Bab Iv Agama Krisren
Bab Iv Agama Krisren
Bab Iv Agama Krisren
NAMA ANGGOTA:
1. Juan Wakulu
2. Ravi Mokensi
3. Samichael Motulo
4. Michell Gunawan
5. Christian Brek
6. Arva Kapahang
7. Christio Tarelluan
8. Junior Marentek
9. Rafli Munaiseche
10. Jovan Massie
11. Jordy Pahimaneng
12. Marselino Kakampu
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Tujuan Pembelajaran.......................................................................................................1
BAB II ISI.................................................................................................................................2
C. menggali dan membangun karakter kristiani, dan hubungkan karakter dan iman dan
etika kristen.....................................................................................................................2
PENDAHULUAN
Setiap hari dan setiap saat dalam kehidupan yang sadar, kita selalu dihadapkan dengan
berbagai pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tentu saja pilihan-pilihan tersebut
terjadi dalam berbagai bidang kehidupan, seperti makan apa, pakai apa, belajar apa, pergi ke mana
dan sebagainya. Dari berbagai pilihan tersebut, tidak semua pilihan berkaitan dengan masalah etika,
tetapi bisa jadi berkaitan dengan selera, kesukaan dan atau yang lain. Tidak dapat disangkal bahwa
banyak sekali pilihan yang kita hadapi adalah pilihan- pilihan dalam bidang etika yakni berkaitan
dengan apa yang baik, benar, bertanggungjawab atau sebaliknya.Apalagi bagi mereka yang
mempunyai jabatan publik, keputusan dan kebijakannya sangat menentukan kehidupan banyak orang,
dan karenanya tuntutan dan pertimbangan etis sangat penting. Seorang ahli etika yang bernama David
W. Gill mengatakan bahwa kini kita hidup dalam suatu masa yang sulit ketika orang tidak sepakat
mengenai apa yang baik dan buruk, bukan saja di kalangan akademisi, filsuf, tetapi juga pada akar
rumput. Dalam ketidaksepakatan itu muncullah saling menyerang dan menyalahkan bahkan dengan
cara-cara yang kasar. Hal-hal yang dibahas dalam bab ini adalah pengertian etika dan moralitas, teori-
teori yang berkaitan dengan bagaimana orang membangun nilai sebagai standar atau norma menilai
perilaku dan motivasi manusia, berbagai macam pengelompokkan etika berdasarkan sumber
normanya, hubungan antara pandangan tentang manusia dan nilai moral, prinsip utama dalam etika
Kristen, dan keputusan etis dalam kasus yang bersifat dilematis. Bagian kedua yang sama pentingnya
adalah pengertian karakter, hubungan karakter dan moralitas, dan elemen karakter yang perlu
dibangun.
ISI
A. Menelusuri Kesaksian Alkitab tentang Allah yang Dipercayai oleh Umat Kristen
Silakan Anda mengamati dan menilai pengertian etika dan moralitas yang terdapat dalam
buku-buku etika! Apa pengertian etika dan moralitas? Kata etiko berasal dari bahasa Yunani ethos
dan 'ethos atauto ethiko dan to 'ethika. Kata ethos berarti kebiasaan atau adat dan tentu saja yang
sesuai kebiasaan dan adat dianggap baik. Sedangkan 'ethos dan "ethikos lebih berarti kesusilaan , Kata
etika muncul pertama kali dalam buku Etika Nikomachea yang dikarang oleh Aristoteles, seorang ahli
filsafat Yunani. Buku tersebut memuat kaidah- kaidah perbuatan manusia, Untuk mendefinisikan apa
itu etika, ada baiknya terlebih dahulu dibedakan antara pertimbangan etis dan nonetis. Sebagai contoh
pertimbangan dan keputusan seseorang untuk memilih makan nasi goreng atau KFC didasarkan pada
pertimbangan etis? Bisa ya, bisa tidak. Tidak merupakan pertimbangan etis bila tindakan itu semata-
mata didasarkan pada pertimbangan selera . Pertimbangan nonetis adalah pertimbangan yang
didasarkan bukan pada pertimbangan baik, benar, bertanggungjawab atau tidak, melainkan didasarkan
pada, misalnya: selera makan atau mode pakaian dan sebagainya. Apakah penilaian etis itu hanya
sebatas perilaku yang kelihatan? suatu tindakan yang kelihatannya baik tetapi didorong oleh motivasi
menginginkan pujian atau motivasi tersembunyi yang bersifat egoistis? Masihkah kita menilai
perilaku yang kelihatan itu suatu hal yang baik jika akhirnya ketahuan bahwa motivasinya hanya ingin
mencari pujian atau mempunyai kepentingan pribadi? Tentu saja tidak. Apa yang dinilai baik, tidak
sebatas terhadap perilaku yang kelihatan saja melainkan juga motivasi yang mendorong perilaku itu
harus dapat dipertanggungjawabkan , Dengan demikian, disimpulkan bahwa penilaian dan
pertimbangan etis itu selalu berkaitan dengan penilaian atau pertimbangan mengenai baik, benar,
bertanggungjawab atau sebaliknya, tentang perilaku dan motivasi manusia.
