Proposal MARIATI KEFI
Proposal MARIATI KEFI
Proposal MARIATI KEFI
MARIATI KEFI
1802050006
FAKULTAS HUKUM
2023
1
BAB I
Pendahuluan
Peradilan pidana merupakan salah satu pilar penting dalam sistem hukum
terpadu, termasuk dalam hal koordinasi antar lembaga, penegakan hukum, dan
dengan orang dewasa.1 Fokus utama dari peradilan pidana anak adalah rehabilitasi
dan reintegrasi sosial, bukan sekadar hukuman. Tujuan utamanya adalah untuk
yang positif.
1
Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
2
Peradilan pidana anak di Indonesia dirancang untuk memberikan
Anak yang terlibat dalam proses hukum memiliki hak-hak yang harus
dilindungi, termasuk hak untuk tidak diadili secara terbuka, hak untuk
mendapatkan bantuan hukum, dan hak untuk mendapatkan perlakuan yang layak
Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) mengatur tentang penanganan anak
yang melakukan tindak pidana dengan pendekatan yang lebih humanis dan
rehabilitatif. Salah satu upaya yang diatur dalam undang-undang tersebut adalah
penerapan diversi, yakni suatu proses penyelesaian perkara anak di luar pengadilan
untuk mencegah dampak negatif dari proses peradilan formal terhadap anak.
dari proses hukum, serta memberikan kesempatan kepada anak untuk memperbaiki
3
perilakunya tanpa harus terjebak dalam sistem peradilan pidana. Meskipun
baik dari segi pelaksanaan maupun dari pemahaman berbagai pihak terkait. Sistem
penegakan hukum dan perlindungan hak-hak anak, dengan tujuan akhir untuk
membantu anak-anak yang terlibat dalam tindak pidana agar mereka dapat
penelitian dan menyelesaikan tugas akhir (Skripsi) pada Fakultas Hukum dan Ilmu
4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.2 Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan diversi pidana dalam
tahap penuntutan?
1.2.3 Apa dampak dari penerapan diversi terhadap anak yang terlibat dalam
penerapan diversi.
peradilan pidana.
1.4.2 Secara Praktis, Sebagai pedoman dan masukan bagi semua pihak terutama
1.4.3 Bagi saya sendiri, penelitian ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum
5
BAB II
Tinjauan Pustaka
pidana terpadu (integrated criminal justice system). Sistem ini diletakan pada
Stbld. 1941 Nomor 44. Pada Tahun 1981, rancangan undang-undang hukum acara
pidana disahkan oleh sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada Tanggal 23
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana disebut juga dengan nama Kitab
peradilan pidana3 .
2
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP: Penyidikan Dan Penuntutan,
Jakarta: Sinar grafika, 2009, hal. 90
3
Tolib Effendi, Sistem Peradilan Pidana: Perbandingan Komponen Dan Proses Sistem Peradilan Pidana
Di Beberapa Negara, Yogyakara: Pustaka Yustisia, 2013, hal. 145.
6
Romli Atmasasmita mengartikan sistem peradilan pidana sebagai suatu
keempat aparatur tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
mekanisme kerja baik hubungan yang bersifat horizontal maupun yang bersifat
vertikal sesuai dengan sruktur organisasi yang berlaku dalam organisasi tersebut,
terpisahkan dari suatu sistem sosial sehingga masyarakat secara keseluruhan ikut
peradilan pidana adalah sistem pengendalian kejahatan yang terdiri dari lembaga-
4
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana: Perspektif eksistensialisme dan abolisionalisme,
Bandung:Putra abardin, 1996, hal. 14.
5
Ibid., hal. 17.
6
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 6-7.
7
lembaga kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan pidana 7. Mardjono
system”. Peradilan pidana sebagai suatu sistem mempunyai perangkat struktur atau
subsistem yang seharusnya bekerja secara koheren, koordinatif dan integratif agar
dapat mencapai efesiensi dan efektivitas yang maksimal. Antar subsistem apabila
tidak dapat bekerja secara simultan, maka menimbulkan kerugian yang dapat
7
Mardjono Reksodiputro, “Sistem peradilan pidana Indonesia (melihat kepada kejahatan dan
penegakan hukum dalam batas-batas toleransi)”; Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Guru Besar
Tetap Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993, hal. 1.
8
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana: Kumpulan Karangan
Buku Ketiga, Pusat Pelayanan Keadilan Dan Pengabdian Hukum Lembaga Kriminologi Universitas
Indonesia, Jakarta: 1994, hal. 85
8
pidana menjadi faktor signifikan dalam prinsip penegakan hukum dan keadilan
implementasinya maka tujuan yang hendak dicapai oleh adanya sistem peradilan
pidana yang terpadu tidak mungkin bisa terwujud dan yang terjadi justru
sebaliknya yakni kegagalan dari prinsip-prinsip dan asas hukum yang menjadi
sendirinya akan menjadikan sistem peradilan pidana sebagai suatu sisitem yang
terintegrasi menjadi suatu sistem dengan tujuan yang sama. Sistem peradilan
9
Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Malang: UMM Press, hal. 256
10
Ibid.
