A String Skyzafnia
A String Skyzafnia
A String Skyzafnia
Sincerely,
Sky.
Prolog + Introducing &
Warning
VOTE DAN SPAM KOMENTAR
“AYAH!”
Ternyata itu bukan kilat, tapi lampu mobil. Pintu mobil hitam
terbuka dari dalam, dan tanpa berpikir ulang Dara segera
masuk selagi hujan belum sangat deras. Dia menepuk-
nepuk lengan hoodie, menghilangkan titik-titik air hujan dari
sana.
“Dara Shefania.”
“Miss Nova bisa tanya sama setiap murid yang punya mata
di kelas ini. Saya selalu hadir di sekolah, meskipun saya
sakit.” Kalimat Dara meruncing, ujungnya seperti mata
pisau yang baru diasah. Menusuk tepat sasaran. “Sebutin
tanggal berapa saya absen,” lanjutnya dingin.
“Saya tetap nggak akan ngubah ini, Dara. Yang saya tahu,
kamu terlambat, dan absensi ini akan segera saya
kumpulkan ke guru piket.”
ℯ
Awalnya Dara hanya berniat memasukkan baju-baju
Annastasia ke lemari pakaian adiknya itu. Sudah sangat
sore dan Annastasia tidak juga sampai di rumah. Akhir-akhir
ini cewek itu memang selalu pulang terlambat, dan Dara
merasa sedikit tidak adil karena Annastasia bisa melakukan
apa pun, tapi tidak dengan Dara.
“Ha—”
“Gue gak yakin,” bisik Mia. “Ada yang bilang itu geng
motor, ada juga yang bilang itu cuma sekumpulan anak-
anak berpengaruh di sekolah.”
ℯ
Spam next, please :
2 · Big Reputations
VOTE DAN SPAM KOMENTAR YA
Oh, itu kelas Dara. Dan sialnya, Dara bahkan tidak tahu apa
yang sedang ‘hangat’ dengan ‘cewek di jurusan
Matematika’. Apakah Dara separah itu? Dia ketinggalan
banyak informasi soal ruang lingkup sosial yang satu ini.
Dara memang bukan seseorang yang akan duduk berjam-
jam dan menceritakan banyak hal pada orang lain, karena
orang lain pasti tidak akan mengerti cara pikir Dara.
“Oh, Dara?”
“Kenapa lagi dia? Dapet nilai A?” tanya Mizuki seolah bosan
dengan itu.
ℯ
Dara membenci kejutan dan segala hal yang datang
mendadak. Seperti hujan sore itu. Dia tidak mempersiapkan
payung dan earphone, jadi petir yang sangat keras
sekarang rasanya bisa membunuh Dara. Jantungnya
berdetak lebih cepat dari normal, apa lagi setiap kali petir
menggelegar seolah seseorang sedang membanting
sesuatu ke lantai. Tapi ini adalah sesuatu yang sangat
besar, mungkin seperti palu Dewa Thor.
“Takut?”
“Lo gak liat CCTV?!” pekik Dara ketika cowok itu tahu-tahu
sudah membakar rokok yang terapit di bibir.
“Andreas.”
ℯ
Bang Andreas ;)
Spam next:
3 · First Hickey
VOTE DAN SPAM KOMENTAR
“Bukan hickey dari mana?! Diliat dari sisi manapun itu jelas-
jelas hickey tau!” Mia mengikuti Dara, masih dengan
perkataan menggebu-gebu dia menuntut penjelasan. “Oke,
jadi lo pasti diem-diem punya pacar, ‘kan? Oh! Atau jangan-
jangan lo jadian sama Kak Draven?!”
“Nggak!” seru Dara kesal. Bahkan Dara tidak sempat
memikirkan Draven. Namun, Dara yakin kalau dia bilang
tanda itu dari Andreas, Mia akan berkali lipat lebih heboh
lagi.
“Lagian kalo punya pacar itu bagus buat lo,” tambah Mia.
“Hati berfungsi untuk mencintai, jadi kalo lo nggak jatuh
cinta juga selama tiga tahun di kandang cowok ganteng,
hati lo bakalan beku.”
“Nyenyenyenye.”
“Well, Sir Alister aja, deh, buat lo.” Mia tertawa keras sambil
berlari menghindari amarah Dara.
“Lo udah berani masuk ke sini tanpa izin, jadi jangan pikir lo
bisa ke luar dengan selamat,” kata cowok itu kesal.
“Siapa?”
Dannn, hotel tua itu ada di kota aku! Dia mirip sama
yang di MV Bad Things loh, makanya sempat aku
minta buat nonton dulu
Aku pernah masuk ke sana wkwk, nakal banget
emang 😭
“Huh, oke.”
