Analisis Prinsip-Prinsip Pembelajaran Ips.

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Abstract

Social Sciences (IPS) is one of the subjects in the national education system which has
an important role in shaping students' understanding of the social, economic, political and
cultural world around them. Social studies aim to develop students' understanding of the
relationship between individuals, society and the environment, so that they can become
active, skilled and critical-thinking citizens. Social studies learning involves teaching and
learning various social science disciplines, such as history, geography, economics, and
sociology. The essence of social studies is the understanding and use of concepts, principles
and methods from various social science disciplines to analyze and understand social events
and phenomena. Social studies do not only focus on factual understanding of historical,
geographic, or economic facts, but also on developing students' critical thinking,
analytical skills, and reflective thinking abilities.

Keywords: Principle, learning, social sciences

Abstrak
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata pelajaran di sistem pendidikan
nasional yang memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman siswa tentang dunia
sosial, ekonomi, politik, dan budaya di sekitar mereka. IPS bertujuan untuk mengembangkan
pemahaman siswa tentang hubungan antara individu, masyarakat, dan lingkungan, sehingga
mereka dapat menjadi warga negara yang aktif, terampil, dan berpikiran kritis. Pembelajaran
IPS melibatkan pengajaran dan pembelajaran berbagai disiplin ilmu sosial, seperti sejarah,
geografi, ekonomi, dan sosiologi. Hakekat IPS adalah pemahaman dan penggunaan konsep,
prinsip, dan metode dari berbagai disiplin ilmu sosial untuk menganalisis dan memahami
peristiwa dan fenomena sosial. IPS tidak hanya berfokus pada pemahaman faktual tentang
fakta-fakta sejarah, geografi, atau ekonomi, tetapi juga pada pengembangan pemikiran kritis,
keterampilan analitis, dan kemampuan berpikir reflektif siswa.

Kata Kunci : Prinsip, Pembelajaran, IPS

1. Pendahuluan
Sejarah lahir dan berkembangnya Ilmu Pengetahuan Sosial di Indonesia menurut
(Endayani 2018) Pada tahun 1970-an kehadiran Ilmu Pengetahun Sosial ditengah-tengah
dunia pendidikan Indonesia jelas dipengaruhi oleh gerakan-gerakan pembaharuan pendidikan
di Amerika Serikat, ketika Ilmu Pengetahua Sosial sering dihubungkan dengan gerakan-
gerakan The New Social Studies pada tahun 1970-an. Embrio Ilmu Pengetahuan Sosial untuk
pertama kalinya muncul dalam seminar “Civic Education” di Tawangmangu Solo tahun
1972. Berdasarkan laporan seminar tersebut terdapat tiga istilah yang digunakan secara
bergantian yaitu pengetahuan sosial, studi sosial dan ilmu pengetahuan sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang lebih dikenal dengan sebutan IPS merupakan salah
satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. IPS merupakan mata pelajaran
yang pembahasannya merupakan penyederhanaan dari pembelajaran geografi, sosiologi,
sejarah, ekonomi dan lainnya (Fitria et al., 2021). Beberapa ilmu ini digabungkan menjadi
ilmu yang terpadu dan berkaitan dengan isu sosial dengan mengkaji beberapa peristiwa,
fakta, konsep dan generalisasi. Sehingga, pembelajaran IPS ini tidak hanya memberikan
bekal pengetahuan saja, namun menyisipkan pula nilai sikap dan keterampilan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Hal ini dapat terlihat pada hasil penelitian (Latifah, 2017). IPS mengkaji seperangkat
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. (Permendiknas No.
22 Tahun 2006).
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 1 ayat 1, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Pendidikan sebagai institusi utama untuk
membentuk sumber daya masyarakat yang berkualitas demi kepentingan masa depan
suatu negara.
Pendidikan mempunyai peranan dalam membentuk kualitas sumber daya manusia dan
mengembangkan potensi peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan di masa
mendatang dalam rangka mendukung pembangunan bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Setiap usaha pendidikan memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan mata
pelajaran IPS yang tertuang dalam standar isi yaitu:
1) mengenal konsep- konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya;
2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial;
3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai- nilai sosial dan kemanusiaan;
4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) manusia, tempat, dan lingkungan;
2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan;
3) system sosial dan budaya;
4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Pembelajaran IPS memiliki posisi yang sangat penting dalam pengembangan


intelektual, emosional, kultural, dan sosial siswa karena mampu mengembangkan cara
berpikir bersikap dan berperilaku yang bertanggung jawab selaku individu, warga
masyarakat, warga negara dan warga dunia. Pada hakikatnya dalam setiap pembelajaran tentu
ditujukan untuk mengembangkan knowledge, attitude, skilldan valuessiswa tak terkecuali
pembelajaran IPS. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Fraenkel dalam (Rahmaniah,2012) ada
empat kategori tujuan IPS yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap
(attitude), dan nilai (values).
