Kelompok - 1 - Aqidah - Akhlak (1) (AutoRecovered) (1) ..

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aqidah Akhlak

Naufal Nur Fahmi, Muhammad Raihan Hanafi, Muhammad Daud Ansori, Rijal Ilham, Darman
Sobari

1
Universitas PTIQ Jakarta
2
Universitas PTIQ Jakarta
3
Universitas PTIQ Jakarta
4
Universitas PTIQ Jakarta
5
Universitas PTIQ Jakarta

1
e-Mail : [email protected]
2
e-Mail : [email protected]
3
e-Mail : [email protected]
4
e-Mail : [email protected]
5
e-Mail : [email protected]

Abstrak. Pembelajaran aqidah dan akhlak memainkan peran krusial dalam membentuk kepribadian dan
moral peserta didik. Pendidikan aqidah bertujuan menanamkan keyakinan yang kokoh kepada Allah
SWT.,.,, memahami rukuniman dengan mendalam, serta mengembangkan sikap tawakal dan takwa.
Prinsip-prinsip pembelajaranini melibatkan pendekatan menyeluruh yang mencakup aspek kognitif,
emosional, dan psikomotorik. Pada pembelajaran akhlak, fokusnya adalah pembentukan karakter dan
moral yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan Hadits. Prinsip-prinsip tersebut menekankan pentingnya
keteladanan (uswatun hasanah) sebagai metode pendidikan utama, dengan pendidik berperan sebagai
modelimplementasi akhlak yang baik. Selainitu, pembelajaran yanginklusif dan responsif terhadap
perkembangan psikologis peserta didik menjadi elemen penting dalam membentukindividu yang
beriman dan berakhlak. Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi faktor penunjang
dalam keberhasilan pembelajaran aqidah dan akhlak, untuk menciptakan generasi yang mampu
memberikan kontribusi positif bagi kehidupan bermasyarakat.
Kata kunci: Aqidah, Akhlak, Pendidikan, Keyakinan, Rukuniman, Tawakal, Keteladanan, Uswatun
Hasanah, Karakter, Moralitas, Pembelajaraninklusif, Perkembangan Psikologis,
Kolaborasi, Lingkungan Pendidikan.

1. Pendahuluan
Pendidikan aqidah dan akhlak memiliki peran yang sangat penting dalam
membentukindividu yang beriman serta bermoral tinggi. Pendidikanini tidak hanya bertujuan
untuk memberikan pengetahuan agama, tetapi juga membimbing peserta didik untuk
menerapkan nilai-nilaiislam dalam kehidupan sehari-hari. Aqidah merupakan dasar keyakinan
seorang Muslim, yang membantu mereka memahami hubungan dengan Allah SWT.,., dan
tujuan hidup. Melalui pendidikan aqidah, peserta didik diajarkan untuk memiliki keyakinan yang
kokoh terhadap Allah, rukuniman, dan prinsip-prinsip agama yang menjadi fondasi keimanan

2
mereka.1 Akhlak, sebagai refleksi dari aqidah, diwujudkan dalam perilaku sehari-hari
daninteraksi dengan orang lain serta lingkungan².

Pembelajaran aqidah dan akhlak tidak hanya terbatas pada pengajaran teori, melainkan
bertujuan untuk membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilaiislam. Pendekatan holistik
yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sangat diperlukan. Aspek kognitif
berhubungan dengan pemahamanintelektual terhadap ajaran agama, aspek afektif berkaitan
dengan pembentukan sikap dan nilai-nilai keislaman, sedangkan aspek psikomotorik mencakup
penerapan nyata dalam perilaku dan tindakan³. Kombinasi ketiga aspekini diharapkan dapat
mempersiapkan peserta didik tidak hanya untuk memahami agama, tetapi juga mengamalkan
nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Peran guru sebagai teladan (uswatun hasanah) sangatlah penting. Guru tidak hanya bertugas
menyampaikan materi, tetapi juga menjadi contoh nyata dalam menerapkan akhlak yang baik.
Keteladanan seorang guru menjadi kunci karena peserta didik lebih mudah belajar melalui
contoh nyata daripada sekadar teori⁴. Konsistensi guru dalam mempraktikkan nilai-nilai akhlak
dalam kehidupannya akan menumbuhkan rasa hormat dan kepercayaan dari peserta didik, yang
pada gilirannya memperkuat proses pembelajaran.

