2018 12 01 Pembekalan PKPA UMP
2018 12 01 Pembekalan PKPA UMP
2018 12 01 Pembekalan PKPA UMP
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
- KRISTANTO -
- PT. EXELTIS, INDONESIA -
2
PT NUFARINDO – Exeltis
Jl. Raya Mangkang Kulon KM 16.5, Kec Tugu Semarang
14,142 m2 = 3.5 acres
3,742 m2 = 1 acres (built area)
Manufacturing Team
Didik Suyatno
Didik Suyatno
Plant Director
Plant Director
Kristanto AM. Verdei Ereco Eka Susy Ambar Rinda Fairani Diana Liany Suwanda
Kristanto AM. Verdei Ereco Eka Susy Ambar
Supply Chain Manager Production Manager QC Manager
Rinda Fairani
QA Manager
DianaNilawati
Nilawati Asih
AsihSuko
Suko Liany Suwanda
Head of Procurement
R&D Manager Eng Manager
Supply Chain Manager Production Manager QC Manager QA Manager R&D Manager Eng Manager Head of Procurement
• Aspek QA : CPOB
• Dokumentasi
• Cara Validasi
•
• Aspek QC : Penerimaan bahan baku
• IPC (In Process Control)
• Sampel pertinggal
•
• Aspek Lain-Lain : Penelitian & Pengembangan (R&D)
• Penanganan Limbah
• Sarana Penunjang
• Registrasi
• Bangunan
• Personalia
Supply Chain Management
8
Supply Chain Management
SLIDE 9
• Supply Chain
Jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan
baku, memproduksi barang maupun mengirimkannya ke pemakai akhir.
• HOW TO CREATE
Pendekatan yang ditekankan dalam SCM adalah TERINTEGRASI dengan
SEMANGAT KOLABORASI.
SCM tidak hanya berorientasi pada urusan internal melainkan juga
eksternal perusahaan yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-
perusahaan partner
• CPIM : Certified in Production and Inventory Management
• CLTD : Certified in Logistics Transportation and Distribution
• CSCP : Certified Supply Chain Professional
Manufacturing Flow
11
FLOW IN THE SYSTEM
FLOW OF FORECAST FROM MARKETING TO PRODUCTION
PPIC prepare :
1. Print Work Order
2. Batch Record
• Tantangan 1 :
Challenge
SLIDE 15
Kompleksitas struktur Supply Chain
• Internal :
Antara bagian marketing dengan produksi. • Tantangan 2 : Ketidakpastian
Marketing seringkali membuat kesepakatan dengan
pelanggan tanpa mengecek secara baik
kemampuan produksi, perubahan jadwal produksi • Ketidakpastian menimbulkan ketidakpercayaan
secara tiba-tiba karena marketing menyepakati diri terhadap rencana yang dibuat. Sebagai
perubahan order dengan pelanggan. Disisi lain akibatnya, perusahaan sering menciptakan
bagian produksi sering resistant dengan perubahan pengaman di sepanjang Supply Chain.
mendadak.
• Eksternal : • Pengaman ini bisa berupa safety stock, safety
time, atau kapasitas produksi maupun
Antara supplier yang menginginkan pemesanan
transportasi.
produknya jauh-jauh hari sebelum waktu
pengiriman dan sedapat mungkin pesanan tidak
• Sumber ketidakpastian yaitu :
berubah, pengiriman segera setelah produksinya
selesai. 1. Ketidakpastian pembeli
2. Ketidakpastian dari supplier yaitu terkait dengan
Disisi lain perusahaan menghendaki fleksibilitas
pengiriman, harga, kualitas maupun kuantitas
yang tinggi dengan mengubah jumlah, spesifikasi
3. Ketidakpastian internal yang bisa disebabkan
maupun jadwal pengiriman bahan baku yang kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak
dipesan (JIT) yaitu mengirimkan produk dalam sempurna, tenaga kerja serta waktu maupun
waktu yang tepat dan kuantitasnya kecil-kecil, serta kualitas produksi
dalam pembayaran, budaya dan bahasa
KEY PERFORMANCE INDICATORS
SLIDE 16
• Forecast Error
•
• The KPI FE (Forecast Error) is the
• Forecast Accuracy
deviation on the Actual from the • The KPI FA is the degree of closeness of the
forecasted quantity set at lag 3 (i.e. statement of quantity to that quantity’s actual (true)
Forecast for March 2017 locked in value. The actual value usually cannot be measured
December 2016), item by item. at the time the forecast is made because the
statement concerns the future. More accurate
forecasts increase their effectiveness to serve the
• Error = demand while lowering overall operational costs.
Forecast Accuracy is the converse of Error.
• % Forecast Error =
• Note: |Absolute Value| • Definition: Actual Customer Demand Vs Demand
Forecast set at lag 3 (i.e. Forecast for March 2017
locked in December 2016), item by item
• % Forecast Accuracy = 100 - % Forecast Error
KEY PERFORMANCE INDICATORS
SLIDE 17
19
WAREHOUSE - SCM
Sistem Penanganan Bahan, mencakup antara lain :
1. Pembelian/pengadaan Bahan (procurement),
2. Penerimaan,
3. Penandaan Bahan Awal dan Bahan Pengemas
4. Penyimpanan, dan
5. Penyerahan/Distribusi : bahan awal, bahan pengemas, Produk antara/ruahan, produk
jadi.
