0% found this document useful (0 votes)
6 views19 pages

RMK Valuta Asing

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1/ 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Mata Uang secara Fungsional


Mata uang jika dipandang secara fungsional merupakan mata uang pada lingkungan
ekonomi utama dimana perusahaan tersebut beroperasi. Mata uang fungsional mencerminkan
transaksi, kejadian dan kondisi relevan sehingga apabila telah ditentukan maka mata uang
fungsional tidak berubah kecuali ada perubahan transaksi dan kejadian yang mendasari tersebut.
Suatu entitas mempertimbangkan mata uang fungsionalnya ditentukan oleh beberapa hal :
 Mata uang mempengaruhi harga jual barang dan jasa
 Mata uang mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain dari pengadaan
barang yang serupa
 Mata uang yang mana dihasilkan dari aktivitas pendanaan
 Mata uang yang berasal dari aktivitas operasi umumnya ditahan
Perubahan ,mata uang asing berdamapak luas pada implikasi kebutuhan perusahaan seperti pada
perusahaan anak. Dimana meskipun beradda pada lingkup yang sama penerapan mata uang asing
disesuaiikan dengan lingkungan ekonoi masing masing entitas beroperasi. Perubahan lainnya
menyangkut hingga pada informasi keuangan yang disajikan dalam perpajakan, penganggaran
dan lainnya.
I. Transaksi Yang Umum Menggunakan Mata Uang Asing
Transaksi dengan menggunakan mata uang asing pastilah berhubungan dengan
perdagangan internasional atau penanaman modal dari pihak asing. Ada beberapa contoh
transaksi yang umumnya menggunakan mata uang asing sebagai berikut :
 Transaksi pembelian barang luar negeri atau impor yang proses pembayarannya
harus menggunakan mata uang tertentu
 Penjualan produk ke luar negeri atau ekspor barang sehingga alat pembayarannya
menggunakan mata uang yang berbeda dengan dalam negeri
 Transaksi pinjam meminjam dana seperti penanaman modal dari pihak asing
 Transaksi memperoleh aktiva atau sebaliknya yang dinilai dengan menggunakan
mata uang asing
 Adanya perjanjian dengan menggunakan valuta asing seperti untuk tujuan
hedging.
II. Metode Pencatatan Mata Uang Asing
Ada dua jenis metode pencatatan transaksi mata uang asing yang digunakan yakni single
currency dan multy currency. Single currency ialah pencatatan transaksi mata uang asing
kedalam mata uang dasar yang anda pakai seperti di Indonesia memakai mata uang
rupiah sebagai standar mata uang nasional. Multicurrency merupakan pencatatan
transaksi dengan membukukan langsung kedalam mata uang masing-masing yang
digunakan dalam transaksi tersebut. perbedaan antara metode single currency dengan
multi currency ialah sebagai berikut :
 Neraca memakai mata uang dasar yakni rupiah untung single currency sedangkan
multi currency menggunakan mata uang negara asal dimana transaksi tersebut
terkait. Dalam menjurnal transaksinya menggunakan akun perantara untuk multy
currency dan untuk single currency tidak menggunakan akun perantara
 Jika menggunakan metode single currency maka pencatatan transaksi mata uang
akan dicatat secara extracomtable sedangkan multi currency tidak. Apabila
memakai single currency seluruh pendapatan dan beban dicatat menggunakan mata
uang rupiah sehingga tak akan timbul selisih kurs seperti pada
multicurrency.Revaluasi merupakan bagian dari pencatatan secara multi currency
sehingga dapat terdeteksi selisih laba atau rugi dari perbedaan kurs yang digunakan.
B. Konsep pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan suatu kerangka prosedur pembuatan
laporan keuangan yang dihasilkan oleh dari hasil perumusan komite prinsipil akuntansi
Indonesia pada tahun 1994 yang menggantikan prinisp akuntansi Indonesia (PAI) 1984. SAK di
Indonesia merupakan terapan dari beberapa standardakuntansi yang ada seperti, IAS, IFRS,
ETAP, GAAP. Selain itu ada juga PSAKsyariah dan juga SAP. Standar tersebut digunakan untuk
menyeragamkan antara standar entitas bisnis Indonesia dengan standar lintas bisnis negara lain.
Standar akuntansi keuangan dibuat disusun oleh IAI dan dipraktikan pada tahun 2012.
