File Namesss Good Game

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST.

, MT

Pertemuan I,II,III
I. Kayu Sebagai Bahan Konstruksi

I.1 Dasar-Dasar Penggunaan Kayu


Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama
dikenal masyarakat, didapatkan dari semacam tanaman yang tumbuh di alam dan
dapat diperbaharui secara alami. Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam
pengerjaan, ringan, sesuai dengan lingkungan (environmental compatibility) telah
membuat kayu menjadi bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan
(light construction).
Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya didasari oleh
kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi keindahannya. Secara alami
kayu memiliki bermacam-macam warna dan bentuk serat, sehingga untuk
bangunan expose material kayu tidak banyak memerlukan perlakuan tambahan.
Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural perlu diperhatikan sifat-
sifat dan jenis-jenis kayu serta faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu,
sambungan dan alat-alat penyambung serta keawetan kayu.
Keterbatasan penggunaan kayu selama ini terjadi dikarenakan keterbatasan
kayu alami yang lurus dan relative panjang sudah jarang didapatkan, serta kayu
dengan tingkat kekuatan yang tinggi sidah semakin berkurang. Oleh karena itu,
maka teknologi sambungan dan komposit material sangat penting pada
perancangan struktur kayu.

I.2 Bagian-Bagian Penampang Kayu


Senyawa utama penyusun sel kayu dengan komposisinya adalah selulosa
50%, hemiselulosa 25%, lignin 25%. Sel-sel kayu kemudian secara kelompok
membentuk pembuluh, parenkim dan serat. Pembuluh memiliki bentuk seperti
pipa yang berfungsi untuk saluran air dan zat hara. Parenkim memiliki bentuk
kotak, berdinding tipis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara hasil
fotosintesis. Serat memiliki bentuk panjang langsing dan berdinding tebal serta
berfungsi sebagai penguat pohon.

I‐1
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Kelompok-kelompok sel kayu bergabung membentuk bagian/anatomi


pohon. Sebatang pohon dipotong melintang akan diperoleh secara kasar
gambaran dan bagian-bagian kayu seperti terlihat pada Gambar 1.1.

A = kulit luar

B = kulit dalam

C = cambium

D = kayu gubal

E = kayu teras

F = hati kayu

G = jari-jari kayu

Gambar 1.1 Pototngan melintang pohon kayu

Bagian luar kayu disebut kulit (bark) merupakan lapisan yang padat dan
cukup kasar, bagian kulit yang paling luar sudah mati dan berfungsi sebagai
pelindung kayu terhadap serangan dari luar (iklim, serangan serangga, dan jamur).
Sedangkan kulit bagian dalam bersifat hidup dan tipis yang berfungsi sebagai
jalan zat yang mengandung gizi dari akar ke daun.
Pada bagian sebelah dalam kulit terdapat lapisan tipis yang disebut lapisan
kambium, lapisan ini merupakan jaringan yang tipis dan bening, berfungsi
sebagai tempat pertumbuhan sel-sel kayu.
Disebelah dalam lapisan kambium terdapat bagian kayu lunak yang
berwarna keputih-putihan disebut kayu gubal (sapwood), bagian ini merupakan
kayu muda yang terdiri dari sel-sel yang masih hidup, berfungsi sebagai pengantar
zat-zat makanan dari akar menuju daun dan juga sebagai tempat penyimpanan
bahan makanan, mempunyai ketebalan ± 2 cm sampai 10 cm.
Se;anjutnya di sebelah dalam dari lapisan kayu gubal terdapat bagian kayu
yang warnanya lebih gelap disebut dengan kayu teras (heartwood), berfungsi
sebagai penguat pohon karena memiliki dinding sel yang lebih tebal dan kuat.

I‐2
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Pada bagian ini tidak terdapat zat-zat makanan, sehingga jika dipakai sebagai
bahan konstruksi akan awet.
Pertumbuhan sel-sel kayu disertai dengan munculnya struktur seperti cincin
yang disebut dengan cincin tahunan (annual ring) yang dapat memperkirakan
umur dari pohon kayu. Pohon kayu yang mengalami pertumbuhan cepat akan
memiliki cincin tahunan yang lebih besar bila dibandingkan dengan pohon kayu
yang memiliki pertumbuhan lambat. Pada bagian tengah batang ada inti (pith)
yang dikelilingi oleh sejumlah cincin tahunan.

