0% found this document useful (0 votes)
2 views25 pages

Fiqih

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1/ 25

Mata Kuliah

FIQIH

Nama: Aulia Wineka


Prodi: Ekonomi
Syariah
THAHARAH

A.Pengertian Thaharah
Secara bahasa, thaharah berarti
membersihkan diri dari berbagai
kotoran, baik yang hissiyyah (kasat
mata) maupun yang ma’nawiyyah
(tidak kasat mata).
Menurut istilah syar’i, thaharah
adalah tindakan menghilangkan
hadats atau membersihkan najis
atau kotoran dengan menggunakan
air atau debu yang suci. Thaharah
juga berarti menghilangkan bekas
atau sidat sesuatu yang menempel
di badan dan menghalangi sahnya
salat atau ibadah lainnya kepada
Allah SWT.Kesucian fisik dicapai
dengan membersihkan diri dari
kotoran dan najis, sedangkan
kesucian spiritual dicapai dengan
membersihkan hati dan jiwa dari
segala sifat tercela dan dosa.
Perintah mengenai bersuci dijelaskan
dalam Al-Quran surah Al Maidah ayat
6. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman, apabila kamu berdiri
hendak melaksanakan shalat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu
sampai ke siku serta usaplah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu
sampai kedua mata kaki. Jika kamu
dalam keadaan junub, mandilah. Jika
kamu sakit , dalam perjalanan,
kembali dari tempat buang air
(kakus), atau menyentuh
perempuan, lalu tidak mendapatkan
udara, bertayamumlah dengan debu
yang baik (suci); usaplah wajahmu
dan tanganmu dengan (debu) itu.
Tetapi Dia ingin membersihkan kamu
dan menyegarkan nikmat-Nya
bagimu agar kamu bersyukur.”
“Hukum Thaharah adalah WAJIB bagi
seorang muslim”
B.Macam Macam Thaharah
Macam-macam thaharah ada
dua yaitu thaharah ma’nawiyah dan
thaharah hissiyyah.
1.Thaharah Ma’nawiyah
Thaharah ma’nawiyah adalah
membersihkan diri dari syirik dan
maksiat. Thaharah ma’nawiyah
adalah kesucian hati dan jiwa dari
segala sifat tercela dan dosa. Hal ini
dicapai dengan melakukan berbagai
amalan spiritual, seperti:
 Memperbanyak zikir dan doa
 Membaca Al-Qur’an dan tadabbur
maknanya
 Menyempurnakan ibadah wajib
dan sunah
 Menjauhi perbuatan dosa dan
maksiat
 Menjaga akhlak mulia
2.Thaharah Hissiyyah
Thaharah hissiyyah adalah
membersihkan diri dari hadas dan
najis. Thaharah hissiyyah adalah
kesucian jasmani dari kotoran dan
najis. Hal ini dicapai dengan
melakukan berbagai cara bersuci,
seperti wudhu, mandi junub, dan
tayamum.

C.Alat untuk Thaharah


Ada 3 yaitu, air, debu, dan batu.
1.Air
Air merupakan alat thaharah yang
paling utama dan wajib digunakan
dalam berbagai macam cara bersuci,
seperti wudhu dan mandi junub. Air
yang digunakan untuk thaharah
haruslah air suci dan mensucikan,
yaitu air yang memenuhi syarat-
syarat tertentu, seperti:

 Suci: Bebas dari najis dan benda-


benda yang dapat menodai
kesuciannya
 Menyucikan : Mampu
menghilangkan najis dan kotoran
 Mengalir: Jika udara tersebut
berasal dari wadah maka udara
tersebut harus mengalir
 Mencukupi: Air yang digunakan
haruslah cukup untuk membasuh
seluruh anggota tubuh yang wajib
dibasuh
2.Debu
Debu atau tanah liat yang suci
dapat digunakan sebagai alat
thaharah apabila udara tidak
tersedia atau sulit diperoleh.
Tayamum dilakukan dengan
menggunakan debu atau tanah liat
yang suci untuk mengusap wajah,
kedua tangan sampai ke siku, dan
kedua telapak kaki.
3.Batu
Batu merupakan benda yang
dapat menyerap kotoran. Dalam hal
ini, batu bisa dijadikan alat untuk
menghilangkan najis, seperti istinja.

