Lompat ke isi

Hereditas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hereditas atau pewarisan adalah pewarisan ciri fenotipe dari induk kepada keturunannya, baik melalui reproduksi seksual ataupun reproduksi aseksual, sehingga keturunan berupa sel maupun organisme tersebut memperoleh informasi genetik dari induknya. Dampak dari penurunan sifat yaitu mulai dari warna kulit, tinggi badan, warna rambut, bentuk hidung, sampai “penyakit warisan”. Hereditas ini dibawa oleh oleh gen yang terdapat dalam DNA masing-masing sel makhluk hidup yang tersusun atas puluhan sampai trilyunan sel dengan massa DNA yang saling mengkait .[1]

Konsep kuno Hereditas

[sunting | sunting sumber]

Filsuf Yunani mempunyai bermacam-macam ide tentang hereditas. Theophrastus mengajukan bahwa bunga jantan membuat bunga betina menjadi matang, Hiprokrates menduga bahwa "benih" diproduksi oleh berbagai anggota tubuh dan di wariskan pada saat pembuahan, Aristoteles bahwa semen pejantan dan betina becampur pada saat pembuahan, sedangkan Aeskhylus, pada tahun 458 SM mengajukan ide bahwa sang pejantan adalah orang tua yang sebenarnya dan betina adalah "perawat dari bayi yang disemai di dalamnya".

Bermacam-macam mekanisme hereditas di ajukan tanpa diuji atau dikuantifikasi dengan layak. Mekanisme ini diantaranya pewarisan campuran, dan pewarisan sifat dapatan. Namun, hewan dan tanaman domestik dapat dikembangkan melalui seleksi artifisial. Pewarisan sifat dapatan juga membentuk bagian dari ide evolusi Lamarck

Pada abad kedelapan belas, ahli mikroskop Antoine van Leeuwenhoek (1632-1723) menemukan "binatang kecil" di dalam sperma manusia dan hewan lainnya. Penemuan ini menjadi dasar dari teori "spermis" yang menyatakan bahwa dalam sebuah sperma terdapat "orang kecil" (homunculius) dan satu-satunya sumbangan yang dilakukan oleh pihak wanita adalah kandungan yang di dalamnya homonculus tumbuh dan berkembang. Teori lainnya yang bertentangan, "ovis" menduga bahwa wanitalah yang menyimpan manusia kecil di dalam ovum.

Pangenesis adalah sebuah ide yang menyatakan bahwa pria dan wanita membentuk sebuah "pangen" di dalam setiap organ. Pangen ini kemudian berjalan melalui darah ke alat kelamin kemudian ke dalam bakap anak. Konsep ini bermula pada zaman yunani kuno dan memengaruhi ilmu hayat sampai sekitar seratus tahun yang lalu. Istilah "hubungan darah", "darah murni", dan "darah bangsawan" adalah sisa-sisa dari teori Pangenesis. Pada dasawarsa 1870 Francis Galton, sepupu dari Charles Darwin melakukan percobaan yang menyangkal Pangenesis.

Charles Darwin: Teori Evolusi

[sunting | sunting sumber]

Charles Darwin mengajukan teori evolusi pada tahun 1859 dan salah satu masalah utamanya adalah kurangnya mekanisme dasar untuk hereditas. Darwin percaya akan pewarisan dampiran dan pewarisan sifat dapatan. Pewarisan campuran akan menghasilkan keseragaman di antara populasi hanya dalam beberapa generasi sehingga akan menghilangkan variasi dari sebuah populasi yang kepadanya seleksi alam dapat berlaku.[2] Hal ini membuat Darwin mengadopsi ide Lamarck pada makalahnya yang setelah The Origin of species dan makalah biologi selanjutnya.[3] Pendekatan utama Darwin untuk hereditas adalah untuk mengaris bawahi bagaimana pewarisan itu dapat bekerja.

Model awal Darwin akan konsep hereditas diadopsi oleh saudaranya Francis Galton dan kemudian dimodifikasi olehnya untuk membuat sebuah kerangka kerja akan teori biometrik. Galton menolak aspek dari pangenesis darwin yang bertumpu pada sifat dapatan.[4]

Pewarisan sifat dapatan terbukti kesalahannya pada dasawarsa 1880 ketika August Weismann memotong ekor dari beberapa generasi tikus dan mendapati bahwa keturunannya tetap mempunyai ekor.[5]

Gregor Mendel: Bapak genetika modern

[sunting | sunting sumber]

Ide akan pewarisan gen sebagian dapat di atribusikan ke seseorang pendeta Moravia bernama gregor Mendel[6] pendeta yang menerbitkan penelitiannya akan kacang polong pada tahun 1865. Namun karyanya tidak dikenal luas dan baru ditemukan kembali pada tahun 1901. Pada awalnya dianggap bahwa pewarisan ala Mendel hanya dihitung untuk perbedaan yang besar seperti yang diamati oleh mendel pada tanaman polongnya dan ide akan pengaruh kumulatif pada gen tidak disadari sampai ketika makalah oleh Ronald Fisher pada tahun 1918 berjudul "Hubungan Antara Keturunan Dalam Pewarisan Mendel". Untuk sejarah genetika lebih lanjut dapat dilihat dalam artikel Sejarah ilmu genetika[7]

Perkembangan Modern Genetika dan Hereditas

[sunting | sunting sumber]

Pada dasawarsa 1930, tulisan FIsher dan lainnya menghasilkan sebuah teori gabungan dari teori Mendel dan Biometeri menjadi sintesis mutakhir Evolusi. Sintesis modern menjembatani kesenjangan antara ahli genetika eksperimental dan naturalis; dan antara keduanya dengan ahli paleontologi, modern sintesis menyatakan bahwa:[8]

