Modul Mapaba Vi
Modul Mapaba Vi
Modul Mapaba Vi
“Sekali bendera dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan, tangan terkepal dan maju kemuka,
SALAM PERGERAKAN !!
“Sekali bendera dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan, tangan terkepal dan maju kemuka,
mundur satu langkah adalah sebuah bentuk pengkhianatan.”
PMII LOKAL
Dari waktu ke waktu kederasi PMII sampai ke seluruh kampus di Indonesia , termasuk di
lumajang. Dan dari sinilah PMII masuk ke Institut Agama Islam Syarifuddin. Dari beberapa upaya
dan usaha harus dilakukan agar tidak menjadikan buta sejarah kader PMII. Sama halnya di kampus
Syarifuddin organisasi PMII masuk ke kawasan kapus pada tahun 2005. Pada saat itu di promotori
oleh 5 orang sahabat diantaranya 1.Sahabar Ikhwanul Muttaqin , 2.Sahabat Ahmad Barizi,
3.Sahabat Khoirul Anam, 4.Sahabat Rahman, 5.Sahabat Husnan, yang pada awalnya merupakan
sebuah kelompok kajian yaitu KKPK (Kelompok Kajian Pengembangan Keilmuan) dan sekarang
menjadi KKPF (Kelompok Kajian Pojok Freetalk). Tahun demi tahun bertambah PMII Syarifuddin
semakin menunjukan eksistensinya , ini terbukti dari semakin banyaknya minat mahasiswa IAIS
ikut berproses didalamnya.
Dari sana terbentuk komisariat IAI Syarifuddin dan diangkatlah sahabat Ikhwanul Muttaqin
sebagai ketua komisariat pertama. Sejarah mencatat bahwa pada masanya PMII/Organisasi ekstra
kampus tidak memiliki rekomendasi dari rektor IAI Syarifuddin. Akan tetapi kader PMII
Syarifuddin masa itu membuktikan bahwa PMII adalah oragnisasi mapan dan sebagaimana
ditunjukan bahwa organisasi PMII adalah organisasi yang berpedoman intelektualitas dan gerakan
untuk menopang inspirasi masyarakat dan tetap berhaluan kepada aswaja annahdhiah yang
dikarenakan PMII lahir dari NU meskipun pada masa sekarang PMII menyatakan sikap
interpedensi terhadap NU.
Dari masa kemasa PMII Syarifuddin melahirkan beberapa ketua komasiriat sebagai mana
disebutkan berikut:
Dengan bertambahnya tahun maka PMII Syarifuddin sudah membuktikan kekokohanya untuk
mencetak kader-kader yang mapan. Dibuktikan dengan kaderisasi yang terus berjalan dan tidak
ada hentinya menanamkan bahwa organisasi PMII adalah organisasi yang berasaskan Ahlu
Sunnah Waljamaah.
Sampai saat ini PMII Syarifuddin sudah membuktikan bahwa organisasi PMII adalah
organisasi kaderisasi dengan terbentuknya 3 rayon di PMII Syarifuddin yang akan dibahas dalam
kutipan sejarah berikut
Rayon adalah salah satu lembaga dalam hirarki struktur PMII secara umum pada wilayah
fakultas diperguruan tinggi. Rayon sebagai ujung tombak kaderisasi PMII yang berfungsi untuk
merekrut anggota baru melalui jenjang kaderisasi MAPABA serta sebagai ruang akulturasi diri
dalam mengembangkan petensi skill seorang kader dan anggota. Sebagai mana Anggaran dasar/
Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD/ART) PMII BAB IV Pasal 4 tentang tujuan PMII yaitu
“Terbentuknya Pribadi Muslim Indonesia yang Bertakwa Kepada Allah SWT. Berbudi
Luhur, Berilmu, Cakap dan Bertanggung Jawab dalam Mengamalkan Ilmunya dan
Komitmen Memperjuangkan Cita-cita Kemerdekaan Indonesia.” Maka berdasarkan tujuan
tersebut rayon sangat menentukan dan dipandang perlu dalam proses keberlanjutan organisasi.