Pembelajaran IPS ini memiliki tujuan lain yang ingin dicapai, diantaranya
mengembangkan minat dan bakat seseorang hingga potensi seseorang dalam merespon
peristiwa dan isu sosial yang ada di lingkungan sekitarnya. Pembelajaran ini sudah
dibekalkan dilingkungan sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.
Mata pelajaran IPS bertujuan mengasah cara berpikir dan keterampilan interdispliner dan
multidisipliner antar disiplin ilmu sosial dan humaniora karena pada dasarnya masing-masing
ilmu tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan dan kolaborasi dari disiplin ilmu lainnya
(Dea Safitri, 2024).
Dalam realitanya, IPS lebih menyederhanakan Ilmu Sosial dengan pendekatan
multidisipliner agar mudah dipahami peserta didik, sehingga dapat menjadi bekal
pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat. Sementara,
Ilmu Sosial merupakan ilmu yang meluas dengan tingkatan yang lebih mendalam dengan
tujuan mencari kebenaran Ilmiah. Maka penyajian IPS harus disesuaikan dengan tingkat atau
jenjang lingkungan persekolahan. Ilmu pengetahuan sosial perlu didukung dengan proses
pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang
melibatkan guru dan peserta didik. Menurut Moh Suardi (2018) dalam buku Belajar dan
Pembelajaran, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu. Maka dalam pembelajaran, perlu
adanya interaksi yang efektif antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi yang efektif
inilah yang menjadi tolak ukur kualitas pembelajaran.
Definisi pembelajaran menurut beberapa ahli memiliki arti yang sangat luas,
pembelajaran tidak hanya didefinisikan sebagai sebuah proses pemindahan pengetahuan dari
seorang guru terhadap peserta didik. Akan tetapi pembelajaran harus dipahami lebih luas dan
lebih menyeluruh. Pendidik memiliki peran yang sangat banyak dalam meningkatan kualitas
pembelajaran. Dengan adanya pendekatan metode, strategi, maupun media pembelajaran
pendidik dapat mengatur proses pembelajaran. Sebagai seorang pendidik sangat perlu
memahami prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat membantu membimbing aktivitas
pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Fondasi pendidikan yang
luas dan adaptif dibangun oleh prinsi-prinsip pembelajaran.
Dewasa ini banyak para peserta didik yang masih belum sepenuhnya memahami
bagaimana memahami materi yang diajarkan pada pelajaran IPS (Permana &Aryaningrum,
2020) (Farika et al., 2020). Dalam pembelajaran IPS sudah seyogyanya seorang pendidik
memahami prinsip- prinsip dasar dalam melakukan pembelajaran IPS. Prinsip-prinsip ini
merupakan satu kesatuan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS
bagi seluruh peserta didik. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran IPS, peserta
didik tidak hanya menjadi manusia yang cerdas, namun juga bisa menjadi warga negara yang
berpengetahuan luas, berkarakter, berpikiran terbuka, memiliki keterampilan dan siap
menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang. Begitupun dalam pelaksanaan
pembelajarannya, peserta didik dapat mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang
diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat dan mengatasi masalah-masalah
sosial yang kompleks.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan
data yakni metode dokumentasi menurut (Ramadani and Herdi 2021) merupakan konsolidasi
metode pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai literatur ke dalam satu dokumen yang
digunakan untuk menjawab rumusan masalah. (Yaniawati 2020) menjelaskan
prosedur penelitian literatur yaitu memilih topik, meneliti informasi, menentukan tujuan
penelitian, mengumpulkan sumber informasi, membaca sumber informasi, membuat catatan
penelitian, mengolah catatan penelitian, menyiapkan laporan. Sumber informasinya bersifat
bibliografi atau berasal dari literatur yang berbeda, antara lain buku, majalah, surat kabar,
dokumen pribadi, dan lain-lain. Instrumen penelitian kepustakaan adalah peneliti sendiri
(human instrument). Peneliti berperan sebagai pengumpul data, analis, penafsir, perencana,
pelaksana dan terakhir pelapor hasil penelitiannya. Proses analisis data merurut (Siyoto
2015) dilakukan melalui tahapan; reduksi data, penyajian atau displaydata dan kesimpulan
atau Verifikasi. Reduksi data adalah kegiatan pemilihan, memfokuskan, merangkum pada hal-
hal pokok yang menghasilkan catatan-catatan inti. Kemudian, dilakukan penyajian data
untuk mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan. Terakhir,
kesimpulan yakni kegiatan peneliti menarik kesimpulan dari data yang telah dikelola
3. Hasil dan Pembahasan
Dalam sejarah, ilmu dimasukkan ke dalam ruang lingkup filsafat karena tidak dipelajari
secara mendalam menggunakan metode tertentu dalam bidang tersebut. Namun, seiring
berjalannya waktu, metode penelitian dalam bidang ilmu mengalami perkembangan yang
signifikan. Filsafat alam terbagi menjadi beberapa subdisiplin ilmu, seperti biologi, kimia,
dan fisika. Ilmu-ilmu ini kemudian dibagi menjadi lebih khusus lagi, seperti geofisika,
bioteknologi, dan sebagainya. Di sisi lain, bidang ilmu sosial terdiri dari banyak subdisiplin,
seperti sosiologi, antropologi, geografi, ekonomi, politik, dan psikologi.
