Faktor Dan Deteksi Dini Masalah Kejiwaan Remaja
Faktor Dan Deteksi Dini Masalah Kejiwaan Remaja
Faktor Dan Deteksi Dini Masalah Kejiwaan Remaja
BIO-PSIKO-SOSIAL
+
SPIRITUAL
INDEPENDENT VARIABLES DEPENDENT VARIABLES
GENDER-AGE-ETHNICITY-SES
RISK FACTORS
Psychosocial SMOKING
Models and opportunity
Risky peer affiliations
Vulnerability
Personal: life stress, money problem, ALCOHOL USE
personal-physical victimization
Social
Parents figure
Behavioural
Dropping out of school DRUG MISUSE
PROTECTIVE FACTORS
MENTAL HEALTH
Psychosocial: Model protective peer
affiliationas
Controls: personal; mastery, school
engagement, body satisfaction
Social: parental supervisions
Support: family, friends, intimate
Behavioural: healthy life style
Protective factors and resilience
• Protective factors help build resilience
1. They may prevent the initial occurrence of a risk
factor
2. They may interrupt the processes through which
risk factors operate
3. They may serve to act as a buffer for risk factors,
providing a cushion against negative effects
4. Promote self-esteem and self-efficacy.
• Resilience
– Resilience is the capacity to deal constructively
with change or challenges, allowing a person to
maintain or re-establish their social and emotional
wellbeing in the face of difficult events
Deteksi dini masalah kejiwaan
pada remaja
• Gg psikiatrik pada anak dan remaja
meningkatkan risiko kesehatan umumnya,
meningkatkan gejala fisik, yang pada akhirnya
meninggkatkan penggunaan fasilitas
kesehatan
Prevalensi dan Pola Gg. Psikiatrik di
perawatan primer
• Setiap anak dan remaja dalam satu tahun akan
mengunjungi perawatan primer
• 2-5% disertai dengan permasalahan perilaku
dan emosional
• Tingkat gangguan psikiatrik pada anak remaja
cenderung tinggi
– 1 pada 4 anak usia 1-12 th
– 4 pada 10 remaja usia 13-16 th
• Jenis gangguan psikiatrik yang sering dijumpai
– Pra sekolah
• Oppositional defiant disorder (DSM)
• Gg. Sikap menentang (membangkang) (PPDGJ)
– Anak sekolah dan remaja
• Gg emosional
Masalah Kejiwaan Remaja
1. Gangguan Tingkah Laku
a. Gg. Tingkah laku berkelompok
b. Gg. Tingkah laku menentang
2. Gangguan Tingkah Laku dan Emosi
a. Gg. Tingkah laku depresi
b. Bunuh diri pada remaja
3. Gg. Emosional
a. Gg. Cemas Menyeluruh
Gangguan Tingkah Laku
• Masuk dalam klasifikasi PPDGJ III sebagai Gg
Perilaku dan emosional dengan Onset Biasanya
pada Masa Kanak dan Remaja
F90 - 98
• Pada dasarnya, gangguan tingkah laku adalah
pola tingkah laku anak atau remaja yang
berulang dan menetap dimana terjadi
pelanggaran norma-norma sosial dan peraturan
utama setempat.
• PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ III
– Ciri khas: adanya suatu pola tingkah laku dissosial,
agresif atau menentang yang berulang dan
menetap
– Penilaian tentang adanya gangguan tingkah laku
perlu memperhitungkan tingkat perkembangan
anak
– Contoh perilaku yang dapat menjadi dasar diagnosis;
perkelahian, menggertak berlebihan, kejam thd
hewan atau sesama, perusakan milik orang lain,
membakar, pencurian, pendustaan berulang-ulang,
bolos sekolah, kabur dari rumah, marah yang
meledak-ledak tidak wajar, provokatif dan
menentang yang berat
– Setidaknya perilaku diatas berlangsung selama 6
bulan
• DIAGNOSIS BANDING
– Gg tingkah laku yang berhubungan dengan
gg emosional atau gg hiperkinetik
– Gg suasana perasaan
– Gg perkembangan pervasif
– Skizofrenia
• PATOFISIOLOGI
– Faktor biologik;
• genetik, rokok-alkohol selama kehamilan
• Kelemahan neurologis; akibat gangguan otak seperti
trauma kepala, ensefalitis, neoplasma dll dpt merubah
kepribadian anak
– Faktor psikologik; rumahtangga yang tidak harmonis,
kelekatan yang buruk dengan figur orangtua
menimbulkan masalah dalam pembelajaran dan
figur modelling, toleransi thd stress sangat kurang
– Faktor sosial; kemiskinan, lingkungan buruk,
pendidikan buruk, media
– Gg ini bisa berdiri sendiri atau komorbiditas
dengan gg psikiatrik dan medik lainnya
• Gg tingkah laku dengna GPPH
• Gg tingkah laku dengan Depresi
• Gg tingkah laku dengan Epilepsi
• Gg tingkah laku dengan penyalahgunaan zat dan
depresi
Gg tingkah laku berkelompok F91.2
• Gg. Cemas/Ansietas
– Adalah khawatir yang berlebihan dan menetap
hingga menimbulkan rasa panik, takut, tidak
nyaman pada berbagai situasi yang bersifat
irasional
– Gg ansietas adalah salah satu gangguan mental
emosional yang umum terjadi
– Sekitar 13 dari 100 anak-anak dan remaja usia 9 to
17 mengalami berbagai bentuk gangguan
kecemasan
– Anak perempuan lebih banyak dibanding anak
laki-laki.