  1. Semua fenomena evolusi dapat dijelaskan dengan cara yang konsisten dengan mekanisme genetik yang diketahui dan bukti pengamatan oleh para naturalis.
  2. Evolusi terjadi secara bertahap: perubahan genetik kecil, rekombinasi yang dipengaruhi oleh seleksi alam. Diskontinuitas di antara spesies (atau takson lainnya) dijelaskan berasal secara bertahap melalui pemisahan geografis dan kepunahan (bukan pengasaman).
  3. Seleksi merupakan mekanisme utama perubahan. Objek seleksi adalah fenotipe di lingkungan sekitarnya. Peran penyimpangan genetik masih samar-samar; meskipun awalnya sangat didukung oleh Dobzhansky, itu diturunkan setelahnya sebagai hasil dari hasil penelitan genetika ekologi.
  4. Keunggulan pemikiran populasi: keragaman genetik yang dibawa dalam populasi alami merupakan faktor kunci dalam evolusi. Kekuatan seleksi alam di alam liar lebih besar dari yang diharapkan; pengaruh faktor ekologi seperti habitat dan signifikansi penghalang aliran gen semuanya penting.

Gagasan bahwa spesiasi terjadi setelah populasi diisolasi secara reproduktif telah banyak diperdebatkan.[9] Pada tumbuhan, poliploidi harus disertakan dalam lingkup spesiasi apa pun. Formulasi seperti 'evolusi terdiri dari perubahan frekuensi alel antara satu generasi ke generasi lainnya, diusulkan agak belakangan. Pandangan tradisional bahwa biologi perkembangan evolusioner ('evo-devo') memainkan peran kecil dalam sintesis, namun sebuah catatan tentang karya Gavin de Beer oleh Stephen Jay Gould menunjukkan bahwa hal tersebut mungkin merupakan pengecualian.[10]

Hampir semua aspek sintesis pernah mendapat tantangan, dengan berbagai tingkat keberhasilan. Tidak ada keraguan, bagaimanapun, bahwa sintesis adalah capaian besar dalam biologi evolusi. Ini menjernihkan banyak kebingungan, dan secara langsung bertanggung jawab untuk merangsang banyak penelitian pada era pasca-Perang Dunia II.

Trofim Lysenko namun menyebab kemunduran dalam apa yang sekarang dikenal Lysenkoisme pada Uni Soviet ketika dia menekankan ide Lamarck tentang Pewarisan sifat dapatan. Gerakan ini memengaruhi penelitian dalam bidang pertanian dan mengakibatkan kekurangan pangan pada dasawarsa 1960 di USSR.[11]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Meilinda (2017). "Teori Hereditas Mendel: Evolusi Atau Revolusi (Kajian Filsafat Sains)". Universitas Sriwijaya. 4 (1): 63. 
  2. ^ Charlesworth, Brian & Charlesworth, Deborah (November 2009). "Darwin and Genetics". Genetics. 183 (3): 757–766.

    In addition, chapter 15 of Variation of Animals and Plants Under Domestication (Darwin 1868) starts with a section On Crossing as a Cause of Uniformity of Character, which implicitly assumes that crossing leads to blending. It is unclear, however, to what extent he thought that an offspring was a product of the complete fusion of the genetic contributions of its parents (Bulmer 2003, chap. 4).

  3. ^ Bard, Jonathan BL (2011). "The next evolutionary synthesis: from Lamarck and Darwin to genomic variation and systems biology". Cell Communication and Signaling. 9 (30): 30. doi;10.1186/1478-811X-9-30

    This idea, first formally articulated by Lamarck in 1809 and believed by Darwin who provided a mechanism to achieve it that he called pangenesis

  4. ^ Liu Y. (May 2008). "A new perspective on Darwin's Pangenesis". Biol Rev Camb Philos Soc. 83 (2): 141–149. doi:10.1111/j.1469-185X.2008.00036.x. Kutipan "Galton concluded that Darwin’s Pangenesis was incorrect:"
  5. ^ Lipton, Bruce H. (2008). The Biology of Belief: Unleashing the Power of Consciousness, Matter and Miracles. Hay House, Inc. Hal 12. ISBN 978-1-4019-2344-0.
  6. ^ Henig, Robin Marantz (2000). The Monk in the Garden : The Lost and Found Genius of Gregor Mendel, the Father of Genetics. Houghton Mifflin. ISBN 0-395-97765-7. The article, written by an obscure Moravian monk named Gregor Mendel 
  7. ^ Carlson, Neil R. (2010). Psychology: the Science of Behavior, Hal 206. Toronto: Pearson Canada. ISBN 978-0-205-64524-4. OCLC 1019975419
  8. ^ Mayr E. 1982. The growth of biological thought: diversity, evolution & inheritance. Harvard, Cambs. Hal 567 dicapture dari web archive
  9. ^ Palumbi, Stephen R. (1994). "Genetic Divergence, Reproductive Isolation, and Marine Speciation". Annual Review of Ecology and Systematics. 25: hal 547–572. doi:10.1146/annurev.es.25.110194.002555.
  10. ^ Gould S.J. (1977) Ontogeny and phylogeny. Harvard. hal 221–222
  11. ^ Harper, Peter S. (2017-08-03). "Human genetics in troubled times and places". Hereditas. 155: 7

    In the Soviet Union, geneticists and genetics itself became the object of persecution from the 1930s till as late as the mid 1960s, with an almost complete destruction of the field during this time; this extended also to Eastern Europe and China as part of the influence of Russian communism.

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Aryulina, Diah (2007). Biologi 3 SMA dan MA Untuk Kelas XII. Jakarta: Esis/Erlangga. ISBN 974-734-551-3.  (Indonesia)

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]