Di era globalisasi saatini, tantangan dalam pendidikan aqidah dan akhlak semakin
kompleks. Pengaruh budaya luar, media sosial, daninformasi yang cepat tersebar kerap kali
bertentangan dengan nilai-nilaiislam. Oleh karenaitu, pendidikan aqidah dan akhlak menjadi
sangat penting dalam membangun benteng moral generasi muda. Sistem pendidikanini harus
mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar
ajaran agama².

Selain peran guru, keluarga dan masyarakat juga memainkan peran penting dalam
mendukung pendidikan aqidah dan akhlak. Keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk
belajar nilai-nilai agama dan moral, sehingga orang tua harus menjadi teladan dalam penerapan
akhlak di rumah⁴. Lingkungan masyarakat yang mendukung pengamalan nilai-nilaiislam juga
dapat memperkuat pendidikan yang diperoleh anak dari rumah dan sekolah. Kolaborasi antara
1
1. Hamzah, A. (2017). *Pendidikan Agama Islam: Antara Aqidah dan Akhlak*, hlm. 15-20. Jakarta:
Pustaka Ilmu.

3
keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan generasi yang tidak hanya
cerdas secaraintelektual, tetapi juga berakhlak mulia dan mampu memberikan kontribusi positif
dalam kehidupan sosial³.

Dengan demikian, pendidikan aqidah dan akhlak berperan sebagai fondasi utama dalam
menciptakan generasi yang memilikiintegritas moral dan spiritual yang kuat. Upaya peningkatan
pendidikanini harus dilakukan secara berkesinambungan di lingkungan formal daninformal, baik
di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Dalam era modern, keberhasilan pendidikan aqidah
dan akhlak tidak hanya diukur dari pemahaman teoritis, tetapi juga dari kemampuan peserta
didik untuk mengamalkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari³. Kolaborasi antara
berbagai pihak akan menciptakan generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki
karakter dan akhlak yang kuat.

2. Metode
Penelitianini menerapkan pendekatan kualitatif-deskriptif untuk menganalisis prinsip-
prinsip dasar serta sejarah pembelajaran aqidah dan akhlak. Fokus utama dari penelitianini
adalah untuk menggali dan memahami berbagai konsep yang mendasari pembelajaran aqidah
dan akhlak, serta bagaimana perkembangan historisnya memengaruhi praktik pendidikan di era
modern. Metode yang digunakan adalah studi literatur yang komprehensif, di mana peneliti
mengumpulkaninformasi dari berbagai sumber yang relevan. Sumber-sumber tersebut meliputi
buku-buku, jurnalilmiah, artikel, serta dokumen resmi yang berkaitan dengan evaluasi
danimplementasi pendidikan aqidah dan akhlak dalam konteksislam.
Literatur yang dikumpulkan mencakup beragam perspektif, mulai dari teori-teori
pendidikanislam klasik yang telah menjadi rujukan penting dalam pembelajaran aqidah dan
akhlak, hingga pendekatan-pendekatan kontemporer yang mengadaptasi metode pengajaran
dengan perkembangan zaman. Dengan menganalisis sumber-sumberini, penelitian bertujuan
untuk menyoroti prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, tantangan yang dihadapi dalam
praktik pendidikan, serta rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran aqidah dan
akhlak di lembaga pendidikan.
Selainitu, penelitianini juga akan mengeksplorasi hubungan antara teori dan praktik dalam
pembelajaran aqidah dan akhlak, dengan mempertimbangkan berbagai faktor sosial, budaya,
dan teknologi yang berpengaruh. Melalui pendekatanini, diharapkan penelitian dapat
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang pentingnya pembelajaran aqidah dan
4
akhlak, serta kontribusinya terhadap pengembangan karakter dan moral generasi muda dalam
konteks pendidikanislam.

