Gelombang Elektromagnetik Dan Material

Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 79

Gelombang Elektromagnetik

dan Material

1
Klasifikasi Material
•Konduktor (termasuk semikonduktor,
superkonduktor)
•Insulator/Isolator (dielectric)
•Magnetic
•Optic

2
Contoh media penghantar
Compressed conductor

Conductor shield

Insulation

Insulation shield

Cushion layer

Laminate shield

Laminate overlap

Jacket

3
Klasifikasi Material
 Materials can be classified roughly as
conductors (> 1, r = 1) and dielectrics ( < 1,
r >= 1) in terms of their electrical properties 
and r, where  is the conductivity and r is the
dielectric constant or relative permittivity.
Satuan  :
 A material whose conductivity lies somewhere between
those of metals and insulators is called a semiconductor
 The conductivity of metals generally increases with
decrease in temperature. At temperatures near absolute
zero (T = 0°K), some conductors exhibit infinite
conductivity and are called superconductors
4
Konduktivitas material di suhu ruang
materials Conductivity (S/m) Classification

Emas (Silver) 6,17 x 107 Konduktor

Tembaga (Copper) 5,8 x 107 Konduktor


Alumunium 3,82 x 107 Konduktor

Brass 2,56 x 107 Konduktor


Tungsten 1,83 x 107 Konduktor

Nikel (Nickel) 1,45 x 107 Konduktor

Besi (Iron) 1,03 x 107 Konduktor

Mercury 1,0 x 107 Konduktor

Graphite 3,0 x 104 Konduktor

Air laut 4,0 Semikonduktor intrinsik

Germanium instrinsik 2,2 Semikonduktor intrinsik

Ferrite 1,0 x 10-2 Semikonduktor intrinsik

Silikon intrinsik 0,44 x 10-3 Isolator

Akuades (destiled water) 1,0 x 10-4 Isolator

Bakelit 1,0 x 10-9 Isolator

Glass 1,0 x 10-12 Isolator

Mika 1,0 x 10-15 Isolator


5
Kuarsa (Quartz) 1,0 x 10-17 Isolator
Arus Konduksi
 Arus (dalam ampere) melalui area tertentu adalah muatan
listrik yang melewati area per satu satuan waktu.

 We now introduce the concept of current density J. If


current I flows through a surface S the current density is
• Assuming that the current density is perpendicular to
the surface. If the current density is not normal to the
surface

So, total current flowing through a surface S is

6
Arus dalam filamen

A conductor is characterized by a large amount of free electrons that


provide conduction current due an impressed electric field. When an
electric field E is applied, the force on an electron with charge -e is

If the electron with mass m is moving in an electric field E with an average drift
velocity u, according to Newton's law, the average change in momentum of
the free electron must match the applied force
If there are n electrons per unit volume, the electronic
charge density is given by

7
Konduktor

Konduktor yang sempurna tidak memiliki medan elektrostatik di dalamnya .(seperti


pd gambar b). Konduktor disebut ekuipotensial, artinya bahwa memiliki beda
potensial yg sama di mana-mana dalam konduktor.
Ini berdasarkan fakta bahwa

Utk kondisi Statis


8
Utk gambar a :
Resistansi

,krn konduktor tsb punya penampang seragam

9
If the resistance of a conductor of nonuniform cross
section

because

10
11
12
POLARISASI:
Yaitu peristiwa pengutupan atau pergeseran posisi pusat-pusat
muatan positif dan negatif.

