Kul 6 - Bias Dan Confounding Dalam Epidemiologi
Kul 6 - Bias Dan Confounding Dalam Epidemiologi
Kul 6 - Bias Dan Confounding Dalam Epidemiologi
Confounding dalam
Epidemiologi
Saryono
Introduction
The primary purpose of
research is to conduct a
scientific, or, scholarly
investigation into a
phenomenon, or to answer a
burning question.
Research is defined as a
systematic approach to
Hierarchy of Evidence
1. Systematic reviews & meta-analyses
2. Randomized controlled trials with
definitive results (non-overlapping
confidence intervals)
3. Randomized controlled trails with non-
definitive results (a point estimate that
suggests a clinically significant effect
but with overlapping confident
intervals)
Hierarchy of Evidence
(continued)
4. Cohort studies
5. Case-control studies
6. Cross-sectional surveys
7. Case Reports
Strength of Evidence
TYPE OF ABILITY TO PROVE
STUDY CAUSATION
Randomized Strong
control trials
Cohort Studies Moderate (when well conducted, bias
minimized)
Case-control Moderate (good evidence for causal nature of
studies an association)
SLIDE 27
EXAMPLE OF RANDOM ERROR
By chance, there are more episodes of
gastroenteritis in the bottle-fed group in the
study sample.
EXAMPLE OF RANDOM
MISCLASSIFICATION
Lack of good information on feeding history
results in some breast-feeding mothers
being randomly classified as bottle-feeding,
and vice-versa. If this happens, the study
finding underestimates the true RR.
SLIDE 28
Bias
Any process at any stage of inference which
tends to produce or conclusions that differ
systematically from truth
Kesalahan sistematik yg mengakibatkan
distorsi penaksiran parameter populasi
sasaran berdasarkan parameter sampel.
Pengertian BIAS INFORMASI
Bias Informasi adalah bias dalam cara
mengamati, melaporkan, mengukur, mencatat,
mengklasifikasi dan menginterpretasi status
paparan atau penyakit, sehingga
mengakibatkan distorsi penaksiran pengaruh
paparan terhadap penyakit.
Bias informasi disebut juga bias pengukuran
(measurement bias), bias pengamatan
(observation bias) atau bias misklasifikasi
(misclassification bias).
Penggolongan
Arah bias mudah diprediksi, sebab selalu menghasilkan penafsiran pengaruh paparan
yang lebih rendah (underestimation) dari pada pengaruh yang sesungguhnya pada
populasi sasaran.
Misklasifikasi acak biasanya timbul karena kesulitan dalam pengukuran variable.
Contoh : dalam penelitian kebiasaan merokok sebagai paparan penyakit, lazimnya status
merokok dibagi dikotomi menjadi :
a. Perokok,
b. Bukan perokok
Cara pengukuran tsb tidak akurat, sebab tidak mendiskriminasikan dengan jelas
apakah perokok masa kini atau perokok masa lalu, lamanya kebiasaan merokok, jumlah
batang rokok yang diisap per hari, merk rokok, pemakaian filter, kandungan tar dan
nikotin, frekuensi pengisapan rokok, dan sebagainya.
Penelitian hubungan merokok dan infark otot jantung (MI), secara biologic , yang
mempengaruhi timbulnya MI adalah kebiasaan merokok pada saat sekarang ini. Dengan
demikian klasifikasi dikotomi status merokok yang lebih tepat adalah :
Merokok saat ini
Tidak merokok atau merokok pada masa lalu.
Penelitian hubungan merokok dan Ca Paru yang lebih penting adalah lamanya merokok
jumlah batang rokok, kandungan tar dan nikotin, dan sebagainya. Dengan demikian
klasifikasi dikotomi status merokok sebagai variable kompleks harus mampu
mengakomodasi sub varibel-variabel tersebut.
Bias Misklasifikasi Diferensial (nir-acak)
Bias misklasifikasi diferensial terjadi jika misklasifikasi informasi dialami secara
berbeda oleh kelompok-kelompok studi.