Bahan Awal : Semua bahan, baik yang berkhasiat atau tidak berkhasiat, yang berubah atau tidak
berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua bahan tersebut akan
tertinggal di dalam produk ruahan.
Bahan Pengemas : Tiap bahan, termasuk bahan cetak, yang digunakan dalam proses pengemasan obat,
tetapi tidak termasuk kemasan luar yang digunakan untuk transportasi atau keperluan pengiriman ke
luar pabrik. Bahan pengemas disebut primer atau sekunder tergantung tujuan penggunaan apakah
bersentuhan langsung dengan produk atau tidak.
Produk Antara : Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau lebih tahap
pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan.
Produk Ruahan adalah Bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan kegiatan pengemasan
untuk menjadi obat jadi.
20
Produk Jadi : Produk (Obat) yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan.
WAREHOUSE - SCM
BAHAN AWAL
Pembelian/Procurement
• Pembelian bahan awal adalah suatu aktifitas penting dan oleh karena itu hendaklah
melibatkan staf yang mempunyai pengetahuan khusus dan menyeluruh perihal
pemasok.
• Harus dilakukan KUALIFIKASI PEMASOK (Vendor Qualification).
• Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan
memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen.
• Dianjurkan agar spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat untuk bahan awal
dibicarakan dengan pemasok. Sangat menguntungkan bila semua aspek produksi dan
pengawasan bahan awal tersebut, termasuk persyaratan penanganan, pemberian label
dan pengemasan, juga prosedur penanganan keluhan dan penolakan, dibicarakan
dengan pabrik pembuat dan pemasok.
21
WAREHOUSE - SCM
• Kualifikasi Pemasok.
• Pre-audit Questionnaire for Manufacturer of Starting Material,
• Daftar Periksa Audit Mutu / Sistem Mutu,
• Daftar pemasok (supplier/vendor) yang disetujui, dapat berupa produsen
atau distributor bahan awal. Daftar pemasok tersebut berisi antara lain
nama pemasok, nama dan alamat pabrik pembuat serta nama bahan yang
dipasok. Daftar tersebut HARUS disetujui oleh Bagian Pengadaan dan
Pemastian Mutu, dan
• Quality Assurance Agreement antara pemasok dan pengguna yang antara lain
memuat persetujuan spesifikasi, persetujuan audit, pemberitahuan atas
perubahan yang dilakukan oleh produsen bahan baku obat, misal
perubahan lokasi pabrik, perubahan teknologi pembuatan bahan baku
obat.
22
WAREHOUSE - SCM
Penerimaan Bahan
PENANDAAN
• Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak);
tanggal daluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
• Label yang menunjukkan status bahan awal hendaklah ditempelkan hanya
oleh personil yang ditunjuk oleh kepala bagian Pengawasan Mutu.
• Untuk mencegah kekeliruan, label tersebut hendaklah berbeda dengan
label yang digunakan oleh pemasok (misal dengan mencantumkan nama
atau logo perusahaan). Bila status bahan mengalami perubahan, maka
label penunjuk status hendaklah juga diubah.
24
WAREHOUSE - SCM
25
WAREHOUSE - SCM
PENYIMPANAN
• Penyimpanan bahan awal baik pada saat proses karantina selama pemeriksaan maupun setelah
diluluskan harus disesuaikan dengan persyaratan penyimpanan yang tercantum dalam label bahan
awal atau Certificate of Analysis (COA) yang disertakan dari bahan baku tersebut.
• Berikut adalah contoh temperatur ruang penyimpanan yang tercantum dalam label bahan
a) Suhu ruang (ambient) : suhu ruang NMT 30°C;
b) Suhu ruang berpendingin udara (AC) : suhu ruang < 25°C
c) Suhu dingin : suhu ruang 2 – 8°C
d) Suhu beku : suhu ruang < 0°C.
• Simpan bahan awal pada rak bahan awal yang telah ditentukan dengan nama bahan awal yang tertera
pada rak tersebut, jangan menaruh bahan awal di lokasi yang tidak sesuai dengan nama bahan awal
yang tercantum pada rak tersebut.
• Bahan awal tidak boleh disimpan langsung bersentuhan dengan lantai gudang, simpan bahan awal di
atas rak atau pallet.
• Gudang penyimpanan bahan awal harus selalu dipantau kondisinya sehingga selalu memenuhi
persyaratan.
• Semua bahan awal yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang mencolok, ditempatkan terpisah
dan dimusnahkan atau dikembalikan kepada pemasoknya.
26
WAREHOUSE - SCM
PENYERAHAN / DISTRIBUSI BAHAN
• Penyerahan bahan awal hendaklah dilakukan hanya oleh personil yang berwenang sesuai
dengan prosedur yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan hendaklah disimpan
dengan baik agar rekonsiliasi persediaan dapat dilakukan.
• Penimbangan bahan awal hendaklah dilakukan oleh personil yang berwenang sesuai
prosedur tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur
dengan akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.