Karena sangat bersentuhan langsung dengan anggota atau kader dalam proses kderisasi seutuhnya.
Pembentukan Rayon di PMII Syarifuddin merupakan hal yang diinginkan oleh pengurus
Komisariat terdahulu karena kaderisasi dalam tubuh PMII semakin sistematis dan lebih terstruktur
serta yang paling menjadi pokok utama adalah mewujudkan cita-cita PMII menjadi sebuah
organisasi yang unggul dalam mencetak kader-kader atau generasi penerus bangsa sebagai Agent
Of Control , Agent Of Social , Agent Of Change.
Mapaba vI 2022 - rayon febi iai syarifuddin 4
C. Kronologi Pra Terbentuknya Rayon
Semangat pengurus Komisariat PMII Syarifuddin untuk mendirikan rayon terus mengalir
disetiap periode selanjutnya. Mulai dari periode 2012-2013 yang di nahkodai oleh Sahabat
Malihan , Sahabat Imam Ghozali pada periode 2013-2014. Hingga pada masa periode
kepengurusan 2015-2016 yang diketahui oleh Sahabat Faisol Ahmad, pada masa inilah usaha
untuk mendirikan rayon mulai dilakukan dan juga di dukung oleh status perguruan tinggi yang
sudah resmi menjadi IAI Syarifuddin pada tahun 2014-2015. Setalah beralih menjadi IAIS ,
lahirlah juga fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam, yang mana sebelumnya hanya terdapat dua
fakultas yaitu Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Pemilihan ketua rayon pada masa itu tidak melalui Rapat Tahunan Anggota Rayon (RTAR)
sebagaimana semestinya , dikarenakan masih tahap awal pembentukan juga untuk meminimalisir
konflik internal, alhasil pemilihan ketua rayon pada masa itu menggunakan hasil musyawaroh
pengurus komisariat dan kader-kader dari setiap fakultas. Dan ditunjuklah Sahabat Setiyoso
Lastanto sebagai Ketua Rayon Fakultas Tarbiyah , Sahabat Mahmud Bashori sebagai Ketua Rayon
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan Sahabat M.Zakaria Husni sebagai Ketua Rayon Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Islam.
Setelah terpilih masing-masing ketua dari tiga rayon diajukanlah SK (Surat Keputusan) ke
PMII Cabang Lumajang. Pada tanggal 15 Februari 2017 di kantor KEMENAG Lumajang ketiga
rayon persiapan resmi dideklarasikan secara formal bersamaan dengan pelatikan pengurus
komisariat periode 2017-2018 yaitu pada masa ketua terpilih Sahabat Syaiful Anwar.
Dalam perjalannanya, untuk meuwujudkan kemandirian disetiap rayon tidaklah mudah dan
butuh komitmen serta semangat juang dala tubuh rayon itu sendiri, sekaligus pengawalan penuh
oleh pengurus komisariat pada masa itu.
Setelah ketiga rayon persiapan dideklarasikan sekaligus kepengurusannya terbentuk periode 2017-
2018, nama ketua rayon persiapan diantaranya :
1. Rayon Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) diketuai oleh Sahabat M.Zakaria
Husni
2. Rayon Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) diketuai oleh Sahabat Mahmud Bashori
3. Rayon Fakultas Tarbiyah diketuai oleh Sahabat Setiyoso Lastanto
Berikut struktur kepengurusan ketiga Rayon PMII Syarifuddin periode 2017-2018 yang tercantum
dalam SK pengurus Rayon Persiapan.
Ke-PMII-an
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Berdiri tanggal 17 April 1960 yang
Merupakan suatu organisasi pergerakan yang mewadahi mahasiswa dengan Tujuan PMII yaitu : “
Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur,
berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen
memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia ”. Secara totalitas PMII sebagai organisasi
merupakan suatu gerakan yang bertujuan melahirkan kader-kader bangsa yang mempunyai
integritas diri sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT dan atas dasar ketaqwaannya
berkiprah mewujudkan peran ketuhanannya membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia
menuju suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam ampunan dan ridlo Allah SWT .
