Jurnal Vira

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV di SDN Gugus


I Kota Bengkulu

Putu Vira Diokta Ardani1, Neza Agusdianita3, Ike Kurniawati3

PGSD, Universitas Bengkulu


[email protected]

ABSTRACT

A differentiated learning approach is learning that focuses on adapting instruction and learning
materials to suit students' level of understanding, learning style, learning speed, interests and learning
needs. In this approach, teachers are required to be able to accommodate students in class with
different characteristics, both in terms of learning styles, learning abilities and learning interests.This
research aims to determine the effect of the differentiated learning approach in the Merdeka
Curriculum on the mathematical problem solving abilities of class IV students at SDN Gugus I,
Bengkulu City.The study utilizes a quantitative method, quasi-experimental research type, and The
Matching Only Pretest Posttest Control Group Design. The population consists of all fourth-grade
classes at Gugus I in Bengkulu City. The sample includes students from class IVB at SDN 01 and
SDN 07 in Bengkulu City, selected through cluster random sampling. The research instruments are
descriptive questions provided in pretest and posttest formats. Data analysis involves descriptive
statistical analysis, prerequisite test analysis, and hypothesis testing using the Independent Samples
t-test. The research results show a calculated t-value of 4.298, which is greater than the tabulated t-
value of 2.002 at a 5% significance level. Based on these results, it can be concluded that the null
hypothesis is rejected and the alternative hypothesis is accepted, indicating that there is an effect of
the differentiated learning approach on students' problem solving abilities.

Keywords: Differentiated Approach, Mathematics Understanding Ability, Merdeka Curriculum

ABSTRAK

Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang berfokus pada


penyesuaian instruksi dan materi pembelajaran agar sesuai dengan tingkat pemahaman, gaya
belajar, kecepatan belajar, minat, dan kebutuhan belajar siswa. Dalam pendekatan ini guru dituntut
untuk dapat mewadahi siswanya dikelas dalam karakteristik yang berbeda – beda baik dari gaya
belajar, kemampuan belajar dan minat belajarnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendekatan pembelajaran beriferensiasi pada Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas IV di SDN Gugus I Kota Bengkulu. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif, jenis penelitian eksperimen semu, desain penelitian The Matching Only Pretest
Posttest Control Gropup Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IV di SDN Gugus
I Kota Bengkulu. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 01 dan IVA SDN 07 Kota
Bengkulu. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah soal berbentuk uraian yang diberikan melalui pretest dan
posttest. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis uji
prasyarat, dan uji hipotesis menggunakan uji-t jenis Independent Samples t-test. Berdasarkan hasil
penelitian ini diperoleh thitung (4,298) > ttabel (2,002) dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya terdapat pengaruh
pendekatan pembelajaran berdiferensiasi terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

Kata Kunci: Pendekatan Berdiferensiasi, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Kurikulum


Merdeka
PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan suatu perangkat pembelajaran yang meliputi rangkaian mata


