CBR Kepemimpinan Selesai 3
CBR Kepemimpinan Selesai 3
CBR Kepemimpinan Selesai 3
KELAS : PSKM 24 B
JURUSAN KIMIA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, penulisan Critical Book Review ini dapat terselesaikan. Adapun Critical Book
Review ini yaitu mengenai "Konsep Dan Struktur Kepemimpinan Dalam Organisasi".
Critical Book Review (CBR) ini kami susun dengan maksud sebagai tugas mata
kuliah Kepemimpinan dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap
materi kepemimpinan dalam berorganisasi . Harapan kami, semoga setelah penyelesaian
penulisan Critical Book Review ini kami semakin memahami tentang bagaimana penulisan
Critical Book Review yang baik dan benar.
Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian CBR ini, khususnya kepada dosen pengampu mata kuliah ini yaitu bapak Dr.
Ahmad Nasir Pulungan, S.Si., M.Sc (ANP)., serta kawan-kawan sekelas kami mahasiswa/i
PSKM 24-B.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan CBR ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan
dari para dosen demi penyempurnaan di masa yang akan datang, semoga karya tulis CBR ini
bermanfaat bagi semuanya, Terimakasih.
Penulis
Kelompok 7
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Kelebihan apa yang dimiliki seorang pemimpin dari dua sumber buku tersebut?
b. Apa kekurangan dari seorang pemimpin dari dua sumber buku tersebut?
1.3 Tujuan
Buku Utama
Penerbit : Kencana
ISBN : 978-623-384-628-8
Buku Pembanding
ISBN : 978-602-422-435-6
BAB 2
PEMBAHASAN
KONSEP KEPEMIMPINAN
Kegagalan organisasi juga tidak terlepas dari bagaimana sistem kordinasi dan komitmen dari
pemimpin dan pengikut terha dap organisasi dalam upaya menjawab cita-cita organisasi
secara bersama-sama. Karena itu, sukses tidaknya pemimpin dalam mewujudkan tujuan
organisasi terletak kepada kemampuan pemimpin mempraktikkan kepemimpinan dalam
organisasi. Secara faktual di banyak organisasi sering terjadi penetapan jabatan atau posisi
sebagai pemimpin tidak scirama dengan persyaratan- persyaratan standar, dan tidak diproses
secara benar dan transparan, sehingga seorang pemimpin yang dihasilkan menghadapi
kendala-kendala dalam memimpin pengikutnya dan dalam menciptakan iklim organisasi
yang harmonis, dan berdampak kepada sukarnya cita-cita organisasi terpenuhi.Ketika
eksistensi organisasi ingin dipertahankan dan ingin beroleh pengakuan publik secara akurat
dan objektif, maka sistem pembinaan karir dari anggota organisasi secara
benar,tertata,terstruktur dan berkelanjutan sangat dibutuhkan.
Teori kepemimpinan pertukaran disebut juga teori kelompok sosial (Yammarino &
Dansareau). Teori pertukaran atau kelompok sosial mengatakan bahwa pemimpin
menyediakan lebih banyak keuntungan atau penghargaan daripada beban atau kerugian
kepada pengikut dalam organisasi dan mendorong pengikut untuk mencapai tujuan organisasi
(dalam Luthan, 2005: 644).
Teori kepemimpinan kognitif sosial dipelopori Edward Tolman, yang mengatakan bahwa
perilaku itu adalah purposif, yaitu bahwa perilaku pengikut atau anggota organisasi diarahkan
pada sebuah tujuan. Tolman percaya bahwa ada pengetahuan pengharapan, di mana tugas
atau pekerjaan tertentu dalam organisasi vang dilaku- kan anggota organisasi menghasilkan
suatu konsekuensi tertentu. Konsep pengharapan kognitif mengimplikasikan bahwa
organisme berpikir atau sadar atau mengetahui tujuan memengaruhi perilaku pengikut.
Perilaku seseorang paling baik dijelaskan dengan kognisi atau pengetahuan.
2.2 Ringkasan Buku Pembanding
Kepemimpinan tentu saja dibangun oleh beberapa sifat dasar. Sifat ini bisa
diperoleh sebagian dari faktor genetika, tapi sebagian lagi bisa saja dikembangkan.
