Kesultanan Limboto
Kesultanan Limboto ليموت Pohala'a Limutu Kerajaan Limboto | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1330–1863 | |||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Gorontalo | ||||||||
Agama | Sunni Islam | ||||||||
Pemerintahan | Monarki Konstitusional | ||||||||
Raja/Sultan | |||||||||
• 1330 - 1340 | Olongia Mainua (Raja Mainua) | ||||||||
• 1340 - 1360 | Olongia Tolangohula (Ratu Tolangohula) bergelar "Mbu'i Bungale" | ||||||||
• 1671 - 1673 | Sultan Ilato bergelar "Ju Panggola" | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Didirikan | 1330 | ||||||||
• Wilayah Jajahan Hindia Belanda | 1863 | ||||||||
| |||||||||
Kesultanan Limboto yang mulanya disebut juga sebagai Kerajaan Limboto (Bahasa Gorontalo: Pohala'a Limutu) merupakan salah satu Kerajaan tertua di Semenanjung Utara Pulau Sulawesi, Indonesia.[1]
Kesultanan Limutu merupakan Kesultanan kembar dengan Kesultanan Gorontalo yang terikat dalam perjanjian perserikatan dua Kesultanan bersaudara yang berbagi pengaruh hingga ke seantero Kawasan Teluk Tomini dan semenanjung utara Sulawesi.
Pada awalnya, Kerajaan Limboto terbentuk terlebih dahulu dibandingkan Kesultanan Gorontalo, yaitu pada tahun 1330.[2] Luas wilayah Kesultanan Limboto meliputi tengah semenanjung Gorontalo hingga ke bagian utara (kini bagian dari Kabupaten Gorontalo Utara).[3]
Kesultanan Limboto bersama dengan Kesultanan Gorontalo turut menjadi pusat penyebaran islam dan perdagangan yang paling disegani dan berpengaruh.[4]
Ibukota Kesultanan
[sunting | sunting sumber]Dalam catatan hikayat leluhur Gorontalo, ibukota Kesultanan Limboto awalnya berada di Tomilito, kemudian berpindah ke Bongo. Terakhir, ibukota Kesultanan berpindah ke wilayah Hunggaluwa (kini bagian dari Kabupaten Gorontalo).[5]
Berpindah-pindahnya lokasi ibukota Kesultanan ini biasanya mengikuti domisili Sultan atau Raja yang terpilih. Reruntuhan Istana Kesultanan Limboto sendiri dipastikan telah hancur karena kondisi alam atau ditinggalkan saat penjajah Belanda datang ke tanah Gorontalo. Saat ini, replika Istana Kesultanan Limboto dapat dijumpai di pusat Kota Limboto yang dikenal dengan nama Bantayo Po Boide.[6]
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Terbentuknya Kerajaan Limboto
[sunting | sunting sumber]Menurut hikayat leluhur terdahulu, wilayah Limutu (kini Limboto) diduduki oleh lima suku bangsa atau Linula (Kerajaan Kecil) yang masing-masing mempunyai Olongia atau Raja sendiri-sendiri. Pohala'a yang telah bermukim di Limutu saat itu adalah:[7]
- Lumohedaa dengan Raja Mainua
- Dunggala dengan Raja Jilobua
- Tomilito dengan Raja Hemuto
- Hungayo dengan Raja Wonggodu
- Dunito dengan Raja Talango atau Tilango
Kerajaan-Kerajaan kecil atau Pohala'a inilah yang kemudian membentuk Kerajaan Limutu pada tahun 1330 dengan Raja pertamanya bernama Mainua.[8]
Kemudian pada masa pemerintahan Olongiya Tolangohula, Linula atau Kerajaan Kecil tersebut kemudian bertambah yang kemudian bersatu dan semakin memperkokoh terbentuknya Kerajaan Limboto. Adapun Linula yang bergabung menjadi:
- Kelompok Buleme Olowala, bertugas sebagai kelompok linula keamanan kerajaan
- Linula Lumohedaa
- Linula Dunggala
- Linula Hungayo
- Linula Dunito
- Linula Botu
- Linula Yipilo
- Kelompok Buleme Oloyihi, bertugas sebagai kelompok linula legislatif yang dapat mengangkat dan memberhentikan olongia
- Linula Tomilito
- Linula Tunggulo (Huntu Lo Tiopo)
- Linula Loloato
- Linula Timbu'u
- Linula Lupoyo
Daftar Olongia (Raja) dan Tulutani (Sultan)
[sunting | sunting sumber]No | Olongia | Tahun | Keterangan |
---|---|---|---|
1 | Mainua | 1330 – 1340 | |
2 | Tolangohula / Mbu'i Bungale | 1340 – 1360 | |
3 | Jilonggowa | 1360 – 1380 | |
4 | Hulado | 1380 – 1390 | |
5 | Nggealo | 1390 – 1410 | |
6 | Tobuto | 1410 – 1420 | |
7 | Datau Tapu | 1420 – 1430 | |
8 | Mitu 1 | 1430 – 1450 | |
9 | Moito | 1450 – 1460 | |
10 | Puluhulawa | 1460 – 1470 | |