Ilmu pengetahuan memiliki banyak manfaat untuk mempermudah kehidupan manusia,
dalam ranah ilmu sosial berguna untuk memberi manusia pengetahuan yang mereka butuhkan
untuk menangani masalah dalam masyarakat. Peran ilmu sosial sangat penting karena
masalah yang dihadapi masyarakat selalu kompleks dan terus berubah seiring dengan
perkembangan zaman. Ilmu sosial menurut (Supardan 2011) adalah kajian bidang ilmu yang
mengupas hubungan manusia dengan lingkungnnya, serta masyarakat dan interaksi
didalamya. Menurut (Suriasumantri 2015) ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku
manusia. Beberapa asas yang mendasari ilmu-ilmu sosial mendapat kesulitan dalam
menerangkan, meramalkan, dan mengontrol gejala-gejala sosial yakni objek
penelaahan yang komplek, kesukaran dalam pengamatan, objek penelahaan yang tak
terulang, hubungan antara ahli dan objek penelaahan sosial. Kemajuan ilmu-ilmu sosial dapat
dicapai lewat penyelidikan yang gigih dan sabar guna memecahkan masalah kemanusiaan
dengan tenaga baru.
Prinsip adalah suatu pandangan yang menjadi pedoman seseorang dalam berpikir dan
bertindak. Menurut KBBI, prinsip adalah asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar
berpikir, bertindak, dan sebagainya. Prinsip-prinsip ini akan membantu kita menilai mengenai
hal yang benar dan salah. Terutama dalam bertindak dan berperilaku, prinsip akan
mengarahkan dan menuntun manusia. Sehingga prinsip-prinsip dapat membentuk
pemahaman seseorang tentang dunia dan bagaimana manusia dapat berinteraksi di dalamnya.
Prinsip tidak hanya ada pada satu bidang saja, melainkan seluruh segi kehidupan baik
individual maupun kelompok memerlukan prinsip dalam kegiatannya. Salah satunya adalah
prinsip-prinsip dalam pembelajaran.
Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di lingkungan
sekolah. Menurut Hamalik Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar),
fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Pada dasarnya, konsep dasar belajar adalah sifat internal bagi yang ingin
menambah ilmu pengetahuan. Namun yang mempengaruhi proses pembelajaran tidak hanya
dari internal saja, melainkan banyak hal eksternal yang dapat mepengaruhinya. Dalam
pembelajaran pendidik harus benar-benar mampu menarik perhatian peserta didik untuk
mencurahkan seluruh energinya sehingga dapat melakukan aktivitas belajar secara optimal
dan memperoleh hasil belajar seperti apa yang diharapkan. Pembelajaran adalah seperangkat
peristiwa (events) yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga sehingga
peserta didik itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan.
Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Istilah pembelajaran lebih
tepat digunakan karena ia menggambarkan upaya untukmembangkitkan prakarsa belajar
seseorang. Di samping itu, ungkapan pembelajaran memiliki makna yang lebih dalam untuk
mengungkapkan tujuan pendekatan pembelajaran dalam upaya membelajarkan peserta didik.