A. Cikal Bakal PMII
Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya
hasrat kuat para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang
berediologi Ahlussunnah Waljama’ah (Aswaja). Ide ini tak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-
IPPNU ( Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama ). Berikut beberapa faktor yang melatar belakangi
berdirinya PMII
1. Carut-marut situasi politik Bangsa Indonesia tahun 1950-an
2. Peraturan berjalan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Pisahnya NU dengan MASYUMI
4. Gelisahnya Mahasiswa NU yang bergabung dengan HMI karena tidak terakomodir dan
terpinggirkannya Mahasiswa NU.
B. Sejarah Berdirinya PMII
Secara historis, PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU yang
dibentuk dalam muktamar III PNU di Cirebon Jawa Barat pada tanggal 27 - 31 Desember 1958. Di
dalam wadah IPNU-IPPNU ini banyak terdapat mahasiswa yang menjadi anggotanya, bahkan
mayoritas fungsionaris pengurus pusat IPNU-IPPNU berpredikat sebagai mahasiswa.Itulah
sebabnya, keinginan dikalangan mereka untuk membentuk suatu wadah khusus yang menghimpun
para mahasiswa nahdliyin. Pemikiran ini sempat terlontar pada muktamar II IPNU tanggal 1-5
Januari di Pekalongan Jawa Tengah, tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi
secara serius. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu
pembenahan, yakni banyaknya fungsionaris IPNU yang telah berstatus mahasiswa, sehingga
dikhawatirkan bila wadah khusus untuk mahasiswa ini berdiri akan mempengaruhi perjalanan.
IPNU yang baru saja terbentuk, Tetapi aspirasi kalangan mahasiswa yang tergabung dalam
IPNU ini makin kuat untuk mendirikan suatu wadah khusus Mahasiswa Nahdliyin, hal ini terbukti
pada muktamar III IPNU di Cirebon Jawa Barat, pucuk pimpinan IPNU didesak oleh para peserta
muktamar membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung para mahasiswa nahdliyin,
namun secara fungsional dan struktur organisatoris masih tetap dalam naungan IPNU, yakni dalam
wadah departemen perguruan tinggi IPNU. Namun langkah yang diambil oleh IPNU untuk
menampung aspirasi para mahasiswa nahdliyin dengan membentuk departemen perguruan tinggi
IPNU pada kenyataannya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Terbukti pada Konfrensi
Mapaba vI 2022 - rayon febi iai syarifuddin 8
Besar IPNU di Kaliurang Yogjakarta pada tanggal 14 - 16 Maret 1960, Forum konprensi besar
memutuskan terbentuknya suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara
struktural maupun fungsional dari IPNU-IPPNU.
Upaya Dibalik Kelahiran PMII Usaha untuk mendirikan suatu wadah yang khusus
menghimpun mahasiswa nahdliyin sebenarnya sudah lama ada, hal ini dapat dilihat dengan adanya
kegiatan sekelompok mahasiswa NU yang di Jakarta. Patut dicatat disini: Pertama, Berdirinya
IMANU (ikatan mahasiswa NU) pada bulan Desember tahun 1955 di Jakarta. Namun
kehadirannya belum bisa diterima oleh banyak pihak, terutama oleh kalangan sesepuh NU sendiri.