Berdasarkan PSAK No 52 perusahaan diperkenankan mengubah mata uangcatatan
akuntansi dan pelaporannya dengan menggunakan mata uang selain rupiah. Mata uang
pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional bagi perusahaan. Sebuah mata
uang dikatakan mata uang fungsional bagi suatuperusahaan apabila mata uang tersebut
memenuhi kriteria sebagai mata uang yang dipakai adalah kriteria Indikator Arus, Indikator
HargaJual, dan Indikator Biaya.
 Indicator arus kas, arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utamaperusahaan
didominasi oleh mata uang tertentu. Disini berarti apabila suatuperusahaan
penerimaan dan pengeluaran kasnya didominasi oleh mata uangtertentu maka mata
uang tersebut boleh dikatakan sebagai mata uangfungsional bagi perusahaan
tersebut. Contoh: sebuah hotel penerimaan kas daripendapatan kamar diterima
dalam mata uang USD, pengeluaran-pengeluaransebagian besar juga dalam mata
uang USD maka hotel tersebut apabila sebelumnya menggunakan mata uang
rupiah dapat menggunakan mata uangUSD sebagai mata uang pelaporannya.
 Indikator Harga Jual: harga jual produk perusahaan dalam periode jangkapendek
sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu,atau produk
perusahaan secara dominan dipasarkan untuk ekspor. Dalam halini apabila PT
"A" sebagian besar produknya diekspor ke Jepang danpenjualannya
dinyatakan dalam mata uang Yen Jepang maka PT "A" tersebutdapat
menggunakan mata uang Yen Jepang sebagai mata uang pelaporannya.
 Indikator Biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan sangat dipengaruhioleh
pergerakan mata uang tertentu.
Untuk perusahaan yang memiliki lebih dari satu anak perusahaan atau operasi
terpisah dan dapat dibedakan, seperti cabang atau divisi, mungkin digunakan
beberapa mata uang fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata uangtersebut
perlu dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional perusahaan
tersebut.Masalah berikutnya timbul untuk transaksi lainnya yang menggunakan mata uang
selain mata uang fungsional. Transaksi perusahaan lainnya yang meng-gunakan mata
uang selain mata uang fungsional diperlakukan sebagai transaksidalam mata uang asing
dan mengikuti PSAK 10, sehingga apabila sebuahperusahaan di Indonesia sudah
menentukan mata uang USD sebagai mata uangfungsional dan pelaporan maka apabila
melakukan transaksi dalam mata uang Rupiah, transaksi tersebut harus dicatat dan
dilaporkan sebagai transaksi dalammata uang asing dengan mata uang USD sebagai mata uang
dasar.
A. Konsep Pengakuan Awal
Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau
membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang
timbul ketika suatu perusahaan:
- membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam
suatumata uang asing;
- meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam
suatumata uang asing;
- menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asingyang belum
terlaksana;atau
- memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban,
yangdidenominasi dalam suatu mata uang asing.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs padasaat
terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs
spot (spotrate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi
seringdigunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan
mungkindigunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asingyang terjadi
selamaperiode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunakan kurs
rata-rata untuk satu periode tidak dapat diandalkan
B. Pengakuan terhadap Transaksi Valuta Asing
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs padasaat
terjadinya transaksi. Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang
fungsional. Jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan kurs spot antara
mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi. Sedangkan untuk pelaporan
neraca terdapat beberapa ketentuan yaitu :
 pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam
matauang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
 pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal
neracatetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
 pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harusdilaporkan
dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
C. Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences)
Kecuali untuk hal-hal yang diatur dalam paragraf 31 dan 32, selisih penjabaran posaktiva
dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan labs rugi kurs
yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada
laporan laba rugi periode berjalan.
D. Perlakuan Investasi Neto dalam Entitas Asing sekaligus Pengungkapan Entitas
 Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk
bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan
sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan(disposal)
investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban(Iihat
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam
Mata Uang Asing)
 Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu
hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan
sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga pelepasan(disposal)
investasi neto, dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagaibeban
(lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan
dalam Mata Uang Asing).
Sementara yang dipersyaratan dalam pengungkapan transaksi valuta asing harus memuat :
- Perusahaan harus mengungkapkan jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto
atau kerugian untuk periodetersebut;
- selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsuryang
terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode;dan
- jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatatsuatu
aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diizinkan dalam paragraf 32.