• Setiap bahan yang ditimbang atau diukur hendaklah diperiksa secara independen dan
hasil pemeriksaan dicatat.
• Bahan yang ditimbang atau diukur untuk setiap bets hendaklah dikumpulkan dan diberi
label jelas.
• Alat timbang hendaklah diverifikasi tiap hari sebelum dipakai untuk membuktikan bahwa
kapasitas, ketelitian dan ketepatannya memenuhi persyaratan sesuai dengan jumlah
bahan yang akan ditimbang.
27
PRODUCTION
28
Cost & Competitiveness
Yield %
The KPI “Yield” explains the total value produced by a process (normally in number of
units) divided by the total expected (Standard BOM) value to be produced by a
process (also in number of units.)
Yield is the percentage of a process that is free of defects.
Calculation formula
Unit of measure: %
29
Cost & Competitiveness
The KPI “MUV” Material Usage Variance is the measure of difference between the actual quantity of
material utilized in an order and the standard consumption of material (BOM) for the level of output
achieved.
Calculation formula
An adverse material usage variance indicates higher consumption of material during the period as compared with the
standard usage.
Reasons for adverse material usage variance include:
• Purchase of materials of lower quality than the standard (this will be reflected in a favorable material price
variance)
• Use of unskilled labor
• Increase in material wastage due to depreciation of plant and equipment 30
Quality Control (QC)
31
Quality Control (QC)
Tugas utama Dept. QC adalah :
33
Quality Control (QC)
CARA BERLABORATORIUM PENGAWASAN MUTU YANG BAIK (GOOD
LABORATORY PRACTICES/GLP)
34
Quality Control (QC)
35
Quality Control (QC)
36
Quality Control (QC)
2. Personalia
37
Quality Control (QC)
3. Peralatan
38
Quality Control (QC)
39
Quality Control (QC)
40
Quality Control (QC)
5. Baku Pembanding
41
Quality Control (QC)
6. Spesifikasi dan Prosedur Pengujian
Spesifikasi :
Harus terdapat spesifikasi untuk semua bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi yang mencakup spesifikasi dan prosedur
pengujian mengenai identitas, kemurnian, mutu dan kadar/potensi
Prosedur Pengujian :
Seluruh prosedur pengujian harus ter-validasi
Sesuai dengan dokumen registrasi
Mencakup antara lain :
Jumlah sampel yg diperlukan dan yang disimpan untuk rujukan
Jumlah tiap pereaksi, larutan dapar, dsb.
Rumus perhitungan yang digunakan
Nilai yang diharapkan dan batas toleransi
Mencakup frekuensi pengujian ulang (untuk bahan awal)
42
Quality Control (QC)
7. Penandaan
Bila perlu, tanggal penerimaan tiap bahan yang digunakan untuk kegiatan
pengujian (misal, pereaksi dan baku pembanding) hendaklah tercantum
pada wadahnya. Instruksi penggunaan dan penyimpanan hendaklah diikuti.
Dalam hal tertentu perlu dilakukan uji identifikasi dan/atau pengujian lain
untuk bahan pereaksi pada waktu diterima atau sebelum digunakan.
43
Quality Control (QC)
PENGAMBILAN SAMPEL
44
Quality Control (QC)
PROGRAM STABILITAS
• Tujuan dari program stabilitas on-going adalah untuk memantau produk selama masa
edar dan untuk menentukan bahwa produk tetap, atau dapat diprakirakan akan tetap,
memenuhi spesifikasinya selama dijaga dalam kondisi penyimpanan yang tertera pada
label.
• Hal ini berlaku bagi produk dalam kemasan yang dijual, namun hendaklah
dipertimbangkan pencakupan dalam program bagi produk ruahan. Misal, apabila
produk ruahan disimpan dalam jangka waktu yang lama sebelum dikemas dan/atau
dikirim dari tempat produksi ke tempat pengemasan, dampak terhadap stabilitas
produk yang dikemas dalam kondisi lingkungan sekeliling hendaklah dievaluasi dan
dikaji. Di samping itu, hendaklah dipertimbangkan produk antara yang disimpan dan
digunakan setelah jangka waktu yang diperpanjang. Studi stabilitas produk
pascarekonstitusi dilakukan selama pengembangan produk dan tidak memerlukan
pemantauan yang berbasis on-going. Namun, apabila relevan, stabilitas produk
45
pascarekonstitusi dapat juga dipantau.
Quality Control (QC)
46
Quality Control (QC)
47
Quality Control (QC)
48
Quality Control (QC)
49
Quality Assurance (QA)
50
Compliance
RFT (Right First Time)
The KPI Right First Time (% Total batches dispositioned without manufacturing deviation) represents an indication
of the level of process capability of the manufacturing and packaging operations
Calculation formula
Unit of measure: %
Reported value: Month value and Rolling 12 Months value. For 2017 report Month value and YTD value
Definitions
Batches: A specific quantity of a product (API, an intermediate, bulk or finished product) intended to have uniform character and quality, within
specified limits, and produced according to a single manufacturing order during the same cycle of manufacture. A batch may also mean a
specific quantity of material or API processed in one process or series of processes so that it could be expected to be homogenous.
