2018 12 01 Pembekalan PKPA UMP

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 136

PEMBEKALAN PRAKTIK KERJA

PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

- KRISTANTO -
- PT. EXELTIS, INDONESIA -

Purwokerto, December 01st 2018


Nice to meet you!

2
PT NUFARINDO – Exeltis
Jl. Raya Mangkang Kulon KM 16.5, Kec Tugu Semarang
14,142 m2 = 3.5 acres
3,742 m2 = 1 acres (built area)
Manufacturing Team

Didik Suyatno
Didik Suyatno
Plant Director
Plant Director

Kristanto AM. Verdei Ereco Eka Susy Ambar Rinda Fairani Diana Liany Suwanda
Kristanto AM. Verdei Ereco Eka Susy Ambar
Supply Chain Manager Production Manager QC Manager
Rinda Fairani
QA Manager
DianaNilawati
Nilawati Asih
AsihSuko
Suko Liany Suwanda
Head of Procurement
R&D Manager Eng Manager
Supply Chain Manager Production Manager QC Manager QA Manager R&D Manager Eng Manager Head of Procurement

Headcount Headcount Headcount Headcount Headcount Headcount


38 Headcount 3
157 22 13 3 17
GMP CERTIFICATE
GMP certificates from NADFC (The National Agency of Drug and Food Control)
have already received and valid until Dec, 31 2020, they are :

1. GMP Certificate for Tablet & Coated Tablet Non Beta-lactam.


2. GMP Certificate for Hard Capsule Non Beta-lactam.
3. GMP Certificate for Semisolid Non Beta-lactam
4. GMP Certificate for Oral Liquid Non Beta-lactam
valid until June, 14 2022
5. GMP certificate for Hormone (Primary and secondary Pack)
Agenda
Time Activities PIC
08.00 – 09.40 - Opening Kt
(2 sks) - Aspek SCM
- Aspek Produksi

09.40 – 10.00 Break All

10.00 – 12.30 - Aspek QA Kt


(3 sks) - Aspek QC
- Other
Key Notes:
• Aspek SCM dan Produksi : Flow of Material
• Air Untuk Industri Farmasi
• PPIC

• Aspek QA : CPOB
• Dokumentasi
• Cara Validasi
•  
• Aspek QC : Penerimaan bahan baku
• IPC (In Process Control)
• Sampel pertinggal
•  
• Aspek Lain-Lain : Penelitian & Pengembangan (R&D)
• Penanganan Limbah
• Sarana Penunjang
• Registrasi
• Bangunan
• Personalia
Supply Chain Management

8
Supply Chain Management
SLIDE 9

• Supply Chain
Jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan
baku, memproduksi barang maupun mengirimkannya ke pemakai akhir.

• Supply Chain Management


Metode, alat atau pendekatan pengelolaannya

• HOW TO CREATE
 Pendekatan yang ditekankan dalam SCM adalah TERINTEGRASI dengan
SEMANGAT KOLABORASI.
 SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal melainkan juga
eksternal perusahaan yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-
perusahaan partner
• CPIM : Certified in Production and Inventory Management
• CLTD : Certified in Logistics Transportation and Distribution
• CSCP : Certified Supply Chain Professional
Manufacturing Flow

11
FLOW IN THE SYSTEM
FLOW OF FORECAST FROM MARKETING TO PRODUCTION

ROFO (Rolling Forecast) from Marketing


Qty of requirement from
marketing processed by
PPIC, with consider balance
stock, batch size, etc

Master Production Plan (yearly & montly)


Master Production Plan
process by PPIC, with consider
material & production
capacity, DOI FG in WH
Master Production Plan yearly used
for plan to open a Purchase Request
(based on lead time material)
Master Production Plan monthly
used for plan to make a weekly
production schedule
Weekly Production Schedule
Weekly schedule machine per machine

PPIC prepare :
1. Print Work Order
2. Batch Record
• Tantangan 1 :
Challenge
SLIDE 15
Kompleksitas struktur Supply Chain
• Internal :
Antara bagian marketing dengan produksi. • Tantangan 2 : Ketidakpastian
Marketing seringkali membuat kesepakatan dengan
pelanggan tanpa mengecek secara baik
kemampuan produksi, perubahan jadwal produksi • Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan
secara tiba-tiba karena marketing menyepakati diri terhadap rencana yang dibuat. Sebagai
perubahan order dengan pelanggan. Disisi lain akibatnya, perusahaan sering menciptakan
bagian produksi sering resistant dengan perubahan pengaman di sepanjang Supply Chain.
mendadak.
• Eksternal : • Pengaman ini bisa berupa safety stock, safety
time, atau kapasitas produksi maupun
Antara supplier yang menginginkan pemesanan
transportasi.
produknya jauh-jauh hari sebelum waktu
pengiriman dan sedapat mungkin pesanan tidak
• Sumber ketidakpastian yaitu :
berubah, pengiriman segera setelah produksinya
selesai. 1. Ketidakpastian pembeli
2. Ketidakpastian dari supplier yaitu terkait dengan
Disisi lain perusahaan menghendaki fleksibilitas
pengiriman, harga, kualitas maupun kuantitas
yang tinggi dengan mengubah jumlah, spesifikasi
3. Ketidakpastian internal yang bisa disebabkan
maupun jadwal pengiriman bahan baku yang kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak
dipesan (JIT) yaitu mengirimkan produk dalam sempurna, tenaga kerja serta waktu maupun
waktu yang tepat dan kuantitasnya kecil-kecil, serta kualitas produksi
dalam pembayaran, budaya dan bahasa
KEY PERFORMANCE INDICATORS
SLIDE 16

• Forecast Error

• The KPI FE (Forecast Error) is the
 
• Forecast Accuracy
deviation on the Actual from the • The KPI FA is the degree of closeness of the
forecasted quantity set at lag 3 (i.e. statement of quantity to that quantity’s actual (true)
Forecast for March 2017 locked in value. The actual value usually cannot be measured
December 2016), item by item. at the time the forecast is made because the
statement concerns the future. More accurate
forecasts increase their effectiveness to serve the
• Error = demand while lowering overall operational costs.
Forecast Accuracy is the converse of Error.
• % Forecast Error =
• Note: |Absolute Value| • Definition: Actual Customer Demand Vs Demand
Forecast set at lag 3 (i.e. Forecast for March 2017
locked in December 2016), item by item
• % Forecast Accuracy = 100 - % Forecast Error
KEY PERFORMANCE INDICATORS
SLIDE 17

• OTIF (ON-TIME IN-FULL)


••  OTIF (On-Time In-Full) is a measurement of
delivery performance within a supply chain. Usually
expressed as a percentage, it measures whether the
• Days of Inventory (DOI)
supply chain was able to deliver:
••  DOI (Days of Inventory) is an accounting
• in the quantity ordered by the customer ratio which measures the number of days a
company takes to sell its balance of
• At the time expected by the customer (with a
inventory. It is also an estimate of the
tolerance agreed with the customer).
number of days for which the balance of
inventory will be sufficient.
• It measures how often the customer gets what they
want at the time they want it.

• OTIF is calculated by taking into account the number


of deliveries:
• OTIF (%) = X 100
KEY PERFORMANCE INDICATORS
SLIDE 18

• PPV (Purchased Price Variance]


• the difference between the actual price paid to buy an item and
its standard price, multiplied by the actual number of units
purchased.

• PPV = (Actual price - Standard price) x Actual quantity


• Inventory Months of Coverage (MoC)
• Positive result indicates an increase in costs (i.e., an unfavorable
••  Months of coverage inventory measures the
variance), while a negative result means a reduction in costs (i.e.,
a favorable variance). duration in units the company has to support
• Usually this metric is monitored item by item forecasted sales in the coming months.
There are a number of possible causes of a purchase price variance. For
• In Units
example:
• Materials shortage. There is an industry shortage of a commodity MoC Inventory =
item, which is driving up the cost.
• New supplier. The company has changed suppliers for any number of
reasons, resulting in a new cost structure that is not yet reflected in • In Value :
the standard.
• Rush basis. The company incurred excessive shipping charges to MoC Inventory =
obtain materials on short notice from suppliers.
• Volume assumption. The standard cost of an item was derived based
on a different purchasing volume than the amount at which the
company now buys.
• Exchange rates. The actual cost can be impacted due purchasing in
foreign currency
WAREHOUSE - SCM

19
WAREHOUSE - SCM
Sistem Penanganan Bahan, mencakup antara lain :
1. Pembelian/pengadaan Bahan (procurement),
2. Penerimaan,
3. Penandaan Bahan Awal dan Bahan Pengemas
4. Penyimpanan, dan
5. Penyerahan/Distribusi : bahan awal, bahan pengemas, Produk antara/ruahan, produk
jadi.
Bahan Awal : Semua bahan, baik yang berkhasiat atau tidak berkhasiat, yang berubah atau tidak
berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut akan
tertinggal di dalam produk ruahan.