pelajaran, program pembelajaran yang terdiri dari tujuan belajar, metode belajar, bahan
materi belajar, serta evaluasi belajar yang direncanakan untuk siswa dan dibuat oleh
lembaga pendidikan atau sekolah sebagai penanggung jawab dan pembimbing.Secara
konseptual, Plate dalam Oktaviani dan Wulandari (2019: 8) mengungkapkan bahwa “a plan
for learning; therefore, what is known about the learning process and the development of the
individual has bearing on the shaping of curriculum” sehingga dapat disimpulkan bahwa
kegagalan suatu Pendidikan salah satunya dapat dipengaruhi oleh kurikulum yang tidak
selaras dengan tuntunan zaman. Kurikulum diibaratkan menjadi sebuah jalan dan pedoman
bagi siswa dan guru untuk dapat mencapai mutu Pendidikan yang baik. Perubahan
kurikulum merupakan salah satu solusi untuk membawa Pendidikan yang lebih baik dari
sebelumnya agar terhindar dari kegagalan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Kurikulum Merdeka
sebagai bagian penting dari upaya memulihkan pelajaran dari krisis yang telah kita alami
sejak lama. Merdeka Belajar sendiri dapat diartikan sebagai kemerdekaan berpikir. Esensi
utama dari kemerdekaan berpikir berasal dari pendidik atau guru. Naufal, et al. (2020)
mengatakan bahwa apabila sebagai pendidik belum merasa merdeka dalam mengajar akan
mengakibatkan tidak adanya merdeka yang dirasakan oleh peserta didik. Konsep Merdeka
Belajar yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim adalah merdeka dalam berpikir. Elviya dan
Sukartiningsih (2023) mengungkapkan bahwa guru sebagai komponen utama dalam
pendidikan berhak menerjemahkan kurikulum secara mandiri sebelum mengajarkannya
kepada siswa sehingga antara guru sebagai pendidik telah merasakan merdeka belajar.
Menurut Hadiansah (2022: 37) kelahiran Kurikulum Merdeka ini dianggap sebagai
bagian dari upaya tranformasi pembelajaran karena secara konseptual kurikulum Merdeka
mengacu kepada filosofi pendidikan yang memerdekakan dengan pendekatan Teaching at
Right Learning (TaRL) dan pembelajaran berdifirensiasi. Sejalan dengan itu, Marlina (2019:
12) mengatakan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat membantu siswa dengan
kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda namun, menjamin semua siswa dapat mencapai
tujuan pembelajaran walaupun dengan cara yang berbeda.
Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dalam kurikulum merdeka merupakan
pembelajaran yang mewadahi kemampuan siswa yang berbeda – beda. Pembelajaran ini
mengkategorikan proses belajar berdasarkan tiga aspek yaitu, (1) Kesiapan belajar, (2)
Minat Peserta didik dan (3) Profil belajar peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi
dilaksanakan melalui empat komponen pembelajaran. Guru dapat memilih salah satu dari
komponen tersebut. Komponen tersebut antara lain; (1) Konten (isi), (2) Proses, (3) Produk,
(4) lingkungan belajar.
mata pelajaran penting yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan, tidak hanya di
sekolah dasar, dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Matematika
adalah ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau berpikir logis yang sangat dibutuhkan
manusia dan mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika lebih kepada
mengajarkan konsep, keahlian, dan teknik berpikir yang penting untuk kehidupan sehari-
hari, dan meningkatkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan kemampuan siswa, banyak hal di
dalam kehidupan sehari-hari manusia yang mengharuskan penggunaan konsep
matematika, misalnya saat menghitung jumlah uang. Namun pada kenyaataannya masih
terdapat siswa yang menganggap bahwa materi matematika itu sulit untuk dipelajari.
Terlebih lagi materi pembelajaran matematika yang bersifat abstrak membuat guru kesulitan
dalam menjelaskan materi tersebut (Agusdianita, 2021).
Permasalahan kesulitan siswa dalam mempelajari konsep matematika dapat diatasii
melalui guru yang menerapkan penanaman konsep dan pemecahan masalah matematika
dalam kehidupan sehari – hari dengan menjadikan pembelajaran matematika bermakna. Hal
ini disampaikan oleh Agusdianita (2016) bahwa, pembelajaran matematika akan bermakna
jika pembelajaran mengutamakan konsep dan pemahaman, bukan hanya sekedar
melakukan pembelajaran dengan menyelesaikan soal-soal secara ringkas dan praktis.
Faktanya hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa secara nasional dan
terkhusus di kota Bengkulu masih sangat rendah, hal ini dibuktikan dari hasil penelitian oleh
(Fauziah dkk., 2022) mendapati hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis tergolong rendah yaitu dengan nilai ratarata 5,47
Sehingga diperlukan alternatif yang dilakukan agar siswa memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematika dikarenakan setiap siswa memiliki karakteristik dan
kemampuan yang berbeda-beda. Sejalan dengan pendapat Purba, et al. (2021: 6)
menyebutkan bahwa pada saat siswa datang ke sekolah, mereka membawa perbedaan
masing – masing yang terdapat didalam dirinya. Ini termasuk perbedaan dalam hal
kemampuan, pengalaman, bakat, minat, bahasa, kebudayaan, metode belajar, dan banyak
lagi. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memberikan materi pelajaran dan menilai
semua siswa dengan cara yang sama.
Pembelajaran berdiferensiasi dapat diimplementasikan pada sekolah sehingga
sekolah dapat mengidentifikasi kebutuhan siswanya dan menemukan cara untuk memenuhi
kebutuhan tersebut secara mandiri dengan sumber daya yang ada dan diintegrasikan dalam
pengembangan Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka sudah diterapkan di hampir seluruh
sekolah di Kota Bengkulu namun, dalam pelaksanaanya belum membuahkan hasil yang
baik hal ini dikarenakan sekolah belum mengimplementasikan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi melalui kurikulum merdeka. Disamping itu, dalam proses pembelajaran
masih menjadikan nilai sebagai tolak ukur keberhasilan dalam belajar Maka dari itu, peneliti
tertarik untuk melakukan riset dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pembelajaran
Berdiferensiasi Pada Kurikulum Merdeka Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas IV di SDN Gugus I Kota Bengkulu”.

