REVIEW JURNAL Docx
REVIEW JURNAL Docx
REVIEW JURNAL Docx
Oleh :
M Akbar Naufal R 23010122140176
1
REVIEW JURNAL
Ringkasan Jurnal
A. Pendahuluan
Pembangunan peternakan bertujuan untuk meningkatkan konsumsi protein
hewani,pendapatan peternak, devisa negara, lapangan kerja dan pelestarian sumber daya alam.
Daging, susu dan telur yang dihasilkan usaha peternakan berperan penting dalam aspek
ketahanan pangan, dimana pengembangan pangan nabati harus seimbang dengan pangan hewani.
Bagaimanapun, saat ini tingkat pencapaian konsumsiproteinhewani asal ternakmasih rendah
yaitu baru mencapai 5,43gr/kapita/hari dibawah standar gizi nasional sebesar 6gr/kapita/hari.
Dengan kondisi ini, maka diperlukan usaha-usaha untuk peningkatan ketersediaan protein
hewani, dimana salah satunya adalah dengan perbaikan tatalaksana pemeliharaan sapi betina
tidak bunting
Berdasarkan permasalahan di atas maka dilakukan sebuah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan pada sapi betina tidak bunting terhadap
pertambahan berat badan dan lama timbulnnya berahi.
B. Metodologi penelitian
Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli 2003 sampai Desember 2003 di Desa Koto
Malintang, Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Materi penelitianya
20 ekor induk sapi simental yang pernah melahirkan, sekurang-kurangnya satu kali tetapi lebih 4
bulan belum juga menunjukkan tanda-tanda berahi. Induk sapi tersebut diberi pakan tambahan
selama 6 bulan dan diharapkan pada masa itu akan menunjukkan tanda-tanda berahi. Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 2 perlakuan formula pakan
(RSB-1 dan RSB-2) dengan 10 ulangan
C. Hasil Penelitian
Berdasarkan perlakuan pemberian pakan tambahan dengan berbagai tingkatan kandungan
nutrisididapatkan kenaikan berat badan akan tetapi tidak signifikan secara uji statistik. Selain itu,
2
hasil pemberian pakan tambahan pada sapi betina tidak bunting ini menunjukan hasil adanya
gejala birahi setelah 4 bulan pasca partus tidak menunjukan gejala birahi
D. Pembahasan/ review
Jurnal ini didasarkan penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Pakan Tambahan
Pada Sapi Betina Terhadap Pertambahan Berat Badan Dan Lama Timbulnya Birahi merupakan
jurnal yang menjawab permasalahan yang terjadi saat ini yaitu rendahnya angka kebuntingan dan
kelahiran pada ternak khususnya sapi di Indonesia. Dari jurnal tersebut diketahui bahwa sapi sapi
yang 4 bulan post partus tidak mengalami / menunjukan gejala birahi dapat kembali birahi
setelah dilakukan pemberian pakan tambahan. Ini artinya, nutrisi sangat berpengaruh terhadap
status reproduksi ternak.
Pada penelitian ini, tidak dijelakan secara detail mengapa sampai nutrisi berefek terhadap
perkembangan status nutrisi. Adapun pengaruh nutrisi terhadap reproduksi ternak banyak
dibahas oleh penilitian lainnya diantaranya :
2. Sinyal metabolis
Hipotesisi ini dibangun berdasarkan asumsi bahwa konsumsi pakan dan pengaruhnya
terhadap laju metabolis mengaktifkan mekanisme perubahan fungsi reproduksi .Nutrisi memiliki
pengaruh kuat terhadap substrat dan hormon metabolis yang beredar di dalam tubuh. Substrat
dan hormon metabolis ini pada akhirnya mempengaruhi aksis reproduksi dan tingkah laku
sexual. Hipotesis ini didukung oleh penemuan yang berasal dari penelitian dimana pemberian
metabolit seperti glukosa dan asam amino menyebabkan terjadinya peningkatan LH dan FSH
(I’Anson et al., 1991).