Bahan Pengemas : Tiap bahan, termasuk bahan cetak, yang digunakan dalam proses pengemasan obat,
tetapi tidak termasuk kemasan luar yang digunakan untuk transportasi atau keperluan pengiriman ke
luar pabrik. Bahan pengemas disebut primer atau sekunder tergantung tujuan penggunaan apakah
bersentuhan langsung dengan produk atau tidak.

Produk Antara : Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau lebih tahap
pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan.

Produk Ruahan adalah Bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan kegiatan pengemasan
untuk menjadi obat jadi.
20
Produk Jadi : Produk (Obat) yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan.
WAREHOUSE - SCM
BAHAN AWAL

Pembelian/Procurement
• Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah
melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal
pemasok.
• Harus dilakukan KUALIFIKASI PEMASOK (Vendor Qualification). 
• Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen.
• Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal
dibicarakan dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi dan
pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan penanganan, pemberian label
dan pengemasan, juga prosedur penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan
dengan pabrik pembuat dan pemasok.

21
WAREHOUSE - SCM

Dokumen penting yang perlu disiapkan, antara lain :

• Kualifikasi Pemasok.
• Pre-audit Questionnaire for Manufacturer of Starting Material,
• Daftar Periksa Audit Mutu / Sistem Mutu,
• Daftar pemasok (supplier/vendor) yang disetujui, dapat berupa produsen
atau distributor bahan awal. Daftar pemasok tersebut berisi antara lain
nama pemasok, nama dan alamat pabrik pembuat serta nama bahan yang
dipasok. Daftar tersebut HARUS disetujui oleh Bagian Pengadaan dan
Pemastian Mutu, dan
• Quality Assurance Agreement antara pemasok dan pengguna yang antara lain
memuat persetujuan spesifikasi, persetujuan audit, pemberitahuan atas
perubahan yang dilakukan oleh produsen bahan baku obat, misal
perubahan lokasi pabrik, perubahan teknologi pembuatan bahan baku
obat.

22
WAREHOUSE - SCM
Penerimaan Bahan

• Pada tiap penerimaan hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang


kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, ceceran dan kemungkinan
adanya kerusakan bahan, dan tentang kesesuaian catatan pengiriman
dengan label dari pemasok. Sampel diambil oleh personil dan dengan
metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
• Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah
dicatat. Catatan hendaklah berisi keterangan mengenai pasokan, nomor
bets/lot, tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal
daluwarsa bila ada.
• Wadah dari mana sampel bahan awal diambil hendaklah diberi identifikasi.
• Sampel bahan awal hendaklah diuji pemenuhannya terhadap spesifikasi.
Dalam keadaan tertentu, pemenuhan sebagian atau keseluruhan terhadap
spesifikasi dapat ditunjukkan dengan sertifikat analisis yang diperkuat dengan
pemastian identitas yang dilakukan sendiri.
• Hendaklah diambil langkah yang menjamin bahwa semua wadah pada suatu
pengiriman berisi bahan awal yang benar, dan melakukan pengamanan
terhadap kemungkinan salah penandaan wadah oleh pemasok.
23
• Bahan awal yang diterima hendaklah dikarantina sampai disetujui dan
WAREHOUSE - SCM

PENANDAAN

• Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
 nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
 nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
 status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
 tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
• Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya
oleh personil yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
• Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan
label yang digunakan oleh pemasok (misal dengan mencantumkan nama
atau logo perusahaan). Bila status bahan mengalami perubahan, maka
label penunjuk status hendaklah juga diubah.

24
WAREHOUSE - SCM

25
WAREHOUSE - SCM
PENYIMPANAN

• Penyimpanan bahan awal baik pada saat proses karantina selama pemeriksaan maupun setelah
diluluskan harus disesuaikan dengan persyaratan penyimpanan yang tercantum dalam label bahan
awal atau Certificate of Analysis (COA) yang disertakan dari bahan baku tersebut.
• Berikut adalah contoh temperatur ruang penyimpanan yang tercantum dalam label bahan
a) Suhu ruang (ambient) : suhu ruang NMT 30°C;
b) Suhu ruang berpendingin udara (AC) : suhu ruang < 25°C
c) Suhu dingin : suhu ruang 2 – 8°C
d) Suhu beku : suhu ruang < 0°C.
• Simpan bahan awal pada rak bahan awal yang telah ditentukan dengan nama bahan awal yang tertera
pada rak tersebut, jangan menaruh bahan awal di lokasi yang tidak sesuai dengan nama bahan awal
yang tercantum pada rak tersebut.
• Bahan awal tidak boleh disimpan langsung bersentuhan dengan lantai gudang, simpan bahan awal di
atas rak atau pallet.
• Gudang penyimpanan bahan awal harus selalu dipantau kondisinya sehingga selalu memenuhi
persyaratan.
• Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang mencolok, ditempatkan terpisah
dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
26
WAREHOUSE - SCM
PENYERAHAN / DISTRIBUSI BAHAN

• Penyerahan bahan awal hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang sesuai
dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah disimpan
dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.
• Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai
prosedur tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur
dengan akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.
• Setiap bahan yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan
hasil pemeriksaan dicatat.
• Bahan yang ditimbang atau diukur untuk setiap bets hendaklah dikumpulkan dan diberi
label jelas.
• Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan bahwa
kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi  persyaratan sesuai dengan jumlah
bahan yang akan ditimbang.

27
PRODUCTION

28
Cost & Competitiveness

Yield %
The KPI “Yield” explains the total value produced by a process (normally in number of
units) divided by the total expected (Standard BOM) value to be produced by a
process (also in number of units.)
Yield is the percentage of a process that is free of defects.

Calculation formula
 

Unit of measure: %

Must be available by order, product and process

A * Std Cost per Unit


 

29
Cost & Competitiveness

Material usage variance

The KPI “MUV” Material Usage Variance is the measure of difference between the actual quantity of
material utilized in an order and the standard consumption of material (BOM) for the level of output
achieved.

Unit of measure: $ USD Amount per order, material

Calculation formula
 

  (Actual Quantity - Standard Quantity) x Standard Cost

A favorable material usage variance suggests efficient utilization of materials.


Reasons for a favorable material usage variance may include:
• Purchase of materials of higher quality than the standard (this will be reflected in adverse material price
variance)
• Greater use of skilled labor
• Training and development of workforce to improve productivity
• Use and improvement of automated manufacturing tools and processes

An adverse material usage variance indicates higher consumption of material during the period as compared with the
standard usage.
Reasons for adverse material usage variance include:
• Purchase of materials of lower quality than the standard (this will be reflected in a favorable material price
variance)
• Use of unskilled labor
• Increase in material wastage due to depreciation of plant and equipment 30
Quality Control (QC)

31
Quality Control (QC)
Tugas utama Dept. QC adalah :

• Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi


yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan
keamanannya  → pemeriksaan bahan awal

• Memastikan bahwa tahapan-tahapan proses produksi obat telah


dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan → Pengawasan
selama proses Produksi (In Process Control/IPC)

• Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan


laboratorium terhadap suatu batch obat telah dilaksanakan dan batch
tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum
didistribusikan → Evaluasi prosedur produksi dan pengkajian catatan
produk

• Suatu batch obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran


yang telah ditetapkan → Program stabilitas
32
Quality Control (QC)
Bagian QC memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan akhir
meluluskan atau menolak atas mutu Bahan Awal, Bahan Kemas, Produk
Antara dan Produk Ruahanataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat

Berdasarkan fungsi (c-GMP) –>  Laboratory Based Function

Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung


jawab, antara lain adalah:
• membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan
mutu,
• menyimpan sampel pembanding dari bahan dan produk,
• memastikan pelabelan yang benar pada wadah bahan dan produk,
• memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas dari produk,
• ikut serta pada investigasi dari keluhan yang terkait dengan mutu produk,
• dan lain-lain.