I.3 Sifat-Sifat Kayu


Kayu merupakan bahan alam yang tidak homogen. Ketidakhomogenan ini
disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan pertumbuhan
yang sering tidak sama. Oleh karena itu , sifat-sifat fisik dan sifat-sifat mekanik
pada arah longitudinal, radial dan tangensial tidak sama. Kekuatan kayu pada
arah longitudinal (X) lebih besar dibandingkan dengan arah radial (R) ataupun
tangensial (T) dan angka kembang susut pada arah longitudinal lebih kecil dari
pada arah radial maupun arah tangensial.

T R

Gambar 1.2 Arah longitudinal, radian dan tangensial pohon kayu

1. Sifat-sifat fisik kayu


a. Kandungan air

I‐3
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Kayu merupakan material higroskopis, artinya kayu memiliki kaitan yang


sangat erat dengan air baik berupa cairan maupun uap. Kemampuan menyerap
dan melepaskan air sangat tergantung dari kondisi lingkungan seperti temperatur
dan kelembaban udara.
Kandungan air yang terdapat pada sebuah pohon kayu sangatlah bervariasi,
tergantung pada jenis spesiesnya. Dalam satu spesies yang sama terjadi pula
perbedaan kandungan air yang disebabkan oleh umur, ukuran pohon dan lokasi
penanamannya. Pada bagian batang sebuah kayu terjadi perbedaan kandungan air,
kandungan air pada kayu gubal lebih banyak dari pada kayu teras.
Air yang terdapat pada batang kayu tersimpan dalam dua bentuk, yaitu air
bebas (free water) yang terletak di antara sel-sel kayu dan air ikat (bound water)
yang terletak pada dinding sel. Selama air bebas masih ada, maka dinding sel
kayu akan tetap jenuh. Air bebas merupakan air pertama yang akan berkurang
seiring dengan proses pengeringan, pengeringan selanjutnya akan mengurangi air
ikat pada dinding sel.
Ketika batang kayu mulia diolah (ditebang dan dibentuk), kandungan air
pada batang berkisar antara 40% hingga 300%. Kandungan air ini dinamakan
kandungan air segar. Setelah kayu ditebang dan mulai dibentuk atau diolah,
kandungan air mulai bergerak keluar. Suatu kondisi dimana air bebas yang
terletak antara sel-sel sudah habis, sedangkan air ikat pada dinding sel masih
jenuh dinamakan titik jenuh serat (fibre saturation point). Kandungan air pada
saat titik jenuh serat berkisar antara 25% sampai 30% bergantung pada jenis kayu
itu sendiri.
Pengeringan selanjutnya (kadar air di bawah titik jenuh serat) akan
mengurangi kandungan air ikat pada dinding sel, menyebabkan terjadinya
perubahan dimensi tampang melintang batang kayu, peningkatan kepadatan,
peningkatan sifat-sifat mekanik dan ketahanan lapuk. Kandunga air pada kayu
akan sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Bila kelembaban
udara lingkungan meningkat, maka kandungan air pada kayu akan meningkat
pula, dan begitu pula sebaliknya. Pada lingkungan yang memiliki kelembaban
udara yang stabil, maka kandungan air pada kayu juga akan cendrung tetap.

I‐4
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Kondisi kandungan air pada kayu yang tetap ini disebut kadar air seimbang
(equilibrium moisture content) berkisar antara 12% sampai 17%.

b. Kepadatan dan berat jenis


Kepadatan atau berat unit sebuah kayu dinyatakan sebagai berat per unit
volume. Hal ini ditunjukkan untuk mengetahui porositas atau prosentase
rongga/void. Kepadatan dan volume sangat bergantung pada kandungan air.
Kepadatan akan kecil pada inti kayu bagian dasar dan akan meningkat tajam ke
arah luar penampang (cross section) dan meningkat secara perlahan ke arah
ketinggian.
Kepadatan suatu jenis kayu dapat dihitung dengan cara membandingkan
antara berat kering kayu dengan volume basah. Berat kering kayu dapat diperoleh
dengan cara menyimpan specimen kayu dalam oven pada suhu 105oC selama 24
jam atau hingga berat specimen kayu tetap. Berat jenis adalah perbandingan
antara kepadatan kayu dengan kepadatan air pada volume yang sama.
Kayu terdiri dari bagian padat/sel kayu, air dan udara. Volume adalah
jumlah dari volume bagian padat, volume air dan volume udara. Ketika kayu
dimasukkan ke dalam oven atau dikeringkan, maka volume yang tetap tinggal
adalah volume bagian padat dan volume udara saja, sedangkan airnya sudah
menguap/hilang.