Sebab disamping kelahiran IPNU itu sendiri masih baru (didirikan pada tanggal 24 Februari 1954)
yang notabene mayoritas pengurusnya mahasiswa, sehingga dikhawatirkan justru akan
melumpuhkan IPNU. Kedua, sekelompok mahasiswa nahdliyin yang berdomisili di kota Surakarta
Jawa Tengah yang diprakarsai oleh H. Mustahal Ahmad, juga sempat mendirikan suatu organisasi
yang diberi nama “Keluarga Mahasiswa NU” (KMNU) Surakarta, juga pada tahun 1955. Bahkan
KMNU ini merupakan organisasi mahasiswa.yang NU yang mampu bertahan sampai lahirnya
PMII pada tahun 1960. Ketiga, di Bandung ada usaha serupa dengan nama PMNU (persatuan
mahasiswa NU) dan masih banyak lagi di kota-kota lain dimana ada perguruan tinggi yang
mempunyai gejala yang sama, tetapi ternyata pimpinan IPNU tetap membendung usaha-usaha
tersebut dengan suatu pemikiran bahwa pimpinan pusat IPNU akan lebih mengintensifkan pada
usaha-usaha mengadakan penelitian pada dua permasalahan pokok :
1) Seberapa besar potensi mahasiswa NU
2) Sampai seberapa jauh kemampuan untuk berdiri sebagai organisasi mahasiswa
Upaya yang dilakukan oleh IPNU dengan membentuk departemen perguruan tinggi untuk
menampung aspirasi mahasiswa nahdliyin, tidak banyak berarti bagi kemajuan dan perkembangan
mahasiswa nahdliyin, hal tersebut disebabkan beberapa hal :
1) Kondisi obyektif menunjukkan bahwa keinginan para pelajar sangat berbeda denga keinginan,
dinamika dan perilaku mahasiswa.
2) Kenyataan gerak dari departemen perguruan tinggi IPNU itu sangat terbatas sekali. Terbukti
untuk duduk sebagai anggota PPMI persatuan perhimpunan mahasiswa indonesia), suatu
konfederasi organisasi mahasiswa ekstra universitas tidak mungkin bisa, sebab PPMI merupakan
organisasi yang hanya menampung ormas-ormas mahasiswa. Apalagi dalam MMI (majlis
mahasiswa indonesia), suatu federasi dari dewan/senat mahasiswa, juga tak mungkin dilakukan 5)
Kesimpulan dari perdebatan mengenai hasil pengamatan ketua IPNU waktu itu ternyata
tidak berbeda jauh. Para anggota pimpinan pusat IPNU lebih condong untuk merintis pembentukan
wadah khusus bagi mahasiswa nahdliyin. Pertimbangan yang menyertai kwsimpulan ini juga lebih
kompleks. Sebab di penghujung dasa warsa 1950 itu situasi politik dan keamanan di tanah sir kita
sedang bergolak. Dengan demikian, pertimbangan-pertimbangan yang diperdebatkan dalam rapat
piminan pusat IPNU itu :
Pertama, wadah departemen perguruan tinggi IPNU dianggap tidak lagi memadai, tidak cukup
kuat untuk mewadahi gerakan kemahasiswaan. Kedua, perkembangan poltik dan keamanan dalam
negeri menuntut pengamatan yang ekstra hati-hati, khususnya bagi para mahasiswa Islam. Ketiga,
satu-satunya wadah kemahasiswaan Islam yang ada pada waktu itu ialah HMI (himpunan
a. Bentuk
- Perisai berarti ketahanan dan kemampuan mahasiswa Islam Indonesia terhadap berbagai
tantangan dan pengaruh dari luar.
- Bintang berarti ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
- Lima bintang sebelah atas menggambarkan Rosullullah dan sahabatnya.
- Empat bintang sebelah bawah menggambarkan empat madzhab yang berhaluan
ahlussunah wal jama`ah.
- Sembilan bintang sebagai jumlah bintang bermakna ganda : pertama, Rasulullah dan
empat sahabatnya serta empat imam madzhab itu, laksana bintang yang slalu bersinar
cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan menerangi kehidupan manusia. kedua,
Sembilan orang penyebar Islam di Indonesia yang dikenal dengan Wali Songo.
b. Warna
- Biru sebagaimana dalam tulisan PMII berarti kedalaman ilmu yang harus dimiliki dan
digali oleh kader pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan yang mengelilingi
kepulauan Indonesia dan menyatukan antar kepulauan.