33
Quality Control (QC)
CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK (GOOD
LABORATORY PRACTICES/GLP)

1. Bangunan dan fasilitas

Bangunan dan fasilitas Laboratorium Pengawasan Mutu memenuhi persyaratan


umum dan khusus untuk Pengawasan Mutu yang disebutkan pada Bab 3
Bangunan dan Fasilitas.
• Ukuran laboratorium disesuaikan dgn jenis dan volume kegiatan, jumlah
peralatan dan personel laboratorium.
 Sebagai pedoman, luas lab = ( jumlah personel x 10 – 20 ) m2.
• Tata ruang laboratorium diatur sesuai dgn jenis kegiatan dan untuk
mencegah kontaminasi
• Tersedia tempat khusus untuk pengujian: fisiko-kimia, biologi, mikrobiologi
dan pengujian radioisotop (jika ada).
• Ruang Mikrobiologi harus dilengkapi dgn HEPA filter (LAF)

34
Quality Control (QC)

35
Quality Control (QC)

36
Quality Control (QC)
2. Personalia

Personil Pengawasan Mutu hendaklah memenuhi persyaratan umum yang


diuraikan pada Bab 2 Personalia. Tiap personil pengawasan mutu juga harus
memenuhi kualifikasi yang dapat dicakup dalam uraian tugas masing-
masing.

37
Quality Control (QC)
3. Peralatan

38
Quality Control (QC)

39
Quality Control (QC)

4. Pereaksi dan Media Perbenihan

• Setiap Penerimaan atau pembuatan pereaksi dan Media Perbenihan


harus dicatat dalam buku khusus.
• Harus dibuat PROTAP dan diberi LABEL KHUSUS
• Keterangan pada label :
 Nama Larutan Pentiter
 Konsentrasi
 Faktor Standardisasi
 Batas Waktu Penggunaan
 Tanggal standardisasi ulang, dan
 Kondisi Penyimpanan
• Untuk memastikan kesesuaian Media perbenihan maka pada proses
pembuatan Media Perbenihan, harus digunakan kontrol positif dan
kontrol negatif

40
Quality Control (QC)
5. Baku Pembanding

• Baku Pembanding terdiri dari : Baku Pembanding Primer, Baku


Pembanding Sekunder, dan Baku Kerja
• Baku Kerja dibuat dari Bahan Aktif yg telah dibakukan terhadap Baku
Pembanding Primer atau Baku pembanding Sekunder
• Untuk UJI KUALITATIF, uji Baku Kerja Min. 6x pengulangan dengan RSD <
2%
• Keterangan pada Label :
 Kadar
 Tanggal Pembuatan
 Tanggal Kedaluarsa
 Tanggal Pertama kali tutup wadah dibuka
 Kondisi penyimpanan
• Bahan Awal yg digunakan : Pilih Bahan Awal dgn KADALUARSA
TERPANJANG dan KEMURNIAN yg tinggi sesuai dgn spesifikasi

41
Quality Control (QC)
6. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian

Spesifikasi :
Harus terdapat spesifikasi untuk semua bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi yang mencakup spesifikasi dan prosedur
pengujian mengenai identitas, kemurnian, mutu dan kadar/potensi

Prosedur Pengujian :
 Seluruh prosedur pengujian harus ter-validasi
 Sesuai dengan dokumen registrasi
 Mencakup antara lain :
 Jumlah sampel yg diperlukan dan yang disimpan untuk rujukan
 Jumlah tiap pereaksi, larutan dapar, dsb.
 Rumus perhitungan yang digunakan
 Nilai yang diharapkan dan batas toleransi
 Mencakup frekuensi pengujian ulang (untuk bahan awal)

42
Quality Control (QC)
7. Penandaan

Bila perlu, tanggal penerimaan tiap bahan yang digunakan untuk kegiatan
pengujian (misal, pereaksi dan baku pembanding) hendaklah tercantum
pada wadahnya. Instruksi penggunaan dan penyimpanan hendaklah diikuti.
Dalam hal tertentu perlu dilakukan uji identifikasi dan/atau pengujian lain
untuk bahan pereaksi pada waktu diterima atau sebelum digunakan.

43
Quality Control (QC)

PENGAMBILAN SAMPEL

44
Quality Control (QC)
PROGRAM STABILITAS

• Setelah dipasarkan, stabilitas produk jadi hendaklah dipantau menurut program


berkesinambungan yang sesuai, yang memungkinkan pendeteksian semua masalah
stabilitas (misal perubahan pada tingkat impuritas, atau profil disolusi) yang berkaitan
dengan formula dalam kemasan yang dipasarkan.

• Tujuan dari program stabilitas on-going adalah untuk memantau produk selama masa
edar dan untuk menentukan bahwa produk tetap, atau dapat diprakirakan akan tetap,
memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang tertera pada
label.

• Hal ini berlaku bagi produk dalam kemasan yang dijual, namun hendaklah
dipertimbangkan pencakupan dalam program bagi produk ruahan. Misal, apabila
produk ruahan disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum dikemas dan/atau
dikirim dari tempat produksi ke tempat pengemasan, dampak terhadap stabilitas
produk yang dikemas dalam kondisi lingkungan sekeliling hendaklah dievaluasi dan
dikaji. Di samping itu, hendaklah dipertimbangkan produk antara yang disimpan dan
digunakan setelah jangka waktu yang diperpanjang. Studi stabilitas produk
pascarekonstitusi dilakukan selama pengembangan produk dan tidak memerlukan
pemantauan yang berbasis on-going. Namun, apabila relevan, stabilitas produk
45
pascarekonstitusi dapat juga dipantau.
Quality Control (QC)

46
Quality Control (QC)

47
Quality Control (QC)

48
Quality Control (QC)

49
Quality Assurance (QA)

50
Compliance
RFT (Right First Time)
The KPI Right First Time (% Total batches dispositioned without manufacturing deviation) represents an indication
of the level of process capability of the manufacturing and packaging operations
Calculation formula

 
Unit of measure: %
Reported value: Month value and Rolling 12 Months value. For 2017 report Month value and YTD value

Definitions
Batches: A specific quantity of a product (API, an intermediate, bulk or finished product) intended to have uniform character and quality, within
specified limits, and produced according to a single manufacturing order during the same cycle of manufacture. A batch may also mean a
specific quantity of material or API processed in one process or series of processes so that it could be expected to be homogenous.
Include the following: Batches/lots of intermediates released for shipment to other facilities. Batches/lots of bulk product to be packaged and
Finished drug product batches/lots. Exclude media fill and 3rd Party manufactured batches not manufactured or packaged at an Exeltis site.
Batches are to be counted in the month they are dispositioned (at the month that they are released or rejected by QA)
Deviation: Include any deviation and/or incident from the approved process related to batch manufacturing and/or packaging directly affecting
the product or batch. Includes critical, major and minor deviations.
Excludes incidents/events noted only in the batch record and Laboratory investigations reports ( LIR). Excludes deviations/incidents related to
good documentation practices (lack of signatures in a batch record, etc..)
Deviation definition: Any failure to follow documented procedures or operate within controlled conditions which may affect product quality.
Examples include, but are not limited to:
• Incorrect overprinting of batch number/expiry details.
• Packaging /Manufacturing errors
• Critical plant performance problems
• Failure to follow approved batch record instructions and SOPs which are determined to have a potential negative impact on the batch.
• Use of incorrect raw material or component during production of a pharmaceutical product.
• Equipment failure during processing which may have affected product quality.
• Formula adjustments (proportionality of ingredients maintained), changes in theoretical yield (Example: accidental spills of known quantities of
components).
• Product, raw material, labelling, or component mix-ups.
51
Compliance

Received Complaints

Calculation formula
 
Justified or accepted technical complaints vs total number of batches commercialized in %
Unit of measure: %

Reported value: Month value and Rolling 12 Months value. For 2017 report Month value and
YTD value
Definitions
Technical complaint: Complaint received by any means (written, email, telephone, etc.) regarding a problem in the design,
manufacturing, packaging, warehousing or distribution of a product. Examples include, but are not limited to: broken product
(tablets, vials, etc.), damaged packaging, illegible printed data, leaflets, wrong quantity, foreign materials (spots, particles, etc.)
etc.
Justified or accepted complaint: Complaint that after investigation is determined to be caused by a process under the
responsibility of Exeltis. This includes complaints due to:
- transportation issues when transport is under Exeltis responsibility
- manufacturing or packaging at CMO contracted by Exeltis
Pharmacovigilance complaints are excluded: side effects, lack of efficacy, unless the root cause is technical, in which case the
complaint will be reclassified as technical

Critical complaint: a complaint affecting the safety of the patient or the efficacy of the product. Examples include, but are not
limited to: cross contamination, wrong labelling of expiry date or batch number, wrong leaflet. They can result on a recall.

