja baja atau tekstil, atau lobi etnik lainnya. Tidak ada yang salah dengan usaha Yahudi Amerika dan sekutu Kristiannnya untuk mengubah dasar AS. Aktiviti para pelobi tersebut bukanlah konspirasi seperti yang digambarkan dalam Protokol Tetua Zion. Kebanyakan individu dan kelompok di dalamnya hanya melakukan apa yang dilakukan kelompok-kelompok kepentingan khusus lainnya. Bezanya, mereka melakukannya dengan rapi. Sebaliknya, kelompok kepentingan pro-Arab sampai saat ini masih lemah dan kerana itu pula aktiviti lobi Israel terasa lebih mudah.[39]

Bard mendefinisikan "lobi informal" Yahudi sebagai aksi tidak langsung ketika suara Yahudi dan pendapat umum Amerika Syarikat mempengaruhi dasar Timur Tengah A.S.[24] Bard menjelaskan motivasi lobi informal sebagai berikut:

"Umat Yahudi Amerika mengakui pentingnya dukungan bagi Israel kerana akibat yang mungkin muncul jika terjadi sebaliknya. Meski Israel saat ini sering dianggap sebagai negara terkuat keempat di dunia, tanggapan ancaman terhadap Israel bukanlah kekalahan dari segi ketenteraan, melainkan pemusnahan. Pada saat yang sama, umat Yahudi Amerika khuatir membayangkan nasib mereka di Amerika Syarikat jika mereka tidak punya kekuatan politik."[24]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Mearsheimer, John J. dan Walt, Stephen. The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy, London Review of Books, Volume 28 Number 6, March 22, 2006. Retrieved March 24, 2006.
  2. ^ Sharif, Regina (1983). Non-Jewish Zionism: Its Roots in Western History (translated in Arabic by Ahmad Abdullah Abdul Aziz (1985)). London, UK: Zed Books. ISBN 978-0-86232-151-2. Diarkibkan daripada yang asal pada July 1, 2019. Dicapai pada July 1, 2019. The Zionist idea itself has its organic roots deep within the European imperialist movement. […] England of the seventeenth century was, in Carlyle's own words, an England of 'awful devout Puritanism'. [Note: Thomas Carlyle, Oliver Cromwell's Letters and Speeches (Boston, 1884), 1:32] Puritanism meant the invasion of Hebraism as transmitted through the Old Testament, but distorted by the effort to apply the ethics, laws and manners of the Old Testament Hebrew people, a people that lived in the Middle East more than two thousand years earlier, to post-Renaissance England. [Note: In the words of Matthew Arnold, 'Puritanism was a revival of the Hebraic spirit in reaction to the Hellenic spirit that had animated the immediately preceding period of the Renaissance.' See Matthew Arnold, Culture and Anarchy (London, 1869), chap. 4] […] Palestine had up until then been remembered as the Christian Holy Land, unfortunately lost to Islam. But in seventeenth century England it came to be regarded as the homeland of the Jews, whose return to Palestine was, according to Old Testament prophecies, inevitable for the coming of the Second Advent of Christ. · Samman, Khaldoun (2015). "The Anti-Semitic Gaze and the Making of the New Jew". Clash of Modernities: The Making and Unmaking of the New Jew, Turk, and Arab and the Islamist Challenge. Abingdon, Oxon, New York, NY: Routledge. m/s. 49–92. ISBN 978-1-317-26235-0. Long before the arrival of Theodor Herzl and other prominent Jewish nationalists, as Regina Sharif has so persuasively argued, there had already existed a significant non-Jewish Zionist movement within Europe. […] [W]hen an influential U.S. evangelist named William E. Blackstone learned upon his visit to Palestine in 1889 that Herzl had been considering Uganda and Argentina as possible sites for the Jewish homeland […] [i]mmediately, he sent Herzl a Bible, 'marking every passage which referred to Palestine, with instructions that it alone was to be the site of the Jewish State.'
  3. ^ Weber, Timothy (April 1987), Living in the Shadow of the Second Coming: American Premillennialism, 1875–1982, Texas: Univ of Chicago Press, ISBN 9780226877327