Polarisasi Elektronik/dielektrik :
terjadi bila pusat muatan negatif elektron yang terikat pada inti atom bergeser
dari pusat muatan positif inti. Muncul dipol listrik.
Sebuah atom terdiri atas inti positif (nucleus) yang dikelilingin oleh awan
elektron
Adanya medan listrik dari luar mengakibatkan terbentuknya electric dipole p
pada skala mikroskopik dimana p = Qd
Semakin besar medan listrik yang diberikan, maka semakin jauh jarak d, tetapi
muatan positif dan negatif tidak akan terpisah (akan teregang seperti per). Jika
medan listrik dihilangkan, maka posisi muatan positif dan negatif akan kembali

13
 Pada dielektrik bersifat polar (air), medan listrik akan mengubah orientasi
dari dipole listrik p

1
P  Lim 
v i 1

 Untuk mengetahui karakteristik media secara general, diperlukan besaran


makroskopik yaitu Polarization P yang mengkuantisasikan besarnya
polarisasi elektrik dari material dielektrik
 Polarization P merupakan jumlah dari dipole listrik pada suatu satuan
volume dibagi dengan volume tersebut

1 nv
P  Lim  p i  np a  nQd a
v   v
i 1

P  0 e E
We conclude that the net effect of the dielectric on the electric field E is to increase D
inside it by amount P. In other words, due to the application of E to the dielectric
material, the flux density is greater than it would be in free space

Polarisasi (P) diruang hampa adalah 0

15
 Jika medan listrik merambat melalui material
dielektrik, maka medan listrik akan menginduksikan
arus polarisasi dan juga rapat muatan polarisasi
 Rapat arus polarisasi Jp
P    0  e E 
Jp  
t t

 Rapat muatan polarisasi p :


     p
      Pdv     p dv
teorema divergensi
P ds dv
s v v v

  P   p
Konstanta2 dielektrik

17
(c)

18
KAPASITANSI
 Adalah ukuran kemampuan dari suatu
konfigurasi dua konduktor untuk menampung
muatan listrik persatuan tegangan.
 Tinjau dua konduktor spt pada gambar
disamping. Konduktor tsb dikelilingi dielektrik dg
 = 0 r, total muatan pd konduktor pertama adalah
+Q dan yg kedua adalah –Q.
 Garis gaya mengarah dari +Q ke –Q, maka perlu
usaha untuk membawa satu muatan positif dari –Q
ke +Q.
 Usaha ini didefenisikan sebagai beda potensial
(V) antara dua buah konduktor
19
KAPASITANSI
 Besarnya kapasitansi sendiri : C = Q / V
 Cara untuk menghitung kapasitansi suatu sistem :
- Asumsikan ada muata +Q dan –Q pada kedua konduktor
- Dengan hukum Gauss, hitunng be sarnya E dari kedua muata ini
- Hitung beda potensial (V) antara kedua konduktor dengan
- Kapasitansi  C = Q / V

Hubungan Kapasitansi – Resistansi :


Resistansi dan kapasitansi sama-sama hanya ditentukan oleh bentuk geometri
dan material
Resistansi (R)  V  E .dl  E .dl
 J .dS   E .dS
I
 
S S

 D.dS 
 E . dS
Kapasitansi (C)  Q
 S
 S
V
 E .dl  E .dl
Dari kedua pers. didapat : RC  
 20
Kapasitor Sferis

  .d s  Q
E Q
4r 2
ar

 1a  b1 
a a
Q Q
V    E . dl    a r .dr a r 
b b 4r 2 4
Kapasitansi C  Q/V   4 
1  1
a b 

RC  

21
Kapasitor Koaksial (silinder)
radius konduktor dalam a dan luar b,
permitivitas dielektrik  L
E a
2 
a L
V   a ρ .d . a ρ
b 2

2lL
C 
V b
n
a
RC  

22
Kapasitor Plat Sejajar

C  S
d
RC  

R d
S

23
Energi yg tersimpan di kapasitor

24
25
26
Material Magnetik dan Magnetisasi (1)
 Perhatikan karakteristik atomik dari material
 Material magnetik terdiri atas molekul yang terdiri
atas atom-atom
 Atom terdiri atas inti positif yang dikelilingi oleh
awan elektron
 Elektron berputar pada orbitnya mengelilingi inti
positif
 Elektron yang berputar ini ekuivalen dengan arus
yang gerakannya berputar sepanjang suatu
lintasan dimana lintasan tersebut mengelilingi area
ds
Material magnetik dan magnetisasi (2)