c. Cacat kayu
Kerusakan atau cacat pada kayu dapat mengurangi kekuatan dan bahkan
kayu yang cacat tersebut tidak dipakai sebagai bahan konstruksi. Cacat kayu yang
sering terjadi adalah mata kayu, retak/belah, pecah, pingul, serat miring, gubal,
lubang serangga, serta lapuk dan hati rapuh.
Mata kayu sering terdapat pada batang kayu yang merupakan bekas
cabang kayu yang patah. Pada daerah mata kayu terjadi pembengkokkan arah
serat, sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang. Menurut Desch dan Dinwoodie
(1981), penurunan kekuatan akibat mata kayu pada kuat geser dan kuat tekan
tegak lurus tegak lurus serat relatif kecil, pada kuat tekan sejajar serat cukup
besar, dan penurunan kekuatan yangpaling besar terjadi pada kuat tarik sejajar

I‐5
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

serat. Untuk keperluan konstruksi, dihindari penggunaan batang kayu yang


memiliki mata kayu.
Retak/belah pada kayu terjadi karena proses penurunan kandungan air
(pengeringan) yang terlalu cepat. Proses pengeringan ini memaksa air pada batang
bagian dalam kayu untuk segera keluar, sehingga terbentuklah retak. Pada batang
kayu yang tipis, retak dapat terjadi lebih besar dan disebut dengan belah. Pecah
dapat disebabkan karena jatuh saat menebang. Pingul merupakan kayu yang tidak
persegian, terjadi karena kembang susut.
Kondisi lingkungan yang memiliki kelembaban udara tidak tetap
(fluktuatif) dapat menyebabkan ukuran batang kayu tidak stabil. Proses
penyusutan (shrinkage) batang kayu terjadi apabila kelembaban udara di sekitar
batang kayu memaksa air pada batang kayu keluar, dan sebaliknya apabila
kandungan air pada kayu meningkat akibat tingginya kelembaban udara, maka
batang kayu akan mengembang (swalling). Besarnya kembang susut paling kecil
terjadi pada arah longitudinal, sedangkan kembang susut paling besar terjadi pada
arah longitudinal.

2. Sifat-sifat mekanik kayu


a. Kuat tarik sejajar serat
Elemen kontruksi yang menerima beban tarik dapat dengan mudah kita
temukan pada konstruksi rangka. Kuat tarik dapat dihitung dengan cara membagi
beban tarik dengan luas tampang (cross section). Kayu memiliki kuat tarik yang
lebih besar pada arah panjang batang (sejajar serat) dari pada arah radial (tegak
lurus serat), sehingga pada konstruksi kayu harus dihindari pembebanan tarik
yang tegak lurus serat kayu. Kegagalan tarik memiliki kecendrungan untuk
bergerak melalui bagian yang lebih rendah kepadatannya (kayu muda/gubal),
tetapi berbentuk zig-zag pada kayu yang kepadatannya tinggi (kayu teras).
Apabila batang kayu ditarik dengan beban tarik tertentu, maka panjang
batang kayu akan bertambah. Regangan didefinisikan sebagai nilai banding
antara pertambahan panjang dengan panjang batang awal. Untuk regangan yang

I‐6
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

kecil biasanya terjadi secara linier-elastik, sedangkan untuk nilai regangan yang
besar terjadi secara nonlinier-nonelastik seperti diperlihatkan pada Gambar 1.3.