  4. ^ Medved, Michael. "What the Evangelicals Give the Jews." Commentary. May 2012. 2 October 2012.
  5. ^ Valley of vision: or, The dry bones of Israel revived: an attempted proof, from Ezekiel, chap. xxxvii, 1-14, of the restoration and conversion of the Jews, George Bush, 1844 "When the Most High accordingly declares that he will bring the house of Israel into their own land, it does not follow that this will be effected by any miraculous interposition which will be recognized as such....The great work of Christians, in the mean time, is to labor for their conversion. In this they are undoubtedly authorized to look for a considerable measure of success, though it be admitted that the bulk of the nation is not to be converted till after their restoration ; for it is only upon the coming together of bone to his bone that the Spirit of life comes into them, and they stand up an exceeding great army."
  6. ^ Power, Faith, and Fantasy by Michael B. Oren REVIEWED BY HILLEL HALKIN, Commentary, Januare 2007 http://www.commentarymagazine.com/viewarticle.cfm/power--faith--and-fantasy-by-michael-b--oren-10818 Diarkibkan 2009-02-22 di Wayback Machine
  7. ^ Dr. Michael Oren, address before the American Israel Public Affairs Committee Policy Conference 2007, delivered March 11, 2007; quoted in Foxman, The Deadliest Lies, pp. 17-18.
  8. ^ Blackstone Memorial
  9. ^ Paul Charles Merkley, The Politics of Christian Zionism, 1891–1948, 1998, p. 68 ff.
  10. ^ Donald Neff, Fallen Pillars U.S. Policy towards Palestine and Israel since 1945Chapter One: Zionism: Jewish Americans and the State Department, 1897-1945
  11. ^ Louis D. Brandeis and American Zionism
  12. ^ Rubenberg, Cheryl (1986). Israel and the American National Interest: A Critical Examination. University of Illinois Press. m/s. 27. ISBN 978-0-252-06074-8.
  13. ^ Collins, Larry and Dominique Lapierre. O Jerusalem! New York: Simon and Schuster, 1988. p. 27.
  14. ^ George Lenczowski, American Presidents and the Middle East, (1990) p. 28, cite, Harry S. Truman, Memoirs 2, p. 158.
  15. ^ Spiegel, Steven (October 15, 1986). The Other Arab-Israeli Conflict: Making America's Middle East Policy, from Truman to Reagan. University Of Chicago Press. m/s. 52. ISBN 978-0-226-76962-2.
  16. ^ Kenen, Isaiah (1981). Israel's Defense Line: Her Friends and Foes in Washington. Prometheus Books. m/s. 110. ISBN 978-0-87975-159-3.
  17. ^ Abraham Ben-Zvi, Decade of Transition: Eisenhower, Kennedy, and the Origins of the American-Israel Alliance, Columbia University Press, 1998.
  18. ^ George Friedman, The Israel Lobby in U.S. Strategy, September 4, 2007 The Israel Lobby in U.S. Strategy | STRATFOR.
  19. ^ Benhorin, Yitzhak. "Israel still top recipient of US foreign aid." Ynetnews. 2 August 2007. 13 December 2012.
  20. ^ AIPAC Web Site AIPAC - Learn About AIPAC. Retrieved April 18, 2007.
  21. ^ "Pro-Israel: Background | OpenSecrets". Diarkibkan daripada yang asal pada 2008-04-10. Dicapai pada 2020-11-22.
  22. ^ a b "Onward, Christian Zionists", by Jennifer Rubin, August 2, 2010, Vol. 15, No. 43, Weekly Standard.
  23. ^ Evangelicals and Israel: the story of American Christian Zionism, Stephen Spector, Oxford University Press US, 2008, p. 168
  24. ^ a b c d Mitchell Bard The Israeli and Arab Lobbies", Jewish Virtual Library, published 2009. Retrieved October 5, 2009.
  25. ^ a b c The Restoration of Israel: Christian Zionism in Religion, Literature, and Politics, Gerhard Falk, 2006, p. 50. Ralat petik: Tag <ref> tidak sah, nama "Falk" digunakan secara berulang dengan kandungan yang berbeza
  26. ^ Kingdom Coming: The Rise of Christian Nationalism, Michelle Goldberg, Taylor & Francis, 2008, p. 60,
  27. ^ Danny Ben-Moshe, Zohar Segev, Israel, the Diaspora, and Jewish Identity, Sussex Academic Press, 2007, ISBN 978-1-84519-189-4, Chapter 7, The Changing Identity of American Jews, Israel and the Peace Process, by Ofira Seliktar, p126 [1].