Include the following: Batches/lots of intermediates released for shipment to other facilities. Batches/lots of bulk product to be packaged and
Finished drug product batches/lots. Exclude media fill and 3rd Party manufactured batches not manufactured or packaged at an Exeltis site.
Batches are to be counted in the month they are dispositioned (at the month that they are released or rejected by QA)
Deviation: Include any deviation and/or incident from the approved process related to batch manufacturing and/or packaging directly affecting
the product or batch. Includes critical, major and minor deviations.
Excludes incidents/events noted only in the batch record and Laboratory investigations reports ( LIR). Excludes deviations/incidents related to
good documentation practices (lack of signatures in a batch record, etc..)
Deviation definition: Any failure to follow documented procedures or operate within controlled conditions which may affect product quality.
Examples include, but are not limited to:
• Incorrect overprinting of batch number/expiry details.
• Packaging /Manufacturing errors
• Critical plant performance problems
• Failure to follow approved batch record instructions and SOPs which are determined to have a potential negative impact on the batch.
• Use of incorrect raw material or component during production of a pharmaceutical product.
• Equipment failure during processing which may have affected product quality.
• Formula adjustments (proportionality of ingredients maintained), changes in theoretical yield (Example: accidental spills of known quantities of
components).
• Product, raw material, labelling, or component mix-ups.
51
Compliance
Received Complaints
Calculation formula
Justified or accepted technical complaints vs total number of batches commercialized in %
Unit of measure: %
Reported value: Month value and Rolling 12 Months value. For 2017 report Month value and
YTD value
Definitions
Technical complaint: Complaint received by any means (written, email, telephone, etc.) regarding a problem in the design,
manufacturing, packaging, warehousing or distribution of a product. Examples include, but are not limited to: broken product
(tablets, vials, etc.), damaged packaging, illegible printed data, leaflets, wrong quantity, foreign materials (spots, particles, etc.)
etc.
Justified or accepted complaint: Complaint that after investigation is determined to be caused by a process under the
responsibility of Exeltis. This includes complaints due to:
- transportation issues when transport is under Exeltis responsibility
- manufacturing or packaging at CMO contracted by Exeltis
Pharmacovigilance complaints are excluded: side effects, lack of efficacy, unless the root cause is technical, in which case the
complaint will be reclassified as technical
Critical complaint: a complaint affecting the safety of the patient or the efficacy of the product. Examples include, but are not
limited to: cross contamination, wrong labelling of expiry date or batch number, wrong leaflet. They can result on a recall.
Major complaint: a complaint affecting the quality of a product. Examples include, but are not limited to: broken product, tablets
capping, lack of product. They can result on a return.
Minor complaint: aesthetic complaint. Examples include, but are not limited to: damaged secondary packaging
Batch commercialized: All batches (including bulk product, intermediates and finished product) that are totally or partially
shipped to other facilities, distributors or customers.
52
Compliance
Complaints Closed on Time
Calculation formula
Total number of received technical complaints closed within 30 calendar days vs Total number of received technical
complaints that MUST have been closed within 30 days, this is, due to be closed.
Unit of measure: %
Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value
Definitions
Received technical complaint: See definition in KPI “Received Complaints”
Complaint closed within 30 calendar days. It is considered closed when the investigation is finished, CAPAs are defined and
the final report is sent to the complainant. It is included in the KPI calculation if the complaint has been closed within 30
calendar days since it was received.
Recalls
Calculation formula
53
Compliance
Rejections
Calculation formula
Unit of measure: %
Reported value: Monthly value and Rolling 12 Months value. For 2017 report Monthly value and
YTD value
Definitions
Batches rejected/reprocessed/reworked include batches that are totally or partially rejected and/or that
need an extra process to be released to the market. Examples include, but are not limited to: repackaging
(total or partial) a batch, sorting, etc
Include Batches/lots of intermediates released for shipment to other facilities. Batches/lots of bulk product
to be packaged and Finished drug product batches/lots. Include 3 rd Party manufactured batches
manufactured or packaged at a CMO under the responsibility of an Exeltis site. Batches are to be counted
in the month they are dispositioned (at the month that they are released or rejected by QA)
Exclusions: Partial rejects because of line adjustments during packaging; Regular rejections during the
process (by packaging detectors, by metal checkers', etc.)
54
Compliance
Unit of measure: %
Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value
Definitions
Include all deviations regardless their criticality (critical, major and minor) as well as their scope (affecting
equipment, documentation, utilities, products, etc.)
Deviation closed within 30 calendar days. It is considered closed when the investigation is finished, CAPAs
are defined and in the case that the deviation affects the product disposition, the decision of disposition
can be taken by QA (release or reject the batch). It is included in the KPI calculation if the deviation has
been closed within 30 calendar days since it was issued.
55
Compliance
Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value
Definitions
Include all CAPA coming from: audits (internal and external), inspections (Health and Environmental authorities), complaints,
deviations, incidents
CAPA closed within the scheduled time. It is considered closed when the action is finished, there is documentation that
documents the closure and QA formally closes the action. It is included in the KPI calculation if the action has been closed
within the time frame that was initially defined and accepted by QA. Extension of this time are not allowed.