METODE

Jenis riset yang digunakan adalah riset kuantitatif. Menurut Ferdinand dalam Darwin
(2021:13), riset kuantitatif merupakan jenis riset yang sering digunakan mahasiswa untuk
menyelesaikan tugas akhirnya. Sedangkan menurut Hermawan (2019:16) riset kuantitatif
(Quantitatif Research) adalah suatu metode riset yang bersifat induktif, objektif, dan ilmiah di
mana data yang diperoleh berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan
yang di nilai, dan dianalisis dengan analisis statistik. Hal ini berarti jenis penelitian kuantitatif
merupakan jenis penelitian yang dilakukan untuk menjawab hipotesis menggunakan
instrumen penelitian dan data-data yang diperoleh berupa angka.
Metode riset yang digunakan adalah metode eksperimen semu (quasy experiment).
Winarni (2018:32) menyebutkan bahwa metode penelitian eksperimen merupakan penelitian
yang sistematis, logis, dan teliti untuk melakukan kegiatan kontrol terhadap suatu kondisi.
Desain yang digunakan adalah The Matching Only Pretest Posttest Control Group Design.
Menurut Winarni (2021:33), ada dua kelompok dalam riset kuantitatif ini, adalah grup
eksperimen yang diberikan pengaruh atau perlakuan tertentu, sedangkan pada kelompok
kontrol tidak diberikan.
Adapun populasi riset ini yaitu seluruh siswa kelas IV di SDN Gugus I Kota Bengkulu.
Dari populasi tersebut maka didapatkan dua SD yaitu SDN 01 dan SDN 07 Kota Bengkulu
dengan sampel yaitu seluruh siswa kelas IVB SDN 01 dan kelas IVA SDN 07 Kota
Bengkulu. Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IVB SDN 01 Kota Bengkulu yang
berjumlah 27 orang dan kelompok kontrol yaitu siswa kelas IVA SDN 07 Kota Bengkulu
yang berjumlah 25 orang.
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan pretest dan posttest..
Instrumen soal tes yang digunakan pada pretest dan posttest berupa soal uraian dengan
jumlah 5 butir soal. Soal tes ini digunakan untuk mendapatkan data hasil dari kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa. Instrument tes berupa soal sebelumnya telah
divalidasi oleh dosen pembimbing dan salah satu guru di SDN 01 Kota Bengkulu, selain
instrument tes dilampirkan juga modul ajar dan lampiran yang digunakan pada saat riset.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka akan didapatkan skor nilai pretest dan
posttest dari kelompok eksperimen maupun kontrol. Skor nilai inilah yang akan djadikan
bahan untuk diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan jenis uji
statistic parametric melalui uji beda dua rata-rata (uji-t) jenis independent samples t-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendekatan pembelajaran


berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka terhadap kemampuan pemecahan masalah
Matematika siswa kelas IV di SDN Gugus 1 Kota Bengkulu. Kemampuan pemecahan
masalah matematika dalam bentuk uraian (soal cerita) siswa diukur melalui hasil pre test
dan post test. Penelitian ini dilakukan pada dua sampel terdiri dari kelas eksperimen yang
merupakan siswa kelas IVB SDN 01 Kota Bengkulu dan kelas kontrol yang merupakan
siswa kelas IVA SDN 07 Kota Bengkulu. Pemberian asesmen diagnostic unntuk
mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kesiapan belajar (readiness) merupakan
langkah awal yang dilakukan di kelas eksperimen. Pemberian asesmen diagnostik,
pelaksanaan pretest, pelaksanaan pembelajaran, dan pelaksanaan posttest ini merupakan
urutan langkah – langkah dalam penelitian dikelas eksperimen. Namun, Berbeda dengan
kelas eksperimen, pada kelas kontrol tidak diberikan asesmen diagnostik pada awal
pembelajaran untuk pembagian kelompok siswa. Pada kelas control pembagian kelompok
siswa hanya berdasarkan hitungan biasa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
berikut ini adalah nilai rata – rata pretest dan posttest hasil kemampuan pemecahan
masalah matematika kelas eksperimen dan kelas control yang tersaji pada gambar 1.