D.Syarat Mengerjakan Thaharah


Untuk mengerjakan taharah,
seorang muslim harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
 Islam
 Berakal
 Balig
 Masuk waktu (Untuk mendirikan
salat fardu)
 Tidak lupa
 Tidak dipaksa
 Berhenti darah haid dan nifas
 Ada air atau debu tanah yang suci
 Mampu melakukannya sesuai
kemampuan

E.Pengertian Hadas
Hadas adalah keadaan dimana
kita (orang yang telah baligh dan
berakal sehat ) tidak sedang berada
dalam keadaan suci karena
datangnya sesuatu yang ditetapkan
oleh hukum agama sebagai
membatalkannya keadaan suci.
Hadas terbagi ke dalam dua bagian
yaitu hadas besar dan hadas kecil.
1.Hadas kecil
Segala suatu peristiwa atau
kejadian yang menyebabkan
seseorang harus bersuci dengan
berwudhu atau tayamum. Hal-hal
yang termasuk ke dalam hadas kecil
adalah:
 Keluar sesuatu dari dua lubang
yaitu qubul dan dubur
 Bersentuhan langsung antara
kulit laki-laki dan kulit perempuan
yang sudah baligh dan bukan
mahramnya
 Menyentuh kemaluan, baik
kemaluan sendiri maupun
kemaluan orang lain dengan
telapak tangan atau jari.
 Hilang kesadaran, seperti tidur
nyenyak, gila, pingsan, atau
mabuk.
2.Hadas besar
Segala sesuatu atau kondisi yang
menyebabkan seseorang harus
bersuci dengan mandi wajib. Hal-hal
yang termasuk ke dalam hadas
besar adalah:

 Keluar darah bagi perempuan,


berupa haid (darah yang keluar
setiap bulan), nifas (darah yang
keluar setelah melahirkan),
maupun wiladah (darah yang
keluar ketika melahirkan)
 Keluar air mani, baik disebabkan
karena mimpi basah atau sebab
lain
 Hubungan suami istri (Jima’),
baik yang keluar mani atau pun
tidak.
 Meninggal dunia.