Misklasifikasi disebut diferensial jika senstivitas dan spesifisitas dalam
mendiagnosis penyakit adalah berbeda diantara kelompok terpapar dan
tak terpapar, atau jika senstivitas dan spesifisitas dalam mengklasifikasi
paparan adalah berbeda antara kelompok sakit dan tak sakit.
Contoh : Sensitivitas pada kelompok sakit = 95, sedangkan pada kelompok tak
sakit adalah 75, Sensitivitas pada kelompok sakit adalah 75, sedangkan pada
kelompok tak sakit adalah 95.
Misklasifikasi disferensial memberikan dampak lebih serius dari pada
misklasifikasi acak, sebab pengaruhnya tidak dapat diprediksi dengan tepat,
yakni dapat memperbesar, memperkecil, maupun meniadakan hubungan
antara paparan dan penyakit yang sebenarnya pada populasi sasaran.
Salah satu jenis bias yang bersifat misklasifikasi disferensial adalah bias
mengingat kembali (recall bias).
Bias ini sering terjadi pada studi kasus control, ketika tingkat akurasi kasus dalam
mengingat riwayat paparan berbeda dengan control.
JENIS BIAS (Hennekens dan Buring,
1987) :
Bias Seleksi
kesalahan sistematik dlm pemilihan subyek , di mana
pemilihan subyek menurut status penyakit
dipengaruhi oleh status paparannya (studi kasus-
kontrol), atau pemilihan subyek menurut status
paparan dipengaruhi oleh status penyakitnya (studi
kohort retrospektif)
Bias Informasi
kesalahan sistematik dlm mengamati, memilih
instrumen, mengukur, membuat klasifikasi, mencatat
informasi, dan membuat interpretasi tentang paparan
maupun penyakit.
JENIS BIAS SELEKSI
a. Bias Deteksi (Unmasking bias)
b. Bias Berkson (Admission bias)
c. Bias Non-responden
d. Bias Insidensi-Prevalensi Neyman
e. Bias Pekerja Sehat (Healthy worker bias)
JENIS BIAS SELEKSI
Bias deteksi
bias yg disebabkan perbedaan intensitas
surveilans dlm memilih kasus & non-kasus,
sedemikian rupa sehingga peneliti cenderung
lebih mudah mendeteksi kasus terpapar & non-
kasus tak terpapar menyebabkan overestimasi
Bias Berkson
bias yg disebabkan perbedaan probabilitas
masuk rumah sakit bagi kasus & kontrol, &
perbedaan itu berhubungan dg status paparan.
JENIS BIAS SELEKSI
Bias Non-responden
bias yg disebabkan penolakan responden utk
berpartisipasi, shg mempengaruhi tk partisipasi kasus
& kontrol, & terpapar & tak terpapar
Bias Insidensi-Prevalensi Neyman
bias yg disebabkan penggunaan data prevalensi
sbg pengganti insidensi
Bias Pekerja Sehat
bias yg terjadi akibat dari penggunaan para pekerja
sehat sbg kelp. kasus atau kelp. terpapar di satu
pihak, & penggunaan populasi umum sbg kelp. kontrol
atau kelp. tak terpapar di pihak lain.
JENIS BIAS INFORMASI
(Bias Pengukuran, Bias Pengamatan, Bias
Misklasifikasi)
Dari riset manajemen itu lalu efek hawthorne diadopsi dalam riset epidemiologi
untuk menjelaskan adanya suatu perubahan perilaku subjek penelitian yang
disesuaikan dengan keinginan peneliti yang kehadirannya diketahui oleh subjek
penelitian.
Tidak jarang bias tersebut datang dari pihak peneliti, dengan memberikan
perhatian ekstra kepada subjek kelompok eksperimental (yang mendapat
perlakuan). Bias ini lazim ditemukan pada uji klinik di Rumah sakit.
Efek Hawthorne
Efek Hawthorne sulit diukur, tetapi dapat dicegah dengan
membuat blinding terhadap asisten peneliti atau pasien.
Pada uji efikasi obat, pembutaan dilakukan dengan cara
memberikan placebo kepada kelompok control dalam
jumlah yang sama, cara yang sama dan pada jam yang sama
dengan kelompok eksperimen.
Randomisasi