Pembahasan kita kali ini difokuskan pada perbedaan perilaku dari pemimpin yang
efektif dan pemimpin yang tidak efektif.
a. Teori X
Teori ini mengasumsikan, bahwa karyawan sebagai manusia memiliki perilaku:
• Secara umum manusia adalah makhluk yang malas dan bekerja seadanya saja.
• Kurang punya ambisi, menghindar dari tanggung jawab, dan lebih suka diarahkan.
• Hanya mementingkan diri sendiri, kepentingan organisasi menjadi urusan kedua.
• Karena kurang suka bekerja, dan menghindar dari tanggung jawab, maka
kebanyakan orang harus dipaksa dahulu, kontrol dengan ketat, diarahkan dan jika
perlu diancam dengan hukuman untuk membuat mereka memiliki usaha untuk
pencapaian organisasi.
• Naif, tidak cerdas dan kreatif serta suka berbuat curang.
Bagi manajer yang memiliki asumsi seperti Teori X ini pada karyawan, ia
lebih suka menekankan perilakunya pada pemberian perintah dan pengontrolan
karena adanya hal yang negatif dari karyawan. Dengan asumsi ini pula, berarti:
1. Manajemen bertanggung jawab terhadap keseluruhan elemen aset perusahaan,
uang, peralatan, dan orang dengan daya tarik ekonomi.
2. Dengan asumsi seperti ini, manajemen harus mengarahkan usaha- nya, motivasi,
dan mengawasi dan memodifikasi perilaku karyawan. yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
3. Tanpa intervensi yang aktif oleh manajemen, karyawan akan pasif. Bahkan dalam
kasus yang buruk, mereka menolak tujuan organisasi. Kalau ini yang terjadi, mereka
perlu dibujuk, diberi ganjaran dan jika perlu dihukum.
b. Teori Y
Sementara itu, teori Y berasumsi sebaliknya. Menurut teori Y usaha yang
bersifat fisik maupun mental karyawan dalam bekerja sebenarnya sebuah sifat yang
alami. Bahkan karyawan cenderung menganggapnya sebagai main-main saja.Kontrol
yang besifat eksternal dan ancaman hukuman bukanlah satu-satunya acara untuk
menghasilkan usaha meraih tujuan orga- nisasi. Karyawan akan mengatur dirinya
sendiri dan berusaha sendiri untuk mencapai tujuan organisasi dan menganggapnya
sebagai sebuah komitmen.Derajat komitmen untuk mencapai tujuan selalu
proporsional sesuai dengan ganjaran yang terkait dengan pencapaiannya.
Dengan asumsi-asumsi teori Y di atas, maka implikasinya pada organisasi dan
perilaku manajer adalah:
1. Manajemen bertanggung jawab dengan pengelolaan seluruh elemen yang produktif
dari perusahaan.Karyawan pada dasarnya tidak pasif, atau menolak untuk kebutuhan
organisasi. Mereka menjadi begitu karena pengalaman mereka di organisasi.
2. Karyawan pada dasarnya tidak pasir, atau menolak untuk kebutuhan organisasi.
3. Motivasi, untuk pengembangan kapasitas untuk bertanggung jawab, dan kesiapan
untuk mengarahkan perilaku terhadap tujuan organisasi ada pada karyawan.
Yang dimaksud dengan perhatian pada produksi bukan saja sikap si manajer
terhadap jumlah output produksi. Tapi juga terkait dengan urusan an operasi yang lain
dalam arti yang lebih luas. Misalnya tentang kebijakan keputusan, prosedur dan
proses operasi, kreativitas dari penelitian dan mutu dan efisiensi pekerjaan.
Sementara itu, yang dimaksud dengan perhatian pada karyawan juga dalam
arti yang luas. Bukan saja saja soal kondisi kerja atau gaji untuk karyawan, tapi juga
soal komitmen atasan atas pencapaian si bawahan, keterlibatan dalam pekerjaan
bawahan, pemberian tanggung jawab yang berdasarkan rasa percaya bukan
berdasarkan kepatuhan, sampai dengan menjaga kepuasan dalam berhubungan.
Fred E. Fiedler beserta para kolega kerjanya sadar benar bahwa se- orang
pemimpin harus memperhatikan faktor situasi, di mana kepemi- mpinan itu akhirnya
akan teruji serta memiliki keterhubungan dengan interaksi bawahan. Menurut Fiedler,
ada tiga dimensi penting dalam pen- dekatanya, yaitu (Hellriegel et al., 2007):
E. KESIMPULAN
F.SARAN