Case Report Dr. Rere
Case Report Dr. Rere
Case Report Dr. Rere
Pembimbing :
dr. Hidayat, Sp.B
CA -/-, SI-/-
17.40
Advice dr. Dyah, Sp.PD :
Plan
Subjective Objective Assessment
- IVFD RL : Kaen 3B
KU lemah CM 1:1 1000 cc/24 jam
TD :170/90 - Inj. Omeprazole
N :68x/min Abdominal pain ec 1amp/24 jam
T :36.5 C dyspepsia
Nyeri seluruh perut RR :20 x/min - Inj. Antrain 1 amp/8
(+) Trombositopenia jam
VAS :1-2
HT - Captopril 3x12.5
Pemfis :
Abd : NT (+) reg mg
umbilical
BGV
29/09/2019, 10.30
dr. Ridho
Plan
Subjective Objective Assessment
- IVFD RL : Kaen 3B
KU lemah CM 1:1 1000 cc/24 jam
TD :150/90 - Inj. Omeprazole
N :84x/min Abdominal pain ec 1amp/24 jam
T :36.5 C dyspepsia
Nyeri punggung (+) RR :20 x/min - Inj. Antrain 1 amp/8
BAB (-) 2 hari ini Trombositopenia jam
VAS :1-2
HT - Captopril 3x12.5
Pemfis :
Abd : NT (+) reg mg
epigastrium
BGV
30/09/2019, 07.30
dr. Novi, Sp.PD
Plan
Subjective Objective Assessment
- IVFD RL1500
KU lemah CM cc/24 jam
TD :150/90 Obs. Febris ec DF - Inj. Omeprazole
Demam (+), nyeri N :68x/min
dd viral infection 1amp/24 jam
T :38.0 C - Molagit 3x1 tab
perut (+) diare (+) RR :20 x/min GEA
4x, mual (-) HT - Captopril 3x12.5
VAS :1-2
muntah (-) Hipokalemia mg
Pemfis : - KSR 1x1
Abd : NT (+) reg
- DL/hari
umbilical
Laboratorium
30/9/19, 10.37
Elektrolit
Na : 138
K : 3.1
Cl : 107
Hematologi Rutin
Leukosit : 5.87
Hb : 14.1
Ht : 40.8
PLT : 138
BGV
01/10/2019, 09.30
dr. Dendy, Sp.PD
Plan
Subjective Objective Assessment
- IVFD RL1500
KU lemah CM cc/24 jam
TD :110/80 Obs. Febris ec DF - Inj. Omeprazole
Demam (+), nyeri N :72x/min dd viral infection 1amp/24 jam
T :38.0 C GEA - Molagit 3x1 tab
punggung (+), RR :20 x/min
nyeri perut (+) HT - Captopril 3x12.5
VAS :1-2
diare (+) , batuk (+) Hipokalemia mg
Pemfis : LBP - Ksr 1x1
Abd : NT (+) reg
- Eperisone 2x1
umbilical
- Cek DL /hari
Laboratorium
01/9/19, 09.48
Hematologi Rutin
Leukosit : 5.90
Hb : 13.4
Ht : 39.8
PLT : 128
BGV
02/10/2019, 09.30
dr. Dendy, Sp.PD
S O A P
Hematologi Rutin
Leukosit : 5.50
Hb : 13.6
Ht : 40.8
PLT : 130
Ro-Thorax Foto Polos Abd. 3 Posisi
Plan
Subjective Objective Assessment
Plan
Subjective Objective Assessment
Konsul dr. Hidayat,
Obs. Febris ec DF Sp.B :
KU lemah CM
dd viral infection - Pasang kateter
TD :140/90
N :78x/min GEA - Resusitasi cairan
Nyeri perut seperti RR :20 x/min HT - Rawat icu
mulas(+) diare (+) , VAS :1-2 Hipokalemia pebaikan KU
Pemfis : LBP - r/Laparatomi
Abd : NT (+) reg susp ileus obstuktif besok pukul
umbilical ec volvulus 08.00
- Inj. Ceftriaxone
1gr/12 jam
BGV
02/10/2019, 17.10
dr. Didik
Plan
Subjective Objective Assessment
Obs. Febris ec DF
KU lemah CM
dd viral infection
TD :140/90 Konsul dr. Helda,
N :78x/min GEA
Sp.An :
Nyeri perut seperti RR :20 x/min HT - ACC ICU
mulas(+) diare (+) , VAS :1-2 Hipokalemia - Cek albumin dan
Pemfis : LBP
total protein
Abd : NT (+) reg susp ileus obstuktif
umbilical ec volvulus
BGV
02/10/2019, 20.05
dr. Arditya, Sp.An
S O A P
Hemostasis
PT : 15.9
APTT : 31.9
Faal Hati
Total protein : 6.2
Albumin : 3.4
HBsAg : Reaktif
Elektrolit
Na : 136
K : 2.9
Cl : 107
BGV
02/10/2019, 20.05
dr. Aini/dr. Dimas
S O A P
Plan
Subjective Objective Assessment
21.30
Instruksi Post OP dr. Arditya, Sp.An
Darah lengkap
Leu : 18.08
Hb : 14.3
Ht : 42.0
PLT : 149
Faal Hati
Albumin : 3.1
Elektrolit
Na : 136
K : 3.5
Cl : 107
Obstruktif
ILEUS
Paralitik
ILEUS OBSTRUKTIF
Klasifikasi
Parsial
Stadium Komplit
Strangulasi
(jepitan vasa)