Sedangkan IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi,
seleksi dan modifikasi diorganisasikan dari konsep-konsep ketrampilan- ketrampilan Sejarah,
Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bukanlah disiplin ilmu melainkan suatu program
pengajaran atau mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya
mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial (ilmu sejarah, ilmu geografi, ilmu ekonomi, dan
ilmu sosiologi) dan humaniora (aspek norma, nilai, bahasa, seni, dan budaya). Meskipun
pengetahuan sosial sesungguhnya sudah melekat pada diri seseorang namun IPS perlu
dipelajari dan diajarkan kepada peserta didik. Hal ini dikarenakan pengetahuan sosial alamiah
itu belum cukup mengingat kehidupan masyarakat dengan segala persoalannya itu makin
berkembang. Untuk menghadapi perkembangan yang terus menerus tersebut diperlukan
pendidikan formal, khususnya pendidikan IPS di sekolah Pembelajaran merupakan suatu
istilah yang memiliki pengertian yang sangat luas dalam dunia pendidikan. Pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau sebagai suatu proses membelajarkan peserta
didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar
peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran
dipandang sebagai suatu sistem, berarti pembelajaran berarti sebuah komponen yang
teroganisisr antara lain tujuan pembelajaran, materi pembalajan, strategi dan model
pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran.
Sulfemi menyatakan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-
konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan dan psikologis serta
kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya Menurut Resnik dalam
Martorrela (1991). Pembelajaran IPS adalah alih informasi pengetahuan dan keterampilan
yang membantu peserta didik menempatkan diri dalam situasi yang membuatnya mampu
melakukan konstruksi- konstruksi pemikirannya dalam situasi wajar, alami, dan mampu
mengekpresikan dirinya secara tepat apa yang mereka rasakan dan mampu melaksanakannya.
Pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer
konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan memperoleh
pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral,
dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk memberi bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan lingkunganya
dalam bidang pembelajaran. Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi geografi,
ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan peadagogis dan psikologis dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, dan keterampilan sosial,
kemampuan memecahkan masalah, bekerjasama dan kompetensi dalam Masyarakat yang
majemuk, baik secara nasional, maupun internasional.
Pada jenjang sekolah menengah atas, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sudah
tidak terpadu dalam konsep IPS namun menjadi jurusan peserta didik. Sekolah menengah
atas jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial mendapatkan pendalaman materi terkait disiplin ilmu
sosial seperti Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di jenjang sekolah menengah atas memiliki tujuan untuk memberikan peserta didik
pemahaman yang luas tentang kondisi dunia, keterampilan analisis, pemecahan masalah, dan
sikap kritis terhadap suatu masalah. Selain itu, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial juga
memberikan gambaran ilmu pengetahuan yang diperlukan peserta didik nanti di dunia
perkuliahan di perguruan tinggi.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di berbagai tingkatan dalam lingkungan
sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga sekolah menengah atas. Setiap tingkatan sekolah
memiliki fokus dan tujuan yang berbeda dalam pembelajaran. Perkembangan setiap siswa
dalam pembelajaran terutama di dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial selalu
mengalami perkembangan, sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik. Perkembangan
pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang
kompleksitas masyarakat dan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta
didik dapat memahami dunia di sekitarnya, mengembangkan keterampilan analitis,
pemecahan masalah dan kritis serta melatih mereka untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mencakup berbagai topik yang berkaitan
dengan masyarakat, budaya, politik, ekonomi dan lingkungan. Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial memusatkan perhatian pada sumber daya manusia dalam membentuk
pengetahuan terkait keadaan sosial di masyarakat, nilai-nilai, budaya, sejarah khususnya
kehidupan sosial dalam masyarakat Indonesia.
Prinsip pembelajaran di satuan pendidikan yang sesuai dengan kurikulum merdeka
sesuai dengan (Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia
2022) sebagai berikut:
a. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat
pencapaian peserta didik saat ini, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan
karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam sehingga pembelajaran
menjadi bermakna dan menyenangkan;
b. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk menjadi
pembelajar sepanjang hayat;
c. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik
secara holistik;
d. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks,
lingkungan, dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan komunitas
sebagai mitra; dan
e. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan
Untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang baik, pendidik harus benar-benar
merancang apa yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran
sangat tergantung pada pemahaman terkait prinsip pembelajaran yang tepat. Maka dari itu,
sebagai pendidik perlu mengetahui pedoman-pedoman dasar yang menuntun atau
menunjukkan kita kepada tujuan sebuah pembelajaran. Agar peserta didik yang menerima
pembelajaran tersebut mampu memahami dan mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki
sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran tersebut dibuat. Prinsip pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial bertujuan untuk memberikan peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis yang mendalam tentang ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan
sebagainya. Prinsip-prinsip atau pedoman dasar pembelajaran sebagaimana yang terdapat
pada buku lapis PGMI antara lain intregrated (terpadu), interaksi, kesinambungan dan
perubahan, kooperatif, kontekstual, problem solving, inkuiri, serta keterampilan sosial
(Cikusin, 2016).