Major complaint: a complaint affecting the quality of a product. Examples include, but are not limited to: broken product, tablets
capping, lack of product. They can result on a return.

Minor complaint: aesthetic complaint. Examples include, but are not limited to: damaged secondary packaging

Batch commercialized: All batches (including bulk product, intermediates and finished product) that are totally or partially
shipped to other facilities, distributors or customers.
52
Compliance
Complaints Closed on Time

Calculation formula
 
Total number of received technical complaints closed within 30 calendar days vs Total number of received technical
complaints that MUST have been closed within 30 days, this is, due to be closed.
Unit of measure: %

Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value

Definitions
Received technical complaint: See definition in KPI “Received Complaints”

Complaint closed within 30 calendar days. It is considered closed when the investigation is finished, CAPAs are defined and
the final report is sent to the complainant. It is included in the KPI calculation if the complaint has been closed within 30
calendar days since it was received.

Recalls
Calculation formula

Number of batches totally or partially recalled from the market


Unit of measure #

Report value: YTD

53
Compliance
Rejections
Calculation formula
 
 
Unit of measure: %
Reported value: Monthly value and Rolling 12 Months value. For 2017 report Monthly value and
YTD value

Definitions
Batches rejected/reprocessed/reworked include batches that are totally or partially rejected and/or that
need an extra process to be released to the market. Examples include, but are not limited to: repackaging
(total or partial) a batch, sorting, etc
Include Batches/lots of intermediates released for shipment to other facilities. Batches/lots of bulk product
to be packaged and Finished drug product batches/lots. Include 3 rd Party manufactured batches
manufactured or packaged at a CMO under the responsibility of an Exeltis site. Batches are to be counted
in the month they are dispositioned (at the month that they are released or rejected by QA)
Exclusions: Partial rejects because of line adjustments during packaging; Regular rejections during the
process (by packaging detectors, by metal checkers', etc.)

54
Compliance

Deviations closed on Time


Calculation formula
 
Total number of deviations closed within 30 calendar days vs Total number of issued deviations that
MUST have been closed, this is, due to be closed

Unit of measure: %

Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value

Definitions
Include all deviations regardless their criticality (critical, major and minor) as well as their scope (affecting
equipment, documentation, utilities, products, etc.)
Deviation closed within 30 calendar days. It is considered closed when the investigation is finished, CAPAs
are defined and in the case that the deviation affects the product disposition, the decision of disposition
can be taken by QA (release or reject the batch). It is included in the KPI calculation if the deviation has
been closed within 30 calendar days since it was issued.

55
Compliance

CAPA Closed on Time


Calculation formula
 
x 100
 
Unit of measure: %

Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value

Definitions
Include all CAPA coming from: audits (internal and external), inspections (Health and Environmental authorities), complaints,
deviations, incidents

CAPA closed within the scheduled time. It is considered closed when the action is finished, there is documentation that
documents the closure and QA formally closes the action. It is included in the KPI calculation if the action has been closed
within the time frame that was initially defined and accepted by QA. Extension of this time are not allowed.

CAPA that MUST have been closed in the period (due): All actions that have been defined/issued and that MUST be closed at
the moment of reporting the KPI regardless of their status.

For the YTD calculation count the actions starting from the 1st January of the year

For the 12 months rolling calculations count the actions from the 1st day of 12 months before the reporting month.

56
Safety
TRIR (Total Recordable Incidence Rate)

The KPI TRIR (Total Recordable Incident Rate) represent the number of injury and illness cases involving treatment beyond
basic first aid for all employees and supervised contractors occurred in any of the Exeltis premises, in-itinere or at any
moment and place during a business trip.

Calculation formula
 
  TRIR = x 200,000
Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value

Definitions
Include all accidents and incidents cases involving treatment beyond basic first aid for all employees and supervised
contractors occurred in any of the Exeltis premises, in-itinere or at any moment and place during a business trip.
Examples of recordable cases are, but are not limited to:
 Death
 Medical treatment beyond first aid administration
 Restricted work activity
 Days away from work (Lost workdays)
 Loss of consciousness
 Amputation
 Broken Bone (regardless how minor)
 Needle-sticks (from contaminated needles/sharp)
 Chipped tooth
 Animal/insect bite
 Punctured ear drum
 Chronic irreversible disease
57
VALIDASI PROSES

MENGAPA ?

58
VALIDASI PROSES
Ketentuan dan prinsip yang diuraikan mencakup
• validasi proses baru (initial validation),
• validasi bila terjadi perubahan perubahan signifikan  registrasi variasi
• validasi ulang

• Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan -> Validasi
prospektif

• dilakukan selama proses produksi rutin -> Validasi konkuren


• Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus dijustifikasi, didokumentasikan
dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)

• dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun tidak berlaku jika terjadi
perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan. -> Validasi
retrospektif

59
VALIDASI PROSES

VALIDASI PROSPEKTIF

Validasi dilakukan sebelum produk diedarkan.

Berlaku untuk :
1. Produk baru,
2. Modifikasi pada proses produksi yang dapat berdampak pada karakteristik produk
tersebut

Prasyarat lain adalah :


• Laporan pengembangan
• Laporan produk transfer

60
VALIDASI PROSES

VALIDASI PROSPEKTIF
Mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut :

 uraian singkat suatu proses;


 ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi;
 daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan pencatat
serta status kalibrasinya;
 spesifikasi produk jadi untuk diluluskan;
 daftar metode analisis yang dipakai;
 usul pengawasan selama-proses dan kriteria penerimaan;
 pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi
metode analisisnya, bila diperlukan;
 pola pengambilan sampel (lokasi, frekuensi dan jumlah);
 metode pencatatan dan evaluasi hasil;
 fungsi dan tanggung jawab; dan
 jadwal yang diusulkan;
61
VALIDASI PROSES

VALIDASI PROSPEKTIF
Jumlah dan ukuran bets - CPOB :
 jumlah proses produksi dan pengamatan sudah cukup menggambarkan variasi dan
menetapkan tren sehingga dapat memberikan data yang cukup untuk keperluan evaluasi.
 Secara umum, 3 (tiga) bets berurutan yang memenuhi parameter yang disetujui
 Bets hasil Validasi Prospektif (minimum 3 bets berturut-turut) hanya dapat diluluskan
untuk dijual berdasarkan hasil serangkaian uji Pengawasan Mutu yang intensif, pengkajian
kondisi pembuatan, hasil Uji Stabilitas dan persetujuan dari Pemastian Mutu.
 Ukuran bets yang digunakan dalam proses validasi hendaklah sama dengan ukuran bets
produksi yang direncanakan.

62
VALIDASI PROSES

VALIDASI PROSPEKTIF
ACTR : ………(1)

63
VALIDASI PROSES

VALIDASI PROSPEKTIF
ACTR : ………(2)

64
VALIDASI PROSES

VALIDASI KONKUREN
1. Dilakukan pada produk yang telah divalidasi secara prospektif dan mengalami
perubahan yang dapat dijustifikasi.
2. Validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual bila :
• Ada justifikasi adanya strong benefit-risk ratio for the patient.
• Misal Orphan drugs (produk yang hanya diproduksi dalam jumlah terbatas,
misal hanya satu bets dalam satu tahun) tanpa validasi prospektif terlebih
dahulu, dengan persetujuan Badan POM.
3. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus
 dijustifikasi,
 Didokumentasikan dalam RIV
 Data pendukung yang cukup untuk mendukung keputusan yang akan diambil
 Ada hasil dan kesimpulan
4. Disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
65
VALIDASI PROSES

VALIDASI RETROSPEKTIF
 Hanya untuk produk yang sudah mapan
 Memerlukan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil kajian data untuk
mengambil kesimpulan dan memberikan rekomendasi.
 Tidak bisa dilakukan untuk dossier registrasi produk

66
VALIDASI PROSES

DOKUMENTASI
PROTOKOL
• Nomor identitas Protokol
• No revisi dan tanggal
• Nama produk
• Dikaji dan disetujui

PROTOKOL – ISI (Contoh)


• Daftar Isi
• Pendahuluan, abstrak
• Tujuan
• Scope
• Penanggung jawab, tim validasi
• Timetable
• Reference
• Definisi 67
VALIDASI PROSES

DOKUMENTASI
Protokol Validasi Proses - Isi

• Bahan yang dipakai dan mutu (spesifikasi)nya


• Daftar semua peralatan yang dipakai, termasuk alat ukur,
– Identitas
– Status kalibrasi dan kualifikasi (no dokumen)
• Fasilitas dan sistem penunjang, status kualifikasinya
• Spesifikasi Produk (CQA)
• Metode analisis dan status validasinya (no. dokumen)
• Operator yang terkait serta pelatihan
• Dokumen2 yang terkait
• Penjelasan proses- flowchart/diagram alur proses produksi, penjelasan tahap2
proses

68
VALIDASI PROSES

DOKUMENTASI
Protokol Validasi Proses - Isi

• Kondisi ruang produksi


• Parameter kritis
• Rencana pengambilan sampel, jumlah sampel dan pengujian yang dilakukan
• Pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
• Pengujian tambahan yang diperlukan selama validasi proses.
• Holding time
• Bagaimana data dicatat dan dianalisa
• Kriteria penerimaan
• Dokumen pendukung, catatan batch, data/work sheets, lampiran, check list dsb

69
VALIDASI PROSES

WORKSHEET
Lembar kerja untuk :
• mencatat semua pengamatan selama validasi
• tabulasi hasil uji termasuk perhitungan statistic yang digunakan
• dll.