Etiologi
• Adhesi (Perlengketan)
• Hernia
• Askariasis
• Invaginasi (intususepsi ileosekal)
• Volvulus
• Kelainan kongenital
• Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun
atresia.
• Radang kronik
• Tumor
• Tumpukan sisa makanan
PATOFISIOLOGI
Manifestasi Klinis
Gejala umum berupa syok,
oligouri dan gangguan elektrolit
12
Barium enema
34
CT Scan abdomen
• Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid level dapat
diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus letak tinggi, sedangkan
jika panjang-panjang kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
Ileus obstruktif letak tinggi
Tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan paling distal di iliocecal junction)
dan kolaps usus dibagian distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi
memberikan gambaran herring bone
appearance, karena dua dinding usus halus
yang menebal dan menempel membentuk
gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus
yang sirkular.
Tampak gambaran air fluid level yang pendek-
pendek yang berbentuk seperti tangga
disebut juga step ladder appearance karena
cairan transudasi berada dalam usus halus
yang mengalami distensi.
Ileus obstruktif letak rendah
Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus di
proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus
di bagian distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi
memberikan gambaran herring bone appearance, karena
dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra dan muskulus yang
sirkuler menyerupai kosta dan gambaran penebalan usus
besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen.
Tampak gambaran air fluid level yang panjang yang
berbentuk seperti tangga disebut juga step ladder
appearance karena cairan transudasi berada dalam usus
halus yang terdistensi dan air fluid level yang panjang-
panjang di kolon.
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit
dan cairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan
dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan
obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali
normal.
Resusitasi dan dekompersi
Farmakologis : Antibiotik spectrum luas sebagai profilaksis, antiemetik
mengurangi gejala mual muntah
Operatif : laparatomi eksplorasi
Jenis Tindakan Operatif
1) Koreksi sederhana (simple correction).
Tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass.
Membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada
tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada
Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon, invaginasi,
strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh
karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid
obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan
anastomosis.
Volvulus
• Kelainan berupa puntiran dari segmen usus terhadap usus itu
sendiri, mengelilingi mesenterium dari usus tersebut dengan
mesenterium itu sendiri sebagai aksis longitudinal, sehingga
menyebabkan obstruksi saluran cerna.
• Berdasarkan letaknya, terbagi atas : volvulus gaster, volvulus
midgut, volvulus caecum, volvulus kolon transversal, dan volvulus
sigmoid
Etiologi Volulus
Konsep etiologi dari volvulus intestinal berdasarkan fakta bahwa usus ketika terjadi distensi
akan mengalami elongasi. Ketika usus mengalami distensi, usus akan berputar sebagai
respon terhadap pertambahan panjangnya yang tidak proporsional.