CAPA that MUST have been closed in the period (due): All actions that have been defined/issued and that MUST be closed at
the moment of reporting the KPI regardless of their status.
For the YTD calculation count the actions starting from the 1st January of the year
For the 12 months rolling calculations count the actions from the 1st day of 12 months before the reporting month.
56
Safety
TRIR (Total Recordable Incidence Rate)
The KPI TRIR (Total Recordable Incident Rate) represent the number of injury and illness cases involving treatment beyond
basic first aid for all employees and supervised contractors occurred in any of the Exeltis premises, in-itinere or at any
moment and place during a business trip.
Calculation formula
TRIR = x 200,000
Reported value: YTD value and Rolling 12 Months value. For 2017 report only YTD value
Definitions
Include all accidents and incidents cases involving treatment beyond basic first aid for all employees and supervised
contractors occurred in any of the Exeltis premises, in-itinere or at any moment and place during a business trip.
Examples of recordable cases are, but are not limited to:
Death
Medical treatment beyond first aid administration
Restricted work activity
Days away from work (Lost workdays)
Loss of consciousness
Amputation
Broken Bone (regardless how minor)
Needle-sticks (from contaminated needles/sharp)
Chipped tooth
Animal/insect bite
Punctured ear drum
Chronic irreversible disease
57
VALIDASI PROSES
MENGAPA ?
58
VALIDASI PROSES
Ketentuan dan prinsip yang diuraikan mencakup
• validasi proses baru (initial validation),
• validasi bila terjadi perubahan perubahan signifikan registrasi variasi
• validasi ulang
• Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan -> Validasi
prospektif
• dilakukan untuk proses yang sudah mapan, namun tidak berlaku jika terjadi
perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau peralatan. -> Validasi
retrospektif
59
VALIDASI PROSES
VALIDASI PROSPEKTIF
Berlaku untuk :
1. Produk baru,
2. Modifikasi pada proses produksi yang dapat berdampak pada karakteristik produk
tersebut
60
VALIDASI PROSES
VALIDASI PROSPEKTIF
Mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut :
VALIDASI PROSPEKTIF
Jumlah dan ukuran bets - CPOB :
jumlah proses produksi dan pengamatan sudah cukup menggambarkan variasi dan
menetapkan tren sehingga dapat memberikan data yang cukup untuk keperluan evaluasi.
Secara umum, 3 (tiga) bets berurutan yang memenuhi parameter yang disetujui
Bets hasil Validasi Prospektif (minimum 3 bets berturut-turut) hanya dapat diluluskan
untuk dijual berdasarkan hasil serangkaian uji Pengawasan Mutu yang intensif, pengkajian
kondisi pembuatan, hasil Uji Stabilitas dan persetujuan dari Pemastian Mutu.
Ukuran bets yang digunakan dalam proses validasi hendaklah sama dengan ukuran bets
produksi yang direncanakan.
62
VALIDASI PROSES
VALIDASI PROSPEKTIF
ACTR : ………(1)
63
VALIDASI PROSES
VALIDASI PROSPEKTIF
ACTR : ………(2)
64
VALIDASI PROSES
VALIDASI KONKUREN
1. Dilakukan pada produk yang telah divalidasi secara prospektif dan mengalami
perubahan yang dapat dijustifikasi.
2. Validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual bila :
• Ada justifikasi adanya strong benefit-risk ratio for the patient.
• Misal Orphan drugs (produk yang hanya diproduksi dalam jumlah terbatas,
misal hanya satu bets dalam satu tahun) tanpa validasi prospektif terlebih
dahulu, dengan persetujuan Badan POM.
3. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus
dijustifikasi,
Didokumentasikan dalam RIV
Data pendukung yang cukup untuk mendukung keputusan yang akan diambil
Ada hasil dan kesimpulan
4. Disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
65
VALIDASI PROSES
VALIDASI RETROSPEKTIF
Hanya untuk produk yang sudah mapan
Memerlukan pembuatan protokol khusus dan laporan hasil kajian data untuk
mengambil kesimpulan dan memberikan rekomendasi.
Tidak bisa dilakukan untuk dossier registrasi produk
66
VALIDASI PROSES
DOKUMENTASI
PROTOKOL
• Nomor identitas Protokol
• No revisi dan tanggal
• Nama produk
• Dikaji dan disetujui
DOKUMENTASI
Protokol Validasi Proses - Isi
68
VALIDASI PROSES
DOKUMENTASI
Protokol Validasi Proses - Isi
69
VALIDASI PROSES
WORKSHEET
Lembar kerja untuk :
• mencatat semua pengamatan selama validasi
• tabulasi hasil uji termasuk perhitungan statistic yang digunakan
• dll.