3. Hasil dan Pembahasan


3.1. Pengertian Aqidah
Aqidah adalah keyakinan, kepercayaan tentang adanya wujud Allah yang Esa, Tunggal,
tiada sekutu bagi-Nya. Aqidah merupakan dasar dari keislamaan seseorang. 2 Suatu ilmu yang
membahas tentang aqidah umat islam disebut aqaid. Aqaid berhubungan dengan masalah
ketuhanan, kenabian, dan hal-hal ghaib, seperti qadladan qadar, hari kiamat, surga, neraka dan
sebagainya yang dibahas secara dalil naqliyah (dinukilkan dari al-Qur'an dan atau hadis) dan
aqliyah (sesuai dengan jalan pikiran manusia).3
Aqidah merupakan dimensi pokok ajaranislam.ibarat bangunan, aqidah adalah fondasi
yang di atasnya berdiri syari’at. Aqidah dan syariah merupakan dua hal yang terkait secara erat.
Syari’ah adalah manifestasi aqidah dalam bentuk perbuatan (amal). Aqidah yang kuat tanpa
syari’at tidak memiliki arti, syariat tanpa aqidah akan mudah rapuh karena fondasi yang kokoh.
Dalam al-Qur'an keduanya (aqidah dan syariah) terangkai dalamiman dan amal shalih.
Menurut Sayid Sabiq, pengertian keimanan atau aqidah tersusun ke dalam enam perkara,
yaitu:
1. Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-nama-Nya yang mulia (al-asma’ al-husna)
dan sifat-sifat-Nya yang tinggi. Juga ma’rifat dengan bukti-bukti wujud atau ada-Nya serta
kenyataan sifat keagungan-Nya dalam alam semesta.
2. Ma’rifat dengan alam yang ada di balik alam semestaini, yakni alam yang tidak dapat
dilihat. Demikian pula kekuatan-kekuatan kebaikan yang terkandung di dalamnya, yakni
malaikat, serta kekuatan-kekuatan jahat yang berasal dariiblis, setan dan segala tentaranya.
Selainitu juga ma’rifat dengan apa yang ada di alam yang lain lagi seperti jin dan ruh.
3. Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah Swt.,., yang diturunkan kepada para rasul, yang salah
satuisi utamanya adalah untuk dijadikan batas dan pembeda (furqan) antara yang hak dan batil,
baik dan buruk, halam dan haram.
4. Ma’rifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul Allah Swt., yang dipilih oleh-Nya untuk
menjadi pembimbing ke arah jalan yang benar dan diridlai Allah Swt.