F.Cara Menghilangkan Hadas


a.Mensucikan Hadas Kecil
Tata Cara Thaharah dari Hadas Kecil
Beda golongan hadas, maka berbeda
pula cara bersucinya. Melansir dari
laman NU, berikut tata cara thaharah
dari hadas kecil.
1.Wudu
Thaharah berwudu dari hadas kecil
wajib diawali dengan membaca niat
wudu seperti pada umumnya.
Terutama jika Anda hendak
melaksanakan salat.
‫َنَوْيُت اْلُوُضْوَء ِلَر ْفِع اْلَحَدِث ْاَالْصَغِر َفْر ًضِاللِه‬
‫َتَعاَلى‬
Nawaitul wudhuu’a liraf’il hadatsil
ashghari fardhal lillaahi ta’aala.
Artinya: “Aku niat berwudu untuk
menghilangkan hadas kecil karena
Allah.”
Setelah membaca niat, dilanjut
melaksanakan enam perkara fardu
wudu seperti berikut:
 Niat
 Membasuh seluruh muka
 Membasuh kedua tangan sampai
siku-siku
 Mengusap sebagian rambut
kepala
 Membasuh kedua belah kaki
sampai mata kaki
Tertib, artinya mendahulukan mana
yang harus didahulukan dan
mengakhiri yang harus diakhiri.
2· Tayamum
Thaharah tayamum merupakan
bagian dari cara bersuci apabila
dalam kondisi tidak ada air.
Syaratnya menggunakan tanah atau
debu yang tidak tercampur benda
lain sebagai alat bersuci.
‫َنَوْيُت الَّتَيُّمَم ِالْس ِتَباَحِة الَّصَالِة َفْر ًض ِ للِه َتَعاَلى‬
Nawaitu tayammuma lisstibaahatish
sholaati fardhol lillaahi taala.
Artinya: “Saya niat tayamum agar
diperbolehkan melakukan fardu
karena Allah.”
Usai membaca niat dilanjut
meletakkan dua belah tangan ke
atas debu, misalnya debu pada
tembok atau kaca lalu usapkan
sebanyak dua kali ke muka.
Setelahnya, mengusap dua belah
tangan hingga siku sebanyak dua
kali, dan memindahkan debu ke
anggota tubuh yang diusap.
Maksud mengusap pada tayamum
ini bukan seperti berwudu dengan
air. Melainkan cukup menyapukan
saja dan buka mengoles-oles seperti
memakai air.
b.Mensucikan Hadas Besar
Sementara itu, berikut tata cara
thaharah dari hadas besar yang
dilakukan dengan mandi wajib atau
ghusl.
1· Mandi Besar
Mandi wajib ini termasuk syarat
mutlak bersuci dengan cara
mengalirkan air ke seluruh tubuh
dari atas kepala sampai ujung kaki,
dan diawali membaca niat.
‫َنَوْيُت اْلُغْس َل ِلَر ْفِع ْالَحَدِث ْاَألْكَبِر ِمَن ْاِلجَناَبِة‬
‫َفْر ًضا ِللِه َتَعاَلى‬
Nawaitu ghusla liraf’il hadatsil akbari
fardhal lilaahi ta’aala.
Artinya: “Aku niat mandi untuk
menghilangkan hadas besar dari
janabah, fardu karena Allah ta’ala.”
Mengikuti mazhab Syafi’i, saat
pertama membaca niat yang harus
dibarengi adalah menyiram tubuh
dengan air secara rata, dan mulai
dari bagian tubuh sebelah kanan lalu
ke kiri.Kemudian mengguyur seluruh
anggota tubuh bagian luar, tak
terkecuali sela-sela rambut hingga
bulu-bulunya harus memakai air
mengalir.
G.Pengertian Najis
Secara bahasa, najis dapat
diartikan sebagai segala sesuatu
yang dianggap kotor meskipun suci.
Jika secara harfiah, apapun yang
dianggap kotor masuk dalam
kategori barang najis, seperti ingus,
air ludah, sperma, dan
lainnya.Dalam ilmu fiqih, najis
merupakan segala sesuatu yang
dianggap kotor dan menjadikan
ibadah shalat tidak sah.
Najis sendiri dibagi menjadi tiga
macam, yakni:
1.Najis Mughallazhah
Najis ini merupakan najis berat,
yang termasuk ke dalamnya adalah
anjing, babi, dan binatang yang lahir
dari persilangan antara anjing dan
babi, atau keturunan silang dengan
hewan lain yang suci.
2. Najis Mutawassithah
Najis jenis ini merupakan najis
tingkat sedang, terdapat 15 macam
yang masuk ke dalam kategori
sedang, di antaranya:
 Setiap benda cair yang
memabukkan (arak atau
minuman keras).
 Air kencing selain kencing bayi
laki-laki di bawah dua tahun yang
belum makan apa-apa selain air
susu ibu.
 Madzi, yaitu cairan berwarna
putih agak pekat yang keluar dari
kemaluan. Cairan madzi biasanya
keluar ketika syahwat sebelum
memuncak (ejakulasi).
 Wadi, yaitu cairan putih, keruh,
dan kental yang keluar dari
kemaluan. Wadi biasanya keluar
setelah kencing ketika ditahan
atau di saat membawa benda
berat.
 Tinja atau kotoran manusia.
 Kotoran hewan, baik yang bisa
dimakan dagingnya atau tidak.
 Air luka yang berubah baunya.
 Nanah, baik kental atau cair.
 Darah, baik darah manusia atau
lainnya, selain hati dan limpa.
 Air empedu.
 Muntahan, yakni benda yang
keluar dari perut ketika muntah.
 Kunyahan hewan yang
dikeluarkan dari perutnya.
 Air susu hewan yang tidak bisa
dimakan dagingnya. Sedangkan
air susu manusia dihukumi suci,
kecuali jika keluar dari anak
perempuan yang belum mencapai
umur baligh (9 tahun), maka
dihukumi najis.
 Semua bagian tubuh dari bangkai,
kecuali bangkai belalang, ikan,
dan jenazah manusia. Yang
dimaksud bangkai dalam istilah
fikih adalah hewan yang mati
tanpa melalui sembelihan secara
syara’ seperti mati sendiri,
terjepit, ditabrak kendaraan, atau
lainnya.
 Organ hewan yang
dipotong/terpotong ketika masih
hidup (kecuali bulu atau rambut
hewan yang boleh dimakan
dagingnya).
3. Najis Mukhaffafah
Najis ini termasuk jenis yang ringan.
Beberapa yang masuk ke dalam
kategori ringan adalah:
 Kencing bayi laki-laki yang belum
makan apa-apa selain ASI dan
belum mencapai umur 2 tahun.
Sedangkan, untuk bayi perempuan
masuk ke dalam kategori sedang
(Mutawassithah).