70
VALIDASI PROSES
LAPORAN VALIDASI
• Review and approval sheet
• Objective dan cross reference to protocol
• Reference to batch document, batches evaluated for PV
• Summary of test results and discussion
• Deviation, CAPA and comment
• Decision whther the process can be claimed as validated or not validated with
rationale for such decision
• Recommendation for commercial technical and documentation adjustment
• Tabulation of test results, graph, statistical calculation, trend any other supporting
data to support decision, as annex
71
VALIDASI PEMBERSIHAN
72
VALIDASI PEMBERSIHAN
Tujuan dari pelaksanaan Validasi Pembersihan (Cleaning Validation) :
73
VALIDASI PEMBERSIHAN
Prinsip dan Ruang Lingkup
75
VALIDASI PEMBERSIHAN
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Validasi
Pembersihan :
Contoh :
78
VALIDASI PEMBERSIHAN
Metode Pengampilan Sampel (Cuplikan)
79
VALIDASI PEMBERSIHAN
Sedangkan bahan pelarut (solvent), harus :
• Disesuaikan dengan spesifikasi bahan yang diperiksa.
• Tidak mempengaruhi stabilitas bahan yang diuji.
• Sebelum dilakukan validasi, harus dilakukan pemeriksaan/ uji perolehan
kembali (recovery test) dengan larutan yang diketahui kadarnya.
Kelebihan :
• Contoh yang sudah mengering atau sulit larut dapat ”dilepaskan” dari
permukaan secara fisik.
• Lokasi yang sulit dibersihkan dapat dicapai dengan swab sehingga
memungkinkan evaluasi paling langsung terhadap tingkat kontaminasi atau
jumlah residu setiap (permukaaan)
Kekurangan :
• Adanya variasi hasil yang disebabkan oleh pemilihan lokasi, tekanan (physical
force) yang digunakan dan totalitas permukaan yang di-swab.
• Pelarut swab dapat mempengaruhi residu.
• Proses analisis ekstraksi dapat mempengaruhi/mengurangi recovery
rate (perolehan kembali).
• Sampel yang terbatas dapat mempengaruhi sensitivitas hasil analisis. 80
VALIDASI PEMBERSIHAN
82
VALIDASI PEMBERSIHAN
Kelebihan :
• Pengambilan contoh dimungkinkan terhadap permukaaan yang luas.
• Keseluruhan lokasi dipermukaan dapat dicapai tanpa kesulitan sehingga
memungkinkan evaluasi dengan tingkat recovery rate yang tinggi .
• Variasi hasil analisis lebih kecil dibanding dengan cara apus.
• Jika dilakukan dengan benar, hasil pemeriksaan dapat mencerminkan
kondisi seluruh permukaan alat.
Kekurangan :
• Tidak cocok untuk peralatan kompleks bermuatan instrumen atau
komponen listrik/elektronik. Misalnya mesin tablet, FBD, Granulator,
mesin pengisi serbuk, dan lain-lain.
• Prinsip: Residu diperoleh dari batch produk plasebo yang dibuat dengan
cara simulasi dala kondisi yang sebenarnya. Contoh produk sepanjang
proses produksi melalui suatu rangkaian alat kemudian dianalisis untuk
kandungan residu atau kandungan mikro-organisme.
• Pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara pengolahan produk
yang bersangkutan tanpa bahan aktif dengan peralatan yang sudah
dibersihkan kemudian dianalisa.
84
VALIDASI PEMBERSIHAN
Kelebihan :
• Contoh yang diambil merupakan simulasi proses produksi yang
sebenarnya .
• Memberi kemungkinan penilaian langsung terhadap efek kumulasi
tahapan proses produksi karena pendekatan validasi dilakukan pada
suatu rangkaian peralatan.
Kekurangan :
• Tingkat sensitivitas dari recovery rate (perolehan kembali) residu terlalu
rendah karena faktor pengenceran selama proses produksi.
• Metode ini tidak disarankan, karena tidak reproducible.
85
VALIDASI PEMBERSIHAN
Penetapan Kadar Cemaran Bahan Aktif Obat (BAO)
Dalam rangka mengevaluasi prosedur pembersihan, penting untuk
menetapkan tingkat cemaran bahan aktif obat yang dapat diterima Total
cemaran pada peralatan dapat dihitung berdasarkan hasil usap atau bilas yang
mewakili seluruh permukaan.
Pendekatan skenario terburuk:
Perhitungan cemaran dilakukan secara terpisah untuk setiap alat yang dipakai
dalam proses pengolahan produk hingga pengemasan primer. Tingkat
cemaran bahan aktif obat dihitung berdasarkan luas permukaan alat yang
kontak dengan produk dan ukuran bets terkecil yang pada proses berikutnya
setelah proses pembersihan alat.
Kriteria Keberterimaan
Kriteria keberterimaan ditetapkan secara rasional berdasarkan risiko
terbawanya sisa bahan aktif obat ke produk lain berikutnya serta risiko
cemaran mikroba.
• Kebersihan secara visual
Kriteria : tidak tampak sisa pengotor di permukaan peralatan
setelah pembersihan yang mungkin mencemari produk berikutnya.
• Tingkat cemaran bahan aktif obat
Bila lebih dari satu produk diproses dengan peralatan yang sama,
Batas ditetapkan sebagai Maximum Allowable Carryover (MACO)
untuk penetapan residu bahan aktif obat.