σmak
σe Tegangan sebanding

0,2%εe ε
Gambar 1.3 Kurva tegangan-regangan sejajar serat

Modulus of Elasticity (MOE) merupakan angka kemiringan titik sebanding


atau σe / εe. Dimana σe adalah tegangan sebanding, dan εe adalah regangan
sebanding. Nilai MOE menunjukkan perilaku elastisitas suatu bahan dimana
regangan yang terjadi akibat penambahan beban akan hilang apabila beban kerja
tersebut dihilangkan.
Persamaan E = σ / ε, dikenal sebagai persamaan Hook yang berlaku pada
semua bahan yang bersifat elastic seperti karet, sedangkan kayu memilki daerah
elastisitas dan nonelastisitas pada kurva t5egangan-regangannya. Namun karena
mudahnya penggunaan persamaan Hook ini, maka analisis struktur kayu masih
dibatasi pada daerah elastisitas saja.

b. Kuat tekan sejejar serat


Batang yang mengalami gaya tekan dijumpai pada konstruksi kuda-kuda
dan elemen kolom pada portal. Kuat tekan dapat diperoleh dengan cara membagi
besar gaya tekan dengan luas tampang batang. Menurut Koebler (1980), untuk
batang yang memiliki panjang lebih dari 11 kali tebal batang, kegagalan tekan
batang akan disertai dengan munculnya tekuk atau buckling pada batang.
Menurut Somaji (1995), kuat tekan kayu pada arah tegak lurus serat
berkisar antara 12% sampai 18% dari kuat tekan sejajar serat. Kuat tekan kayu

I‐7
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

baik arah sejajar serat maupun arah tegak lurus serat akan meningkat apabila
kadar air menurun. Untuk kadar air di bawah 30% (titik jenuh serat), penururnan
setiap 1% kandungan air akan meningkatkabn kuat tekan antara 4% sampai 6%.

c. Kuat lentur
Kuat lentur kayu merupakan salah satu sifat mekanik kayu yang tertinggi,
bila dibandingkan dengan sifat mekanik yang lain seperti kuat tartik, kuat tekan,
maupun kuat geser. Akibat kuat lentur yang tinggi dan berat jenis yang kecil
menyebabkan kayu banyak dipakai untuk elemen lentur pada struktur ringan.
Tegangan lentur dari suatu tampang yang memilki momen lembam I dan
M .y
bending momen M dapat dihitung dengan persamaan : σlt = ……… 1.1)
l
,dimana y adalah jarak dari garis netral ketitik yang ditinjau tegangan lenturnya.
Akibat bending momen M, pada sisi atas tampang batang akan mengalami gaya
tekan, sedangkan pada sisi bawah akan mengalami tarik. Seiring dengan
meningkatnya bending momen, maka daerah sisi tekan akan membesar, sehingga
letak garis netral akan bergerak ke bawah. Urutan kegagalan sangat ditentukan
oleh jenis kayu itu sendiri, sebagai contoh untuk kayu-kayu yang tidak diawetkan,
kegagalan diawali pada daerah tekan, kemudian diikuti oleh kegagalan daerah
tarik atau daerah geser. Tegangan lentur maksimum yang terjadi pada saat
keruntuhan dikenal dengan istilah Modulus of Repture (MOR).

d. Kuat geser sejajar serat


Pada batang yang mengalami beban bending momen seringkali disertai
dengan gaya geser. Kekuatan geser kayu akan didukung oleh zat lignin, oleh
karena itu kuat geser kayu merupakan sifat mekanik kayu yang paling lemah
disbanding dengan sifat mekanik lainnya. Kayu memiliki kuat geser sejajar serat
yang lebih kecil dibandingkan dengan kuat geser tegak lurus serat. Cacat kayu
seperti retak atau mata kayu akan sangat mempengaruhi kuat geser kayu.

e. Perilaku terhadap temperatur tinggi


Sebagian kayu tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa yang
kesemuanya itu merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur Carbon, Hidrogen