70
VALIDASI PROSES

LAPORAN VALIDASI
• Review and approval sheet
• Objective dan cross reference to protocol
• Reference to batch document, batches evaluated for PV
• Summary of test results and discussion
• Deviation, CAPA and comment
• Decision whther the process can be claimed as validated or not validated with
rationale for such decision
• Recommendation for commercial technical and documentation adjustment
• Tabulation of test results, graph, statistical calculation, trend any other supporting
data to support decision, as annex

71
VALIDASI PEMBERSIHAN

Mengapa Prosedur Pembersihan harus divalidasi ?


1. Biasanya, peralatan yang digunakan untuk produksi, dipakai untuk berbagai
macam produk, sehingga sangat berisiko terjadi kontaminasi silang (cross
contamination)
2. Dengan semakin canggihnya mesin dan tekhnologi pengolahan atau
pengemasan, semakin menambah luasnya area kontak antara bahan obat
dengan permukaan mesin.
3. Semakin meningkatnya tuntutan c-GMP.

72
VALIDASI PEMBERSIHAN
Tujuan dari pelaksanaan Validasi Pembersihan (Cleaning Validation) :

1. untuk MEMBUKTIKAN bahwa prosedur yang ditetapkan untuk


membersihkan suatu peralatan pengolahan, hingga pengemasan primer
mampu membersihkan sisa bahan aktif obat dan deterjen yang digunakan
untuk proses pencucian dan juga dapat mengendalikan cemaran mikroba
pada tingkat yang dapat diterima.
2. Peralatan / mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang negatif
karena efek pembersihan.
3. Operator / pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti
prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan.

73
VALIDASI PEMBERSIHAN
Prinsip dan Ruang Lingkup

Tersedianya prosedur pembersihan yang efektif untuk membersihkan


peralatan pengolahan hingga pengemasan primer adalah penting untuk
mencegah risiko kontaminasi silang terhadap produk berikutnya yang
diproduksi di peralatan yang sama.

Kontaminasi dapat bersumber dari:


• bahan aktif obat dari produk sebelumnya
• bahan pembersih / deterjen
• mikroba dari lingkungan
• bahan lain (debu, pelumas)

Pembersihan dilakukan setelah pembuatan ataupun pengemasan suatu


produk. Hasil pembersihan efektif akan menghilangkan sisa cemaran bahan
aktif obat sisa deterjen maupun tingkat cemaran mikroba bila mengikuti
prosedur yang telah divalidasi. Setelah zat penanda (marker) ditetapkan
sesuai tingkat kelarutan maupun toksisitasnya, maka prosedur penetapan
kadar residu disiapkan dan divalidasi. 74
VALIDASI PEMBERSIHAN
Pengamatan dan pengujian dilakukan terhadap:
1. Pengamatan secara visual kebersihan permukaan alat yang kontak
langsung dengan produk
2. Kualitas air bilasan akhir
3. Residu yang diambil secara usap dan / atau bilas
4. Cemaran mikroba pada permukaan alat yang kontak dengan produk.

75
VALIDASI PEMBERSIHAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Validasi
Pembersihan :

1. Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan


pencemaran mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan
yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut hendaklah dapat
dicapai dan diverifikasi
2. Harus tersedia METODE ANALISA TERVALIDASI yang memiliki kepekaan
untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-masing
metode analisis hendaklah cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau
cemaran yang dapat diterima.
3. Hendaklah dipertimbangkan juga untuk bagian alat yang tidak bersentuhan
langsung dengan produk.
4. Interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan hendaklah
divalidasi demikian juga antara pembersihan dan penggunaan kembali.
Hendaklah ditentukan metode dan interval pembersihan
5. Untuk mesin yang sama (merek, jenis/type) hanya salah satu yang harus
divalidasi. Jika dalam proses menggunakan rangkaian mesin yang berbeda
secara berkelanjutan (in line machine), masing-masing mesin harus tetap
76
divalidasi secara terpisah. Jika rangkaian mesin merupakan kombinasi mesin
VALIDASI PEMBERSIHAN

Penetapan “Senyawa Marker” (active substance) yang divalidasi

Dalam menentukan “senyawa marker” yang digunakan untuk pelaksanaan


validasi pembersihan, harus dilakukan KAJIAN terhadap active substance
yang digunakan berdasarkan NILAI RISIKO-nya.

Contoh :

Kita akan melaksanakan Validasi Pembersihan terhadap Protap Pembersihan


Mesin Fluid Bed Dryer (FBD) yang digunakan untuk mengeringkan granul dan
film coating. Mesin ini digunakan untuk proses pengeringan produk A, B, C,
D, dan E; serta proses film coating untuk produk A, C, dan E.  Maka, langkah
pertama yang harus kita lakukan adalah MEMILIH produk mana yang akan
kita gunakan sebagai “marker” untuk menilai efektifitas prosedur
pembersihan mesin FBD yang sudah ditetapkan. Untuk menentukan
senyawa marker tersebut digunakan Kajian Risiko, sebagai berikut :
77
VALIDASI PEMBERSIHAN

78
VALIDASI PEMBERSIHAN
Metode Pengampilan Sampel (Cuplikan)

1.Metode Apus (swab sampling method)


• Prinsip: Residu diperoleh dengan mengapus (swab) langsung pada
permukaan alat/ruangan yang kontak dengan produk.
Hasil swab dianalisis untuk kandungan residu setelah melalui proses
ekstraksi atau untuk kandungan mikro-organisme setelah melalui kultur
mikroba dan inkubasi.
• Merupakan metode pengambilan sampel dengan cara menggunakan
bahan apus (swab material) yang dibasahi dengan pelarut yang langsung
dapat menyerap residu dari permukaan alat.
• Bahan yang digunakan untuk sampling harus kompatibel dengan solvent
dan metode analisanya.
• Tidak ada sisa-sisa serat yang mengganggu analisa.
• Ukuran material harus disesuaikan dengan area sampling

79
VALIDASI PEMBERSIHAN
 Sedangkan bahan pelarut (solvent), harus :
• Disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang diperiksa.
• Tidak mempengaruhi stabilitas bahan yang diuji.
• Sebelum dilakukan validasi, harus dilakukan pemeriksaan/ uji perolehan
kembali (recovery test) dengan larutan yang diketahui kadarnya.

Kelebihan :
• Contoh yang sudah mengering atau sulit larut dapat ”dilepaskan” dari
permukaan secara fisik.
• Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan swab sehingga
memungkinkan evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau
jumlah residu setiap (permukaaan)

Kekurangan :
• Adanya variasi hasil yang disebabkan oleh pemilihan lokasi, tekanan (physical
force) yang digunakan dan totalitas permukaan yang di-swab.
• Pelarut swab dapat mempengaruhi residu.
• Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi/mengurangi recovery
rate (perolehan kembali).
• Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis. 80
VALIDASI PEMBERSIHAN

Metode pengambilan sampel dan pengujian:


• Bersihkan kapas usap dengan merendam dalam methanol / pelarut
sesuai validasi metode selama 5 menit, sonifikasi dan peras.
• Pada saat pengambilan sampel, basahkan kapas usap dalam
metanol/pelarut sesuai validasi, peras kelebihan pelarut dengan
menekan di bibir bagian dalam wadah.
• Sampel diambil di area kritis sesuai protokol.
 Letakkan bingkai SS 5 x 5 cm di area yang akan diusap.
 Usap luas area yang ditentukan sesuai arah berikut:

Masukkan kembali kapas usap ke dalam tabung bersih, tutup.