 Konsep mikroskopik ini disebut dengan konsep momen


dipole magnetik m
 Magnitude dari vektor m adalah hasil perkalian antara
besarnya arus yang berputar I dengan luas area yang
dilingkupi ds  m = I ds
 Momen dipole magnetik merupakan besaran mikroskopis,
sedangkan untuk mengetahui karakteristik material
magnetis secara utuh dibutuhkan besaran makroskopik 
Magnetisasi (M)
 Magnetisasi (M) adalah total momen magnetik per volume.
1 nv
M  Lim
v   v

i 1
m i  nm a  nI ds
ma = momen dipole magnetik rata2
n=jumlah momen dipol
Material magnetik dan magnetisasi (3)
 Tanpa kehadiran medan  Jika pada material
magnet, m akan selalu magnetik diberikan medan
ada tetapi orientasi m magnet B, maka B akan
random memberikan torsi kepada
m sehingga orientasi m
menjadi teratur
Arus magnetisasi (1)

 Setelah diberikan medan magnet, momen dipole magnetik


yang memberikan kontribusi terhadap arus magnetisasi adalah
momen dipole yang berada pada daerah lintasan
Arus magnetisasi (2)
 Jika jumlah momen dipole magnetik per volume
adalah n, maka jumlah momen dipole magnetik
pada volume (ds cos  )dl adalah
n ds cos  dl = n ds . dl
 Jumlah total arus magnetisasi
 
J m  ds  n I ds  d   M  d 

 Dengan teorema Stoke :


 teorema Stokes
 J m  ds   M  d      J m  ds     M  ds
s c s s

Jm    M
KLASIFIKASI MATERIAL MAGNETIK

FERROMAGNETIK
Sifat ferromagnetik muncul karena atom mempunyai struktur elektron yang
tidak berpasangan dalam jumlah yang cukup banyak yang memungkinkan
munculnya momen dipol di dalamnya cukup besar. Untuk mengetahui suatu
material bersifat magnetik kuat atau tidak dapat dilihat struktur elektronnya.

Struktur elektron bahan magnetik


Cara pengisian elektron: Elektron tak ber Nomor Konfigurasi elektron Elektron
atom
pasangan pada 3d elektron orbital 3d 4s
1s
3 V 23 2
2s 2p 5 Cr 24 1
5 Mn 25 2
3s 3p 3d
4 Fe 26 2
4s 4p 4d 4f 3 Co 27 2
2 Ni 28 2
Urutan : 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d
0 Cu 29 1
4p dst.
32
DIAMAGNETIK

Bahan diamagnetik tidak mempunyai dipol magnet permanen namun


terdapat momen magnetik induksi yang lemah. Tipikal material ini
mempunyai susceptibilitas magnetik negatif dan kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa material diamagnetik cenderung menolak medan
magnetik luar. Sebagai contoh kristal silikon adalah diamagnetik dengan
susceptibilitas magnetik sebesar -5,2 x 10-6. Dengan demikian permeabilitas
relatif material diamagnetik sedikit lebih kecil dari satu.

M
S N

33
PARAMAGNETIK

Mempunyai momen dipol permanen kecil. Susceptibilitas magnetik positif dan


sangat kecil. Contoh oksigen dengan susceptibilitas magnetik 2,1 x 10 -6 pada
tekanan atmosfir dan suhu kamar. Pada saat tidak ada medan magnet luar
maka dipol-dipol magnetik terorientasi random sehingga magnetisasi total nol.
Pada saat diberikan medan magnet luar terjadi orientasi dipol pada arah
medan luar. Tingkat orientasi dipol tergantung dari besranya medan magnet
luar. Contoh lain adalah magnesium dengan susceptibilitas 1,2 x 10-5.
0H