1.TEORI TELEOLOGIS
Teori Teleologis adalah teori yang berpendapat bahwa kebaikan atau kebenaran itu ditentukan
oleh tujuan yang baik (telos tujuan). Jadi, kalau seseorang mempunyai tujuan yang baik yang
mendorong suatu tindakan apapun tindakan itu pasti dinilai baik, melulu karena tujuannya baik.
Namun muncul pertanyaan: tujuan yang baik untuk siapa? Untuk pelakunya kah atau untuk orang
banyak? Dalam hal ini ada dua subteori lagi yakni yang dinamakan etika egoisme (egoism ethics) dan
etika universalisme (universalism ethics). Walaupun tujuan yang baik untuk diri sendiri atau
kelompoknya tidak selalu jahat atau buruk, teori ini bisa melahirkan suatu sistem etika yang disebut
"hedonisme" yakni kenikmatan hidup dengan prinsip nikmatilah hidup ini selagi masih hidup, besok
Anda akan mati dan tidak ada apa-apa lagi yang bisa dinikmati.
2.TEORI DEONTOLOGIS
Teori Deontologis pada prinsipnya berpendapat bahwa suatu tindakan itu baikbila memenuhi
kewajiban moral (deon=kewajiban). Untuk teori inipun terbagi dua bagian lagi berkaitan dengan
kewajiban itu siapa yang menentukan? Kalau kewajiban itu ditentukan oleh aturan-aturan yang sudah
ada (darimana pun datangnya) teori itu disebut sebagai “deontologis aturan” (rule deontologist).
kebanyakan etika yang bersifat legalistik berdasarkan legalisme, termasuk dalam teori ini. Namun ada
juga yang berpendapat bahwa kewajiban ditentukan bukan oleh aturanyang sudah ada melainkan oleh
situasi/keadaan, teori ini disebut “deontologis tindakan” (act deontologist). kita mendapatkan
contohsistem etika yang dikenal, etika situasi yang dikembangkan oleh Joseph Fletcher.
Saya analisis contoh kasus-kasus berikut ini dengan menggunakan teori-teori di atas Kasus 1:
1. Pendekatan Deontologis Aturan (Rule Deontologist): Dalam teori ini, tindakan moral dinilai
berdasarkan aturan yang sudah ada, terlepas dari konsekuensinya. Cory sebagai seorang Kristen
menyadari adanya aturan moral yang jelas dalam Dekalog: "jangan menjadi saksi dusta."
Berdasarkan pendekatan ini, berbohong adalah tindakan yang salah, tanpa memperhatikan situasi.
Seorang penganut teori deontologis aturan yang ketat akan menilai bahwa Cory seharusnya
mengatakan yang sebenarnya kepada tentara Nazi, karena aturan moral tidak boleh
dilanggar, bahkan untuk tujuan yang baik.
Kelemahan pendekatan ini: Dalam kasus ini, mengikuti aturan secara kaku bisa menghasilkan
konsekuensi yang buruk, yaitu kematian orang-orang Yahudi yang disembunyikannya.
2. Pendekatan Deontologis Tindakan (Act Deontologist): Teori ini menilai tindakan moral
berdasarkan situasi atau konteks spesifik. Cory mungkin memutuskan bahwa dalam keadaan
ekstrem seperti itu, menyelamatkan nyawa orang-orang yang tak bersalah lebih penting daripada
mengikuti aturan moral secara harfiah. Dalam konteks ini, berbohong untuk melindungi orang
Yahudi adalah tindakan yang benar secara moral, meskipun aturan moral melarang kebohongan.