2
2Baiquni, N.A., I.A. Syawaqi., R.A. Aziz, Kamus Istilah Agama Islam Lengkap (Surabaya: Indah,
1996), hal. 31
3
Baiquni, N.A., I.A. Syawaqi., R.A. Aziz, Kamus Istilah Agama Islam Lengkap (Surabaya: Indah, 1996),
hal. 47
5
5. Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di saatitu seperti
kebangkitan dari kubur, hisab, pahala, surga, siksa, dan neraka.
6. Ma’rifat kepada takdir (qadladan qadar) yang di atas keduanyaitu berlaku peraturan yang
ada di alam semestaini, baik dalam penciptaan maupun pengaturannya.4
Dalam buku yang sama, Sayid Sabiq di samping menguraikan secara rinci enam aspek
rukuniman tersebut, juga menguraikan tentang beberapa hal ghaib, seperti roh, jin, hisab, surga,
dan neraka. Buah dari aqidah atau keimanan yang kokoh antara lain:
1. Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain. Keimanan yang kuat akan memberikan
kemantapan dalam jiwa seseorang bahwa hanya Allah sajalah yang Maha Kuasa untuk
memberikan kehidupan, mendatangkan kematian, memberikan ketinggian kedudukan,
menurunkan dari pangkat yang tinggi. Juga hanya Dia sajalah yang dapat memberikan
kemadlaratan atau kemanfaatan kepada manusia. Selain Allah tidak ada yang kuasa
melakukannya.
2. Keimanan yang hakiki dapat menimbulkan jiwa keberanian dan kemauan yang kuat
untuk membela kebenaran. Halini disebabkan karena keimanan mengajarkan bahwa yang kuasa
memberikan umur tidak lain hanyalah Allah Swt., Umur tidak akan berkurang sebab manusiaitu
menjadi berani dan terus maju. Sebaliknya tidak pula akan bertambah dengan adanya sikap
pengecut dan licik.5
Di samping istilah aqidah, terdapat beberapa cabang keilmuan islam yang terkait dengan
aqidah, yaitu ilmu Tauhid, Teologi islam, danilmu Kalam. Tauhid berasal dari kata wahid (satu,
esa), tauhid berarti mengesakan. Sebagai istilah Tauhid berarti keyakinan akan keesaan Tuhan
yang disebut Allah, malaikat (makhluk halus yang bersifat ruhaniah) yang senantiasa taat dan
patuh kepada Allah, kitab-kitab suci (yang diturunkan Allah kepada para rasul), para Rasul
(manusia yang dipilih menjadi utusan Allah untuk menyampaikan risalah), hari akhir (hari
kemudian, atau akhirat sebagai lawan kehidupan dan qadar (ketentuan Allah). Dikatakan tauhid
karena keseluruhan sendi-sendi keimanan tersebut berdiri di atas fondasi keesaan Allah. 610
Teologi berasal dari kata theos (Tuhan) dan logos(ilmu). Teologi adalah suatu cabang ilmu
yang membahas tentang ajaran-ajaran dalam suatu agama sehingga Teologi islam ialah cabang
ilmu yang membahas tentang ajaran-ajaran pokok dalam agama islam. Teologi islam disebut
juga dengan ilmu al-kalam. Kalam artinya kata-kata, ilmu al-kalam dapat diartikan sebagai ilmu
4
Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), terj. Moh. Abdai Rathomy, cet. III (Bandung: Diponegoro,
1982), hal. 16-17.
5
Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 145, artinya: Tidaklah seseorang itu akan mati, melainkan dengan izin
Allah. Kematian adalah suatu batas waktu (ajal) yang sudah ditetapkan.
6
Gazalba, Asas,hal. 2.
6
tentang sabda Tuhan. Karena soal kalam atau sabda Tuhan (dalamislam al-Qur'an) pernah
menimbulkan berbagai penafsiran daninterpretasi, maka ilmu al-kalam juga dapat diartikan
sebagaiilmu yang membahas tentang aneka kata-kata manusia dalam memahami sabda Tuhan.
Dengan makna yang keduaini pula maka kaum teolog dalamislam dikenal dengan nama
mutakallim.117

3.2 Pengertian Akhlaq


Secara bahasa akhlaq berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari khulq. Khulq dalam
kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sementara dalam
kamus Da’irah al-Ma’arifakhlaq diartikan sebagai sifat-sifat manusia yang terdidik. Secara
istilah akhlaq ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga dari situ timbul lah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul
kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan
budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah
budi pekerti yang tercela.
M. Athiyah al-Abrasyi pernah mengatakan bahwa tujuan pendidikan islam adalah
membentuk manusia yang berpribadi, serasi, dan seimbang, tidak saja bidang keagamaan dan
keilmuan melainkan juga bidang keterampilan. Namun demikian, Al-Abrasyi menekankan
aspek pendidikan akhlaq merupakan tujuan pokok pendidikanislam, hal ini disebabkan karena
menurutnya akhlaq merupakan kunci utama bagi keberhasilan manusia dalam menjalankan
tugas kehidupan. Menurutnya pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik
dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, melainkan mendidik akhlaq dan jiwa
mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang
tinggi,8
Bagi al-Abrasyi, tujuan pokok dan terutama dari pendidikan islam ialah mendidik budi
pekerti dan pendidikan jiwa, untuk itu semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-
pelajaran akhlaq. Kesimpulan tujuan pokok dari pendidikan menurut al-Abrasyi tertuang dalam
satu kata fadilah (keutamaan).9