Diyakini bahwa penurunan performan reproduksi akan terjadi ketika terjadi kekurangan
energi di dalam tubuh ternak. Pada penelitian yang dilakukan Bronson dan Manning (1991)
3
ditemukan bahwa ovulasi tergantung kepada ketersediaan bahan bakar metabolis yang dapat
teroksidasi, yaitu glukosa dan asam lemak. Hal ini sejalan dengan penemuan sebelumnya pada
sapi pedaging yang sedang laktasi yang dilakukan oleh Downie dan Gelman (1976). Mereka
menyimpulkan bahwa ketika bobot badan dan glukosa plasma menurun, sapi menjadi infertil dan
ketika glukosa plasma meningkat, sapi menjadi fertil. Crump dan Rodway (1986) menyatakan
bahwa hipoglikemia nyata menurunkan jumlah ternak yang memberikan puncak LH. Hal inilah
yang kemungkinan menyebabkan kondisi anovulasi pada ternak yang mengalami pembatasan
energi berlebihan.
Hormon metabolis lain yang dianggap memiliki peran penting memediasi mekanisme
pengaruh nutrien terhadap reproduksi ternak adalah insulin. Menurut McCann dan Hansel
(1986), konsentrasi LH yang rendah sapi dara yang dipuasakan dibandingkan dengan konsentrasi
LH pada sapi dara kontrol selama 24 jam masa puasa berkorelasi dengan konsentrasi insulin dan
glukosa yang menurun. Akan tetapi, pada saat estrus yang terjadi setelah pemuasaan,
konsentrasi LH yang lebih tinggi pada sapi dara yang dipuasakan dibandingkan dengan pada sapi
dara kontrol terjadi bersamaan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi insulin yang tidak
terjadi pada sapi dara kontrol. Temuan ini mengindikasikan bahwa ketersediaan insulin, dengan
mempengaruhi tingkat metabolisme glukosa dan asam amino, dapat mempengaruhi produksi LH
di pituitari atau produksi GnRH di hipotalamus.
Pada tikus yang dipuasakan secara akut dan kronis, Rhind, S.M. (2004) menemukan
bahwa pengurangan konsumsi pakan yang berat mengakibatkan terjadinya pengurangan
pelepasan paling sedikit lima hormon, yaitu: LH, TSH, GH, PRL, dan FSH. Pengurangan ini
lebih disebabkan oleh berkurangnya stimulasi hipotalamus daripada oleh ketidakmampuan
pituitari menyekresikan hormon. Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Howland dan
4
Ibrahim (1973) bahwa sensitivitas dari bagian arcuate-median eminence (ARC-ME)
hipotalamus, tempat penghambatan utama terhadap aksi estrogen terjadi, ditemukan meningkat
pada tikut yang diberi pakan.
Menurut I’Anson et al., (1991) dengan mempelajari sapi dara pedaging yang masih
menyusui menemukan bahwa peningkatan konsumsi energi pakan dapat meningkatkan sekresi
LH dan mempersingkat periode anestrus. Akan tetapi, apakah hal ini memang diatur melalui
pelepasan GnRH oleh hipotalamus atau melalui beberapa mekanisme lain pada aksis
hipotalamus-pituitari-gonad yang terlibat dalam transisi pituitari dari pola pelepasan LH
prapartus ke pascapartus, masih harus ditentukan.
5
Penelitian yang dilakukan oleh Martin et al (2010), menunjukkan bahwa perubahan nutrisi pada
domba dan kambing jantan dewasa mengakibatkan respon yang tinggi dalam ukuran testis dan,
karena itu, produksi spermatozoa. Hal ini terjadi terutama karena perubahan ukuran tubula
seminiferus dan efisisiensi spermatogenesis. Barth et al. (2008) juga menemukan bahwa nutrisi
superior yang diberikan kepada anak sapi jantan menghasilkan sapi jantan berumur 1 tahun
dengan testis yang lebih besar dan spermatogenesis pertama lebih cepat.