Teori ini lebih fleksibel dan mempertimbangkan tujuan akhir dari tindakan, yaitu menyelamatkan
nyawa. Kekuatan pendekatan ini: Dengan menyesuaikan keputusan moral berdasarkan situasi,
Cory dapat mengambil tindakan yang paling bermoral dalam konteks tersebut, yaitu melindungi
kehidupan manusia.
C. Menggali dan membangun karakter Kristiani , dan hubungkan karakter dengan iman dan
etika Kristen
karakter itu sangat penting, bukan hanya bagi individu tetapi juga bagi masyarakat bahkan
bangsa. Karena itu, kita perlu menggali dan mengkaji karakter, hubungan karakter dengan iman dan
Etika Kristen, serta bagaimana membangun karakter, hubungannya dengan iman dan Etika Kristen
serta bagaimana membangun karakter. Mengapa karakter itu penting? Inilah beberapa pertanyaan
awal kita. Gill adalah seorang yang dengan teliti mencoba menggali dari berbagai sumber apa itu
karakter dan juga menunjukkan hubungan antara karakter dan iman Kristen. Pilihan-pilihan kita
tentang baik dan buruk mempunyai sejumlah faktor penyumbang: misalnya kondisi mental dan
psikologis kita. Kalau kita sedang stres, kita berbicara dan bertindak lain dibandingkan waktu kita ,
Lingkungan sosial banyak berperan dalam keputusan dan tindakan etis kita. Hubungan-hubungan
masa lampau kita juga bisa memengaruhi kita, begitu pula orang-orang sekitar kita bisa memberi
tekanan atau mendukung yang pada gilirannya memengaruhi kita. Sebelum lebih jauh dibicarakan
tentang karakter, perlu diperhatikan beberapa konsep penting berikut ini: prinsip-prinsip (principles),
Prinsip-prinsip moral diartikan sebagai pernyataan singkat (brief statement) yang berfungsi sebagai
penuntun tindakan yang menentukan hal benar apa yang harus dilakukan (atau sebaliknya yang tak
boleh dilakukan). Pada dasarnya prinsip-prinsip bersifat luas, umum, dan inklusif seperti halnya apa
yang sering disebut sebagai kaidah kencana Sama seperti engkau suka orang lain perbuat kepadamu,
perbuatlah itu kepada orang lain, Akan tetapi, masalah dalam pengambilan keputusan etis ini tidak
terletak pada kurangnya prinsip-prinsip atau aturan-aturan yang baik Di mana-mana kita menyaksikan
kemerosotan prinsip-prinsip moral dalam berbagai tindakan manusia, namun ada banyak bukti pula
bahwa memiliki prinsip-prinsip moral tidak dengan sendirinya akan menuntun kepada
pelaksanaannya. Menurut Gill, ada sesuatu yang lebih mendasar daripada sekadar prinsip- prinsip:
yaitu karakter. Prinsip cenderung melayang-layang di atas eksistensi kita seperti formula-formula
yang terpisah dari diri kita. Kita berkonsultasi
Kita berkonsultasi dengan mereka;kadang juga terkait dalam ingatan kita.Prinsip tidak selalu
diaplikasikan terhadap situasi konkret.Dibuhtuhkan motivasi dan upaya keras untuk
mengingat,menfsirkannya,dan menerapkan serta menghidupi prinsip prinsip tersebut.Pada sisi
lain,karakter anda selalu secara segera hadir dalam situasi apapun.Kekuatan karkter dapat menolong
membawa kita melalui siuasi-situasi saat kita tidak dapat mengingat suatu prinsip pun.Jadi apa krakter
itu?Bill Hybels,seorang pendeta,mengatakan karaktermu adalah ‘’siapa Anda ketika tidak seorangpun
melihatmu’’,maksutnya adalah bahwa Anda harus tetap jujur bahkan ketika tidak seorangpun tahu apa
yang And lakukan.Misalnya,Anda tidak akan mengambil barang bukan milik Anda meskipun tidak
seorangpun tahu bahwa Ada Yng mengambilnya,karena karakter Anda selalu bersama Anda,yakni
karakter kejujuran itu.kita baru mengatakan seseoang itu jujur,bukan ia mempraktikkan kejujuran dan
telah menjadi pola hidupnya. Karakter adalah apa dan siapa kita tanpa orang lain melihat kita atau
tidak.Karakter adalah orang macam apa saya(siapa saya).Ada macam-macam
karakter;fisik,emosional,intektual,dll.Yang terutma adalah karakter moral(moral
character).Mungkin,suatu latihan yang baik,kalua kita membayangkan apa kata orang kelak pada saat