E. Transaksi Hedge
Transaksi dalam valuta asing, terutama yang berkaitan dengan penyelesaian kewajiban
sangat terbuka kemungkinannya untuk menghadapi risiko kerugian, apabila nilai tukar
Rupiah terhadap suatu mata uang asing cenderung mengalami penurunan. Untuk
mengurangi atau menghindari risiko kerugian ini, perusahaan dapat melakukan hedging. Hedging
adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi atau menghindari risiko
kerugian akibat fluktuasi kurs valuta asing. Hedging dapat dilakukan dengan cara: Forward
Contract,dan SWAP.
- Forward Contract Forward adalah perjanjian untuk melakukan transaksi pembelian
atau penjualan suatu mata uang asing dengan menggunakanforward rate. Forward
rate adalah kurs yang ditetapkan sekarang, tetapi diberlakukan untuk waktu yang akan
datang.
- Swap adalah transaksi pertukaran valuta asing melalui: (1) pembelian tunai dengan spot rate yang
diikuti kontrak penjualan kembali dengan forward rate; atau sebaliknya, (2)penjualan tunai
denganspot rateyang diikuti kontrak pembelian kembali denganforwardrate.Secara umum,
transaksi swap merupakan kombinasi antar transaksi spot dan transaksi forward,karena
transaksiswapmerupakan suatu transaksi pembelian atau penjualan valuta asing dengan spot rate
yang diikuti dengan kontrak pembelian atau penjualan valuta asing yang sama dengan forward
rate.Tujuan dari swap pada hakikatnya sama dengan forward contract,yaitu untukmengindari atau
mengurangi risiko kerugian akibat fluktuasi kurs valuta asing
F. Pelaporan
Pada akhir setiap periode pelaporan:
- pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;
- pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan
- pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar dalam valuta asing dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar diukur.
G. Perlakuan Alternatif yang Diizinkan
Dalam keadaan yang tidak normal (keadaan luar biasa), PSAK No.10 mengijinkan perusahaan
untuk mengunakan perlakuan alternatif atas selisih kurs tersebut. Perlakuan alternatif yang
diizinkan tersebut adalah sebagai berikut :
 Selisih kurs dapat disebabkan oleh suatu devaluasi atau depresiasi Rupiah yang luar biasa.
Jika perusahaan membeli aktiva dengan menimbulkan utang yang harus dibayar
dengan valuta asing, maka devaluasi atau depresiasi tersebut menimbulkan rugi
selisih kurs yang sangat besar dan kemungkinan kewajiban tidak dapat
diselesaikan. Hal ini dapat terjadi jika perusahaan tidak melakukan transaksi
hedging. Dalam keadaan ini, selisih kurs tersebut dapat dimasukkan dalam nilai
tercatat aktiva atau dikapitalisasi sebagai biaya perolehan(cost), dengan syarat : (a)
nilaitercatat atau biaya perolehan aktiva yang telah disesuaikan itu tidak melebihi
nilaiterendah antara biaya pengganti (replacement cost)dan jumlah yang dapat
diperolehkembali(amount recoverable)jika aktiva tersebut dijual,(b) perolehan
aktivatersebut baru saja dilaku-kan.(Catatan : PSAK No.10 tidak memberikan penjelasan
lebih lanjut tentang pengertian istilah “baru saja dilakukan”)
 Jika utang dalam valuta asing yang timbul karena pembelian aktiva tersebut di
atasdi-proteksi dengan fasilitas hedging,maka selisih kurs sebagaimana dimaksud
diatas tidak boleh dikapitalisasi sebagai biaya perolehan aktiva.
C. Konsep pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik
Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas merupakan suatu kerangka prosedur
pembuatan laporan keuangan yang ditetapkan oleh IAI untuk perusahaan kecil dan menengah.
Dalam kandungan standar akuntansi Syariah mengandung beberapa informasi penting seperti
transaksi valuta asing.
1. Dalam pengakuan awal entitas harus :
- Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing,pada pengakuan awal dalam mata
uang fungsional, denganmenggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal
transaksiantara mata uang fungsional dan mata uang asing tersebut.
- Tanggal transaksi adalah tanggal dimana transaksipertama kali memenuhi syarat
pengakuan sesuai dengan SAKETAP. Untuk tujuan praktis, kurs yang mendekati kurs
sebenarnya pada tanggal transaksi sering digunakan, misalnya kurs rata-rata selama
seminggu atau sebulan mungkin dapat digunakan untuk seluruh transaksi dalam mata uang
asing yang terjadi selama periode tersebut. Namun demikian, jika kurs tukarberfluktuasi
secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untukperiode tersebut tidak tepat.