(a) v = 0 dan M = 0 (b) v  0 dan M =m H


34
Material paramagnetik tanpa (a) dan dengan (b) medan magnetik luar
Kurva H-B untuk material magnetik

B
ferromagnetik
positif
paramagnetik
0 vakum
diamagnetik
negatif

H
H= Intensitas medan magnet (A/m)
B= kerapatan fluks magnet (Tesla or Weber/meter 2)

Orientasi Dipol-dipol magnetik

Ferromagnetik Paramagnetik Diamagnetik


36
Sifat Bahan Magnetik

37
Besaran pd magnetik

M  mH
B  0 ( H  M )
B  0 ( H   m H )  0  r H
r  1   m
   r 0
Dimana :
M = magnetisasi((A/m)
H = Intensitas medan magnet (A/m)
B = kerapatan fluks magnet (Tesla or Weber/meter 2
m = suseptibilitas magnetik (kerentanan magnetik)
r = permeabilitas relatif
µ0 = 4π x 10-7
38
Fluks Magnet
 Fluks  yang menembus suatu luasan
permukaan    B  dS
 Satuan : Wb (weber) S

 Kerapatan fluks magnetik (Magnetic Flux Density) : B


 Satuan : Wb/m2, T (tesla), G (gauss)
 1 Wb/m2 = 1 T = 10000 G
 Kerapatan fluks magnetik dlm ruang
7 hampa
B   0 H,  0  4  10 H/m

39
Pada (material) media bukan ruang bebas
 Hukum Gauss untuk medan listrik
  D  v , dimana D   0 r E

 Hukum Gauss untuk medan magnet


  B  0, dimana B   0 r H

 Hukum Faraday
B
E   , dimana B   0 r H
t
 Hukum Ampere
H  J Utk medan magnet
Simpulan(1)
 Pada medium tempat gelombang merambat
yang bukan merupakan ruang bebas terdapat
partikel-partikel yang bermuatan
 Medan magnet dan medan listrik yang merambat
pada media ini akan memberikan gaya pada
muatan yang terdapat pada medium tersebut
 Interaksi partikel yang bermuatan terhadap
gayadari medan listrik dan medan magnet pada
gelombang akan menghasilkan arus induksi
pada media perambatan
Simpulan (2)

 Tiga fenomena dasar yang merupakan hasil


interaksi antara partikel yang bermuatan
dengan medan listrik dan medan magnet
disebut konduksi, polarisasi, dan magnetisasi
 Jenis material berdasarkan fenomena
tersebut adalah
 konduktor : konduksi paling dominan
 dielektrik : polarisasi paling dominan
 material magnetik : magnetisasi paling dominan
Karakteristik material
 Konduktor 
 banyak elektron bebas, elektron ini berpindah dari satu atom ke atom lain
 parameter konduktifitas   0
 Dielektrik 
 banyak muatan yang terikat
 adanya medan listrik menyebabkan muatan tidak bergerak bebas, tapi
hanya pindah orientasinya
 memberikan gaya pada media ini sama seperti menarik pegas yang
artinya terdapat mekanisme penyimpanan energi listrik
 parameter permitivitas relatif r  1
 Magnetik 
 mampu menyimpan energi magnetik
 medan magnet yang diberikan akan meluruskan orientasi arus loop pada
partikel sesuai dengan arah medan magnet
 parameter permeabilitas relatif r  1
Konstanta dalam Material (Bahan)
• Conductor : CONDUCTIVITY ()
J=E
• Dielectric: PERMITIVITY ()
D=E
• Magnetic: PERMEABILITY()
B=H