penguburan kita.Bukan hanya gelar,harta yang mereka katakan tetapi karakter kita,bahwa kita seorang
yangmurah hati suka menolong atau orang akan mengatakan kita sangat pelit. Konsep lain yang kita
perlu kita bahas dalam upaya apa itu karakter dan pembentukannya,adalah konsep megenai nilai-nilai
(values).Sekali lagi perhatian kita dalam bagian ini dalah tentang karakter moral dan etis. Baik
menggunakan Bahasa nilai-nilai secara terbatas saja,dan berusaha menemukan kembali Bahasa klasik
yang penting:virtues(kebajikan-kebajikan).Pada waktu lalu umum untuk berbicara tentang atribut atau
ciri (trait) dari karakter yang baik sebagai virtues (sifat buruk).Virtues berasal dara Bahasa latin virtus
yang secara harfiah berarti sesuatu seperti ‘’power’’ (kekuatan/kuasa).Jadi,virtues pada dasarnya
bukan sekedar voules (nilai-nilai) yakni ciri-ciri (traits) yang kita rsakan berguna/layak,tetapi
kekuatan-kekuatan yang merupakan yang ril untuk mencapai sesuatu yang baik
berbicara tentang etika, yang akan di bicarakan adalah sistem etika kristen, sistem etika islam,
sistem etika hindu dan sistem etika buddha, atau sistem etika filsafat seperti utilitarisme, positivisme
dan sebagainya. etika kristen yakni ilmu yang mempelajari norma-norma atau nilai-nilai yang di
gunakan oleh orang kristen untuk menilai tindakan dan motivasi manusia itu dapat di katakan baik.
apakah etika kristen itu masuk dalam kategori teologis atau deontologis? atau keduanya? apakah
alkitab langsung memberi hukum-hukum dan aturan mana yang boleh, dan mana yang tidak boleh?
tetapi prinsip ada yakni bahwa manusia di ciptakan oleh tuhan menurut gambarnya dan mereka di
ciptakan sebagai laki-laki dan perempuan jadi ada kesetaraan gender ( equality = kesama derajatan
manusia laki-laki dan perempuan.) Dekalog/sepuluh perintah tuhan memuat larangan-larangan dan
bisa di anggap sebagai hukum-hukum. kalau di baca dari kacamata perjanjian baru, dekalog tetap
merupakan acuan moral dan karakter orang percaya. hanya ada satu hukum utamanya yakni hukum
kasih, baik dan kasih kepada allah dan kasih kepada sesama manusia (atau lebih akurat di katakan =
kasih kepada allah melalui kasih kepada sesama dan pemeliharaan terhadap ciptaan allah). tanpa
kasih, ketaatan terhadap kesepuluh hukum itu akan kehilangan roh dan justru bisa mengorbankan
esensinya yakni kasih. setiap sistem etika ada prinsip utamanya (ultimate principle). demikian pun
dalam sistem etika kristen ada prinsip utamanya: yakni prinsip kasih. jadi kaidah kencana itu bisa kita
ambil dari matius 22:37-40 tentang hukum kasih (prinsip kasih) dan lukas 6:31 sebagai prinsip
umumnya. keduanya tidak hanya prinsip yang abstrak di luar dari itu manusia harus di tumbuh
kembangkan sehingga terjalin dalam pengalaman keseharian manusia. itulah yang menjadi dasar
karakter kristiani
1. Etika Teologis
Etika teologis adalah sistem etika yang sumber normanya dipercayai berasal dari Tuhan atau setidak-
tidaknya didasarkan atas asumsi-asumsi teologis tentang Tuhan dan manusia yang bersumber dari
kitab suci masing-masing. Meskipun dikatakan bersumber dari kitab suci, pernyataan yang terdapat
dalam kitab suci masih perlu untuk ditafsirkan menurut konteks dan sejarah, dan sangat pantang untuk
diterima secara harafiah. Salah satu contohnya adalah penggunaan Hukum Taurat yang diganti
menjadi Hukum Kasih dalam PB. Bukan berarti Hukum Taurat itu salah dan tak lagi dianggap sebagai
hukum yang sah dari Tuhan, akan tetapi bagaimana Hukum Taurat itu dihidupi sebagai norma dalam
kehidupan masyarakat. Dalam Lukas 10 : 25 - 37 menunjukkan sebuah perumpaan oleh Tuhan Yesus
tentang bagaimana orang yang taat Hukum Taurat belum tentu cukup untuk menjadi penolong
sesamanya. Inilah yang dimaksudkan dengan menafsirkan pernyataan dalam kitab suci secara
kontekstual dan menurut sejarah.