2. Pelaporan pada akhir periode pelaporan selanjutnya
Berdasarkan pasal 26, pada akhir periode pelaporan entitas harus :
- pos moneter dalam mata uang asing dilaporkan denganmenggunakan kurs penutup (kurs
pada tanggal pelaporan);dan
- pos nonmoneter yang diukur dengan biaya perolehan historis dalam mata uang
asing dilaporkan dengan menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
- pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar dalam matauang asing dilaporkan
dengan menggunakan nilai tukar pada saat nilai wajar ditentukan
pada saat pelaporan entitas harus mengakui keuntungan atau kerugian selisih kurs pada laporan
laba rugi periode terjadinya yang timbul dari penyelesaian transaksi moneter atau penjabaran
transaksi moneter pada kurs yang berbeda dengan kurs penjabaran pada pengakuan awal selama
periode berjalan atau pada laporan keuangan sebelumnya. Pada saat keuntungan atau
kerugian transaksinonmoneter diakui secara langsung dalam ekuitas, maka entitasharus
mengakui komponen keuntungan atau kerugian daripertukaran secara langsung dalam ekuitas.
Sebaliknya, padasaat keuntungan atau kerugian transaksi nonmoneter diakuidalam laporan
laba rugi, maka entitas harus mengakui komponenkeuntungan atau kerugian dari pertukaran
tersebut dalamlaporan laba rugi.
3. Pengungkapan
Entitas harus mengungkapkan:
- mata uang yang disajikan dalam laporan keuangan
- jumlah selisih kurs yang diakui dalam laporan laba rugi.
Jika entitas menyajikan laporan keuangan atauinformasi keuangan lainnya dalam mata
uang yang berbeda dengan mata uang fungsional atau mata uang pelaporan(misalnya,
convenience translation atas semua nilai dengan menggunakan kurs penutupan), maka entitas
harus:
- secara jelas mengidentifikasi informasi sebagai tambahan informasi untuk membedakan hal
tersebut dengan informasi yang sesuai dengan SAK ETAP;
- mengungkapkan mata uang yang digunakan dalam informasi tambahan yang diberikan;
- mengungkapkan mata uang fungsional dan metode penjabaran yang digunakan untuk
menentukan informasi tambahan.
D. Konsep pada Standar Akuntansi Pemerintah
Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.
“Standar Akuntansi Pemerintah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”. Dengan demikian, SAP merupakan
persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia. Standar Akuntansi Pemerintah di susun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) pada 22 Oktober 2010.
Transaksi dalam mata uang asing memerlukan informasi nilai tukar mata uang 3
pelaporan dengan mata uang transaksi yang disebut kurs. Kurs berperan untuk
mengkonversi nilai suatu mata uang asing ke dalam mata uang pelaporan dengan mata
uang lainnya. Gejolak ekonomi di suatu negara akan berpengaruh terhadap perekonomian yang
berdampak pada perubahan nilai tukar (kurs) atau fluktuasi kurs. Buletin teknis ini bertujuan
untuk membantu entitas pelaporan pemerintah dalam mencatat dan melaporkan transaksi
dalam mata uang asing dalam laporan keuangan pemerintah berbasis Kas Menuju Akrual
dimana, pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan diakui dengan menggunakan basis kas;
sedangkan aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dengan menggunakan basis akrual Dalam
SAP tidak mengatur yang Namanya nilai lindung (hedging) sebagaimana SAK, namun dalam
SAP hedging hanya diulas ntuk memperkenalkan alternatif penanganan risiko atas volatilitas
kurs rupiah terhadap mata uang asing.
1. Istilah Transaksi dalam Mata Uang Asing
a. Mata Uang Pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan
laporan keuangan entitas pelaporan. Mata uang pelaporan yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Pemerintahan adalah
mata uang Rupiah. Mata uang pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh
entitas pelaporan untuk 16 membukukan transaksi. Laporan keuangan
dihasilkan dari catatan akuntansi entitas pemerintah. Oleh karenanya catatan
akuntansi entitas pemerintah menggunakan mata 18 uang yang sama dengan mata
uang pelaporan, yaitu mata uang Rupiah.
b. Pos moneter
Dalam pos-pos neraca pemerintah terdapat aset atau kewajiban yang akan
diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat
ditentukan. Pos-pos ini sering disebut sebagai pos moneter (monetary items).
