Tarkul
Tarkul atau terakul, terakol, dan terkul adalah salah satu senjata yang digunakan di Nusantara. Tarkul pada awalnya menggunakan teknologi wheel lock (kancing roda) yang mana kemajuan teknologi ini memungkinkan ia membakar bubuk mesiu secara otomatis tanpa membutuhkan fuze.[1]
Istilah ini dapat mengacu pada blunderbuss (pemuras) dalam bentuk pistol, tetapi juga dapat merujuk pada senapan flintlock. Tarkul nampaknya lebih disukai oleh kavaleri karena ukurannya.[2][3] Mereka menggunakan mekanisme flintlock, dan mungkin berasal dari senapan flintlock Belanda yang masuk ke daerah tersebut pada abad ke-17.[4] Tetapi, kemungkinan senjata ini baru populer di prajurit Nusantara pada masa belakangan — terakul baru dicatat dalam Tuhfat al-Nafis dari tahun 1860-an.[2][5] Naskah tersebut menyebutkan bahwa pasukan Bugis dengan baju rantai dan bersenjatakan terakul pemburas mengalahkan pasukan Raja Kechil yang bersenjatakan meriam dan pedang pada tahun 1721 M.[6]
Dalam budaya populer
[sunting | sunting sumber]Dalam novel Sengsara Membawa Nikmat (1929), tarkul merupakan senjata yang digunakan oleh tokoh Tuanku Laras, seorang pemimpin daerah.
Ketika ia mendengar bunyi tongtong itu ia terkejut lalu bangun. Tuanku Laras amat heran mendengar bunyi tongtong, karena sudah hampir 5 tahun sampai waktu itu, belum pernah ada bahaya yang terjadi dikampung itu. Maka iapun segera memakai baju malam, diambilnya terkul. Ia terjun ke halaman, diiringkan oleh dua orang dubalang.
— Tulis Sutan Sati (1972) "Sengsara Membawa Nikmat" Jakarta : PN Balai Pustaka. hal 65
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Hassan, Muhammad Saufi (4 Desember 2016). "Istinggar Senjata Api Hebat Orang Melayu Dahulu". Metro Ahad. hlm. 39.
- ^ a b Ismail, Norain B.T. (2012). Peperangan dalam Historiografi Johor: Kajian Terhadap Tuhfat Al-Nafis. Kuala Lumpur: Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya.
- ^ Wan Hasbullah, Wan Mohd Dasuki (4 April 2019). Istinggar dalam Manuskrip Melayu: Tradisi Ilmu dan Teknologi Minangkabau. Pusat Dagangan Dunia Putra (PWTC), Kuala Lumpur. A workshop paper in Wacana Manuskrip Melayu Siri 1 (2019).
- ^ Wan Hasbullah, Wan Mohd Dasuki (2014). "Manuskrip Ilmu Bedil Sebagai Sumber EtnosejarahTeknologi Senjata Api Melayu". Kemanusiaan. 21 (1): 53–71.
- ^ Lihat informasi tentang Tuhfat al-Nafis di Malay Concordance Project.
- ^ Winstedt, R. O. (1932). "A Malay History of Riau and Johore". Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society. 10 (2).