78.56
63.20
55,00
50.16

Gambar 1. Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest


Berdasarkan gambar1., hasil pre-test kemampuan pemecahan masalah matematika
pada pembelajaran matematika siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak
jauh signifkan antara nilai siswa kelas eksperimen dan kontrol. Sedangkan hasil post-test
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol mengalami peningkatan dari hasil pre-test. Dari perbedaan hasil nilai rata-rata pre-
test dan post-test menunjukkan hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam pembelajaran matematika meningkat.
Sebelum memulai penelitian, siswa di kelas eksperimen diberikan tes asesmen
diagnostik kognitif untuk mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat level kesiapan
belajarnya. Pemberian asesmen diagnostik sebagai diagnosa awal kesiapan belajar siswa
dalam matematika ini hanya dilakukan pada kelas eksperimen sebagai kelas yang akan
diberikan perlakuan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Dari hasil pelaksanaan
asesmen diagnostik kognitif, maka dibentuk kelompok belajar sebanyak 5 kelompok
berdasarkan kesiapan belajar yang terdiri dari 2 kelompok A kesiapan belajar yang tinggi
(High), 2 kelompok B Kesiapan Belajar sedang (Middle), dan 1 kelompok C kesiapan belajar
rendah (Low).
Setelah pengelompokkan siswa berdasarkan level kesiapan belajarnya langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan pre-test di kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengukur sejauh mana kemampuan awal siswa dalam materi matematika yang akan
dipelajari. Selanjutnya kedua kelas tersebut akan melaksanakan pembelajaran dengan
sama – sama menggunakan model pembelajaran problem based learning (PBL) sesuai
dengan modul ajar yang telah disediakan dan untuk satu kali pertemuan namun, yang
menjadi pembeda adalah kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembellajaran dengan
pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dan kelas control hanya menerapkan
pembelajaran konvensional biasa. Pembeda ini mempengaruhi siswa dalam pengerjaan
LKPD, kelas eksperimen melaksanakan pembelajaran berdasarkan modul ajar
berdiferensiasi yang terfokus pada 3 jenis LKPD yang dibedakan berdasarkan level
kesiapan belajar siswa dan kelas kontrol melaksanakan pembelajaran menggunakan modul
ajar konvensional dan LKPD yang sama setiap kelompoknya. Pada penelitian ini materi
yang akan diteliti adalah materi pecahan senilai. Problem Based Learning dipilih dan
dianggap cocok untuk diterapkan kepada siswa karena siswa perlu distimulus dalam
mellakukan pembelajaran, artinya siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan oleh
gurunya dan berdiskusi bersama kelompoknya, barulah guru memantapkan dan
menyimpulkan pembelajarn yang ada diakhir kegiatan nanti. Jadi, pada pembelajaran ini
siswa terlihat ikut aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran dihadapkan oleh
masalah nyata dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dikelas eksperimen dan kontrol sama – sama ditampilkan
power point yang berisi masalah serta materi pecahan senilai melalui penayangan
proyektor. Pada kelas eksperimen dan control siswa diajak bersama – sama untuk melihat
masalah yang berkaitan dengan pecahan senilai barulah siswa diajak untuk mendiskusikan
masalah yang berkaitan dengan pecahan senilai dan selanjutnya guru melanjutkan kegiatan
dengan pemantapan dan penarikan kesimpulan terkait materi pecahan senilai. Selama
pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen dari awal sampai kegiatan pengerjaan
LKPD siswa sudah duduk dengan kelompoknya sedangkan pada kelas kontrol siswa masih
duduk di bangku nya masing – masing baru pada saat mengerjakan LKPD siswa duduk
dengan kelompoknya.
Untuk mewujudkan pengalaman belajar yang dapat mewadahi kebutuhan belajar
siswa yang berbeda setiap masing - masingnya, guru menggunakan pendekatan
pembelajaran berdiferensiasi yang dipercaya dapat memfasilitasi kebutuhan belajar siswa
yang berbeda – beda sesuai dengan kemampuan belajarnya. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian sebelumnya bahwa pembelajaran berdiferensiasi bisa dipakai dalam
pembelajaran Matematika karena dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa yang
disesuaikan dengan minat, gaya belajar, profil dan kesiapan belajar siswa (Gusteti dkk:
2022).
Pada bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa pada kelas eksperimen, siswa
belajar secara berdasarkan level kebutuhan belajar siswa dari awal pembelajaran, diskusi
masalh yang ada di power point sampai kepada pengerjaan LKPD. Kelompok siswa pada
kelas eksperimen ditentukan berdasarkan hasil asesmen diagnostik matematika siswa yang
telah diberikan sehari sebelumnya agar tidak memakan waktu belajar yang ada. Sedangkan
pada kelas kontrol, siswa duduk bersama kelompoknya hanya pada proses pengerjaan
LKPD saja. Kelompok siswa pada kelas kontrol hanya dibagi berdasarkan hasil
penghitungan yang dilakukan oleh siswa dikelas kontrol pada saat sebelum mengerjakan
LKPD. Hal inilah yang menjadi pembeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Perbedaan karakteristik siswa dapat dilihat pada kelas eskperimen saat pemberian asesmen
diagnostik, peneliti memperoleh hasil nilai siswa yang berbeda – beda sesuai kemampuan
belajarnya dalam materi matematika, tidak semua siswa mendapatkan nilai yang rendah
ataupun tinggi, hasil asesmen diagnostic siswa beragam. Hal ini memperlihatkan bahwa
adanya perbedaan karateristik siswa dalam memahami materi pembelajaran sehingga
memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Salah satu cara untuk guru memenuhi kebutuhan
setiap siswa yang berbeda adalah dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi. Sebagaimana dijelaskan oleh Marlina (2019), pembelajaran berdiferensiasi
diartikan sebagai pembelajaran yang melihat bahwa siswa itu bebeda dan dinamis, berbeda
disini artinya setiap siswa disini memiliki karakter yang berbeda, begitu juga dengan minat,
serta kebutuhan mereka dalam pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran dikelas menggunakan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi yang pada penelitian ini ada pada kelas eksperimen dilaksanakan
berdasarkan 4 menurut Thomlinson dalam Purba (2020: 40 - 44) komponen pembelajaran
berdiferensiasi, diantaranya yaitu: konten atau isi yang merujuk pada pengorganisasian
siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran melalui video pembelajaran dengan
dengan kondisi siswa duduk berkelompok; proses pembelajaran dilakukan dengan cara
penayangan power point, penjelasan dari guru, diskusi kelompok dan kesimpulan materi
oleh guru; produk yang dihasilkan berupa hasil LKPD yang berisi jawaban dari soal cerita
(permasalahan) dan dikerjakan berkelompok; lingkungan belajar yang dalam hal ini siswa
duduk berdasarkan kelompok yang ditentukan berdasarkan hasil asesmen diagnostik
kognitif sesuai dengan level kesiapan belajar dari masing-masing siswa.
Untuk mengukur kemampuan awal siswa dan pengaruh pembelajaran yang
diterapkan pada kelas tersebut memiliki pengaruh yang signifkan atau tidak maka, sebelum
pembelajaran dimulai, kedua kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan
lembar pre-test. Setelah proses pembelajaran dan pengerjaan LKPD, untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh pendekatan pembelajaran berdiferensiasi terhadap kemampuan
pemecahan masalah siswa maka siswa diberikan post-test. Dari pemberian post-test
tersebut, maka diperoleh nilai rata-rata siswa di kelas eksperimen sebesar 78,56 dengan
nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 55. Sementara itu, pada kelas kontrol diperoleh nilai
rata-rata post-test sebesar 63,20 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 25.
Berdasarkan hasil data tes akhir setelah penerapan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi dikellas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol,
diperoleh data bahwa kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dari nilai rata-rata
kelas kontrol. Kelas eksperimen yang menerapkan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi
dimana siswa dikelompokkan berasarkan tingkat level kebutuhan belajar (readiness) yang
didapatkan dari hasil asesmen diagnostik yang sebelumnya telah diberikan kepada siswa,
sehingga kelas eksperimen memiliki keunggulan tersendiri dalam proses pembelajaran.
Sementara itu, pada kelas kontrol tidak menggunakan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi dan proses pembelajaran pada kelas kontrol hanya pada tahap pengerjaan
LKPD saja yang berkelompok sehingga lebih memungkinkan siswa merasa jenuh bosan dan
merasa didalam kelompoknya ada salah satu atau beberap siswa saja yang unggul
sedangkan siswa lain tidak. Hal inilah yang membuat siswa merasa tidak bersemangat
belajar dan pesimis karena merasa kurang percaya diri dikelompoknya. Berbeda dengan
kelas eksperimen yang kelompoknya sudah dibagi berdasarkan level kemampuannya
sehingga pada kelompoknya siswa merasa bahwa dalam anggota kelompoknya mereka
memiliki kemampuan yang hampir sama sehingga tidak timbul rasa kurang percaya diri.
Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan, maka dianalisis menggunakan
pengujian hipotesis riset yang dilakukan mengunakan uji-t. Riset ini menggunakan uji
analisis inferensial. Menurut Sugiyono (2022: 209) analisis inferensial adalah teknik yang
digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan sebagai populasi.
Setelah dilakukan uji normalitas, diketahui bahwa data hasil pemahaman matematika kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki sampel yang homogen,
maka dari itu dapat dilakukan uji hipotesis dengan statistik parametris dengan menggunakan
t-test (uji-t) jenis Independent Samples T-Test melalui aplikasi SPSS 25 dan disajikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Uji Hipotesis Posttest Kemampuan Pemahaman Matematika
Levene's Test t-test for Equality of Means
for Equality of
Variances