Beberapa contoh dari pos moneter adalah kas dan setara kas, piutang (termasuk
piutang penerusan pinjaman), kas yang dibatasi penggunaannya dan utang. Ciri
utama dari pos moneter adalah adanya hak untuk menerima atau kewajiban untuk
membayar sejumlah unit mata uang yang tetap dan dapat ditentukan. Sebaliknya,
ciri utama pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima atau kewajiban
untuk menyerahkan suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat
ditentukan. Contoh dari pos nonmoneter adalah uang muka belanja dan belanja
dibayar dimuka, persediaan, aset tetap, aset lainnya, dan kewajiban yang akan
diselesaikan dengan penyerahan aset nonmoneter. Pos moneter dibagi dalam dua
jenis, yaitu aset moneter dan kewajiban moneter. Contoh aset moneter adalah kas
dan setara kas, piutang, investasi jangka pendek, dan kas yang dibatasi
penggunaannya. Contoh kewajiban moneter adalah utang kepada pihak ketiga,
utang obligasi, dan utang pinjaman luar negeri. Pos-pos moneter dalam mata uang
asing baik pada saat pengakuan awal dan pelaporan pada tanggal neraca
dinyatakan dalam mata uang Rupiah.
c. Selisih kurs
- Kurs Transaksi adalah nilai tukar mata uang suatu negara yang
dinyatakan dengan nilai mata uang negara yang lain. Kurs transaksi
didefinisikan sebagai kurs yang digunakan pada saat terjadinya transaksi
penukaran mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Buletin
Teknis Nomor 12 Tentang Akuntansi Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan Kurs yang berlaku pada tanggal
transaksi sering disebut sebagai kurs spot (spot rate) 1 atau kurs tunai. Untuk
alasan praktis, sering digunakan kurs yang mendekati kurs tanggal 2
transaksi. Contohnya, kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan dapat
digunakan untuk 3 seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang
terjadi selama periode tersebut. 4 Namun jika kurs berfluktuasi secara
signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk satu 5 periode tidak dapat
diandalkan
- Kurs Pelaporan, mata uang Rupiah merupakan mata uang pelaporan pemerintah, yaitu
mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan. Standar Akuntansi
Pemerintahan mengharuskan penggunaan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca
dalam menjabarkan pos moneter yang menggunakan mata uang selain Rupiah. Hal ini
berarti bahwa pos-pos moneter dalam neraca harus dijabarkan dengan menggunakan
kurs tengah 12 bank sentral pada tanggal neraca.
d. Lindung Nilai (Hedging)
Kegiatan lindung nilai (hedging) didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan
untuk melindungi sebuah pemerintah dari exposure terhadap nilai tukar. Exposure
terhadap fluktuasi nilai tukar adalah risiko pemerintah akibat fluktuasi nilai tukar.
Apabila suatu transaksi dalam mata uang asing telah dilindungi dalam suatu kontrak,
maka nilai transaksi yang dilindungi tersebut akan dicatat sebesar nilai kontrak.
Misalnya, pemerintah memiliki utang dalam mata uang asing dan utang tersebut telah
di-hedge, maka secara otomatis utang tersebut akan dicatat sebesar nilai yang di-hedge
dan tidak diperlukan lagi penyesuaian nilai wajar atas utang tersebut terkait dengan
perubahan kurs.
Transaksi hedging di satu sisi memberikan manfaat dengan membuat kurs
menjadi tetap. Namun konsekuensi dari transaksi hedging adalah diperlukannya biaya
hedging yang besarnya kadangkala cukup signifikan. Biaya tersebut antara lain
mencakup biaya komisi yang dapat dibayarkan secara tunai ataupun nontunai. Dengan
demikian, apabila pemerintah berniat untuk melakukan hedging, pemerintah diharapkan
terlebih dahulu melakukan analisis kebijakan atas biaya dan manfaat atas pelaksanaan
kegiatan hedging. Suatu entitas yang menerapkan hedging disarankan untuk
mengungkapkan keuntungan/kerugian dari pelaksanaan hedging. Pengungkapan tersebut
mencakup analisis perbandingan antara hasil hedging dan nilai sebelum hedging
ditambah biaya-biaya yang dikeluarkan.
2. Akuntansi Transaski dalam Pelaporan Mata Uang Asing
Penggunaan mata uang Rupiah sebagai mata uang dalam pelaporan keuangan pemerintah
mengharuskan pemerintah melakukan penjabaran setiap transaksi dalam mata uang asing
ke dalam mata uang Rupiah. penjabaran mata uang asing ke dalam mata uang rupiah
seringkali menimbulkan selisih yang dikenal dengan sebutan selisih kurs. Secara umum
selisih kurs dapat terjadi pada 2 (dua) peristiwa, yaitu:
a. Pada saat terjadinya transaksi setelah pengakuan awal yang melibatkan
penggunaan mata uang asing; dan/atau
b. Pada saat pelaporan pos moneter dalam mata uang asing ke dalam Rupiah.
a. Pengakuan Awal (Initial Recognition) Transaksi Dalam Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang membutuhkan penyelesaian dalam
suatu mata uang asing. Termasuk transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang
timbul ketika pemerintah:
 Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana dalam suatu mata uang asing;
 Membeli atau menjual barang atau jasa dengan menggunakan suatu mata uang asing dan
 Menerima hibah dalam suatu mata uang asing.