Pertama, prinsip intregrated (terpadu). Intregrated istilah ini mirip dengan istilah
integrasi atau keterpaduan, dalam KBBI intregasi adalah pembaharuan hingga menjadi
kesatuan yang utuh dan bulat. Dalam konteks ini integrasi adalah satu kesatuan antar disiplin
ilmu sosial yang saling terkait, dengan demikian dalam penyampaian materi pembelajaran
IPS dilaksanakan dengan memadukan antar disiplin ilmu yang terkait. Sehingga
pembelajaran IPS dapat dilakukan berdasarkan topik yang terkait, misalnya kegiatan ekonomi
penduduk dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan kondisi fisis-geografis yang tercakup
dalam disiplin geografi.
Kedua, prinsip interaksi. Dalam KBBI berarti hubungan, dan dalam kontek ini adalah
hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun
kelompok dengan kelompok. Timbulnya interaksi disebabkan oleh dorongan saling
membutuhkan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik itu kepuasan, ingin
diperhatikan, dan ingin mendapat kasih sayang. Interaksi merupakan kegiatan yang menjadi
kodrat seumur hidup dari manusia sebagai makhluk sosial. Sejak lahir manusia sudah
memiliki naluri untuk berinteraksi dengan makhluk hidup lain. Dengan bertambahnya umur
dan juga bertambah luasnya pergaulan maka interaksi yang terjadi semakin luas. Sehingga
dalam konteks ini pembelajara IPS menjadi dasar yang mendidik peserta didik agar memiliki
pengetahuan tentang bentuk interaksi secara umum dan juga medidik peserta didik agar
mampu dan terbiasa berinteraksi dengan sesama makhluk hidup lain. Karena manusia sebagai
makhluk sosial ingin hidup berkelompok dan kosekuensinya saling membutuhkan, saling
bekerjasama dalam melakukan pekerjaan, saling kerjasama dalam pemecahan masalah sosial
dan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama. Lebih dari itu dalam bekerjasama dituntut
untuk saling kompromi atas keinginan pribadi demi kepentingan kelompok. Sehingga dalam
pembelajaran IPS pendidik diharapkan mampu menanamkan sifat dasar ini melalui
pembelajaran yang ada (Kustiyono, 2020).
Ketiga, prinsip kesinambungan dan perubahan. Dalam kehidupan bermasyarakat
manusia akan selalu terikat dengan adat dan tradisi yang sudah ada dan diwariskan dari
generasi sebelumnya. Pewarisan ini akan berlangsung dari satu generasi ke generasi yang
selanjutnya. Sebagai contoh kesinambungan kehidupan itu terjadi karena lembaga
perkawinan.
Keempat, prinsip kooperatif. Kooperatif dalam KBBI berarti bekerjasama atau
membantu. Dalam pembelajaran kita mengenal cooperative learning yaitu sistem
pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk salin berinteraksi dan
bekerjasama dengan peserta didik lain. Dalam cooperative learning ada struktur dorongan
atau tugas yang bersifat kooperatif, sehingga memungkinkan peserta didik untuk berinteraksi
secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi efektif diantara anggota
kelompok. Dalam pembelajaran IPS siswa dilatih memahami hubungan sosial secara
langsung dalam proses pembelajaran, dan pendidik dapat menggunakan sistem atau strategi
cooperative learning ini sebagai salah satu pembelajaran langsung dalam proses pembelajaran
(Institut et al., 2020).
Dari beberapa uraian diatas dapat kita ketahui bahwa pembelajaran IPS adalah suatu
sistem pendidikan yang terdiri dari berbagai faktor yang menyusun. Antara lain peserta didik,
pendidik, media belajar, fasilitas belajar dan juga sumber belajar yang bertujuan membuat
peserta didik menguasai dan memahami berbagai intregasi berbagai disiplin ilmu sosial.
Seperti ekonomi, sejarah, sosial, geografi dan lain-lain. Selain ilmu sosial juga ilmu
humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan.