• Penetapan Batas Cemaran
Batas paling ketat diambil berdasarkan ketentuan:
87
VALIDASI PEMBERSIHAN
Dosis terapetik harian
Bila dosis perhari dari produk yang dibuat berikutnya dan produk yang
dibuat sebelum pencucian alat diketahui, maka perhitungan MACO
diperhitungkan sebagai bagian dari Minimum Single Dose (MSD) dari
produk (X) yang akan dihilangkan dalam Maximum Daily Dose (MDD) dari
produk berikutnya (Y):
88
VALIDASI PEMBERSIHAN
Data toksisitas
Catatan Umum: menghasilkan angka carry over yang sangat tinggi dan tidak
dapat diterima, MACO dibatasi pada 1000 mg/kg.
Data toksisitas dapat digunakan untuk menghitung MACO jika dosis terapetik
tidak tersedia (misal untuk bahan antara atau prekursor). Dihitung dengan
persamaan berikut:
89
VALIDASI PEMBERSIHAN
Batas Umum 10 ppm
Secara umum, tidak lebih dari 10 mg/kg (= 10 ppm) zat penanda (marker)
yang harus dibersihkan dari produk sebelumnya
Batas visual
Batas visual ditetapkan 100 μg/ 25 cm2.
Deterjen
Gunakan deterjen dengan komposisi yang diketahui. Bila tidak diketahui,
deterjen food grade dipilih yang diketahui tingkat toksisitasnya.
• Batas residu deterjen adalah sebagai berikut:
1. Jika LD50 dari deterjen diketahui dan maximum daily dose dari produk
berikutnya tersedia, MACO dapat dihitung dengan perhitungan NOEL
dan ADI seperti penjelasan pada butir 2 di atas (data toksisitas).
2. Jika tidak ada data untuk maximum daily dose dari produk berikutnya,
MACO dari deterjen food grade dibatasi menjadi 10 mg/kg (produksi
produk jadi dan API tanpa tahap pemurnian selanjutnya) atau 100 mg/kg
(produksi API).
90
3. Batas residu untuk deterjen dapat juga ditetapkan dengan cara TOC.
VALIDASI PEMBERSIHAN
Batas Cemaran Mikroba (MAML : Maximum Allowable Microbial
Limits)
91
VALIDASI PEMBERSIHAN
LAPORAN VALIDASI PROSEDUR PEMBERSIHAN
92
KUALIFIKASI
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut
dengan kualifikasi.
Jadi Kualifikasi diartikan sebagai kegiatan
pembuktianbahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem yang digunakan
dalam suatu proses/sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang
diinginkan dan konsisten serta menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi
yang telah ditentukan.
94
KUALIFIKASI
Sasaran/target dari pelaksanaan DQ adalah:
95
KUALIFIKASI
Installation Qualification (IQ)/Kualifikasi Instalasi (KI)
Jadi IQ dilaksanakan pada saat pemasangan atau instalasi mesin atau peralatan
produksi atau sarana penunjang.
96
KUALIFIKASI
Sasaran/target dari pelaksanaan IQ adalah :
97
KUALIFIKASI
Operational Qualification (OQ)/Kualifikasi Operasional (KO)
99
KUALIFIKASI
Performance Qualification (PQ)/Kualifikasi kinerja (KK)
100
KUALIFIKASI
101
Water System (Sistem Pengolahan Air)
102
Water System (Sistem Pengolahan Air)
103
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Terdapat 3 hal yang diatur di dalam Sistem Pengolahan Air, yaitu :
Spesifikasi
Mutu Air
Sistem
Sistem Penyimpanan
Pemurnian Air dan Distribusi
Air
104
Water System (Sistem Pengolahan Air)
1. Spesifikasi Mutu Air
spesifikasi mutu
105
Water System (Sistem Pengolahan Air)
106
Water System (Sistem Pengolahan Air)
107
Water System (Sistem Pengolahan Air)
sistem pemurnian air TIDAK DITETAPKAN dalam kompendia. Jadi Industri Farmasi masing-
masing “bebas” untuk menentukan sistem mana yang paling sesuai dengan tujuan
penggunaannya, kecuali untuk pembuatan WFI
1. Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem dengan
penandaan fungsi alat mulai dari awal inlet sampai titik pengguna lengkap dengan
titik pengambilan sampel;
2. Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau isometris);
3. Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik sampel;
4. Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
5. Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan;
6. Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
7. Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir;
8. Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan
apakah pengendalian perubahan telah diimplementasikan;
9. Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya;
10. lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
11. Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan
110
12. Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Kualifikasi Sistem Pengolahan Air
PKPA di
Bagian QA SPA : sistem kritis yang berdampak langsung terhadap mutu, sehingga parameter mutu
kritis sistem tersebut harus dikualifikasi
111
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Purified water system : sistem pengolahan air yang dapat menghilangkan berbagai cemaran (ion, bahan
organik, partikel, mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air yang akan digunakan untuk produksi.
Air (raw water) pengolahan air dapat diperoleh dari air PDAM (city water), Shallow well (sumur dangkal)
dengan kedalaman 10-20 m, atau berasal dari Deep well (sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m.
Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu air
yang akan dihasilkan. Demikian pula mutu air menentukan peralatan yang diperlukan untuk pengolahan
air tersebut. Purified water system terdiri dari : Multimedia filter, Carbon filter, Water softener, Heat
Exchanger (HE), Micro filter, Ultra filtration (R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-Ionization (EDI).
