Lompat ke isi

Kullabiyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 3 Oktober 2020 03.53 oleh Symphonium264 (bicara | kontrib) (Dikembalikan ke revisi 17401765 oleh Padliansyah553 (bicara): Dibenahi bukan asal salin tempel)

Kullabiyah adalah pengikut Abdullah bin Sa’id bin Kullab al-Bashri, Mereka inilah yang mengeluarkan pernyataan tentang Tujuh Sifat Allah yang mereka tetapkan dengan akal (rasional) di atas tekstual ayat (nash),[1] Kemudian kaum Asya’irah yang mengaku mengikuti imam Abul Hasan al-Asy'ari pada masa ini mengikuti jejak langkah Kullabiyah.[1][2]

Ajaran

Ajaran utama Kullabiyah menafikan sifat-sifat yang berkaitan dengan masy'iah dan iradah, ajaran ini diikuti oleh Abul Hasan Al-Asy’ari sebelum taubat ke Madzhab Salaf,[3] berikut ini ajaran utama Kullabiyah :

  1. Menetapkan sifat lazimah, semisal : Ilmu, Qudrah
  2. Menafikan sifat ikhtiariyah yang berkatian dengan Masyi’ah (kehendak) dan Qudrah Allah.
  3. Kalam Allah adalah makna yang melekat tersimpan pada dzat (dalam ungkapan kita: ungkapan yang masih terpendam di hati), jika diungkapkan dengan bahasa Arab disebut Al Qur’an, bila dalam bahasa Ibrani disebut Taurat, dalam bahasa Suryaniyah disebut Injil
  4. Al Qur’an bukanlah kalam Allah tetapi kalam Jibril atau yang lain, Jibril mengungkapkan makna yang tersimpan dalam dzat Allah dengan ungkapan dia sendiri.
  5. Menafikan Allah bersifat senang dan ridho, kepada kaum mukminin setelah mereka beriman, dan memurkai kaum kafirin setelah mereka kafir.

Perbedaan ahlussunah dan Kullabiyyah

Adapun ahlussunnah wal jama’ah atau salafiyah menetapkan seluruh sifat ikhtiariyah yang Allah tetapkan bagi diri-Nya tanpa di takyif, tamtsil, tahrif dan ta’thil. Sebagai contoh, Allah beristiwa di atas arasy, Allah turun, datang dan lainnya. Allah juga bersifat marah, senang, murka, ridho dan sifat lainnya yang ditetapkan oleh Rasulullah. Allah juga berbicara, namun kalam Allah adalah qodimun nau’ dan haditsul aahad, maksudnya adalah selalu bersifat bicara (sifat kalam ini selalu melekat pada Allah), dan kalam perkalamnya adalah baru, kalam Allah kepada Adam bukanlah kalam-Nya kepada Nuh, kalam-Nya kepada Nuh bukanlah kalam-Nya kepada Ibrohim, juga bukan pula kalam-Nya kepada Muhammad dan seterusnya.[4]

Tokoh Kullabiyah

Al-Imam adz-Dzahabi mengisyaratkan, di antara murid Ibnu Kullab adalah,

  1. azh-Zhahiri
  2. Harits al-Muhasibi.

Hubungan Kullabiyah dengan Asy'ariyah

Kullabiyah adalah guru-gurunya Asy'ariyah karena Asy'ariyah tidak mengetahui bahwa Abul Hasan Al Asy'ari sudah berpindah ke mazhab Salaf yaitu madzhab Ahmad bin Hambal, ini sangat jelas sekali dijelaskan dalam bukunya al-Ibanah 'an Ushul ad-Diyanah yang dulunya menolak sifat sifat Allah sekarang dia mengakui dan bertaubat kepada Allah berikut pengakuannya,

Sesungguhnya Allah bersemayam di atas 'Arasy sebagimana yang dinyatakan firman-nya "Tuhan yang maha pemurah itu bersemayam di atas 'Arasy" (QS.Thaha, 20:5) Allah pun memiliki 'wajah' Sebagaimana dinyatakan firman-nya "Maka kekallah wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan"(QS.ar-Rahman, 55:27), dan Allah memiliki "Tangan" yang tidak terbayangkan, sebagaimana firman-nya "Yang aku ciptakan dengan Tangan ku" (QS.Shad, 38:75); dan "bahkan tangan tangan Allah terbuka" (al-Mai'dah, 5:64); dan Allah memiliki 'Mata', yang tidak terbayangkan, sebagaimana firman-nya: "yang berlayar dengan pengawasan mata kami" (QS.al-Qamar,54:14) Barangsiapa yang menyatakan nama Allah itu bukan 'Allah' maka tersesatlah dia

— Abul Hasan Al Asy'ari Rahimahullah, al-Ibanah 'an Ushul ad-Diyanah: Bab 2: hal 10

Tetapi banyak Asy'ariyah yang mengingkari Allah Bersemayam di atas Arsy dan menyandarkan ajarannya ke Abul Hasan Al Asy'ari maka Abul Hasan Al Asy'ari pun berlepas diri darinya kepada Allah, karena Abul Hasan Al Asy'ari sudah taubat kepada Allah dan tidak menolak lagi sifat sifat Allah. dan yang menyebutkan dirinya Asy'ariyah pada hakikatnya adalah ajaran Kullabiyyah.

Ibnu Taimiyah berkata, Kullabiyah adalah guru-guru orang Asy’ariyah, karena Abul Hasan al-Asy’ari pernah mengikuti jalan Abu Muhammad bin Kullab”[5] Dalam Majmu’ Fatawa beliau juga berkata, “ Abul Hasan pernah menempuh jalan Ibnu Kullab dalam masalah keyakinan terhadap sifat Allah” [6]

Sikap Ulama Ahlus Sunnah terhadap Kullabiyah

Ibnu Khuzaimah berkata ketika ditanya oleh Abu Ali ats-Tsaqafy, “Apa yang kau ingkari, wahai guru, dari mazhab kami supaya kami bisa rujuk darinya?”

Ibnu Khuzaimah berkata, “Karena kalian condong kepada pemahaman Kullabiyah. Ahmad bin Hanbal termasuk orang yang paling keras terhadap Abdullah bin Said bin Kullab dan teman-temannya, seperti Harits dan lainnya.”

Imam Ahmad bin Hambal pernah memerintahkan kaum muslimin untuk mengisolir Harits al-Muhasibi, sehingga tidak ada yang shalat bersama Harits kecuali empat orang.

Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun Harits al-Muhasibi dia digolongkan sebagai pengikut Ibnu Kullab. Oleh karena itu, al-Imam Ahmad bin Hambal memerintahkan mengisolirnya, al-Imam Ahmad memang memperingatkan umat dari Ibnu Kullab dan pengikutnya.”[6]

Catatan kaki

  1. ^ a b Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 161-163 
  2. ^ Jafar Salih (19 Maret 2018). "Asy'ariyah". Diakses tanggal 14 September 2020. 
  3. ^ Adz Dzahabi, Muntaqo Minhajul I’tidal, komentar no. 2 
  4. ^ Ibnu Taimiyah, Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah, Madzhab Ahlussunah wal jama'ah tentang asma dan sifat-sifat Allah, Hal 22 
  5. ^ lihat (Kitab Istiqamah)
  6. ^ a b Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa, 12/178  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "abatasa" didefinisikan berulang dengan isi berbeda