- Biru muda sebagai warna dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu
pengetahuan, budi pekerti dan taqwa.
- Kuning sebagai warna dasar perisai sebelah atas berarti identitas kemahasiswaan yang
bersifat dinamis dan semangat yang selalu menyala serta pengharapan menyongsong masa
depan.
Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praakasara, Masa Hindu Budha, dan Masa
Islam (2019) karya Tri Worosetyaningsih, tata kehidupan masyarakat yang diatur melalui
lembaga kesukuan, berubah menjadi lembaga kerajaan atau lembaga negara. Perubahan
tersebut dimotori oleh datangnya pengaruh India selain membawa agama Hindu dan Buddha.
Kemajuan yang menyolok dari sistem kerajaan ini adalah birokrasi yang merupakan alat
menjalankan pemerintahan. Ditambahkan dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, dalam menjalankan pemerintahan terdapat pendelegasian kewenangan
kepala pemerintahan atau raja melalui pimpinan di bawahnya sesuai bidang masing-masing. Di
Indonesia birokrasi yang berlalu sesuai dengan jenis negara atau kerajaannya, sehingga struktur
birokrasinya tampak ditekankan pada pertanian atau maritim. Mataram-Hindu lebih cenderung
kepada pertanian, sedangkan Sriwijaya lebih ke maritim.
MATERI 5
KEINDONESIAAN
Zaman ini dimulai dengan masuknya 2 kerajaan besar di Indonesia yaitu Kerajaan
Kutai di pesisir Sungai Mahakam dan Kerajaan Tarumanegara yang berhasil menguasai
wilayah Jawa Barat. Sejarah kerajaan di Indonesia mulai berlanjut ketika bangsa Eropa
5. Era Reformasi
Mapaba vI 2022 - rayon febi iai syarifuddin 24
Kursi Presiden ditempati oleh BJ. Habibie. Beliau mulai membentuk kabinet
pemerintahan. Namun, pada masa pemerintahannya Provinsi Timor-Timor melepaskan diri
dari Negara Indonesia. Kemudian pada 7 Jun 1999 diadakan pemilu secara serentak dan
terpilihlah Abdurahman Wahid sebagai Presiden
Selanjutnya. Pada tanggal 29 Januari 2001 gedung MPR kembali diserbu oleh para
demonstran, mereka meminta agar Abdurahman Wahid turun dari jabatannya karena
diduga terlibat korupsi. Dengan adanya tekanan dari MPR akhirnya Abdurahman Wahhid
menyerahkan tugas sebagai presiden kepada wakilnya Megawati Soekarno Putri. Kemudian
pada tahun 2004 diadakan pemilu terbesar di Indonesia dan Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) terpilih menjadi Presiden.
1908
Boedi Oetomo, adalah suatu wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur
pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa
dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan
intelektual terlepas dari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Disamping itu, para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah
satunya Mohammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di
Rotterdam mendirikan Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi
Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan
diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih
mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama
baru menjadi Perhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu
episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum
terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia :
generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak
kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan, dan mendorong
semangat rakyat melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk
berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
1928
Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah,
munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang
berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPI.
Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan
Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan
melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik; dan hal ini ditindak
lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik,
serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa
dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya
memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para
pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah,
berperan besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama
Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal
generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok
bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa
menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamirkan kemerdekaan,
peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
1966
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam
perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan '66,
yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya
gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu
adalah mereka yang kemudian berada pada lingkar kekuasaan Orde Baru, di antaranya
Cosmas Batubara (Eks Ketua Presidium KAMI Pusat), Sofyan Wanandi, Yusuf Wanandi
ketiganya dari PMKRI,Akbar Tanjung dari HMI dll. Angkatan '66 mengangkat isu Komunis
sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk
mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis
Indonesia). Setelah Orde Lama berakhir, aktivis Angkatan '66 pun mendapat hadiah yaitu
dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabibet pemerintahan
Orde Baru.