11 | Moliye 1 | 1470 – 1490 | |
12 | Polamolo | 1490 –1525 | |
13 | Pilohibuta 1 | 1525 – 1540 |
Olongiya to Tilayo
No | Olongia/Tulutani | Tahun |
---|---|---|
1 | Datau | 1536 – 1539 |
2 | Bia / Bea | 1539 – 1551 |
3 | Moliye 2 | 1551 – 1562 |
4 | Humonggiluda'a | 1562 – 1564 |
5 | Detubia | 1564 – 1566 |
6 | Mitu 2 | 1566 – 1636 |
7 | Delilauwo | 1636 – 1660 |
8 | Ntihedu | 1660 – 1671 |
9 | Ilato / Ju Panggola | 1671 – 1673 |
10 | Humonggilu 2 | 1673 – 1700 |
11 | Tintito | 1700 – 1738 |
12 | Talibana | 1738 – 1750 |
13 | Biauddin | 1750 – 1777 |
14 | Laiya | 1777 – 1782 |
15 | Tilahunga | 1782 – 1790 |
16 | Tapu | 1790 – 1800 |
17 | Humonggilu 3 | 1800 – 1809 |
18 | Naki | 1809 – 1812 |
19 | Pakaya | 1812 – 1818 |
20 | Abdurrahman | 1818 – 1826 |
21 | Muhammad Iskandar Monoarfa | 1826 – 1828 |
22 | Abdurrahman | 1828 – 1831 |
23 | Muhammad Arsyad | 1831 – 1835 |
24 | Iskandar Muhammad Katili | 1835 – 1836 |
25 | Mopangga | 1836 – 1846 |
26 | Abdurrahman | 1846 – 1855 |
Rujukan Buku dan Karya Ilmiah
[sunting | sunting sumber]- Daulima, Farha. "Terbentuknya Kerajaan Limboto, Gorontalo." Forum Sura Perempuan, LSM Mbu'i Bungale, 2006.
- Bagtayan, Z.A., 2021. Cerita Rakyat Gorontalo Janjia Lo U Duluwo. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya, 7(4), pp.331-338.
- Adiatmono, F., 2014. Weeskamer.
- Bakung, D.A., 2020. Pemetaan Sosio Yuridis Kewarisan pada Masyarakat Adat” Ulipu Lo Tomilito To Uwanengo” di Daerah Gorontalo. Al Ahkam, 16(2), pp.75-91.
- Yustini, A.S., Baruadi, M.K. and Muslimin, M., 2022. SEJARAH, UNSUR KEBUDAYAAN, DAN NILAI PENDIDIKAN CERITA RAKYAT GORONTALO JANJIA LO U DULUWO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Reduplikasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, 2(1), pp.92-106.
- Hunowu, M., 2020. Linula Molalahu: Sejarah, Tradisi dan Kearifan. Insan Cendekia Mandiri.
- Muhammad, A., Baruadi, M.K., Fatsah, H. and Djou, D.N., 2023. Makna Simbolik Istilah Konstruksi Bangunan Adat Bantayo Poboide Gorontalo. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 9(1), pp.355-372.
- Samsuni, S., 2009. Asal mulai danau limboto. Cerita Rakyat Nusantara.
- Idji, B., 2016. Analisis Letak Lokasi dan Bentuk Benteng Otanaha Gorontalo. PROSIDING, 10(681).
- Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo, B.P.C., 2021. Rempah-Rempah Bandar Gorontalo Abad XVI-XVIII.
- Eka, R. and Imran, M., 2022. Makna Filosofis Rumah Adat Gorontalo (Dulohupa Dan Bantayo Pobo’ide). RADIAL: Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi, 10(1), pp.95-105.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Bagtayan, Z.A (2021). "Cerita Rakyat Gorontalo Janjia Lo U Duluwo". 7. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Budaya: 331-338. ISSN 2656-940X. Diakses tanggal 2023-07-07.
- ^ Daulima, F., 2006. Terbentuknya Kerajaan Limboto Gorontalo: Bahan Pembelajaran Muatan Lokal. Gorontalo: Forum Suara Perempuan LSM Mbu’I Bungale.
- ^ BILONTALO, R.A., 2015. TOLITIHU Makna Dan Simbol dalam" Aadati lo Limutu"(Upacara Adat Limboto). Skripsi, 1(231411093).
- ^ Samsudin, F.Y., Musadad, A.A. and Pelu, M., 2022. ISLAMISASI DAN PENINGGALANNYA DI GORONTALO. Penerbit Lakeisha.
- ^ Saptaningrum, I., Anwar, H., Sari, V.S. and Handoko, W., 2021. Benteng Kota Mas di Gorontalo Utara dalam Jaringan Perniagaan di Wilayah Perairan Sulawesi Abad 17-19 M. Tumotowa, 4(1), pp.33-44.
- ^ Eka, R., 2022. PENGEMBANGAN RUMAH ADAT BANTAYO POBO’IDE DI KABUPATEN GORONTALO. RADIAL: Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa dan Teknologi, 10(2), pp.192-201.
- ^ Wantogia, H.D. and Wantogia, H.J., 1980. Sejarah Gorontalo: Asal-usul dan Terbentunya Kerajaan Suwawa, Limboto dan Gorontalo.
- ^ Yunginger 2007, hlm. [halaman dibutuhkan].
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Yunginger, Ester (2007). Cerita Rakyat Gorontalo. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 9789796856497.