Scribd Logo
Upload

Welcome to Scribd!

  • 30 views

    K22 - Senior - Medical Nutritional Therapy For Stroke

    Uploaded by

    Zikri Putra Lan Lubis
    Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan selsel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Syaifuddin, 2006). Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring (Syaifuddin, 2006). Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar (Syaifuddin, 2006). Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar (Syaifuddin, 2006). Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru (Syaifuddin, 2006). Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan (Syaifuddin, 2006). Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki (Syaifuddin, 2006).

    Copyright:

    © All Rights Reserved
    Download as PPTX, PDF, TXT or read online from Scribd

    K22 - Senior - Medical Nutritional Therapy For Stroke

    Uploaded by

    Zikri Putra Lan Lubis
    30 views27 pages
    Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan selsel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Syaifuddin, 2006). Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring (Syaifuddin, 2006). Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar (Syaifuddin, 2006). Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar (Syaifuddin, 2006). Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru (Syaifuddin, 2006). Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan (Syaifuddin, 2006). Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki (Syaifuddin, 2006).

    Original Title

    K22 - Senior - Medical Nutritional Therapy for Stroke

    Copyright

    © © All Rights Reserved

    Available Formats

    PPTX, PDF, TXT or read online from Scribd

    Did you find this document useful?

    Is this content inappropriate?

    Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan selsel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Syaifuddin, 2006). Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring (Syaifuddin, 2006). Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar (Syaifuddin, 2006). Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar (Syaifuddin, 2006). Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru (Syaifuddin, 2006). Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan (Syaifuddin, 2006). Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki (Syaifuddin, 2006).

    Copyright:

    © All Rights Reserved
    Download as PPTX, PDF, TXT or read online from Scribd
    Download as pptx, pdf, or txt
    30 views27 pages

    K22 - Senior - Medical Nutritional Therapy For Stroke

    Uploaded by

    Zikri Putra Lan Lubis
    Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan selsel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran). Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit (Syaifuddin, 2006). Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring, maka akan mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring (Syaifuddin, 2006). Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus lalu mengerut datar (Syaifuddin, 2006). Muskulus interkostalis yang letaknya miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta) menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah udara dari luar (Syaifuddin, 2006). Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru (Syaifuddin, 2006). Pernapasan dada, pada waktu seseorang bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan (Syaifuddin, 2006). Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki (Syaifuddin, 2006).

    Copyright:

    © All Rights Reserved
    Download as PPTX, PDF, TXT or read online from Scribd
    Download as pptx, pdf, or txt
    of 27

    MEDICAL NUTRITION THERAPY FOR

    STROKE
    Nutrition Department
    Medical Faculty of Sumatera Utara University
    Brain and Mind System
    2015
    Stroke
     Stroke  effects in nutrition problem
     Symptom that affecting nutrition therapy depend
    on the area brain affected
     Severe neurologic impairements often compromise
    the mechamisms and cognitive abilities  needed
    adequate nourishment
    Risk factor for stroke
     The most significant risk factor: old age
     Modifiable risk factor:
     Hypertension
     Smoking
     Obesity
     Coronary heart disesase
     Diabetes
     Physical inactivity
     Genetic
    Changing lifestyle

    Healthy food or
    high CVD risk food
    Nutrition-related factors
     BMI > 27 kg/m2 in women
     Weight gain > 11 kg over 16 years in women
     Waist to hip ratio > 0.92 in men
     Diabetes
     Hypertension
     Cholesterol
    Protective factors for stroke
     Total dietary fat (20-25%)
     Daily consumption of fresh fruit (fiber and
    antioxidant)
     Flavonoid consumption (antioxidant)
     Fish consumption (omega-3)
    Medical Nutrition Therapy for
    prevention
     Primary prevention  cornerstone for managing
    stroke
     Prevention including lifestyle behaviour
     NCEP ATP III updated:
     Healthylifestyle habits
     Therapeutic Lifestyle Changes
    Healthy lifestyle habit
     Healthy weight (BMI<25 kg/m2)
     Saturated fat intake < 10% calories
     Vegetables intake of at least 3 servings/day with at
    least 1/3 dark green or orange
     Fruit intake of at least 2 servings/day
     Grain intake of at least 6 servings/day with at least
    1/3 whole grain
     Smoking cessation by adult smokers
     Regular physical activity of moderate intensity
    Macronutrient recommendations
    (Therapeutic lifestyle changes)