Sampel di uji dengan metode analisis yang telah divalidasi.
81
VALIDASI PEMBERSIHAN
2. Metode Pembilasan Terakhir (Rinse sampling method)
• Prinsip: Residu diperoleh dengan mengumpulkan pelarut pembilas yang
telah kontak dengan permukaan alat dimana produk diproses. Hasil bilas
kemudian dianalisis untuk kandungan residu dan atau kandungan mikroba.
• Umumnya dilakukan untuk alat/mesin yang sulit dijangkau dengan cara apus
(banyak pipa, lekukan, dan lain-lain).
• Pelarut pembilas harus tidak boleh menyebabkan penguraian/degradasi
residu.
• Pelarut pembilas harus kontak dengan permukaan alat dalam waktu yang
cukup agar residu dapat larut sempurna.

82
VALIDASI PEMBERSIHAN
Kelebihan :
• Pengambilan contoh dimungkinkan terhadap permukaaan yang luas.
• Keseluruhan lokasi dipermukaan dapat dicapai tanpa kesulitan sehingga
memungkinkan evaluasi dengan tingkat recovery rate yang tinggi .
• Variasi hasil analisis lebih kecil dibanding dengan cara apus.
• Jika dilakukan dengan benar, hasil pemeriksaan dapat mencerminkan
kondisi seluruh permukaan alat.
Kekurangan :
• Tidak cocok untuk peralatan kompleks bermuatan instrumen atau
komponen listrik/elektronik. Misalnya mesin tablet, FBD, Granulator,
mesin pengisi serbuk, dan lain-lain.

Metode pengambilan sampel dan pengujian:


• Kumpulkan 500 ml air bilasan terakhir dan 500 ml secara aseptis untuk uji
cemaran mikroba.
• Ambil juga sampel Air Murni yang digunakan untuk membilas sebagai
pembanding.
• Air bilasan diuji terhadap parameter pH, konduktivitas, logam berat, nitrat,
TOC, cemaran mikroba dan dibandingkan dengan kualitas air murni yang
83
digunakan dalam pembilasan.
VALIDASI PEMBERSIHAN

3.Metode dengan menggunakan placebo

• Prinsip: Residu diperoleh dari batch produk plasebo yang dibuat dengan
cara simulasi dala kondisi yang sebenarnya. Contoh produk sepanjang
proses produksi melalui suatu rangkaian alat kemudian dianalisis untuk
kandungan residu atau kandungan mikro-organisme.
• Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara pengolahan produk
yang bersangkutan tanpa bahan aktif dengan peralatan yang sudah
dibersihkan kemudian dianalisa.

84
VALIDASI PEMBERSIHAN
Kelebihan :
• Contoh yang diambil merupakan simulasi proses produksi yang
sebenarnya .
• Memberi kemungkinan penilaian langsung terhadap efek kumulasi
tahapan proses produksi karena pendekatan validasi dilakukan pada
suatu rangkaian peralatan.

Kekurangan :
• Tingkat sensitivitas dari recovery rate (perolehan kembali) residu terlalu
rendah karena faktor pengenceran selama proses produksi.
• Metode ini tidak disarankan, karena tidak reproducible.

85
VALIDASI PEMBERSIHAN
Penetapan Kadar Cemaran Bahan Aktif Obat (BAO)
Dalam rangka mengevaluasi prosedur pembersihan, penting untuk
menetapkan tingkat cemaran bahan aktif obat yang dapat diterima Total
cemaran pada peralatan dapat dihitung berdasarkan hasil usap atau bilas yang
mewakili seluruh permukaan.
Pendekatan skenario terburuk:
Perhitungan cemaran dilakukan secara terpisah untuk setiap alat yang dipakai
dalam proses pengolahan produk hingga pengemasan primer. Tingkat
cemaran bahan aktif obat dihitung berdasarkan luas permukaan alat yang
kontak dengan produk dan ukuran bets terkecil yang pada proses berikutnya
setelah proses pembersihan alat.

Penetapan cemaran mikroba


• Efektifitas prosedur pembersihan untuk mengendalikan tingkat cemaran
mikroba dengan menguji kebersihan permukaan setelah proses
pembersihan alat dan pembilasan akhir.
• Cemaran mikroba diperiksa setelah proses pencucian maupun pada akhir
penetapan lamanya status “bersih”.
• Sampel untuk pengujian cemaran mikroba diambil dengan cara usap,
86
rodac plates ataupun dari air bilasan akhir.
VALIDASI PEMBERSIHAN

Kriteria Keberterimaan
Kriteria keberterimaan ditetapkan secara rasional berdasarkan risiko
terbawanya sisa bahan aktif obat ke produk lain berikutnya serta risiko
cemaran mikroba.
• Kebersihan secara visual
Kriteria : tidak tampak sisa pengotor di permukaan peralatan
setelah pembersihan yang mungkin mencemari produk berikutnya.
• Tingkat cemaran bahan aktif obat
Bila lebih dari satu produk diproses dengan peralatan yang sama,
Batas ditetapkan sebagai Maximum Allowable Carryover (MACO)
untuk penetapan residu bahan aktif obat.
• Penetapan Batas Cemaran
Batas paling ketat diambil berdasarkan ketentuan:

87
VALIDASI PEMBERSIHAN
Dosis terapetik harian
Bila dosis perhari dari produk yang dibuat berikutnya dan produk yang
dibuat sebelum pencucian alat diketahui, maka perhitungan MACO
diperhitungkan sebagai bagian dari Minimum Single Dose (MSD) dari
produk (X) yang akan dihilangkan dalam Maximum Daily Dose (MDD) dari
produk berikutnya (Y):

88
VALIDASI PEMBERSIHAN
Data toksisitas

Catatan Umum: menghasilkan angka carry over yang sangat tinggi dan tidak
dapat diterima, MACO dibatasi pada 1000 mg/kg.
Data toksisitas dapat digunakan untuk menghitung MACO jika dosis terapetik
tidak tersedia (misal untuk bahan antara atau prekursor). Dihitung dengan
persamaan berikut:

89
VALIDASI PEMBERSIHAN
Batas Umum 10 ppm
Secara umum, tidak lebih dari 10 mg/kg (= 10 ppm) zat penanda (marker)
yang harus dibersihkan dari produk sebelumnya

Batas visual
Batas visual ditetapkan 100 μg/ 25 cm2.

Deterjen
Gunakan deterjen dengan komposisi yang diketahui. Bila tidak diketahui,
deterjen food grade dipilih yang diketahui tingkat toksisitasnya.
• Batas residu deterjen adalah sebagai berikut:
1.  Jika LD50 dari deterjen diketahui dan maximum daily dose dari produk
berikutnya tersedia, MACO dapat dihitung dengan perhitungan NOEL
dan ADI seperti penjelasan pada butir 2 di atas (data toksisitas).
2. Jika tidak ada data untuk maximum daily dose dari produk berikutnya,
MACO dari deterjen food grade dibatasi menjadi 10 mg/kg (produksi
produk jadi dan API tanpa tahap pemurnian selanjutnya) atau 100 mg/kg
(produksi API).
90
3. Batas residu untuk deterjen dapat juga ditetapkan dengan cara TOC.
VALIDASI PEMBERSIHAN
Batas Cemaran Mikroba (MAML : Maximum Allowable Microbial
Limits)

Batas Cemaran Mikroba dihitung dengan mengacu pada ukuran Contoh


seluas 25 cm².  Batas berikut dipakai sebagai acuan:

91
VALIDASI PEMBERSIHAN
LAPORAN VALIDASI PROSEDUR PEMBERSIHAN

Laporan Validasi memuat:


• Hasil pengujian yang dilaksanakan sesuai protokol.
• Evaluasi dan perbandingan terhadap hasil uji yang diharapkan dari
kriteria keberterimaan.
• Evaluasi terhadap adanya penyimpangan dari protokol serta tindakan
koreksi yang diambil.
• Dafter referensi bila diperlukan.
• Laporan dievaluasi dan disetujui oleh Manajer Produksi, Teknik dan
Pemastian Mutu.

Prinsip Utama dari Cleaning validation :


“HOW CLEAN IS CLEAN”

92
KUALIFIKASI
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut
dengan kualifikasi.

Kualifikasi merupakan istilah yang digunakan untuk validasi terhadap mesin,


peralatan produksi maupun sarana penunjang.