Dara tidak pernah siap pada apa pun yang akan terjadi
ketika Andreas membuka mulut seperti siap menggigitnya,
cewek itu berniat mendorong Andreas tapi yang terjadi
justru mencengkeram bahu cowok itu.
Kelas dance berakhir sekitar lima menit lalu, Dara baru saja
ke luar kafetaria membawa sebotol air mineral. Cewek itu
tidak peduli pada penampilannya—bahwa cropped t-shirt
dan celana legging yang Dara kenakan malah jadi
mengundang tatapan cowok-cowok.
Tidak ada siapa pun di lorong, itu adalah hal yang ingin
Dara syukuri dan sesali di waktu yang sama. Pertama,
karena tidak akan ada yang melihatnya bersama Andreas
kecuali CCTV. Tapi kedua, Dara tidak bisa minta tolong pada
siapa pun untuk menjauhkan cowok bermasalah itu dari
radarnya.
Dara tidak bodoh dan dia tahu itu, lagi pula badannya juga
tidak pernah berpindah ke pinggang. Andreas menarik turun
tas di bahu kanan Dara, lalu meletakkan tas itu di lantai,
dan tanpa persetujuan cowok itu tiba-tiba memakaikan jaket
ke badan Dara. Gerakannya cepat dan cekatan, Dara
sampai berpikir dia hanya berkedip dan Andreas sudah
selesai, jaket sudah terpasang menutupi badan cewek itu.
Sejak kecil Dara tidak pernah ‘terlihat’, tidak ada yang mau
berteman dan bicara pada cewek berwajah jutek serta tidak
mau menyapa orang lain lebih dulu.
“Di sana ada KTP, SIM, termasuk kartu debit dan ATM,” jelas
cowok itu saat Dara menerima dompetnya. “Gue cuma
pengen anterin lo pulang, tapi kayaknya lo nggak percaya,
ya.”
Black Panther.
Dara tidak ingin tahu apa yang terjadi ketika adiknya itu
mendekatkan wajah pada Andreas yang bersandar di meja
pantry. Buru-buru Dara menghindari tempat itu, dan dia
justru berakhir di lantai dasar.
“Ngapain lo?”
“Di mana?!”
“Hm. Gue nggak tertarik bahas itu lagi,” ucap Dara ogah-
ogahan.
“Hei, Dara.”
Andreas. A
♚♚♚
“Gak usah dipegangin! Gue bukan anak kecil, gue bisa jalan
sendiri!” seru Dara penuh kekesalan.
“Gue gak pernah setuju buat jadi temen makan lo!” Dara
berseru tidak terima, meski langkah kaki jenjangnya
mengikuti langkah Andreas.
“Walaupun hujan?”
“Kamu itu Kakak-nya, Dara. Kalo kamu aja bisa pulang sama
seseorang yang bawa mobil hitam di depan, harusnya kamu
bawa Anna. Sampai kapan kamu mau buta tanggung
jawab?” Ibu mencerca Dara padahal sudah tahu karakter
Anna, putri bungsunya biasa pulang terlambat akhir-akhir
ini.
Tentu saja itu sudah terlihat jelas, Dara takut pada petir dan
hujan. Cewek itu bergeming, takut pada semua yang
sedang berada di sekitarnya sekarang, terutama Andreas.
Dara menahan-nahan diri untuk tidak menangis ketakutan
karena petir, dia tidak ingin malu lagi di depan Andreas.
Tapi saat ini, Dara tidak melihat mobil itu. Andreas mungkin
sudah pulang, cowok itu pasti tidak ikut satu pun kelas
tambahan. Tampangnya saja sudah seperti orang bosan
sekolah, apa lagi Andreas tidak pernah terlihat membawa
tas atau buku. Dara melengos kesal, ingin marah pada
dirinya sendiri karena sudah berani mencari-cari mobil
Andreas.
“Hey, Girl.”
“Kalo gitu kenapa? Gue janji gak bakal minta imbalan apa
pun.”
Ups.
SPAM NEXT!
9 · Wild Things
So you come back, like I knew you would. And we're both
wild. And the night's young. And you're my drug. Breathe
you in 'til my face numb.
♚♚♚
Saat itu Dara tahu dia pasti sedang jadi incaran; jadi
mangsa supaya bisa diperbudak atau mungkin akan diminta
tutup mulut seperti yang Andreas lakukan. Dara pura-pura
tidak tertarik dengan topik pembicaraan mereka, jadi
tingkahnya terlihat santai ketika menjawab, "Iya, tukang
ojek, 'kan?"
"Gak," jawab Dara jutek. "Gue gak tertarik sama cowok itu."
"Termasuk Andreas?"
"Apa yang lo tau soal Andreas?" Dara mendelik, kali ini dia
benar-benar membisikkan suara alih-alih menjawab dengan
nada normal.