44
Jm

45
Pengaruh media bukan vakum pada
hukum Maxwell (2) – Hukum Ampere
 Hukum Ampere menyatakan hubungan antara
medan magnet dengan rapat arus yang
merupakan sumbernya
 Pada media ruang bebas, rapat arus yang ada
hanya berupa rapat arus konvensional yang
disebabkan oleh aliran elektron
 Pada media bukan ruang bebas, interaksi antara
medan listrik dan medan magnet pada partikel
bermuatan menyebabkan terjadinya rapat arus
konduksi Jc, rapat arus polarisasi Jp, dan rapat
arus magnetisasi Jm
Pengaruh media bukan vakum pada
hukum Maxwell (3) – Hukum Ampere
B    0E 
  J  Jc  J p  Jm 
0 t
P    0  e E 
 substitusi J c  E, J p   , Jm    M
t t
B  0 e E    0E 
  J  E  M 
0 t t
B     0  e E     0E 
 
    M   J  E  
 0  t t
  1   e  E   E
 J  E  0  J  E  0 r
t t
 perhatikan B   0  H  M   H  B0  M
D
  H  J  E 
t
Pengaruh media bukan vakum pada
hukum Maxwell (4) – Hukum Ampere
 Hubungan antara intensitas medan magnet dengan
rapat fluks magnet :
B  D
    M   J  E 
 0  t
B  0  H  M 
 M  mH
B  0  H  m H 
  0 1   m  H
  0 r H

B  H
(Magnetostatic)
Medan Magnet
Konstan

49
Medan Magnet Konstan
1. Hukum Biot-Savart
2. Hukum Ampere
3. Kurl
4. Teorema Stokes
5. Fluks Magnetik dan Kerapatan Fluks Magnetik
6. Potensial Magnetik Skalar & Vektor

50
1. Hukum Biot-Savart

Intensitas
medan magnetik
:
•Berbanding lurus dengan
perkalian arus (I), besar
panjang diferensial (dL)
dan sinus sudut antara
filamen dg garis yg
menghubungkan filamen I 1dL1  a R12
dg ttk P (sin ) dH 2 
•Berbanding terbalik dg
jarak kuadrat (r) 4R12
2

•Notasi : H satuan : (A/m)


IdL  a R
H 
4R 2 51
Kerapatan arus permukaan

IdL  Kds  Jdv


KdSxaR
H 
s
4R 2

52
• Untuk konduktor tak berhingga

Garis-garis gaya dari


intensitas medan
magnet di sekitar
sebuah filamen lurus tak
berhingga yang
membawa arus searah I,
arah I menembus masuk
ke dalam halaman ini.

I
H a
2
53
•Untuk konduktor berhingga
Intensitas medan magnet yang ditimbulkan
oleh sebatang filamen berarus dengan
panjang berhingga di sumbu-z

I
H  sin  2  sin  1  a
4

54
Sumber Medan Magnet-1

55
Sumber Medan Magnet-2

56
Kawat lurus berarus

57
Kawat loop berarus

58
Solenoida

59
Solenoida & Magnet batang

60
Solenoida

61
Toroida

62
2. Hukum Rangkaian Ampere

 Menyatakan bahwa integral garis H untuk sebuah


lintasan tertutup persis sama dengan besarnya arus
searah yg dilingkari (diikat) oleh lintasan tersebut.

 H  dL  I

63
Contoh
 Lintasan yang dimaksud
harus berupa sebuah
lingkaran dengan jari-jari 
, sehingga hukum
rangkaian ampere
memberikan :

2
 H  dL  0 H  d  H  2  I
I
 H 
2

64
•Konduktor sesumbu-1

I
H  ,  a    b
2
I
H  2
, (   a)
2a
H  0, (   c)
I c2   2
H  ,  b    c
2 c  b
2 2 65
Sebuah lembaran arus
permukaan seragam
Arus permukaan K=Kyay pada bidang
datar z = 0. H dapat
ditentukan dengan
Hk.Rangkaian Ampere

jalur1  1'  2 '  2  1 :


H x1 L  H x 2 ( L)  K y L
H x1  H x 2  K y
jalur 3  3'  2 '  2  3 :
H x3  H x 2  K y
H x 3  H x1