     PUFA: up to 10% of total calories


     MUFA: up to 20% of total calories
     Total fat: 20-25% of total calories (PERKENI 2006)
     Carbohydrate: 50-60% of total calories
     Dietary fiber: 20-30 grams per day
     Protein: 10-15% of total calories
    Essential components
     SAFA: less than 7% of total calories
     Dietary cholesterol: less than 200 mg/day
     Plant stanols/sterols: 2 grams/day
     Viscous (soluble) fiber: 10-25 grams/day
     Docosahexaenoic acids (DHA) and Eicosapentaenoic
    acids (EPA) omega-3 fatty acids
     Sources: all seafood, ‘fatty fishes’ (salmon, tuna, and trout)
     Fruits and vegetables
     Sources: Flavonoid (green tea/cathecin, quercetin,
    revestratol, curcumin, anthocyanin)
     Vitamin A, C, E, B12, Zinc, grapeseed, gingko biloba,
    selenium, and gluthation
     Attention for sodium intake: less sodium (sodium:
    hiding in instant food, fast food, and canned food)
    and kalium
    Medical nutrition therapy for stroke
     Problems in managing stroke: malnutrition
     Malnutrition predicts a poor outcome
     Feeding difficulties are determined by the extent of
    the stroke and the area of the brain affected
     DYSPHAGIA  main problem
    Nutrition Management
     Maintain adequate nutrition
     Assess and manage dysphagia
     Vitamin dan mineral supplementation
     Enteral nutrition support
    Problems related consuming food in stroke

     Declined in function resulting decreasing the ability


    for self care
     Need enteral nutrition support for period of time 
    until several function improves and eating process
    can be resumed
     Losing enjoyment of eating meal preparation
    Problem 1. Presentation of food to the mouth

     Hemiparesis aspiration
     Patient sit as upright (at a 90- degree angel) as
    possible
     If the patient must be in bed during mealtime, pillow
    can be used to bank and support the paretic side
     Hemianopsia
     A patient may eat only half of the contents of a meal
    because the patient recognizes only half of it
     Need assistance during the mealtime
     Apraxia Need demonstration and assistance 
    action to practice
    Problem 2. The oral process

     Dysphagia
     Symptom:
     drooling, choking, or coughing during or following meals
     Inability to suck from a straw

     A gurgly voice quality

     Holding pockets of food in the buccal recesses

     Absent gag reflex

     Chronic upper respiratory infection


     Dysphagia inadequate intake malnutrition
     Caused by tongue, facial, and masticator muscle
    weakness
     Environmental distraction and conversations during
    mealtime increase the risk for aspiration and should
    be curtailed
     National dysphagia diet:
     Level 1: pureed
     Leval 2: mechanically altered characteristics
     Level 3: transition to regular diet
     Level 1:
     designed for people who have moderate to severe dysphagia, with poor
    oral phase abilities
     pureed, homogenous, and cohesive foods
     Should be ‘pudding like’
     Level 2:
     Transition from pureed textures to more solid texture, chewing abilitiy is
    required
     Moist, soft texture, easily form into bolus
     Meats are ground or are minced, still moist with some cohesion
     Level 3:
     Transition to a regular diet, adequate dentition and mastication are
    required
     Nearly regular textures with the exception of very hard, sticky or crunchy
    foods
     Foods still need to be moist and should be in bite size pieces at the oral
    phase of the swallow
    Level 1 Level 2

    Level 3
    Problem 3. Swallowing

     Proper position for effective swallowing: sitting bolt


    upright with the head in a chin-down position
     Process of swallowing organized into three phases:
     Oral phase
     Pharyngeal phase

     Esophageal phase
     1. Oral phase:
     food in mouth saliva chewed bolusswallowing
     Intracranial damage and weakened lip muscles hard to
    complete this phase
     Facial weakness food can become pocketed in the
    buccal recesses
     2. Pharyngeal phase:
     Bolus
    is propelled past the faucial arches
     Symptoms of poor coordination during this phase include
    gagging, choking, and nasopharingeal regurgitation
     3. Esophageal phase :
     Bolusthrough the esophagus into the stomach
     Problems: impaired peristalsis caused by brainstem infarct
    Problem 4. Liquids

     Liquids as thin consistency such as juice or water


    needs more coordination and control
     Caused aspiration life threatening event (aspiration
    pneumonia, even from sterile water)
     If difficulty occurs: suggest thickening liquids
     Thickened product: nonfat dry milk powder,
    cornstarch, modular carbohydrate supplements
     Milk associated with increased phlegm flush the
    throat with clear thickened liquids
    Problem 5. Textures

     Food consistency mechanically soft or pureed


    consistency reduce the need for oral manipulation
    and to conserve energy while eating
     Small and frequent meals
     Suggest: 3T (tasty, texture, and temperature)
     Cool temperature facilitates swallowing
    If oral nutrition not adequate?
    Planning nutrition intervention with enteral
    and parenteral nutrition support

     For patients who are unable to maintain their


    nutritional status using oral diets or supplements
    next alternative
     Assesment needed to determine the underlying
    cause of poor oral intake (if present)
    Nutrition support from enteral feeding

     If risk of aspiration from oral intake is high


     If the patient cannot eat enough to meet nutritional
    needs
     Options:
     Nasogastric tube (short term option)
     Percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG)/ gastrostomy-
    jejunostomy (PEG/J) tube (long term option)
     Needs to appropriate training for taking care the
    enteral feeding (<24 hour)

    You might also like