– Sebanyak 50% anak-anak dan remaja dengan Gg
Ansietas, disertai juga Gg mental emosional
lainnya (Gg. Depresi, Obsesif Kompulsif,
Penyalahgunaan zat, dll)
– Gg Ansietas dapat juga disertai oleh penyakit
medik organik lainnya
• PATOFISIOLOGI
– Melibatkan peran amygdala (tempat
penyimpanan memori emosional dan memberi
peringatan kepada otak bila terdapat ancaman
yang berlangsung) dan hipocampus (enkoding
kejadian-kejadian yang mengancam ke dalam
memori)
• Manifestasi Ansietas pada remaja
– Merasakan rasa takut yang tidak dapat dijelaskan dengan
rinci
– Takut akan menghadapi “nasib buruk”
– Mengalami kesulitan bernafas
– Berusaha meantisipasi “bencana” yang tidak dapat
dijelaskan
– Kehilangan kendali terhadap pikirannya, koordinasi,
bernafas, berbicara
– Banyak mengalami keluhan somatik yang tidak dapat
dibuktikan secara fisiologis maupun anatomi
• Dampak buruk Gg Ansietas pd remaja
– Kegagalan akademik
– Bolos
– Sulit konsetrasi di kelas
– Tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas dasar
– Konflik dalam keluarga
– Kegagalan bersosialisasi
• Diagnosis Gg Kecemasan pada remaja dapat berupa
– Gg ansietas menyeluruh
– Gg stres pasca trauma
– Serangan panik
– Gg fobia
– Gg Obsesif Kompulsif
– Gg ansietas perpisahan
– Gg ansietas fobik
– Gg ansietas sosial
• DIAGNOSIS PPDGJ III Gg Cemas Menyeluruh F41.1
– Ansietas harus ditunjukkan sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas pada keadaan
tertentu saja
– Terdapat unsur-unsur sbb
• Kecemasan akan nasib buruk , merasa di ujung tanduk, sulit
konsetrasi, dll
• Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai)
• Overaktivitas otonomik ( berkeringat, palpitasi/berdebar, pusing,
keluhan lambung, mulut kering, dll)
– Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan
berlebihan untuk ditenangkan, serta keluhan
somatik berulang yang menonjol
– Adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara
(beberapa hari) seperti depresi, tidak
membatalkan diagnosis
Contoh Kasus
• Nona 17 th, datang dg keluhan berdebar debar terus
sudah satu bulan. Awalnya jarang tapi sudah satu minggu
ini dirasakan tiap hari dan hampir sepanjang hari, dan
pernah disertai kesulitan bernafas dengan keringat
dingin. Nona jadi takut mati karena berpikir jantungnya
ada masalah serius. Nona beberapa kali izin untuk pulang
dari sekolahnya akibat keluhan tsb. Sudah berobat ke
beberapa dokter tapi belum memberikan manfaat yang
memuaskan. Nona jadi tidak mau sekolah karena takut
mati mendadak di sekolahnya
• PENATALAKSANAAN
– Pendekatan multimodal; meliputi semua sumber
yang ada dan terkait
– Psikofarmakologi untuk mengatasi gejala agresif,
depresif , ansietas yang signifikan
– Penatalaksanaan yang primer adalah dengan
melakukan intervensi keluarga. Melatih orangtua
dalam membangun keahlian dasar anak untuk
pengaturan dirinya, serta interaksi keluarga
• Penanganan multisistemik; intervensi ini
memandang masalah tingkah laku sbg hal
yang dipengaruhi oleh berbagai konteks dalam
keluarga dan sistem sosial lainnya. Teknik yg
digunakan al; Cognitive Behavioural Therapy
(CBT), home-based interventions, classroom-
based behaviour modifications, dan
manajemen kasus
• Pendekatan kognitif; mengajarkan keterampilan
kognitif pada anak-anak untuk mengendalikan
kemarahan mereka menunjukan manfaat yang
nyata dalam membantu mereka mengurangi
perilaku agresif
• Pengobatan berbasis rumah sakit/rehabilitasi
– Terutama utk pasien yang berisiko tinggi melakukan
kekerasan terhadap dirinya atau orang lain