I‐8
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

dan Oksigen. Unsur-unsur ini (Carbon, Hidrogen dan Oksigen) mudah


terbakarKayu digolongkan sebagai material yang mudah terbakar apabila ada
peningkatan temperatur ruangan yang berlebihan. Oleh karena itu, kayu
digolongkan sebagai material yang mudah terbakar (combustible material).
Perilaku struktur kayu dalam merespon api berbeda dengan bahan struktur
lainnya seperti beton atau baja. Ketika api sudah cukup untuk membakar kayu
bagian luar, maka kayu bagian luar akan terbakar dan berubah menjadi arang.
Waktu yang dibutuhkan oleh api untuk membakar kayu bagian luar sangat
tergantung dari kadar air kayu awal, dimensi batang kayu, ketersediaan oksigen
dan temperatur api itu sendiri. Oleh karena rendahnya angka penyebaran panas
(thermal conductivity) kayu dan air yang ada dalam kayu, maka untuk temperatur
yang kecil dibutuhkan waktu yang lama agar api dapat membakar bagian dalam
kayu.
Hemiselulosa pada kayu Oak mulai mengalami pyrolisis
(penguraian/perubahan material akibat temperatur) pada temperature 150oC
sampai 180oC. Pyrolisis pada selulosa terjadi pada temperature 280oC sampai
350oC, sedangkan lignin akan mulai mengalami pyrolisis pada temperatur 350oC
sampai 400oC, dan pyrolisis yang lengkap pada lignin terjadi pada temperatur
450oC sampai 500oC. Pyrolisis kayu dapat terjadi pada temperatur 150oC atau
bahkan lebih rendah lagi jika waktu pembakaran diperpanjang.
Akibat yang lebih jauh dari proses terbakarnya kayu pada bidang struktur
adalah terjadinya perubahan sifat-sifat fisik dan mekanik dari kayu itu sendiri.
Penurunan kekuatan kayu akibat terjadinya peningkatan temperatur tidak terjadi
secara linier melainkan cendrung berbentuk lengkung. Perilaku ini disebabkan
oleh kehadiran arang (sisa material kayu yang terbakar) yang berfungsi sebagai
pelindung kayu bagian dalam, sehingga struktur terhindar dari keruntuhan
seketika (brittle collapse).

I.4 Persyaratan Kayu Struktural


Berdasarkan SNI-04-1989, kayu bangunan struktural berhubungan dengan
cacat kayu, antara lain:

I‐9
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

1. Mata kayu
2. Pingul
3. Serat miring
4. Retak :
a. retak arah radial

Gambar 1.4 Bentuk retak arah radial

b. retak arah tangensial

Gambar 1.5 Bentuk retak tangensial

I.5 Kuat Acuan Kayu


1. Kuat acuan kayu berdasarkan atas pemilahan secara mekanis
Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan Modulus elastisitas lentur
harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku.
Berdasarkan modulus elastisitas lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan
lainnya dapat diambil sesuai Tabel 1.1. Kuat acuan yang berbeda dengan tabel
dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti
standar-standar eksperimen yang baku. Nilai acuan pada tabel dengan satuan
Mega Pascal (MPa), berdasarkan pemilahan secara mekanis.

I‐10
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Tabel 1.1 Kuat acuan kayu (MPa) berdasarkan pemilahan secara mekanis

Kode Modulus Kuat Kuat Kuat Kuat Tekan Kuat


Mutu Elastitas Lentur Tarik Tekan Tegak Geser
Lentur Fb Sejajar Sejajar Lurus Serat Fv
Ew Serat Ft Serat Fc// Fc┴
E26 26000 71 65 54 24 6,9
E25 25000 67 63 53 23 6,8
E24 24000 64 60 52 22 6,7
E23 23000 61 57 50 21 6,5
E22 22000 58 54 4 20 6,4
E21 21000 54 51 47 19 6,2
E20 20000 51 48 45 18 6,1
E19 19000 48 45 43 17 5,9
E18 18000 45 42 41 16 5,7
E17 17000 41 39 40 15 5,6
E16 16000 38 36 39 14 5,4
E15 15000 35 33 36 13 5,3
E14 14000 32 30 35 12 5,1
E13 13000 29 27 33 11 5,0
E12 12000 25 24 31 11 4,8
E11 11000 22 21 29 10 4,7
E10 10000 19 18 28 9 4,5
E9 9000 16 15 26 8 4,3
E8 8000 12 12 24 7 4,2
E7 7000 9 9 22 6 4,1

2. Kuat acuan kayu berdasarkan pemilahan secara visual


Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual
yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran
berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung
dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah,
tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30%), dihitung dengan mengikuti prosedur
baku. Gunakan satuan kg/m3 untuk ρ.

b. Kadar air m% (m<30) diukur dengan prosedur baku.

c. Hitung berat jenis pada m% (Gm) dengan rumus :


Gm = ρ/[1000(1+m/100)] ………………………………………………. 1.2a)

I‐11
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

d. Hitung berat jenis dasar (Gb) dengan rumus :

Gb = Gm/(1+0,265aGm), dengan a = (30-m)/30 ……………………… 1.2b)

e. Hitung berat jenis pada kadar air 15% (G15) dengan rumus :
G15 = Gb/(1-0,159Gb) ……………………………………….………… 1.2c)

f. Hitung estimasi kuat acuan kayu dengan rumus-rumus pada Tabel 1.2, dengan
G adalah G15.