Dengan menggunakan enam ekor domba Merino yang diberi pakan dengan tingkatan
ransum berbeda (rendah, sedang, dan tinggi), Martin et al. (2010) menyimpulkan bahwa
perubahan aktivitas sistem hipotalamus-pituitari yang mengontrol pelepasan gonadotropin hanya
memediasi sebagian dari pengaruh perubahan status nutrisi terhadap ukuran testis.
menambahkan bahwa komponen dibandingkan dengan protein, energi ransum cenderung lebih
berperan dalam pelepasan gonadotropin pada domba jantan.
Hormon metabolis seperti insulin, somatostatin, GH, hormon tiroid (T3, T4, TSH) dan
hormon adrenal (glukokortikoid, kortisol) memiliki aksi penting pada tingkat ovarium. Hormon-
hormon ini dapat menumpulkan ovarium terhadap stimulasi gonadotropik atau meningkatkan
respon terhadap stimulasi lain. Bukti ekstensif tentang hal ini telah diulas oleh I’Anson et al.,
(1991).
6
Kekuatan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan metode dan alur yang tepat serta pembahasan yang baik
2. Thema yang diangkat merupakan permasalahan yang sering terjadi di lapangan
3. Pemilihan sapi limosin cukup baik karena jenis sapi ini banyak dipelihara masyarakat dan
sering mengalami gangguan reproduksi
Kekurangan penelitian
Kesimpulan
Saran
1. Penliti perlu menjelaskan terlebih dahulu tentang status reproduksi sapi sebelum
perlakukan karena ada beberapa penyakit reproduksi yang tidak bisa diatasi hanya
dengan perbaikan nutrisi
2. Peniliti sebaiknya memilih sapi dengan berat badan dan kondisi yang tidak jauh berbeda
sehingga hasil penelitiannya bisa lebih valid
3. Perlu penelitian lanjutan apakah birahi yang terjadi adalah birahi yang disertai ovulasi
atau tidak.
7
Daftar Pustaka
Barth, A.D.; Brito, L.F.C.; Kastelic, J.P. 2008. The effect of nutrition on sexual development of
bulls. Theriogenology. 70:485-494.
Campbell, G.A.; Kurcz, M.; Marshall, S.; Meites, J. 1977. Effects of starvation in rats on serum
levels of follicle stimulating hormone, luteinizing hormone, thyrotropin, growth hormone,
and prolactin; response to LH-releasing hormone and thyrotropin-releasing hormone.
Endocrinology. 100:580-587.
Ebling, F.J.P.; Wood, R.I.; Karsch, F.J.; Vannerson, , L.A.; Suttie, J.M.; Bucholtz, D.C.; Schall,
R.E.; Foster, D.L. 1990. Metabolic interfaces between growth and reproduction III
central mechanism controlling pulsatile luteinizing hormone secretion in the nutritionally
growth-limited female lamb. Endocrinology. 126:2719-2727.
I’Anson, H.; Foster, D.L.; Foxcroft; G.R.; Booth, P.J.; 1991. Nutrition and reproduction. In
Oxford Reviews of Reproductive Biology. Volume 13. Ed. Milligan, S.R. Oxford
University Press. Oxford. 2
Lindsay, D.R.; Martin, G.B.; Williams, I.H. 1993. Nutrition and reproduction. In World
Animal Science B.9 Reproduction in Domesticated Animals. Ed. King,G.J. Elsevier.
Amsterdam. 2
Martin, G.B.; Blache, D.; Miller, D.W.; Vercoe, P.E. 2010. Interaction between nutrition and
reproduction in the management of the mature female ruminant. Animal. 4(7):1214-
1226.
Rhind, S.M. 2004. Effects of maternal nutrition on fetal and neonatal reproductive development
and function. Animal Reproduction Science. 82-83:169-181.
Temple, J.L.; Schneider, J.E.; Scott, D.K.; Korutz, A.; Rissman, E.F. 2002. Mating behavior is
controlled by acute changes in metabolic fuels. Americn Journal of Physiology
Regulatory Integrative Comparative Physiology. 282: R782–R790.