    "Prime Minister Yitzak Rabin’s handshake with Yasir Arafat during the 13 September [1993] White House ceremony elicited dramatically opposed reactions among American Jews. To the liberal universalists the accord was highly welcome news. […] However, to the hard-core Zionists --- the Orthodox community and right wing Jews --- the peace treaty amounted to what some dubbed the 'handshake earthquake.' From the perspective of the Orthodox, Oslo was not just an affront to the sanctity of Eretz Yisrael, but also a personal threat to the Orthodox settlers ... in the West Bank and Gaza. For Jewish nationalists … the peace treaty amounted to an appeasement of Palestinian terrorism."

  28. ^ Danny Ben-Moshe, Zohar Segev, Israel, the Diaspora, and Jewish Identity, Sussex Academic Press, 2007, ISBN 978-1-84519-189-4, Chapter 7, The Changing Identity of American Jews, Israel and the Peace Process, by Ofira Seliktar, p126

    "Abandoning any pretense of unity, both segments began to develop separate advocacy and lobbying organizations. The liberal supporters of the Oslo Accord worked … to assure Congress that American Jewry was behind the Accord and defended the efforts of the [Clinton] administration to help the fledgling Palestinian authority (PA) including promises of financial aid. … Working on the other side of the fence, a host of Orthodox groups, … launched a major public opinion campaign against Oslo. … Hard-core Zionists also criticized, often in harsh language, [the Labor government] architect[s] of the peace accord.

  29. ^ Middle East Review of International Affairs, Journal, Volume 6, No. 1 - March 2002, Scott Lasensky, Underwriting Peace in the Middle East: U.S. Foreign Policy and the Limits of Economic Inducements

    "Not only was the Israeli electorate divided on the Oslo accords, but so, too, was the American Jewish community, particularly ... among the major New York and Washington-based public interest groups. U.S. Jews opposed to Oslo teamed up with Israelis "who brought their domestic issues to Washington" and together they pursued a campaign that focused most of its attention on Congress and the aid program. ... The Administration, the Rabin-Peres government, and some American Jewish groups teamed on one side while Israeli opposition groups and anti-Oslo American Jewish organizations pulled Congress in the other direction.

  30. ^ "Jews and the 2008 Election". Diarkibkan daripada yang asal pada 2009-10-07. Dicapai pada 2020-11-22.
  31. ^ Mearsheimer and Walt (2007), p113
  32. ^ Mearsheimer and Walt (2007), p116
  33. ^ Stephen Zunes, The Israel Lobby: How Powerful is it Really? Diarkibkan 2006-05-16 di Wayback Machine, Foreign Policy in Focus, May 16, 2006. Retrieved August 27, 2006.
  34. ^ a b Dershowitz, Alan. The Case For Peace: How the Arab-Israeli Conflict Can Be Resolved. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc., 2005.
  35. ^ Berger, Matthew E. "Motives Questioned as Christians Rally for Israel." Diarkibkan 2006-12-01 di Wayback Machine United Jewish Communities. 3 December 2006
  36. ^ Faith and Foreign Polich: A View from the Pews, James L. Guth; John C. Green; Lyman A. Kellstedt; Corwin E. Smidt, The Brandywine Review of Faith & International Affairs, 1543-5725, Volume 3, Issue 2, 2005, Pages 3 – 10.
  37. ^ Ambrosio, Thomas, Ethnic identity groups and U.S. foreign policy, Praeger Publishers, 2002.
  38. ^ Gertrude Himmelfarb, American Jewry, Pre=- and Post-9/11, p. 118, in Religion as a public good: Jews and other Americans on religion in the public square, ed. Alan Mittleman, Rowman & Littlefield, 2003
  39. ^ http://www.lrb.co.uk/v28/n06/mear01_.html

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]

Pautan luar

[sunting | sunting sumber]