Lompat ke isi

Majelis Kuria

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Majelis Kuria (Bahasa Latin: Comitia Curiata) adalah salah satu lembaga politik tertua dalam sejarah Romawi Kuno, yang berperan penting dalam proses legislatif, pemilihan, dan fungsi sakral pada masa awal Republik Romawi. Dibentuk pada masa monarki Romawi, Majelis Kuria tetap berfungsi dalam beberapa kapasitas meskipun kekuasaannya menurun seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga lain seperti Majelis Centuria dan Majelis Suku.

Sejarah dan Perkembangan

[sunting | sunting sumber]

Majelis Kuria diyakini didirikan oleh Raja Romulus, pendiri legendaris Roma, sebagai bagian dari struktur awal masyarakat Romawi. Masyarakat Romawi pada saat itu dibagi menjadi tiga suku utama: Ramnes, Tities, dan Lukeres. Setiap suku dibagi menjadi 10 kuria, sehingga terdapat total 30 kuria. Majelis Kuria merupakan pertemuan dari para kepala keluarga (pater familias) yang mewakili masing-masing kuria.

Pada masa monarki, Majelis Kuria memiliki kekuasaan yang signifikan, termasuk hak untuk memilih raja (rex), memberikan sanksi hukum terhadap tindakan tertentu, dan melaksanakan fungsi-fungsi keagamaan. Namun, dengan berdirinya Republik Romawi pada 509 SM, peran Majelis Kuria mulai mengalami penurunan.

Struktur dan Fungsi

[sunting | sunting sumber]

Majelis Kuria terdiri dari 30 kuria, masing-masing mewakili kelompok sosial dan agama dalam masyarakat Romawi. Setiap kuria terdiri dari sejumlah keluarga (gentes) yang memiliki hubungan darah atau kekerabatan. Para anggota Majelis Kuria adalah para pater familias, yang merupakan kepala dari masing-masing keluarga.

Fungsi utama Majelis Kuria mencakup:

  1. Pemilihan Raja (Rex): Pada masa monarki, Majelis Kuria berperan dalam pemilihan dan pengesahan raja yang baru, yang kemudian akan disahkan oleh Senat Romawi.
  2. Legitimasi dan Pengesahan Hukum: Meskipun kekuasaannya dalam pembuatan undang-undang menurun, Majelis Kuria tetap berperan dalam mengesahkan hukum-hukum tertentu, khususnya yang berkaitan dengan agama dan keluarga.
  3. Pengesahan Testamentum: Majelis Kuria memiliki wewenang untuk mengesahkan wasiat dan transfer harta melalui ritus keagamaan yang disebut lex curiata.
  4. Adrogatio: Majelis Kuria berperan dalam proses adrogatio, di mana seorang pria dewasa tanpa keturunan diizinkan untuk mengadopsi anak laki-laki yang dewasa, sehingga menjamin kesinambungan nama keluarga dan kepemilikan properti.
  5. Konfirmasi Auspicium: Pada awal masa Republik, Majelis Kuria memiliki tugas untuk mengesahkan auspicium (hak untuk memimpin ritual keagamaan dan interpretasi tanda-tanda dari para dewa) kepada magistrat yang baru terpilih.

Peran dalam Republik Romawi

[sunting | sunting sumber]

Dengan berdirinya Republik Romawi dan perkembangan lembaga-lembaga politik lainnya, seperti Majelis Centuria dan Majelis Suku, peran Majelis Kuria semakin menurun. Banyak dari fungsi legislatif dan pemilihan yang sebelumnya dipegang oleh Majelis Kuria dialihkan ke lembaga-lembaga baru ini, yang lebih mencerminkan struktur masyarakat Romawi yang semakin kompleks.

Meskipun demikian, Majelis Kuria masih memegang beberapa fungsi sakral dan seremonial sepanjang masa Republik, terutama yang berkaitan dengan urusan agama dan hukum keluarga. Selain itu, Majelis Kuria menjadi tempat pengesahan formalisme hukum tertentu, seperti lex curiata de imperio, yaitu undang-undang yang memberikan imperium (kekuasaan militer dan sipil tertinggi) kepada magistrat.

Kemunduran dan Transformasi

[sunting | sunting sumber]

Pada akhir Republik Romawi, fungsi-fungsi Majelis Kuria sebagian besar telah tergantikan oleh lembaga-lembaga lain. Majelis Kuria pada akhirnya kehilangan signifikansinya sebagai badan politik dan lebih menjadi lembaga formalitas yang melaksanakan ritus-ritus tertentu. Selama era Kekaisaran Romawi, Majelis Kuria sebagian besar menjadi lembaga simbolis, dan perannya dalam pemerintahan Romawi menjadi sangat terbatas.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Cary, M., & Scullard, H. H. (1975). A History of Rome: Down to the Reign of Constantine. Macmillan.
  2. Livy. Ab Urbe Condita. Buku I.
  3. Forsythe, G. (2005). A Critical History of Early Rome: From Prehistory to the First Punic War. University of California Press.