1 Hx 
1
K y ( z  0)
H  Kxa N 2
1
2 H x   K y ( z  0)
2 66
 Apabila sebuah konduktor kedua, dialiri arus
permukaan ke arah yang berlawanan K=-
Kyay , diletakkan di bidang z=h maka

H  K  a N (0  z  h )
H  0( z  0, z  h)

67
 Solenoida
a.Sebuah solenoida ideal yang
panjangnya tak berhingga
dengan sebuah lembaran arus
silinder-lingkaran K=Ka a

b. Sebuah solenoida N-lilitan dengan


panjang berhingga d.

d
 H  dL  0 H z dz  H z d  NI
NI NI
 Hz  H az
d d
68
Toroida dengan N-lilitan

Di bagian dalam toroida Di bagian luar toroida

69
3. Curl
 H  dL
(Curl H ) N  lim
S N 0 S N

 H z H y   H x H z   H y H x 
xH    ax     ay     a z (cartesian )
 y z   z x   x y 

 1 H z H    H  H z  1   ( H  ) H  
xH    a 
    a
      a z (bentuk  silinder )
 r  z   z       

1   ( H  sin  ) H   1  1 H r  (rH  )  1  (rH  ) H r 


xH    a
 r    a
    r    a (bentuk  bola)
r sin      r  sin   r  r  

70
Curl = Bentuk titik hukum integral Ampere

 Curl H = J atau  x H = J

 Curl E = 0 E  0

71
4. Teorema Stokes

 H  dL  S (  H )  dS

LHdSJH)(ISJ

72
5. Fluks Magnet dan Kerapatan Fluks Magnet

 Fluks yang menembus suatu luasan permukaan


 Satuan : Wb (weber)
 Kerapatan fluks magnetik (Magnetic Flux Density) : B
 Satuan : Wb/m2, T (tesla), G (gauss)
 1 Wb/m2 = 1 T = 10000 G
 Kerapatan fluks magnetik dlm ruang hampa

B   0 H,  0  4  10 7 H/m
 Permeabilitas ruang hampa : 0
73
 Flux Magnetic
  S B  dS
 Hukum Gauss untuk medan
magnetik = 0 S B  dS 0
 Teorema divergensi B  0
 Fluks antara konduktor suatu
saluran sesumbu
I
H  ( a    b)
2
0 I
B  0H  a , dS  ddza
2
0 I  0 Id b
  S B  dS  S a ddza  ln
2 2 a 74
6. Potensial Magnetik Skalar & Vektor

H  V m
Vm  potensial  magnetik  skalar

B   A
A  potensial  magnetik  vektor
 0 Idza z
dA  padaP  ,  , z 
4  2  z 2
1 1  dAz  Idz 
dH    dA    a  a
0  0    
4  2  z 2  3/ 2

75
Syarat batas magnetik

BN 2  BN 1
H t1  H t 2  a N 12  K

BN 1   B1  a N 12  a N 12

76
BN1S-BN2 S=0
BN1- BN2 = 0

Ht1L – Ht2L = KL


Ht1– Ht2= K
(H1 – H2) x aN12 = K
77
contoh
 Daerah 1 1=4 H/m, z>0
 Daerah 2 2=7 H/m, z<0
 K=80 ax A/m pada z=0
 B1=2ax-3ay+az mT di daerah 1
 Tentukan B2
BN1=(BN2.aN12)aN12=az mT
BN2=BN1=az
Bt1=B1-BN1=2ax - 3ay  Ht1=Bt1/1=500ax – 750ay A/m
Ht2=Ht1-aN12xK=500ax -670ay A/m  Bt2= 2Ht2=3,5ax-4,69ay mT
B2=BN2 + Bt2 =3,5ax – 4,69ay + az mT
78
Referensi :
 M.N.O. Sadiku, Elements of Electromagnetics
 Dr. Ahmad Mauludianto, Medan dan Gelombang Elektromagnetik,
Tek.Telekomunikasi ITS
 Dr. Choirunnisa, Medan Elektrommagnetika Tek. Elektro ITB

79

You might also like