Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦩꦼꦤꦫꦏꦸꦢꦸꦱ꧀ مسجد منارة قدوس | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Islam – Sunni Nahdlatul Ulama |
Provinsi | Jawa Tengah |
Lokasi | |
Lokasi | Kudus |
Negara | Indonesia |
Arsitektur | |
Tipe | masjid |
Gaya arsitektur | tajug (bangunan asli) |
Rampung | 23 Agustus 1549 |
Spesifikasi | |
Kapasitas | 2 000 orang |
Menara | 1 |
Tinggi menara | 18 m |
Masjid Menara Kudus (nama resmi: Masjid Al-Aqsa Manarat Qudus; ID masjid: 01.5.14.19.02.000001[1] bahasa Jawa: Hanacaraka: ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀ꦩꦼꦤꦫꦏꦸꦢꦸꦱ꧀ Pegon dan Arab standar: مسجد منارة قدوس) adalah masjid kuno yang dibangun oleh Sunan Kudus sejak tahun 1549 Masehi (956 Hijriah). Lokasi saat ini berada di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ada keunikan dari masjid ini karena memiliki menara yang serupa bangunan candi serta pola arsitektur yang memadukan konsep budaya Islam dengan budaya Hindu-Buddhis sehingga menunjukkan terjadinya proses akulturasi dalam pengislaman Jawa.
Sehari-hari, peziarah berkunjung ke masjid ini untuk beribadah sekaligus ziarah ke makam Sunan Kudus yang terletak di sisi barat kompleks masjid. Selain itu, masjid ini menjadi pusat keramaian pada Festival Dhandhangan yang diadakan warga Kudus untuk menyambut bulan suci Ramadan.[2]
Riwayat
[sunting | sunting sumber]Berdirinya Masjid Menara Kudus tidak terlepas dari peran Sunan Kudus sebagai penggagas dan pendiri. Sebagaimana Walisongo yang lainnya, Sunan Kudus menggunakan pendekatan kultural (budaya) dalam berdakwah. Ia mengadaptasi dan melakukan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dalam pengaruh agama Hindu dan Buddha. Akulturasi budaya Hindu dan Budha dalam dakwah Islam yang dilakukan Sunan Kudus terlihat jelas pada arsitektur dan konsep bangunan Masjid Menara Kudus.
Masjid ini mulai didirikan pada tanggal 19 Rajab 956 Hijriyah atau 23 Agustus 1549 M. Hal ini didasarkan pada inskripsi berbahasa Arab yang tertulis pada prasasti batu berukuran lebar 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid.[3] Peletakan batu pertama menggunakan batu dari Baitul Maqdis di Palestina, oleh karena itu masjid ini kemudian dinamakan Masjid Al Aqsha.
Arsitektur
[sunting | sunting sumber]Masjid
[sunting | sunting sumber]Masjid Menara Kudus ini memiliki lima pintu sebelah kanan, dan lima pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besar terdiri dari 5 buah, dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayu jati ada 8 buah. Namun masjid ini tidak sesuai aslinya, lebih besar daripada semula karena pada tahun 1918-an telah direnovasi[butuh rujukan]. Di dalamnya terdapat kolam masjid, kolam yang merupakan padasan tersebut merupakan peninggalan kuno dan dijadikan sebagai tempat wudhu. Di dalam masjid terdapat dua bendera, yang terletak di kanan dan kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat gapura paduraksa, yang biasa disebut oleh penduduk sebagai "Lawang Kembar". Di komplek masjid juga terdapat pancuran untuk wudhu yang berjumlah delapan buah. Di atas pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Buddha, yakni ‘Delapan Jalan Kebenaran’ atau Asta Sanghika Marga.
=== Menara Menara Kudus memiliki ketinggian 18 meter dengan bagian dasar berukuran 10 x 10 m. Di sekeliling bangunan dihias dengan piring-piring bergambar yang kesemuanya berjumlah 32 buah. Dua puluh buah di antaranya berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon kurma. Sementara itu, 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan kembang. Di dalam menara terdapat tangga yang terbuat dari kayu jati yang mungkin dibuat pada tahun 1895 M. Bangunan dan hiasannya jelas menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunan Menara Kudus itu terdiri dari 3 bagian: (1) kaki, (2) badan, dan (3) puncak bangunan. Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).[4]
Kaki dan badan menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilihat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkonstruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug.
Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada puncak atap tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitektur Jawa-Hindu.
Galeri Masjid Menara Kudus
[sunting | sunting sumber]-
Menara Kudus tempo dulu
-
Menara Kudus tempo dulu, kurun 1913-1918.
-
Menara Kudus tempo dulu
-
Menara Kudus tempo dulu
-
Masjid dan Menara Kudus
-
Gerbang paduraksa
-
Makam
-
Menara Kudus
-
Ilustrasi Menara Kudus yang dijadikan tampilan wadah korek api kayu.
-
Sisi Utara Depan Masjid Kudus Di Kab.Kudus Jateng Indonesia
-
Tempat Wudhu Di Masjid Menara Kudus
Catatan Kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Profil masjid Menara Kudus di SIMAS Kementerian Agama RI
- ^ Yulianingsih, T.M. (2010). Jelajah Wisata Nusantara: Berbagai Pilihan Tujuan Wisata di 33 Propinsi. Yogyakarta: MedPress. hlm. 196.
- ^ "Pesona Masjid Menara Kudus". 22 Juni 2012.
- ^ "Wisata Masjid Kudus". 22 Juni 2012.