F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence Interval


tailed) Difference Difference of the Difference

Lower Upper
Hasil Equal
variances 0,204 0,653 4,298 50 0,000 15,356 3,572 8,180 22,531
assumed

Tabel 1. di atas menunjukkan bahwa nilai thitung dengan menggunakan Equal


Variances Assumed = 4,298 dan nilai Sig. (2-tailed) bernilai 0,000. Untuk mengetahui nilai
distribusi ttabel dilihat dari df = 50 dengan taraf signifikan α = 0,05 adalah 2,002.
Dikarenakan nilai thitung > ttabel (4,298 > 2,002) dan Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05 maka Ha
diterima. Artinya hipotesis menyatakan “Terdapat Pengaruh Pendekatan Pembelajaran
Berdiferensiasi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas IV di
SDN Gugus I Kota Bengkulu”.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti lalu mengolah data, dan
melakukan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa kelas IV di SDN Gugus I Kota Bengkulu. Hal ini dapat dilihat dari
nilai rata-rata posttest kelas eksperimen sebesar 78,56 lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas
kontrol sebesar 63,20. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung dengan menggunakan
Equal Variances Assumed = 4,298 lebih besar dari ttabel yaitu 2,002 pada taraf signifikan 5%
dan nilai Sig. (2-tailed) = 0,000. Dengan demikian, thitung (4,298) > ttabel (2,002) dan Sig. (2-
tailed) 0,000 < 0,05 artinya Ha diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan
pendekatan pembelajaran berdiferensiasi terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas IV di SDN Gugus I Kota Bengkulu