Tabel 1.2 Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar air 15%
Untuk kayu berserat lurus tanpa cacat

Kuat Acuan Rumus Estimasi


Modulus elastisitas lentur, Ew (MPa) 16500G0,7
Lentur, Fb (kPa) 17130G1,13
Tarik sejajar serat, Ft dan tekan sejajar serat, Fc// (kPa) 7600G0,89
Geser sejajar serat, Fv (kPa) 2190G1,13
Tekan tegak lurus serat, Fc┴ (kPa) 2160G2,09

G adalah berat jenis kayu pada kadar air 15%

Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan/atau mempunyai cacat kayu,
estimasi nilai acuan yang dihitung dengan rumus-rumus pada Tabel 1.2, harus
direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI 03-3527-1994 UDC 691.11
tentang “Mutu Kayu Bangunan”, yaitu dengan mengalikan nilai acuan pada Tabel
1.2 dengan nilai rasio kekuatan yang ada pada Tabel 1.3 yang bergantung pada
kelas mutu kayu. Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 1.4.

Tabel 1.3 Nilai rasio kekuatan

Kelas mutu Rasio kekuatan

A 0,80
B 0,63
C 0,50

I‐12
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Tabel 1.4 Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu

Macam cacat Kelas mutu A Kelas mutu B Kelas mutu C


Mata kayu :
Terletak di
muka lebar 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu ½ lebar kayu

Terletak di 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu ¼ lebar kayu


muka sempit

Retak 1/6 tebal kayu 1/5 tebal kayu ½ tebal kayu

Pingul 1/10 tebal atau 1/6 tebal atau ¼ tebal atau lebar kayu
lebar kayu lebar kayu

Arah serat 1 : 13 1:9 1:6

Gubal Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan

Lubang Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan asal


serangga asal terpencar, asal terpencar, terpencar, serangga
serangga sudah serangga sudah sudah mati
mati mati
Tidak Tidak

Cacat lain diperkenankan diperkenankan Tidak diperkenankan


(lapuk, hati
rapuh, retak
melintang)

I.6 Pembebanan Pada Struktur Kayu


Beban nominal adalah beban yang ditentukan di dalam Pedoman
Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, SKBI-1.3.53.1987, atau
penggantinya.
1. Beban nominal
Beban nominal yang harus ditinjau adalah sebagai berikut :
Beban mati (D), beban mati yang diakibatkan oleh berat sendiri konstruksi
permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan
peralatan layan tetap.

I‐13
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Beban hidup (L), beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,
termasuk pengaruh kejut.
Beban hidup di atap (La), beban hidup di atap yang ditimbulkan selama
perawatan oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa
oleh orang dan benda bergerak.
Beban hujan (H), beban hujan yang ditimbulkan oleh adanya genangan air hujan.
Beban angin (W), beban angin termasuk dengan memperhitungkan bentuk
aerodinamika bangunan dan peninjauan terhadap pengaruh angin topan, puyuh,
dan tornado, bila diperlukan.
Beban gempa (E), beban gempa yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989,
atau penggantinya.

2. Kombinasi pembebanan
Kecuali apabila ditetapkan lain, struktur, komponen struktur dan
sambungannya harus direncanakan dengan menggunakan kombinasi pembebanan
berikut ini :

1,4D ……………………………... 1)
1,4D + 1,6L + 0,5(La atau H) ……………………………… 2)
1,2D + 1,6(La atau H) + (0,5L atau 0,8W) ……………………………… 3)
1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5(La atau H) ……………………………… 4)
1,2D + 1,0E + 0,5L ……………………………… 5)
0,9D ± (1,3W atau 1,0E) ……………………………… 6)

Pengecualian : faktor beban untuk L di dalam kombinasi beban persamaan 3), 4)


dan 5) harus sama dengan 1,0 untuk garasi parkir, daerah yang digunakan untuk
pertemuan umum, dan semua daerah dimana beban hidup lebih besar dari pada 5
kPa.
Setiap keadaan batas yang relevan harus ditinjau, termasuk kasus-kasus
dimana sebagian beban didalam kombinasi pembebanan bernilai sama dengan nol.
Pengaruh kondisi pembebanan yang tak seimbang harus ditinjau sesuai dengan
ketentuan didalam tata cara pembebanan gedung yang berlaku.