7
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah, analisa perbandingan (Jakarta: Yayasan Penerbit
Universitas Indonesia, 1978), hal. 9.
8
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry
L.I.S. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal. 2.
9
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Djohar Bahry
L.I.S. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal. 4.
7
Kesimpulan al-Abrasyi tersebut selaras dengan misi utama diutusnya Muhammad SAW
sebagai Rasul adalah untuk menyempurnakan akhlaq (Innama bu’isttu liutammima makarima
al-akhlaq), bahkan dalam al-Qur'an terdapat tidak kurang dari seribu lima ratus empat (1504)
ayat yang berhubungan dengan akhlaq.10

Kedudukan Akhlaq Islam


Kedudukan akhlaq dalam kehidupan manusia sangat penting, baik sebagai individu
maupun anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, sejahtera rusaknya suatu
bangsa dan masyarakat tergantung pada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaqnya baik, akan
sejahteralah lahir batinnya. Sebaliknya, apabila akhlaqnya buruk akan rusaklah lahir dan
batinnya
Akhlaq memiliki kedudukan penting dalam islam, ha lini dibuktikan dengan beberapa hal
seperti, Rasululllah SAW menempatkan penyempurnaan akhlaq yang mulia sebagai misi pokok
Risalah islam, akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok islam sehingga Rasulullah SAW
pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlaq yang baik (husn al-khuluq). 11 Akhlaq yang
baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.

3.3 Akhlaq dan Keimanan


Aqidah atau keimanan tidak cukup sekadar disimpan dalam hati, melainkan harus
dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dalam bentuk amal saleh atau akhlaq yang terpuji.
Hubungan antara aqidah dan akhlaq antara lain tercermin dalam sabda Rasulullah Saw., yang
diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Akmalu al-mukminina imanan ahsanuhum huluqan (orang
mukmin yang paling sempurnaimannyaialah yang terbaik akhlaknya).12
Dalam al-Qur'an, keimanan ditunjukkan dengan akhlaq yang baik. Seperti awal Surat al-
Mu’minun, kekafiran ditandai dengan akhlaq yang buruk. Al-Baqarah ayat 6 mendefinisikan
orang-orang kafir sebagai orang-orang yang diberi peringatan atau tidak, mereka tidak
mempercayainya. Dalam hadits-hadits, Rasulullah mencirikan orang yang beriman, man kana
yu’minu billah wal yaumil,akhir barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, diikuti
dengan ciri-ciri akhlaq, seperti memuliakan tamu, menghormati tetangga, berbicara yang benar

10
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), hal. 313.
11
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung (Jakarta:
Bulan Bintang, 1979), hal. 317.
12
H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar) (Bandung: CV
Diponegoro, 1996), hal. 13
8
atau diam dan sebagainya. Begitu juga Rasulullah menggunakan kata la yu’minu, untuk
menunjukkan kekafiran. Orang yang kafir atau la yu’minuadalah orang yang berakhlaq buruk,
suka mengganggu tetangga, tidur kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya,
tidak memegang amanah, dan sebagainya.