Jadi Kualifikasi diartikan sebagai kegiatan
pembuktianbahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem yang digunakan
dalam suatu proses/sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang
diinginkan dan konsisten serta menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.

Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang terdiri dari 4


tingkatan, yaitu :
1. Kualifikasi Desain (Design Qualification/DQ).
2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification/IQ).
3. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification/OQ).
4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification/PQ).
93
KUALIFIKASI
Design Qualification (DQ)/Kualifikasi Design (KD)

Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi


terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.

Kualifikasi Desain (KD) diartikan sebagai dokumen yang memverifikasikan


bahwa desain dari fasilitas, sistem dan peralatan sesuai untuk tujuan yang
diinginkan.

Tujuan Design Qualification (DQ) adalah untuk menjamin dan


mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau sarana penunjang
yang akan dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan
ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku.

Jadi DQ dilaksanakan SEBELUM mesin, peralatan produksi atau sarana


penunjang (termasuk bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli
/dipasang/dibangun.

94
KUALIFIKASI
Sasaran/target dari pelaksanaan DQ adalah:

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan


dipasang atau dibangun (rancang bangun) sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam CPOB (GMP complience).
2. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan
dipasang atau dibangun (rancang bangun) memperhatikan aspek aspek
keamanan dan kemudahan operasional (HAZOPs – Hazard and Operation
Studies).
3. Memastikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan, telah dilengkapi
dengan modul desain, gambar teknis dan spesifikasi produk secara
lengkap.
4. Khusus untuk bangunan industri farmasi, rancang bangun/Rencana Induk
Pembangunan (RIP) sudah mendapat persetujuan dari Badan POM.

95
KUALIFIKASI
Installation Qualification (IQ)/Kualifikasi Instalasi (KI)

Kualifikasi Instalasi (KI) adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa


seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan
tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh industri
pembuat.

Kualifikasi Instalasi (KI) dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan


baru atau yang dimodifikasi.

Tujuan Installation Qualification (IQ) adalah untuk menjamin dan


mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai
dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang
bersangkutan dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan.

Jadi IQ dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan
produksi atau sarana penunjang.
96
KUALIFIKASI
Sasaran/target dari pelaksanaan IQ adalah :

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana


desain yang telah ditentukan (GMP complience).
2. Memastikan bahwa bahan dan konstruksi peralatan telah sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditentukan (jenis baja anti karat, kemudahan
pembersihan, dan lain-lain).
3. Memastikan ketersediaan perlengkapan pengawasan (alat kontrol) dan
pemantauan (monitor) sesuai dengan penggunaannya.
4. Memastikan sistem atau peralatan aman dioperasikan serta tersedia
sistem atau peralatan pengaman yang sesuai.
5. Memastikan bahwa sistem penunjang, misalnya listrik, air, udara, dan lain-
lain telah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang memadai sesuai
dengan penggunaannya.
6. Memastikan bahwa kondisi instalasi dan sistem penunjang telah tersedia
dan terpasang dengan benar.

97
KUALIFIKASI
Operational Qualification (OQ)/Kualifikasi Operasional (KO)

Kualifikasi Operasional (KO) diartikan sebagai dokumentasi yang


memverifikasikan bahwa seluruh fasilitas, sistem dan peralatan yang telah
diinstalasi atau dimodifikasi berfungsi sesuai rancangan pada rentang
operasional yang diantisipasi.

Kualifikasi Operasional dilakukan setelah Kualifikasi Instalasi selesai


dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO mencakup, tapi tidak terbatas pada hal
berikut:
1. Pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses,
sistem dan peralatan; dan
2. Pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk (worst
case).

Tujuan Operational Qualification adalah untuk menjamin dan


mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi
bekerja (beroperasi) sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 98
KUALIFIKASI

Sasaran/target dari pelaksanaan OQ adalah :

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan bekerja sesuai rencana


desain dan spesifikasi.
2. Memastikan bahwa kapasitas mesin atau peralatan secara actual dan
operasional telah sesuai dengan rencana design yang telah ditentukan.
3. Memastikan bahwa parameter operasi yang berdampak terhadap
kualitas produk akhir telah bekerja sesuai dengan rancangan design
yang telah ditentukan.
4. Memastikan bahwa langkah operasi (urutan tata cara kerja)
berdasarkan petunjuk operasional, telah sesuai dengan waktu dan
peristiwa dalam operasi secara berurutan.

99
KUALIFIKASI
Performance Qualification (PQ)/Kualifikasi kinerja (KK)

Kualifikasi Kinerja (KK) merupakan dokumentasi yang memverifikasikan


bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan difungsikan,
dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang,
berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui.

KK dilakukan setelah KI dan KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KK


mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
1. Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang
memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan
pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan;
2. Uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas
operasional atas dan bawah.

100
KUALIFIKASI

Sasaran/target dari pelaksanaan PQ adalah :

1. Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan bekerja


sesuai dengan yang diharapkan dan spesifikasi yang telah ditetapkan.
2. Pada umumnya pelaksanaan dilakukan dengan Placebo (kondisi ini
dilakukan pada saat pelaksanaan Kualifikasi Operasional/KO)
3. Selanjutnya dengan menggunakan produk (obat) dan pada kondisi
produksi normal.

101
Water System (Sistem Pengolahan Air)

102
Water System (Sistem Pengolahan Air)

Air untuk produksi (Water for Pharmaceutical Use/WPU) memegang peranan


penting dan kritis dalam industri farmasi.

Air merupakan bahan baku, dalam jumlah besar, terutama


untuk produk Sirup, Obat suntik cair, cairan infus, dan lain-
lain sehingga apabila tercemar, beresiko sangat fatal bagi
pemakai.

Untuk memastikan produksi obat yang bermutu dan aman


bagi para pengguna

103
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Terdapat 3 hal yang diatur di dalam Sistem Pengolahan Air, yaitu :

Spesifikasi
Mutu Air

Sistem
Sistem Penyimpanan
Pemurnian Air dan Distribusi
Air

104
Water System (Sistem Pengolahan Air)
1. Spesifikasi Mutu Air

Dibagi menjadi beberapa “grade” sebagai berikut :


1. Air Pasokan (Feed Water)
2. Air Murni (Purified Water)
3. Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (Highly Purified Water/HPW)
4. Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI)
5. Air dengan Mutu Tertentu untuk Proses dan Pembuatan Bentuk Sediaan

spesifikasi mutu

105
Water System (Sistem Pengolahan Air)

106
Water System (Sistem Pengolahan Air)

107
Water System (Sistem Pengolahan Air)

2. Sistem Pemurnian Air

sistem pemurnian air TIDAK DITETAPKAN dalam kompendia. Jadi Industri Farmasi masing-
masing “bebas” untuk menentukan sistem mana yang paling sesuai dengan tujuan
penggunaannya, kecuali untuk pembuatan WFI

Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, sistem


penyimpanan dan distribusi harus mempertimbangkan hal-hal :

1. Ketersediaan ruang untuk instalasi


2. Beban struktural dalam bangunan
3. Ketersediaan akses yang memadai (terutama untuk pemeliharaan dan
pengawasan)
4. Kemampuan penanganan bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi
secara aman. 108
Water System (Sistem Pengolahan Air)
3. Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air

salah satu bagian penting dari


seluruh sistem, & harus dirancang
terintegrasi sepenuhnya dengan
komponen sistem pemurnian air. Sistem penyimpanan dan distribusi
harus dikonfigurasikan untuk
mencegah kontaminasi berulang
terhadap air setelah pengolahan.
Konfigurasi ini harus
menerapkan kombinasi pemantauan
online dan offline -> untuk menjamin
spesifikasi air yang tepat
dipertahankan. setelah air dimurnikan dengan
menggunakan metode yang sesuai,
dapat digunakan secara langsung atau
disalurkan ke dalam tangki penyimpanan
untuk didistribusikan ke titik pengguna.
109
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Inspeksi Sistem Pengolahan Air
PKPA di
Bagian QA SPA merupakan salah satu sarana penunjang kritis, sehingga senantiasa menjadi “subyek”
inspeksi oleh Badan POM.

1. Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem dengan
penandaan fungsi alat mulai dari awal inlet sampai titik pengguna lengkap dengan
titik pengambilan sampel;
2. Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau isometris);
3. Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik sampel;
4. Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
5. Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan;
6. Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
7. Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir;
8. Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan
apakah pengendalian perubahan telah diimplementasikan;
9. Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya;
10. lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
11. Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan
110
12. Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Kualifikasi Sistem Pengolahan Air
PKPA di
Bagian QA SPA : sistem kritis yang berdampak langsung terhadap mutu, sehingga parameter mutu
kritis sistem tersebut harus dikualifikasi

111
Water System (Sistem Pengolahan Air)

Mekanisme kerja Purified Water System

Purified water system : sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan
organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan digunakan untuk produksi.

Air (raw water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city water), Shallow well (sumur dangkal)
dengan kedalaman  10-20 m, atau berasal dari Deep well (sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m.

Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air
yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan
air tersebut. Purified water system terdiri dari : Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat
Exchanger (HE), Micro filter, Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI).

Multimedia filter : berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-partikel yang terdapat
pada raw water.

Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan
0,6-1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung
diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering juga disebut dengan sand filter).
112
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Active Carbon filter : karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau
karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya
digunakan dalam bentuk granular (butiran).

Fungsi : sebagai pre-treatment sebelum proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramine,


benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa dalam air.

Water Softener Filter : berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan/atau menurunkan
kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan
air.

Reverse Osmosis : merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat menurunkn hingga
95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air.
Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron)

EDI (Elektonic De-Ionization) : perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai pengikat ion (+)
dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah,
sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi.

Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan
(storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping system dan siap didistribusikan
ke ruang produksi. 113
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

114
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
1. Untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan
PENTING ??? pembuatan produk,
2. Memastikan produksi obat yang bermutu,
3. Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi personil,
4. Memberikan perlindungan pada Iingkungan di mana terdapat
bahan berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan
udara yang efektif dan aman dari bahan tersebut.

Tujuan dari desain Sistem Tata Udara adalah untuk  menyediakan sistem
sesuai dengan ketentuan CPOB  untuk memenuhi kebutuhan perlindungan
produk dan proses sejalan dengan persyaratan GEP (Good Engineering
Practices), seperti keandalan, perawatan, keberlanjutan, fleksibilitas, dan
keamanan.

115
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

Masalah yang biasanya berhubungan dengan desain Sistem Tata


Udara adalah :
1. Pola alur personil, peralatan dan material;
2. Sistem produksi terbuka atau tertutup;
3. Estimasi kegiatan pembuatan di setiap ruangan;
4. Tata letak ruang;
5. Finishing dan kerapatan konstruksi ruangan;
6. Lokasi dan konstruksi pintu;
7. Strategi ruang penyangga udara;
8. Strategi pembersihan dan penggantian pakaian;
9. Kebutuhan area untuk peralatan sistem Tata udara dan
jaringan saruran udara (ductwork);
10. Lokasi untuk pemasokan udara, pengembalian udara dan
pembuangan udara.

116
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
PARAMETER KRITIS
1. suhu
2. kelembaban
3. partikel udara (viabel dan non viabel)
4. perbedaan tekanan antar ruang dan pola aliran udara
5. volume alir udara dan pertukaran udara
6. sistem filtrasi udara

Pertimbangan :
7. Klasifikasi ruang
8. Produk/bahan yang digunakan
9. Jenis proses, padat, cairan/semi padat atau steril
10.Proses terbuka atau tertutup

117
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

118
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
PENGATURAN (CASCADE) TEKANAN UDARA

119
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

Tipe-tipe Dasar Desain HVAC :

1. Sistem udara segar 100% (sekali lewaf) / full fresh-air (once-through)


-> menyuplai udara luar yang sudah diolah hingga memenuhi persyaratan kondisi suatu ruang,
kemudian diekstrak dan dibuang ke atmosfer
-> digunakan pada fasilitas yang menangani produk/ pelarut beracun untuk mencegah udara
tercemar disirkulasikan kembali.

120
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

121
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
Tipe-tipe Dasar Desain HVAC :

2. Sistem resirkulasi
-> Resirkulasi harus tidak menyebabkan risiko kontaminasi atau kontaminasi silang (termasuk
uap dan bahan yang mudah menguap).
-> Kemungkinan penggunaan udara resirkulasi ini dapat diterima, bergantung pada jenis
kontaminan udara pada sistem udara balik. Hal ini dapat diterima blla filtet HEPA dipasang pada
aliran udara pasokan (atau aliran udara balik) untuk menghilangkan kontaminan sehingga
mencegah kontaminasi silang.

122
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

123
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
Tipe-tipe Dasar Desain HVAC :

3. Sistem ekstraksi / exhaust.


-> debu atau cemaran uap hendaklah dihilangkan dari sumbernya.
-> Titik tempat ekstraksi hendaklah sedekat mungkin dengan sumber keluarnya debu. Dapat
digunakan ventilasi setempat atau tudung penangkap debu yang sesuai.
-> Contoh aplikasi sistem adalah Area :  Ruangan, Glove boxes, atau Lemari yang dilengkapi
dengan tudung buangan.

124
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)

125
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

126
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

-> Udara bertekanan, sama seperti sistem penunjang lain, seperti Sistem Tata Udara, Air
Murni ataupun Air untuk lnjeksi berdampak langsung pada kualitas produk, oleh sebab itu
termasuk kriteria kritis dalam industri farmasi.

-> Adalah sangat penting mengendalikan kualitas dari Sistem Udara Bertekanan yang
digunakan dalam pembuatan produk farmasi, terutama udara bertekanan yang berkontak
langsung dengan produk, agar mutu obat yang diterima oleh pasien terjaga. 

Spesifikasi kualitas udara ditentukan oleh 3 (tiga) komponen yang demi


kepraktisan dikenal sebagai PWO, yaitu :

P W O
(Particle) (Water)/moisture content (Oil)/oil vapor

127
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

Persyaratan Udara Tekan menurut ISO 8573-1: 2010 dan ISPE dalam
pedoman udara bertekanan (ISPE Good Practice Guide Processed Gases).

128
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

Metode Pengujian Udara Bertekanan

129
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

Metode Pengujian Udara Bertekanan

130
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

Metode Pengujian Udara Bertekanan

131
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

Konfigurasi & Skematika Sistem Udara Bertekanan

• Kompresor : sebagai penghasil udara bertekanan, dalam hal ini lebih diutamakan
menggunakan oil free lubricated compressor. Oil free -> tidak ada oli di area kompresi, tapi
kompresor sendiri tetap memerlukan oli untuk melumas area gigi (gear) yang dipisahkan
dengan menggunakan segel.
• Tangki udara : untuk menyediakan kapasitas lonjakan (surge) untuk memenuhi kebutuhan
proses puncak dan meminimalkan perubahan tekanan sistem selama periode permintaan
puncak. Tangki ini juga berfungsi sebagai pendingin.
• Pengering : menghilangkan uap air.
• Filter: menghilangkan uap oli dan partikulat.
• Pipa distribusi: mendistribusikan udara ke titik pengguna pada tekanan dan kecepatan alir
yang ditetapkan tanpa penurunan kualitasnya.
• Pengatur tekanan: mengurangi tekanan udara sampai ke batas yang ditetapkan untuk
pengguna akhir.
• Perangkap kondensat: menguras akumulasi kondensat dari pipa. 132
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)

Konsep Dasar dan Pertimbangan Desain

Ada 3 (tiga) parameter utama yang hendaklah ditetapkan dahulu, sebelum


mendesain Sistem Udara Bertekanan :
• Kualitas udara bertekanan;
• Penggunaan udara bertekanan; dan
• Volume udara bertekanan yang dibuiuhkan/ kapasitas.

Udara bertekanan yang keluar dari sebuah kompresor dapat mengandung


semua atau sebagian dari kontaminan berikut:
1. Partikel debu;
2. Air dan uap air;
3. Aerosol oli dan uap oli;
4. Partikel (akibat gesekan); dan
5. Mikroorganisme.

133
KESIMPULAN

134
KESIMPULAN

1. Datang dengan pakaian rapi, sopan


2. Tepat waktu
3. Menghormati dan menghargai setiap peraturan yang ada di perusahaan
tersebut
4. Aktif, namun low profile
5. Kritis, namun santun
6. Disiplin
7. Kuasai setiap materi teori yang ada di perkuliahan -> cocokan dengan
yang ada di lapangan
8. Amati setiap aktivitas yang ada di sekeliling, maun bukan spionase
9. Jangan merasa seorang mahasiswa, mempunyai pemikiran yang TOP
dibandingkan karyawan yang bekerja
135

You might also like