Jadi sangat jelas bahwa agar terjadi volvulus, maka usus harus terisi udara agar dapat
mengambang dan berputar. Colon yang penuh dengan feses tidak bisa mengambang dan
berputar, tetapi dapat berputar dengan sendirinya (disebut false volvulus).
Beberapa faktor resiko terjadinya volvulus antara lain: keracunan besi, defisiensi vitamin B,
adhesi, gout, hirschsprung disease, megacolon dan diabetes, parkinson dan penyakit
neurologis lain, chagas disease, stroke, dan ischemic colitis.
Volvulus Sigmoid
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi tidak banyak membantu diagnosis volvulus, namun pada pemeriksaan ini dapat
didapatkan cairan intraluminal dan edema di abdomen.
Adanya perubahan anatomikal arteri dan vena mesenterika superior dapat terlihat, hal ini menunjukan adanya
malrotasi, walaupun tidak selalu terjadi.
CT scanning
CT scanning mempunyai sensitivitas spesifisitas yang baik untuk
mendiagnosis adanya obstruksi usus, termasuk volvulus.
Pengambilan titik transisi di beberapa lokasi dengan CT scan signifikan
untuk mendiagnosis volvulus.
“The Whirl Sign” merupakan gambaran khas pada CT scan yang
menunjukan adanya volvulus. Arah putaran volvulus juga dapat dilihat pada
CT scan.
Volvulus sigmoid ditegakan melalui gambaran radiologi foto polos abdomen
dimana menggambarkan karakteristik "omega" atau "inverted loop".
Pada kasus yang meragukan, foto dengan kontras dapat menunjukan
adanya gambaran "beaked apperances" yaitu gambaran seperti paruh
burung di bagian kolon sigmoid.
Bird’s Beak appearance; foto kontras khas pada volvulus
sigmoid dan sekum.
Diagnosis Banding
• ileus obstruksi,
• Intusepsi
• Hirschprung
• Gastroenteritis
• Kolesistitis
• infeksi saluran kemih
• batu saluran kemih dan ulkus peptikum.
Tatalaksana
• Sigmoidoskopi : menilai adanya strangulasi (mukosa hemoragik atau berwarna ungu kebiruan,
cairan berdarah dalam rektum serta ulserasi jelas dan nekrosis usus pada titik puntiran)
• Sigmoidoskop dimajukan ke titik obstruksi serta dimasukkan secara lembut dan cermat ke dalam
gelung yang terobstruksi. Kemudian pipa yang sudah dilumasi dimasukkan ke dalam sigmoidoskop
dan diteruskan ke dalam gelung sigmoideum. Gelung ini bertindak sebagai stent untuk mencegah
kekambuhan volvulus serta secara kuat diamankan dan dibiarkan ditempatnya selama beberapa
hari.
• Tindakan bedahnya berupa sigmoidektomi dengan anastomosis termino-terminal. Bila keadaan
umum atau keadaan lokal pasien tidak mengizinkan untuk melakukan anstomosis primer, dapat
dilakukan prosedur Hartmann. Prosedur Hartmann ini terdiri dari reseksi sigmoid dan
kolokutaeostomi ujung kolon oral dan penutupan ujung kolon anal. Setelah keadaan umum pasien
mengizinkan, baru dilaksanakan anastomosis kolokolostomi dengan meniadakan kolokutaneostomi.
• Jika strangulasi dicurigai atau jika reposisi sigmoidoskopi tak mungkin dilakukan, maka harus
dilakukan laparotomi, dilakukan reseksi gelung sigmoideum gangrenosa yang disertai dengan
kolostomi double-barrel atau kolostomi ujung bersama penutupan tunggal rektum (kantung hartman)
harus dilakukan. Pembentukan kembali kesinambungan usus bisa dicapai dikemudian hari.
Komplikasi
o Strangulasi
o Perforasi
o Peritonitis
o Sepsis
Thank You