Menurut peneliti, pebelajaran IPS mengacu dalam penggabungan beberapa disiplin
ilmu yang berbeda dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan mempelajari satu
materi akan terintegrasi dengan berbagai topik dan dapat memahami hubungan antara
konsep-konsep yang berbeda. Misal, keterkaitan antara konsep ekonomi dan geografi. Dalam
materi ekonomi dimana masyarakat dapat memenuhi kebutuhan di dukung oleh sumber daya
alam. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sumber daya alam. Jika dikaitkan
dengan materi geografi, kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia disebabkan letak
Indonesia yang strategis. Dalam proses pembelajarannya, terdapat interaksi yang terjadi
antarmanusia, pertukaran dan pengaruh dari pembelajaran antara guru, peserta didik dan
materi pelajaran. Pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan kelompok belajar yang
menjadikan proses interaksi terjadi.
Kemudian dari prinsip kesinambungan, pembelajaran IPS diberikan pada jenjang
sekolah dasar hingga menengah keatas. Kesinambungan ini memungkinkan peserta didik
untuk secara bertahap meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Dari prinsip
kooperatif, pentingnya menghubungkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
pengalaman dan konteks kehidupan nyata peserta didik dapat dipadukan dengan metode
diskusi antar peserta didik. Prinsip IPS akan mengarah pada pendidikan yang mencakup
aspek Behavior (Perilaku), Attitude (Sikap), Skill (Keterampilan), dan Knowledge
(Pengetahuan).
Teori-Teori Pembelajaran yang dapat di Aplikasikan dalam Prinsip dan Pembelajaran IPS:
1) Teori Belajar Behaviorisme
Teori behaviorisme berpendapat bahwa pengetahuan memiliki kerangka terstruktur dan
terorganisir, sehingga memerlukan aturan yang jelas dan ditentukan sebelumnya bagi
individu yang terlibat dalam pembelajaran. Kebiasaan dan disiplin memainkan peran penting
dalam proses pembelajaran, dengan penekanan kuat pada penegakan disiplin. Dalam
perspektif ini, kegagalan atau ketidakmampuan memperoleh pengetahuan dianggap sebagai
kesalahan yang memerlukan hukuman, sedangkan keberhasilan pembelajaran atau
kemampuan dipandang sebagai perilaku yang patut mendapat imbalan. Selain itu, kepatuhan
terhadap aturan dianggap sebagai penentu keberhasilan pembelajaran. Individu yang
menjalani proses belajar, seperti siswa, diperlakukan sebagai objek yang tunduk pada aturan
yang telah ditetapkan, sehingga terjadi kontrol eksternal terhadap proses belajar yang
ditentukan oleh sistem eksternal (Sulaswari et al., 2021).
Menurut teori behavioris, tujuan pembelajaran terutama adalah untuk meningkatkan
perolehan pengetahuan. Proses pembelajaran dianggap sebagai upaya “mimetic”, dimana
siswa mereproduksi pengetahuan yang dipelajari melalui kegiatan seperti laporan, kuis, atau
tes. Materi pelajaran disajikan dengan fokus pada keterampilan tersendiri atau akumulasi
informasi faktual, mengikuti perkembangan berurutan dari detail spesifik ke gambaran
keseluruhan. Proses pembelajaran menganut rangkaian kurikulum yang kaku, dimana
kegiatan pembelajaran sangat mengandalkan buku teks atau bahan bacaan yang telah
ditentukan, menekankan pada pengulangan isi buku teks. Evaluasi pembelajaran menekankan
hasil, terutama menekankan respon pasif, keterampilan terisolasi, dan sering kali
menggunakan tes tertulis (Hapudin, 2021).
2) Teori Belajar Kognitivisme
Ketika menerapkan teori pembelajaran kognitif dalam pendidikan, penting bagi
pendidik untuk menyadari bahwa siswa belum sepenuhnya matang dalam proses berpikirnya.
Khususnya di prasekolah dan sekolah dasar awal, anak-anak belajar melalui pengalaman
langsung dengan benda-benda nyata. Keterlibatan siswa dalam kegiatan mempunyai arti yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru harus merancang bahan ajar mengikuti pola
tertentu atau perkembangan logis, dimulai dari konsep sederhana dan secara bertahap
bergerak menuju konsep yang lebih kompleks. Teori kognitif memberikan penekanan pada
pentingnya pemrosesan informasi, memori, dan pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran. Dalam konteks Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), pendekatan ini dapat
membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan analitis dan pemahaman yang
mendalam tentang konsep-konsep sosial dan sejarah.