3.4 Prinsip-prinsip Pendidikan Aqidah Akhlaq


Meskipun para ulama sepakat aqidah sebagai dasarislam, buku-buku tentang prinsip-
prinsip pendidikan aqidah relatif jarang ditemukan. Dalam buku-buku pendidikan islam lebih
banyak ditemukan pendidikan akhlaq. Oleh karena itu, dalam bagian ini penulis lebih banyak
menguraikan prinsip-prinsip pendidikan akhlaq. Syaikh Abdurrazaq dalam bukunya Asbab
ziyadah al-iman wa nuqsanihi menguraikan sebab-sebab bertambah dan berkurangnyaiman.
Menurutnya,iman seseorang akan bertambah manakala:
1. Mempelajariilmu yang bermanfaat yang bersumber dari Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah Saw., seperti membaca dan merenungkan al-Qur'an, mengenal nama-nama Allah
yang palingindah (asma al-husna) dan sifat-sifat-Nya yang paling tinggi, memperhatikan
SirahNabi yang mulia, memperhatikan keindahan ajaran islam dan membaca Sirah Salaf
(pendahulu) umatini.
2. Merenungkan ayat-ayat kauniyyah (fenomena alam).
3. Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan, memperbanyak, dan menjaga amal shalih
(hati, lisan, dan amalan anggota badan) denganikhlas mengharap ridla Allah Swt., Sedangkan
sebab-sebab berkurangnyaiman ada dua sumber, yaitu:
a. Sebab-sebab dari dalam (internal), seperti jahl(kebodohan), lalai, berpaling, dan lupa,
melakukan berbagai kemaksiatan dan doa, nafsu amarah (jiwa yang mengajak kepada
kejelekan).
b. Sebab-sebab dari luar (eksternal), meliputi setan dan sejenisnya, dunia dan fitnahnya,
teman jelek. Dengan tidak bermaksud untuk menyampingkan aspek pendidikan fisik,
mental,ilmiah dan praktik. Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikanislam, mencapai
akhlaq yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Dikatakan selanjutnya bahwa
maksud dari pendidikan bukanlah memenuhi otak peserta didik dengan segala macam ilmu
yang belum mereka ketahui, melainkan mendidik akhlaq dan jiwa mereka, menanamkan
fadilah(rasa kebaikan/keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci,ikhlas dan jujur. Bahkan, secara

9
ekstrim dikatakan bahwa semua materi pelajaran dan para guru menurutnya harus mengandung
pelajaran-pelajaran akhlaq.
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlaq dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral baik laki-laki maupun wanita, memiliki jiwa
yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar serta akhlaq yang tinggi, mengerti kewajiban
dan melaksanakan kewajiban dengan baik, menghormati hak-hak manusia, dapat membedakan
perkara yang baik dengan yang buruk, memilih fadilahkarena cinta pada fadilah, menghindari
perbuatan tercela karenaia tercela, serta senantiasa mengingat Allah dalam setiap
aktivitasnya.Tujuan pendidikan islam tidak hanya memenuhi otak murid-murid dengan ilmu
pengetahuan, malainkan mendidik akhlak dengan memperhatikan segi-segi kesehatan,
pendidikan fisik dan mental, perasaan dan praktik, serta mempersiapkan anak-anak menjadi
anggota masyarakat. Pendidikanislam juga menghendaki setiap guru untuk mengupayakan
berbagai strategi untuk membentuk akhlaq utama peserta didiknya.13
Menurut As-Syaibany terdapat beberapa prinsip dasar falsafah atau teori akhlaq dalam
islam yang sekaligus menjadi salah satu dasar pendidikan islam. 14 Prinsip-prinsip tersebut
adalah:
1. Percaya bahwa akhlaq termasuk di antara makna yang terpenting dalam hidupini.
Tingkatnya berada sesudah kepercayaan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul-Nya,
hari akhirat serta qadla dan qadar Allah.
2. Percaya bahwa akhlaq adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa dari
mana timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang.
3. Percaya bahwa akhlaqislam yang berdasarkan syari’atislam adalah akhlaq kemanusiaan
yang mulia. Sesuai dengan fitrah dan akal sehat dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
perseorangan dan kelompok dalam segala waktu dan tempat dan mengatur segala hubungan
manusia dengan orang lain.
4. Percaya bahwa tujuan tertinggi agama dan akhlaq ialah menciptakan kebahagiaan dua
kampung (dunia dan akhirat), kesempurnaan jiwa bagiindividu, dan menciptakan kebahagiaan,
kemajuan, kekuatan, dan keteguhan masyarakat.
5. Percaya bahwa agama islam adalah sumber terpenting bagi akhlaq islam dan faktor
terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan akhlaq ini, dalam membentuknya dan memberi
corak keislaman yang membedakannya dari yang lain.