DAFTAR PUSTAKA

Agusdianita, N. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Kuliah
Konsep Dasar Geometri dan Pengukuran untuk Meningkatkan Keterampilan
Membuat Alat Peraga Bagi Mahasiswa PGSD. Jurnal PGSD: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9(3), 283-286.

Agusdianita, N., & Karjiyati, V. (2021). Pelatihan Penggunaan Media Pembelajaran


Manipulatif Untuk Menanamkan Konsep Bangun Ruang Bagi Guru Di Sdn 67 Kota
Bengkulu. Darmabakti: Jurnal Inovasi Pengabdian Dalam Penerbangan, 1(2), 85-92.

Elviya, D. D., & Sukartiningsih, W. (2023). Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam


kurikulum merdeka pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV sekolah dasar di
SDN Lakarsantri I/472 Surabaya. Jurnal Penelitian Pgsd, vol. 11(8), hal: 1-14.

Fauziah, N., Roza, Y., & Maimunah, M. 2022. Kemampuan Matematis Pemecahan Masalah
Siswa dalam Penyelesaian Soal Tipe Numerasi AKM. Jurnal Cendekia: Jurnal
Pendidikan Matematika, 6(3), 3241-3250.

Gusteti, M. U., & Neviyarni, N. (2022). Pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran


matematika di kurikulum merdeka. Jurnal Lebesgue: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika, Matematika dan Statistika, 3(3), 636-646. DOI Issue: 10.46306/lb.v3i3
Hadiansah, D. (2022). Kurikulum merdeka dan paradigma pembelajaran baru. Bandung:
Yrama Widya

Hermawan, I. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, Dan Mixed


Methode. Kuningan: Hidayatul Quran Kuningan.
https://books.google.co.id/books?id=Vja4DwAAQBAJ&printsec=frontcover#v=onepa
ge&q&f=false

Herwina, W. (2021). Optimalisasi kebutuhan murid dan hasil belajar dengan pembelajaran
berdiferensiasi. Perspektif Ilmu Pendidikan, 35(2), 175-182. Doi:
https://doi.org/10.21009/PIP.352.10

Marlina, M. (2020). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah Inklusif. Afifa Utama

Naufal, H., Irkhamni, I., & Yuliyani, M. (2020). Penelitian Penerapan Program Sistem Kredit
Semester Menunjang Terealisasinya Merdeka Belajar di SMA Negeri 1 Pekalongan.
Jurnal Konferensi Ilmiah Pendidikan, vol. 1(1), hal: 141–148.

Oktaviani, N. M., & Wulandari, I. (2019). Problematika Penerapan Kurikulum 2013 di


Sekolah Dasar. Yogyakarta: K-Media.

Purba, M., Purnamasari, N., Soetantyo, S., Suwarna, I. R., & Susanti, E. I. (2021). Prinsip
Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated
Instruction). Kementarian Pendidikan, Dan Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi.

Sugiyono, S. (2022). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R


& D. Alfabeta, Bandung.

Widyawati, R., & Rachmadyanti, P. (2023). Analisis Penerapan Pembelajaran


Berdiferensiasi Pada Materi IPS di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 11(2), 365-379

Winarni, E. W. (2018). Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif Kualitatif Penelitian Tindakan
Kelas (Ptk) Research And Development (R&D). Jakarta: Bumi Aksara

Winarni, E. W. (2021). Teori dan Praktik Penelitian Kuantitatif Kualitatif Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) Research And Development (R&D). Jakarta: Bumi Aksara

You might also like