Multimedia filter : berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-partikel yang terdapat
pada raw water.
Multimedia filter terdiri dari beberapa filter dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan
0,6-1,2 mm. Filter-filter ini tersusun dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah tabung
diberikan gravel atau pasir sebagai alas vessel (sehingga sering juga disebut dengan sand filter).
112
Water System (Sistem Pengolahan Air)
Active Carbon filter : karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau
karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan yang memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi. Biasanya
digunakan dalam bentuk granular (butiran).
Water Softener Filter : berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan/atau menurunkan
kesadahan air dengan cara mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang menyebabkan tingginya tingkat kesadahan
air.
Reverse Osmosis : merupakan teknik pembuatan air murni (purified water) yang dapat menurunkn hingga
95% Total Dissolve Solids (TDS) di dalam air.
Reverse osmosis terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001 mikron)
EDI (Elektonic De-Ionization) : perkembangan dari Ion Exchange system dimana sebagai pengikat ion (+)
dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah,
sehingga proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi.
Setelah melewati EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan
(storage tank) yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping system dan siap didistribusikan
ke ruang produksi. 113
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
114
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
1. Untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan
PENTING ??? pembuatan produk,
2. Memastikan produksi obat yang bermutu,
3. Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi personil,
4. Memberikan perlindungan pada Iingkungan di mana terdapat
bahan berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan
udara yang efektif dan aman dari bahan tersebut.
Tujuan dari desain Sistem Tata Udara adalah untuk menyediakan sistem
sesuai dengan ketentuan CPOB untuk memenuhi kebutuhan perlindungan
produk dan proses sejalan dengan persyaratan GEP (Good Engineering
Practices), seperti keandalan, perawatan, keberlanjutan, fleksibilitas, dan
keamanan.
115
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
116
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
PARAMETER KRITIS
1. suhu
2. kelembaban
3. partikel udara (viabel dan non viabel)
4. perbedaan tekanan antar ruang dan pola aliran udara
5. volume alir udara dan pertukaran udara
6. sistem filtrasi udara
Pertimbangan :
7. Klasifikasi ruang
8. Produk/bahan yang digunakan
9. Jenis proses, padat, cairan/semi padat atau steril
10.Proses terbuka atau tertutup
117
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
118
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
PENGATURAN (CASCADE) TEKANAN UDARA
119
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
120
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
121
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
Tipe-tipe Dasar Desain HVAC :
2. Sistem resirkulasi
-> Resirkulasi harus tidak menyebabkan risiko kontaminasi atau kontaminasi silang (termasuk
uap dan bahan yang mudah menguap).
-> Kemungkinan penggunaan udara resirkulasi ini dapat diterima, bergantung pada jenis
kontaminan udara pada sistem udara balik. Hal ini dapat diterima blla filtet HEPA dipasang pada
aliran udara pasokan (atau aliran udara balik) untuk menghilangkan kontaminan sehingga
mencegah kontaminasi silang.
122
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
123
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
Tipe-tipe Dasar Desain HVAC :
124
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
125
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
126
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
-> Udara bertekanan, sama seperti sistem penunjang lain, seperti Sistem Tata Udara, Air
Murni ataupun Air untuk lnjeksi berdampak langsung pada kualitas produk, oleh sebab itu
termasuk kriteria kritis dalam industri farmasi.
-> Adalah sangat penting mengendalikan kualitas dari Sistem Udara Bertekanan yang
digunakan dalam pembuatan produk farmasi, terutama udara bertekanan yang berkontak
langsung dengan produk, agar mutu obat yang diterima oleh pasien terjaga.
P W O
(Particle) (Water)/moisture content (Oil)/oil vapor
127
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
Persyaratan Udara Tekan menurut ISO 8573-1: 2010 dan ISPE dalam
pedoman udara bertekanan (ISPE Good Practice Guide Processed Gases).
128
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
129
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
130
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
131
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
• Kompresor : sebagai penghasil udara bertekanan, dalam hal ini lebih diutamakan
menggunakan oil free lubricated compressor. Oil free -> tidak ada oli di area kompresi, tapi
kompresor sendiri tetap memerlukan oli untuk melumas area gigi (gear) yang dipisahkan
dengan menggunakan segel.
• Tangki udara : untuk menyediakan kapasitas lonjakan (surge) untuk memenuhi kebutuhan
proses puncak dan meminimalkan perubahan tekanan sistem selama periode permintaan
puncak. Tangki ini juga berfungsi sebagai pendingin.
• Pengering : menghilangkan uap air.
• Filter: menghilangkan uap oli dan partikulat.
• Pipa distribusi: mendistribusikan udara ke titik pengguna pada tekanan dan kecepatan alir
yang ditetapkan tanpa penurunan kualitasnya.
• Pengatur tekanan: mengurangi tekanan udara sampai ke batas yang ditetapkan untuk
pengguna akhir.
• Perangkap kondensat: menguras akumulasi kondensat dari pipa. 132
Sistem Udara Bertekanan (Compressed Air)
133
KESIMPULAN
134
KESIMPULAN