9
memiliki tujuan besar yaitu untuk melindungi masyarakat dan menegakkan
hukum11.
The Juvenile Justice System, yaitu suatu istilah yang digunakan searti dengan
sejumlah institusi yang tergabung dalam pengadilan, yang meliputi polisi, jaksa
pihak terkait dalam Juvenile Justice System, pertam: polisi sebagai institusi formal
ketika anak nakal pertama kali bersentuhan dengan sistem peradilan, yang juga
akan menentukan apakah anak akan dibebaskan atau diperoses lebih lanjut. Kedua,
jaksa dan lembaga pembebasan bersyarat yang juga akan menentukan apakah anak
institusi penghukuman.
pidana, dan unsur “anak” dalam kata “sistem peradilan pidana anak” mesti di
10
bagi anak. Anak dalam sistem peradilan pidana anak, adalah anak nakal,
yaitu anak yang melakukan tindak pidana, ataupun anak yang melakukan
laku sosial. Pengertian sistem itu sendiri mengandung implikasi suatu proses
anak14, yaitu segala aktivitas yang dilakukan oleh polisi, jaksa, hakim, dan
pejabat lain, harus di dasarkan pada suatu prinsip ialah demi kesejahteraan
12
Setya Wahyudi, Implementasi ide diversi dalam pembaruan sistem pidana anak di Indonesia., hlm.
35.
13
ibd
14
Setya Wahyudi, Op. Cit., hlm. 36
11
Dengan beranjak pada pendapat-pendapat tersebut, maka sistem
peradilan pidana anak adalah suatu sistem penegakan hukum pidana anak
berdasarkan hukum pidana materil anak, hukum pidna formal anak, dan
pidana anak ini lebih menekankan pada kepentingan perlindungan anak dan
anak, yaitu tujuan jangka pendek sistem peradilan pidana anak adalah
bagi pelaku anak. Tujuan jangka menengah sistem peradilan pidana anak
adalah mencegah pelaku anak tersebut melakukan kejahatan lebih lanjut, dan
pada paradigma sistem peradilan pidana anak yang dianut. Terdapat tiga
12
paradigm); Paradigma Restoratif (restoratif paradigm). Dari masing-masing
paradigma peradilan pidana anak, maka akan berlainan masing- masing tujuan
yang ditonjolkan.
sistem peradilan pidana anak dapat diketahui pada UU Pengadilan Anak dan
UU Perlindungan Anak.
jawab ini terletak pada tanggung jawab sistem dalam memenuhi kebutuhan
umum tak layak. Pencapaian tujuan sanksi ditonjolkan pada indikator hal-hal
13
berkompeten dan tak mampu berbuat rasional tanpa campur tangan terapitik.
apakah pelaku hadir dan berperan serta dalam pembinaan, apakah pelaku
konseling kelompok dan keluarga: paket kerja probation telah disusun, dan
dijatuhi pidana dan dengan pemidanaan yang tepat, pasti, setimpal, serta adil.
dengan dilihat pada keadaan apakah pelaku telah ditahan, apakah residivis
14
berkurang dengan pencegahan dan penahanan.
sertakan korban untuk berhak aktif terlibat dalam proses peradilan. Indikator
masyarakat dan para penegak hukum secara aktif. Pelaku bekerja aktif untuk
aktif dalam semua tahap proses dan akan membantu dalam penentuan sanksi
berlangsungnya mediasi.
secara positif, maka anak dan keluarga merupakan sumber utama. Anak
15
pelaku dilakukan dengan pelaku yang bersifat learning by doing, konseling
dan pembinaan, sehingga bisa tumbuh dan berkembang sebagai anak normal
dapat melakukan sesuatu perbuatan buruk yang dapat merugikan orang lain
baik secara fisik maupun materil. Kejahatan Anak ini dapat dikatakan sebagai
Kenakalan yang dibahas di dalam penulisan skripsi ini adalah kenakalan anak
gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh
setiap perbuatan atau tingkah laku seseorang anak di bawah umur 18 tahun
15
Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak edisi Revisi, Refika Aditama, Bandung, 2013,
hlm. 8.
16
Ibid., hlm. 9.