3) Teori Belajar Humanisme
Berbagai metode pembelajaran dapat diterapkan sebagai implikasi dari teori
pembelajaran humanis, seperti pembelajaran berbasis diskusi, pendidikan sejawat, dan
pendekatan yang berpusat pada siswa. Dalam metode ini, peran guru berubah menjadi
fasilitator, sedangkan siswa berkembang dari penerima pasif menjadi peserta aktif dalam
proses pembelajaran. Pendekatan ini menumbuhkan pertumbuhan pola pikir siswa,
memungkinkan mereka untuk terlibat secara aktif dan mengambil peran aktif dalam
membangun pengetahuan.
a. Dengan menerapkan kegiatan diskusi dalam proses pembelajaran, siswa diharapkan
dapat berpartisipasi aktif dalam bertukar argumen, pandangan, dan pengetahuan dengan
sesama. Interaksi antara siswa dalam diskusi tersebut merupakan salah satu
konsekuensi atau hasil yang terjadi dari pendekatan pembelajaran humanisme.
b. Dengan menerapkan pendekatan pendidikan teman sebaya, siswa diharapkan dapat
berperan sebagai tentor atau tutor bagi teman sejawatnya. Melalui interaksi ini, peserta
didik dapat saling bertukar pengetahuan secara efektif dan menyenangkan dalam waktu
yang bersamaan. Pendekatan ini juga merupakan bagian dari pendidikan humanisme, di
mana peran guru adalah mengawasi jalannya pembelajaran dan memfasilitasi siswa
dalam membantu satu sama lain dalam memahami materi pembelajaran.
c. Melalui penerapan pendekatan pendidikan yang berpusat pada siswa, siswa mengambil
peran sebagai objek pembelajaran dan subjek pembelajaran. Metode ini bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas siswa dalam proses belajar. Peran guru dalam pendekatan ini
bukan sebagai pengajar utama, melainkan sebagai fasilitator yang membimbing dan
menjaga kelancaran proses pembelajaran. Guru tidak terlibat secara aktif dalam metode
ini, tetapi memiliki tugas untuk memfasilitasi diskusi dan memastikan pembelajaran
berjalan dengan baik. Peserta didik diharapkan menjadi lebih aktif dalam proses belajar.
Pendekatan ini merupakan salah satu bentuk pendidikan berbasis humanisme, di mana
fokus diberikan pada pengembangan individu siswa dan pemberdayaan mereka dalam
proses pembelajaran.
4) Teori Konstruktivisme
Terjadi perubahan paradigma dalam pendekatan pembelajaran dari behaviorisme ke
teori kognitif. Dalam epistemologi behaviorisme, perhatian utamanya adalah pada
kecerdasan, tujuan domain yang spesifik, Tingkat pengetahuan, dan penguatan. Namun,
dalam epistemologi konstruktivis, dianggap bahwa siswa secara aktif membangun
pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan sekitar. Terdapat empat
asumsi epistemologis inti yang menjadi dasar dari konsep “pembelajaran konstruktivis”.
Pertama, pengetahuan dibangun secara fisik oleh siswa melalui keterlibatan aktif dalam
proses pembelajaran. Kedua, pengetahuan dibangun secara simbolis oleh siswa melalui
penciptaan representasi berdasarkan tindakan mereka sendiri. Ketiga, pengetahuan dibangun
secara sosial oleh siswa melalui komunikasi yang bermakna dengan orang lain. Terakhir,
pengetahuan dibangun secara teoritis oleh siswa ketika mereka berusaha menjelaskan konsep-
konsep yang belum sepenuhnya dipahami (Eva Julyanti, 2022).
Model pembelajaran konstruktivis berperan sebagai pendukung dalam proses belajar
mengajar yang efektif. Model ini memiliki peran penting dalam langkah-langkah atau
tahapan pengajaran yang beragam, dengan tujuan meningkatkan interaksi antara guru dan
siswa selama kegiatan belajar mengajar. Penelitian telah menemukan bahwa model
pembelajaran 5M, yang terdiri dari mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan, yang menyajikan materi secara komprehensif pada setiap langkah, dapat
membantu siswa dalam memahami isi pembelajaran dengan lebih baik. Pendekatan ini
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Pendidikan berfokus pada memberi peserta didik pengetahuan dan pemahaman
konseptual. Tujuan pendidikan adalah memberikan pengetahuan yang kuat dan meningkatkan
keterampilan peserta didik. Hal ini untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai ilmu pengetahuan, salah
satunya IPS. Pendidikan ini terutama berfokus pada konsep teoritis, pendidikan ini juga dapat
membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan
kolaboratif. Kemampuan berpikir kritis inilah yang saat ini sangat diperlukan dalam
mempelajari ilmu pengetahuan.