2. Etika Filsafati
Etika filsafati adalah etika yang dibangun atas dasar pemikiran manusia atau kontrak sosial. Dalam
prakteknya norma-norma dilahirkan dari kebudayaan yang berkembang hingga turun temurun
menjadi sebuah aturan tak tertulis. Namun apakah etika filsafati saja telah cukup untuk dijadikan
pedoman untuk menjadi manusia yang baik?
Salah satu contoh etika filsafati adalah positivisme. Aliran filsafat ini menyatakan bahwa Ilmu adalah
satu-satunya pengetahuan yang valid, menolak keberadaan segala kekuatan yang tidak dapat
dijelaskan secara logika, serta menolak segala penggunaan metode diluar dari yang digunakan untuk
menelaah fakta. Hal ini memang tidak salah, sebab ilmu memang suatu fakta yang tidak akan pernah
berubah sebab ilmu itu berasal dari pengetahuan alami dunia itu sendiri. Dan menjunjung tinggi jalan
pikiran yang berlogika juga bukan hal yang keliru. Tetapi dalam iman Kristen mempercayai bahwa
pengetahuan dan hikmat itu berasal dari Tuhan (Amsal 2 : 6). Kita diajarkan untuk terus meminta dan
memperoleh hikmat serta pengetahuan, namun dengan catatan itu semua hanya berasal daripada
Tuhan. Dengan demikian pemikiran yang menolak akan keberadaan atau kodrat yang lebih tinggi
hanya karna tidak dapat dijelaskan oleh penalaran manusia itu adalah salah. Sebab kita manusia
diciptakan dengan penuh keterbatasan, dan segala hikmat serta didikan itu diberikan atas kita oleh
Roh Kudus. Manusia memang bisa untuk berteori dan berdeduksi, tetapi pikiran manusia tidak pernah
dirancang untuk menemukan rahasia yang jauh lebih besar dari kapasitasnya
KESIMPULAN
Agama tanpa dimensi etis, moral, dan karakter, hampir tidak ada fungsi yang signifikan bagi
kemanusiaan dan dunia ciptaan Tuhan.Pada bab ini, secara agak panjang lebar telah dibahas etika,
moral, dan karakter serta kaitannya dengan iman Kristiani. Etika Kristen sebagai suatu sistem
memang menjadi seperangkat penuntun untuk bertindak secara moral di tengah-tengah nilai-nilai
yang bertabrakan di sana sini yang membuat manusia bingung.Meski sumber penuntun moral itu
adalah Alkitab, dan tersebar di mana-mana, ada prinsip utama yang menjadi Kaidah Kencananyayakni
yang terdapat dalam Hukum Kasih: kasih kepada Allah melalui kasih kepada sesama dan alam ciptaan
Tuhan. Bisa juga sumber penuntun moral diambil dari kata-kata Tuhan Yesus: sebagaimana kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Itulah karakter
yang baik, sehingga tujuan pendidikan semula untuk menjadi naradidik "smart and good menjadi
suatu kenyataan yang pada gilirannya menyumbang untuk menjadikan bangsa dan masyarakat ini
berkarakter
REFERENSI
Etika kristen jilid l: bagian umum / Dr. J Verkuyl; penerjemah: Soegiarto
Etika dan Sikap Orang Kristen ; Benar dan Salah Didunia Masa Kini / R. C. Sproul