Pengakuan awal transaksi meminjam atau meminjamkan atau membeli atau menjual
barang/jasa dalam mata uang asing adalah dengan mencatatnya menggunakan kurs pada saat
terjadinya transaksi.dengan mencatatnya menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.
a) Transaksi Penarikan Pinjaman dalam Mata Uang Asing Yang Masuk Ke Rekening
Rupiah
Bila suatu penarikan pinjaman masuk ke dalam rekening Rupiah milik Pemerintah
maka kurs yang digunakan untuk pencatatan penarikan pinjaman adalah kurs
transaksi pada tanggal penarikan pinjaman tersebut.
b) Transaksi Penarikan Pinjaman dalam Mata Uang Asing Yang Masuk Ke Rekening
Valuta Asing
Bila suatu penarikan pinjaman masuk ke dalam rekening valas pemerintah maka kurs
yang digunakan untuk pencatatan penarikan pinjaman adalah kurs tengah BI pada
tanggal penarikan pinjaman tersebut.
c) Penggunaan Kurs Pada Transaksi Belanja dalam Mata Uang Asing Yang
Menghasilkan Aset
Bila suatu belanja dalam mata uang asing dikeluarkan dari rekening Rupiah
pemerintah dan menghasilkan aset tetap, maka belanja tersebut dicatat dalam Rupiah
dengan menggunakan kurs transaksi. Aset Tetap yang dihasilkan juga dijabarkan
dalam mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs transaksi yang sama
b. Penggunaan Kurs Pada Transaksi Setelah Pengakuan Awal
Setelah pengakuan awal, beberapa transaksi diikuti dengan transaksi berikutnya, seperti
pembayaran utang. Pemerintah mungkin saja melakukan pembayaran utang dengan
membeli mata uang asing dari rekening Rupiah pemerintah ataupun menggunakan dana
yang tersedia di dalam rekening valas pemerintah yang sama dengan mata uang asing
tersebut.
Beberapa pengaturan mengenai penggunaan kurs pada transaksi setelah pengakuan awal
adalah sebagai berikut:
 Jika Pemerintah membeli mata uang asing untuk membayar utang dari rekening Rupiah
Pemerintah, maka kurs yang digunakan adalah kurs transaksi, yaitu kurs pembelian mata
uang asing tersebut dengan menggunakan rekening Rupiah Pemerintah.
 Jika Pemerintah membeli mata uang asing untuk membayar utang dari rekening valas
Pemerintah di bank sentral, maka kurs yang digunakan adalah kurs transaksi, yang dapat
berupa kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
 Jika Pemerintah membeli mata uang asing dengan menggunakan mata uang asing lainnya
maka transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan dengan
menggunakan kurs transaksi. Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat
dalam rupiah berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
c. Pengakuan dan Pengukuran Selisih Kurs
Pengakuan awal transaksi pos moneter dalam mata uang asing diukur dan dicatat
dalam Rupiah dengan menggunakan kurs transaksi. Selanjutnya, apabila terdapat transaksi
setelah pengakuan awal, maka pos-pos moneter dalam mata uang asing diukur dengan kurs
pada tanggal transaksi. Dalam hal ini dimungkinkan terjadi perbedaan antara kurs transaksi
pengakuan awal dengan kurs transaksi pada periode setelah pengakuan awal. Basis
akuntansi Kas Menuju Akrual tidak mengakui keuntungan atau kerugian akibat perbedaan
selisih kurs tersebut.
Selisih kurs yang berakibat pada kenaikan/penurunan kas dan setara kas secara nyata
diakui sebagai Selisih Kurs yang Terealisasi. Pada penerapan Akuntansi Berbasis Kas
Menuju Akrual, kenaikan/penurunan sebagai akibat selisih kurs yang terealisasi dicatat
sebagai pendapatan/belanja tahun berjalan pada Laporan Realisasi Anggaran.