H.Cara Mensucikan Najis


Berikut cara membersihkan najis
sesuai tingkatannya.
1.Cara membersihkan najis
mukhaffafah
Najis mukhaffafah dapat
dibersihkan dengan menggunakan
percikan air. Artinya, tidak perlu
menggunakan air yang mengalir.
Berikut cara membersihkan najis
ringan:
 Percikkan air ke tempat yang
terkena najis.
 Pastikan percikkan air mengenai
seluruh tempat yang terkena
najis.
 Pastikan pula percikkan air lebih
banyak daripada najis yang ada.
 Jika sudah tersiram, peras atau
keringkan tempat yang baru saja
dibersihkan dari najis tersebut.

2.Cara membersihkan najis


mutawassithah
Najis mutawassithah dapat
dilakukan dengan menyiram tempat
yang terkena najis dengan air.
Berikut cara membersihkan najis
sedang:
 Hilangkan dulu ‘ainiyah atau
wujud asli dari najis tersebut di
tempat yang terkena najis.
 Pastikan wujud najisnya sudah tak
terlihat, seperti bau, rasa,
maupun warnanya.
 Siram tempat yang terkena najis
dengan air.
 Keringkan tempat yang terkena
najis.
3.Cara membersihkan najis
mughalladhah
Najis mughalladhah perlu
dibersihkan dengan membasuhnya
dengan air sebanyak tujuh kali. Di
salah satu basuhan, air harus
dicampur dengan debu.
Cara mencampur air dan debu untuk
membersihkan jenis najis ini ada tiga
jenis sebagai berikut.
 Pertama, campur air dan debu
secara bersamaan, kemudian
letakkan di tempat yang terkena
najis. Ini merupakan cara yang
paling utama.
 Kedua, letakkan debu di tempat
yang terkena najis, kemudian beri
air dan campur keduanya, baru
dibasuh.
 Ketiga, beri air di tempat yang
terkena najis, kemudian beri debu
dan campur keduanya, baru
dibasuh.
Berikut cara membersihkan najis
berat:
 Hilangkan dulu ‘ainiyah atau
wujud asli dari najis tersebut di
tempat yang terkena najis.
 Pastikan wujud najisnya sudah tak
terlihat, seperti bau, rasa,
maupun warnanya.
 Basuh tempat yang terkena najis
dengan air sebanyak tujuh kali
dengan salah satu basuhan
bercampur dengan debu.
 Keringkan tempat yang terkena
najis.

You might also like