4. Simpulan
Prinsip pembelajaran IPS dibagi menjadi empat yaitu: Pertama, prinsip intregrated
(terpadu). Intregrated istilah ini mirip dengan istilah integrasi atau keterpaduan, dalam KBBI
intregasi adalah pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Kedua prinsip
interaksi, dalam KBBI berarti hubungan, dan dalam kontek ini adalah hubungan timbal balik
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan
kelompok. Ketiga prinsip kesinambungan dan perubahan. Dalam kehidupan bermasyarakat
manusia akan selalu terikat dengan adat dan tradisi yang sudah ada dan diwariskan dari
generasi sebelumnya. Keempat prinsip kooperatif. Kooperatif dalam KBBI berarti
bekerjasama atau membantu. Dalam pembelajaran kita mengenal cooperative learning yaitu
sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada peserta didik untuk salin berinteraksi
dan bekerja sama dengan peserta didik lain.
Pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” daripada
“transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan
memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap,
nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dan tujuan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yakni peserta didik dapat memiliki suatu
kemampuan untuk memahami seluk beluk dan pola-pola dari konsep kehidupan masyarakat.
Selain itu pembelajaran IPS dapat mengasah keterampilan penting di tengah perkembangan
dunia untuk bisa berkontribusi menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik. Pertama
memahami konsep-konsep pola dan persebaran terkait dengan aspek-aspek keruangan dan
waktu, pemenuhan kebutuhan, interaksi sosial dan kesejarahan dalam perkembangan
peradaban manusia. Kedua memiliki keterampilan dalam berpikir kritis, berkomunikasi,
berkreativitas, dan berkolaborasi dalam kerangka perkembangan teknologi terkini. Ketiga
mempunyai kesadaran dan berkomitmen dalam menerapkan nilai-nilai sosial masyarakat dan
kemanusian untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bangsa dan negara sehingga mampu
mreleksikan peran diri di tengah lingkungan sosialnya. Empat menunjukkan hasil
pemahaman konsep pengetahuan dan pengasahan keterampilannya dengan membuat karya
atau melakukan aksi sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Dianta, E. I. (2023, Juli). Pengembangan Pendidikan IPS Pada Sekolah Dasar.
SINAU: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, 2(3), 131-137.
Agung Eko Purwana, dkk., Pembelajaran IPS di MI, edisi pertama, Surabaya: Aprinta, 2009.
Al, S. H. (2013). Prinsip-Prinsip Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap Pendidik dan
Peserta Didik. Jurnal Al-Ta'dib.
Amar Septian, M. N. (2024, Januari). Analisis Prinsip Prinsip Pembelajaran Ips. SINAU:
Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran, 3(1), 227-237.
Anang Yulianto Nugroho, H. d. (2020). Analisis Kebutuhan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Jurnal Kependidikan, 4, 15-25.
Cikusin, Y. (2016). Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran IPS Mi. Universitas Islam Negeri
Raden Fatah. Repository, 11. Retrieved From
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10891/2/T1_292012093_BAB
II.pdf
Dea Safitri, D. A. (2024). Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPS Membangun Warga Negara
Berpengetahuan . Jurnal Komunikasi dan Media Pendidikan, 2(1), 53. Retrieved 3 20,
2024, from https://journals.ldpb.org/index.php/cognoscere
Hopeman, T.A., Hidayah, N., & Anggraeni, W.A. (2022). Hakikat, Tujuan Dan Karakteristik
Pembelajaran IPS Yang Bermakna Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Kiprah
Pendidikan, 1(3), 141-149. https://doi.org/10.33578/kpd.v1i3.25
Intan Dwi ayu Agustin, N. N. (2024). Literature Review : Pelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Journal Of Social Science Research, 4(1), 11672-11682.
Riadi, F.S (2023) analisis Pembelajaran IPS dalam Mengembangkan Knoelage, Attitude,
Skill dan Values di SD Labschool. JKPD: Jurnal Kajian Pendidikan Dasar. 8(1) 1-1-
2023.
Suarti, H. A. (2023, Desember). Peran Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Menuju
Pelajar Pancasila pada Siswa di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
5(6), 2527-2535.
Sulaswari, M., Faidin, N., & Sholeh, M. (2021). Teori Belajar Behaviorisme: Teori dan
Praktiknya dalam Pembelajaran IPS. Al Hikmah: Journal of Education, 2(2), 131–
144. https://doi.org/10.54168/ahje.v2i2.49
Tusriyanto, Pembelajaran IPS SD/Mi (Kajian Teoritis dan Praktis), Yogyakarta:
Kaukaba Dipantara, 2014.
Tusriyanto. (2015, Januari). Pembelajaran IPS Berbasis Research. Elementary, 1, 58-68.

You might also like