Perbedaan kurs juga dapat terjadi pada tanggal pelaporan keuangan. Setiap pos
moneter dalam mata uang asing yang masih mempunyai nilai pada tanggal pelaporan harus
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs bank sentral pada tanggal
pelaporan. Perbedaan antara kurs transaksi dengan kurs pelaporan pos-pos moneter akan
menimbulkan selisih kurs yang belum direalisasikan. Kenaikan/ penurunan nilai tercatat
suatu pos moneter yang disebabkan oleh adanya selisih kurs yang belum direalisasikan tidak
diakui/dicatat sebagai pendapatan/belanja melainkan diakui/dicatat sebagai
kenaikan/penuruanan ekuitas pada neraca .
3. Penyajian selisih kurs yang belum direalisasikan (unrealized) pada laporan keuangan
a. Penyajian Selisih Kurs yang belum direalisasikan pada Laporan Arus Kas
Pada Laporan Arus Kas, selisih kurs yang belum direalisasikan disajikan secara
terpisah dari aktivitas lainnya. Penyajian selisih kurs yang belum direalisasikan pada
Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut:

b. Penyajian Selisih Kurs yang belum direalisasikan pada Neraca


Pada Neraca, selisih kurs yang belum terealisasi yang berasal dari penjabaran pos
moneter baik aset lancar maupun kewajiban jangka pendek dalam mata uang asing ke
dalam Rupiah disajikan sebagai bagian dari Ekuitas Dana Lancar. Apabila selisih kurs
tersebut bersaldo debet, maka akan mengurangi Ekuitas Dana Lancar. Sedangkan apabila
selisih kurs bersaldo kredit, maka akan menambah Ekuitas Dana Lancar. Untuk selisih
kurs yang belum terealisasi atas aset moneter dalam bentuk Kas dan Setara Kas akan
mempengaruhi saldo SILPA (SIKPA)
Selisih kurs yang belum direalisasikan yang berasal dari penjabaran pos moneter
baik aset non lancar maupun kewajiban jangka panjang seperti Kas yang Dibatasi.
Penggunaannya dalam mata uang asing ke dalam Rupiah disajikan sebagai bagian dari
Ekuitas Dana Investasi. Apabila selisih kurs tersebut bersaldo debet, maka akan
mengurangi Ekuitas Dana Investasi. Sedangkan apabila selisih kurs bersaldo kredit, maka
akan menambah Ekuitas Dana Investasi.Penyajian sebagai berikut :
4. Penyajian selisih kurs yang terealisasi pada laporan keuangan
a. Penyajian Selisih Kurs Yang Terealisasi Pada Laporan Arus Kas
Contoh :
b. Penyajian Selisih Kurs Yang Terealisasi Pada Laporan Realisasi Anggaran
Contoh :

E. Konsep pada Standar Akuntansi Syariah (SAS)


SAS merupakan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah yang ditujukan
untuk entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas lembaga syariah maupun lembaga
non syariah. Pedoman standar akuntansi Syariah ini mengikuti SAK umu yang berbasis Syariah
yang mengacu pada MUI. Standar akuntansi Syariah disusun oleh The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) yang berbasis di Dubai dan disahkan
oleh IAI tahun 2007.
Dalam akuntansi Syariah terdapat beberapa akad diantaranya Qardh, Sharf, dana wadiah.
Salah satu yang membahas mengenai jual beli valas yaitu Sharf. Sharf merupakan perjanjian jual
beli suatu valuta dengan valuta lainnya. Atau sharf (money changing) adalah menjual nilai
sesuatu dengan nilai sesuatu yang lain, meliputi emas dengan emas, perak dengan perak, dan
emas dengan perak. Transaksi valuta asing pada bank Syariah hanya dapat dilakukan untuk
tujuan lindung nilai (hedging) dan tidak dibenarkan untuk tujuan spekulatif. Rukun Rukun Sharf
yaitu terdapat penjual (bai’), pembeli (musytari’), mata uang yang diperjualbelikan (sharf), nilai
tukar (si’rus sharf) dan ijab qabul (sighat).
1. Pendapatan sharf
 Selisih antara kurs yang diperjanjikan dalam kontrak dan kurs tunai ( mark to market ) pada
tanggal penyerahan valuta diakui sebagai keuntungan/kerugian pada saat
penyerahan/penerima dana.
 Selisih penjabaran aktiva dan kewajiban valuta asing dalam rupiah (revaluasi) diakui
sebagai pendapatan atau beban
2. Pengukuran dan pengakuan kegiatan bank Syariah berbasis imbalan
 Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan ijarah (imbalan) seperti wakalah, hiwalah dan
kafalah
 Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari mawakil (pemberi kuasa/ nasabah) untuk
melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.