16
dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum
bersangkutan.17
yang dilakukan oleh seorang anak dibawah usia 18 tahun yang menimbulkan
kerugian fisik maupun materil serta immaterial bagi orang lain. Istilah
menekankan pada sifat tindakan anak apakah sudah menyimpang dari norma
yang berlaku atau belum melanggar hukum namun, semua sepakat dasar
18
Ibidh Hlm 9
17
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak ini mengenal istilah diversi dan
restorative justice.
merupakan konsep keadilan yang sangat berbeda dengan apa yang kita kenal
saat ini dalam sistem hukum pidana Indonesia yang bersifat retributif. Konsep
memulihkan, yaitu memulihkan bagi pelaku tindak pidana anak, korban dan
pemerintah.20
kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana
19
Ibid hlm 134
20
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia ( Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative
Justice), Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 11 (selanjutnya disebut buku II).
18
dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga dan atau/masyarakat,
kepada pelaku untuk menempuh jalur non pidana seperti ganti rugi, kerja
stigmatisasi.25
21
Dalam Naskah Akademik RUU Sistem Peradilan Pidana Anak, hlm. 49.
22
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
23
Marlina, Buku II, op. cit., hlm. 13.
24
Ibid., hlm. 14.
25
Pasal 6 Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.
26
Kusno Adi, Diversi Sebagai Upaya Penanggulangan Alternatif Penanggulangan Tindak Pidana
Narkotika Oleh Anak, UMM Press, Malang, 2009, hlm. 110.
19
b. Menyelesaikan perkara anak di luar proses peradilan,
20
keuntungan ganda. Di satu sisi anak terhindar dari berbagai
anak.
21
lebih dikenal dengan Beijing Rule, bahwa dipandang penting
peradilan.
22
Children Act tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk
tahun 1960.30
23
membicarakan tentang langkah awal yang dapat dilakukan untuk
diversi.
BAB III
Metode Penelitian
31
Marlina, Buku I, op. cit., hlm. 10.
24
Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe normatif. Hal ini karena hukum
karakteristik ilmu hukum yang normatif. Karakter ini berbeda dengan penelitian ilmu
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah Statute Approach yaitu
dan regulasi yang terkait dengan isu hukum yang sedang diteliti atau dengan kata lain
bahwa dalam metode pendekatan ini, peneliti perlu memahami hirarki dan asas-asas
3.3.1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mengikat berupa ketentuan
32
Mahmud, Peter, Marzuki dalam Asro Wijayanti, Strategi Penulisan Hukum, Penerbit, Sinar Grafika
Surabaya, Tahun 2010, hlm.69.
33
Ibid, hlm.96
34 I
bid, hlm.137
25
3.3.2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan tentang
sekunder35.
yang diangkat.
3.3.3. Bahan Hukum Tersier yang merupakan data penunjang, mencakup bahan-
menjelaskan makna yang kurang jelas dalam bahan dan sumber hukum36.
3.4.1. Melalui data primer yaitu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh
35 Sarjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), 24
36
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op. cit., 36
26
3.4.2. Melalui data sekunder yaitu data yang diperoleh dari membaca jurnal
3.5. Analisis
Semua informasi dalam bahan hukum yang telah diolah, kemudian dianalisis secara
yuridis deskriptif sesuai dengan asas dan kaidah hukum yang berlaku, khususnya
27
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Sistimatika Proposal Penelitian ini
bagian yang secara normatif memenuhi standar penulisan yang berciri khas ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
28
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP: Penyidikan
Dan Penuntutan, Jakarta: Sinar grafika, 2009
Mahmud, Peter, Marzuki dalam Asro Wijayanti, Strategi Penulisan Hukum, Penerbit,
Sinar Grafika Surabaya, Tahun 2010
Mardjono Reksodiputro, “Sistem peradilan pidana Indonesia (melihat kepada
kejahatan dan penegakan hukum dalam batas-batas toleransi)”; Pidato
Pengukuhan Penerimaan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Pada
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1993
Mardjono Reksodiputro, Hak Asasi Manusia Dalam Sistem Peradilan Pidana:
Kumpulan Karangan Buku Ketiga, Pusat Pelayanan Keadilan Dan Pengabdian
Hukum Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia, Jakarta: 1994
Marlina, Disertasi Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice Dalam
Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Medan, 2017
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia ( Pengembangan Konsep Diversi dan
Restorative Justice), Refika Aditama, Bandung, 2009
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2010
Romli Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana: Perspektif eksistensialisme dan
abolisionalisme, Bandung:Putra abardin, 1996
Sarjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006)
Sidik Sunaryo, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, Malang: UMM Press
Tolib Effendi, Sistem Peradilan Pidana: Perbandingan Komponen Dan Proses Sistem
Peradilan Pidana Di Beberapa Negara, Yogyakara: Pustaka Yustisia, 2013
Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak edisi Revisi, Refika Aditama,
Bandung, 2013
B. Undang-Undang
29
30