13
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan, hal. 150.
14
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan, hal. 153.
10
6. Percaya bahwa teori akhlaq tidak akan sempurna kecuali jika di dalamnya ditentukan
lima segi pokok: Hati nurani akhlaq (moral conscience), paksaan akhlaq (moral obligations),
hukum akhlaq (moral judgement), tanggung jawab akhlaq (moral responsibility), dan ganjaran
akhlaq (moral rewards).

3. Kesimpulan
Pembelajaran Aqidah akhlak memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian serta moral
peserta didik. Pendidikan Aqidah bertujuan menanamkan keyakinan yang kokoh terhadap
Allah, memahami rukunniman, dan membangun sikap tawakal serta takwa. Sedangkan
pembelajaran akhlak focus dalam pembentukan karakter yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an
dan hadits, dengan keteladanan ( uswatun hasanah ) sebagai metode pertama.

Pendidikan ini melibatkan pendekatan holistik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik, sehingga peserta didik tidak hanya memahami nilai-nilai Islam secara intelektual
tetapi juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks pendidikan, guru
berperan sebagai teladan utama dalam mengamalkan nilai-nilai akhlak. Konsistensi guru dalam
berperilaku sesuai ajaran Islam dapat memperkuat pengajaran nilai-nilai tersebut.

Selain peran guru, dukungan dari keluarga dan masyarakat juga sangat penting dalam
membangun karakter peserta didik yang berakhlak mulia. Pendidikan aqidah dan akhlak
berfungsi sebagai pondasi spiritual dan moral yang kuat dalam menghadapi berbagai tantangan
globalisasi dan perubahan zaman. Kolaborasi antara berbagai elemen masyarakat diperlukan
untuk menciptakan generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki integritas moral dan
spiritual yang tinggi.

11
Daftar Pustaka
Hamzah, A. (2017). Pendidikan Agama Islam: Antara Aqidah dan Akhlak, hlm. 15-20. Jakarta:
Pustaka Ilmu.
Baiquni, N.A., I.A. Syawaqi., R.A. Aziz, Kamus Istilah Agama Islam Lengkap (Surabaya:
Indah, 1996), hal. 31
Baiquni, N.A., I.A. Syawaqi., R.A. Aziz, Kamus Istilah Agama Islam Lengkap (Surabaya:
Indah, 1996), hal. 47
Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), terj. Moh. Abdai Rathomy, cet. III (Bandung:
Diponegoro, 1982), hal. 16-17.
Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 145, artinya: Tidaklah seseorang itu akan mati, melainkan
dengan izin Allah. Kematian adalah suatu batas waktu (ajal) yang sudah ditetapkan.
Gazalba, Asas,hal. 2.
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran, sejarah, analisa perbandingan (Jakarta: Yayasan
Penerbit Universitas Indonesia, 1978), hal. 9.
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Djohar
Bahry L.I.S. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal. 2.
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Gani dan Djohar
Bahry L.I.S. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hal. 4.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 313.
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 317.
H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar) (Bandung:
CV Diponegoro, 1996), hal. 13
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan, hal. 150.
alaluddin Rakhmat, Dahulukan, hal. 153.

12

You might also like