 Hiwalah adalah pemindahan dan pengalihan hak dan kewajiban baik dalam bentuk
pengalihan piutang atau hutang.
 Kafalah adalah akad pemberian jaminan yang diberikan oleh peminjam bank kepada
penerima jaminan dan penjamin bertanggug jawab atas pemenuhan Kembali suatu
kewajiban yang menjadi hak penerima jaminan.
3. Aplikasi pada bank Syariah
 Transaksi dalam valuta asing dijabarkan ke dalam rupiah menggunakan kurs laporan
(penutupan) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu kurs tengah yang merupakan rata-
rata kurs beli dan kurs jual berdasarkan kurs Reuters pada pukul 16.00 WIB setiap hari.
 Transaksi Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing terdapat dua metode yang
dapat digunakan yaitu:
a. Single Currency (Satu Jenis Mata Uang)
Single Currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan membukukan
langsung ke dalam mata uang dasar (base currency) yang digunakan untuk Perbankan
Indonesia yaitu mata uang rupiah/Indonesia Rupiah (IDR). Karakteristik dari Single
Currency adalah sebagai berikut:
- Neraca yang diterbitkan hanya dalam mata uang rupiah;
- Saldo rekening dalam mata uang asing dicatat secara extracomptable;
- Penjurnalan tidak menggunakan akun rekening perantara mata uang asing;
- Penjabaran (revaluasi) saldo rekening mata uang asing dilakukan langsung per
rekening yang bersangkutan.
b. Multi Currency (Lebih dari Satu Jenis Mata Uang)
Multi Currency adalah pencatatan transaksi mata uang asing dengan membukukan langsung
ke dalam masing-masing mata uang asing asal (original currency) yang digunakan pada
transaksi tersebut. Karakteristik dari Multi Currency adalah sebagai berikut:
– Neraca dapat diterbitkan dalam setiap mata uang asing asal (original currency) yang
digunakan;
– Untuk mengetahui posisi keuangan gabungan seluruh mata uang, diterbitkan neraca dalam
base currency (untuk perbankan Indonesia digunakan mata uang rupiah);
– Tidak diperlukan pencatatan saldo rekening dalam valuta asing secara extracomptable;
– Penjurnalan menggunakan akun rekening perantara; dan
– Penjabaran (revaluasi) saldo rekening mata uang asing dilakukan melalui rekening perantara
mata uang asing. Penjabaran ekuivalen rupiah dari rekening-rekening tersebut hanya dilakukan
dalam rangka pelaporan neraca.
 Pengakuan laba rugi jual beli (trading) dapat dilakukan pada saat terjadinya transaksi atau
pada saat revaluasi. Revaluasi dapat dilakukan pada akhir hari atau akhir bulan disesuaikan
dengan kebijakan bank yang bersangkutan.
 Untuk tujuan laporan keuangan di akhir periode, aset moneter (piutang dan utang) dalam
satuan valuta asing juga akan dijabarkan dalam satuan rupiah dengan menggunakan kurs
tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan keuangan.
4. Batasan dalam bertransaksi valuta asing
Aktifitas perdagangan valuta asing harus terbebas dari unsur riba, maisir dan gharar. Dalam
pelaksanaannya haruslah memperhatikan beberapa batasan berikut:
- Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing-masing pihak harus
menerima/menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.
- Motif pertukaran adalah untuk kegiatan bisnis sektor riil, yaitu transaksi barang dan jasa,
bukan dalam rangka spekulasi.
- Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya, si A setuju membelinya kembali pada tanggal
tertentu di masa mendatang.
- Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak yang diyakini mampu menyediakan valuta
asing yang dipertukarkan.
- Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai atau dengan kata lain, tidak
dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan (ba’i al-fudhuli)
5. Transaksi yang dilarang
Dengan memperhatikan beberapa batasan tersebut, terdapat beberapa tingkah laku perdagangan
yang dewasa ini biasa dilakukan di pasar valuta asing konvensional harus dihindari, yaitu antara
lain:
- Perdagangan tanpa penyerahan (future non delivery trading atau margin trading).
- Jual beli valas bukan transaksi komersial (arbitrage) baik spot maupun foward.
- Melakukan penjualan melebihi jumlah yang dimiliki atau dibeli (oversold)
- Ekonomi syariah juga melarang transaksi swap.

You might also like