I‐14
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

3. Beban lain
Pengaruh struktural akibat beban-beban lainnya, termasuk tetapi tidak
terbatas pada berat dan tekanan lateral tanah, pengaruh temperatur, susut dan
kelembaban, rangkak dan beda penurunan tanah harus ditinjau didalam
perencanaan.
Pengaruh strukutral akibat beban yang ditimbulkan oleh fluida (F), tanah
(S), genangan air (P) dan temperatur (T) harus ditinjau dalam perencanaan dengan
menggunakan faktor beban : 1,3F; 1,6S; 1,2P; dan 1,2T.

4. Beban yang berlawanan


Apabila pengaruh suatu beban saling berlawanan didalam komponen
struktur atau sambungannya, maka harus ditinjau gaya aksial, geser dan momen
yang mungkin berbalik arah.

5. Pembebanan jangka panjang


Analsis yang dilakukan pada struktur dan komponen struktur yang
mengalami deformasi akibat rangkak pada saat memikul beban kerja, harus
memperhitungkan terjadinya tambahan deformasi akibat rangkak dalam masa
layannya apabila deformasi tersebut mempengaruhi tahanan atau kemampuan
layannya.

I.7 Contoh-Contoh Soal dan Pembahasan


Soal 1. Jelaskan dengan ringkas dasar-dasar penggunaan kayu sebagai bahan
konstruksi.

Penyelesaian :
Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi ringan didasari oleh kesederhanaan
dalam mengerjakan dan juga sesuai dengan lingkungan, disamping kekuatannya
juga didasari oleh segi keindahannya dengan bermacam-macam warna dan bentuk
serat.

I‐15
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

Soal 2. Jelaskan bagian kayu yang paling baik digunakan untuk kayu struktural.

Penyelesaian :
Pada penampang kayu, bagian yang paling baik digunakan untuk kayu struktural
adalah di sebelah dalam dari lapisan kayu, yaitu bagian yang warnanya lebih gelap
disebut dengan kayu teras (heartwood), berfungsi sebagai penguat pohon karena
memiliki dinding sel yang lebih tebal dan kuat. Pada bagian ini tidak terdapat zat-
zat makanan, sehingga jika dipakai sebagai bahan konstruksi akan awet.

Soal 3. Suatu jenis kayu mempunyai kerapatan ρ = 0,7 pada kadar air 12%.
Tentukan nilai-nilai kuat acuan kayu secara visual.

Penyelesaian :
- Kerapatan ρ = 0,7 gr/cm3 = 700 kg/m3, dengan kadar air m = 12%

- Berat jenis pada m% :


Gm = ρ/[1000(1+m/100)]
= 700 / [1000(1+12/100)]
= 0,625

- Berat jenis dasar :

a = (30-m)/30 = (30-12)/30 = 0,6

Gb = Gm/(1+0,265aGm)

= 0,625 (1+0,265.0,6)

= 0,72

- Berat jenis pada kadar air 15% :

G15 = Gb/(1-0,159Gb)

= 0,72 / (1 – 0,159.0,72)

= 0,81

I‐16
Bahan Ajar – Struktur Kayu – Mulyati, ST., MT

- Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar air 15%, untuk
kayu berserat lurus tanpa cacat :
Modulus elastisitas lentur : Ew = 16500G0,7 = 16500 . 0,810,7 = 14237 MPa
Lentur : Fb = 17130G1,13 = 17130 . 0,811,13 = 13500 kPa
Tarik sejajar serat = tekan sejajar serat: Ft =, Fc// = 7600G0,89
= 7600 . 0,81 0,89 = 6300 kPa
Geser sejajar serat : Fv = 2190G1,13 = 2190 . 0,811,13 = 1725 kPa
Tekan tegak lurus serat : Fc┴ = 2160G2,09 = 2160 . 0,812,09 = 1390 kPa

I‐17

You might also like