1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah
bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk
generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an,
sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktik
kekuasaan rezim Orde Baru, seperti:
Golput yang menentang pelaksanaan pemilu pertama pada masa Orde Baru pada 1972
karena Golkar dinilai curang.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi
protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan
korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan "Mahasiswa Menggugat" yang
dimotori Arif Budiman yang progaram utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan
BBM, dan korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan
mahasiswa kemudian mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK)
yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi
kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khusus yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim
Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru
terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara
dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan
mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-
undangan. Misalnya, melalui undang-undang yang mengatur tentang pemilu, partai politik,
dan MPR/DPR/DPRD.
Dalam tahun 1972, mahasiswa jtyang bernama aji uga telah melancarkan berbagai
protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif
yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan,misalnya terhadap proyek pembangunan
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protes terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973
selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM
Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Malari pada 15 Januari 1974.
Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu "ganyang korupsi" sebagai salah satu tuntutan
"Tritura Baru" disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribadi dan Turunkan Harga;
sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi koran Mahasiswa Indonesia di
Bandung sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
1977-1978
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah Pemilu 1977, barulah
muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan
politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai
penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di
daerah-daerah, strategi dan hakikat pembangunan, sampai dengan tema-tema kecil lainnya
yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan
nasional.
Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahasiswa pun tidak membuahkan
hasil. Meski demikian, perjuangan gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar
sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk
menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.
Gerakan mahasiswa tahun 1977/1978 ini tidak hanya berporos di Jakarta dan Bandung
saja namun meluas secara nasional meliputi kampus-kampus di kota Surabaya, Medan, Bogor,
[1]
Ujungpandang (sekarang Makassar), dan Palembang. 28 Oktober 1977, delapan ribu anak
muda menyemut di depan kampus ITB. Mereka berikrar satu suara, "Turunkan Suharto!".
Besoknya, semua yang berteriak, raib ditelan terali besi. Kampus segera berstatus darurat
perang. Namun, sekejap kembali tentram.[2]
10 November 1977, di Surabaya dipenuhi tiga ribu jiwa muda. Setelah peristiwa di ITB
pada Oktober 1977, giliran Kampus ITS Baliwerti beraksi. Dengan semangat pahlawan,
Sementara di kota-kota lain, peringatan hari Pahlawan juga semarak. Di Jakarta, 6000
mahasiswa berjalan kaki lima kilometer dari Rawamangun (kampus IKIP) menuju Salemba
(kampus UI), membentangkan spanduk,"Padamu Pahlawan Kami Mengadu". Juga dengan
pengawalan ketat tentara.
Acara hari itu, berwarna sajak puisi serta hentak orasi. Suasana haru-biru, mulai
membuat gerah. Beberapa batalyon tempur sudah ditempatkan mengitari kampus-kampus
Surabaya. Sepanjang jalan ditutup, mahasiswa tak boleh merapat pada rakyat. Aksi mereka
dibungkam dengan cerdik.
Konsolidasi berlangsung terus. Tuntutan agar Soeharto turun masih menggema jelas,
menggegerkan semua pihak. Banyak korban akhirnya jatuh. Termasuk media-media nasional
yang ikut mengabarkan, dibubarkan paksa.
Pimpinan Dewan Mahasiswa (DM) ITS rutin berkontribusi pada tiap pernyataan sikap
secara nasional. Senat mahasiswa fakultas tak henti mendorong dinamisasi ini. Mereka
bergerak satu suara. Termasuk mendukung Ikrar Mahasiswa 1977. Isinya hanya tiga poin
namun berarti. "Kembali pada Pancasila dan UUD 45, meminta pertanggungjawaban presiden,
dan bersumpah setia bersama rakyat menegakan kebenaran dan keadilan".[2]
Peringatan 12 tahun Tritura, 10 Januari 1978, peringatan 12 tahun Tritura itu jadi awal
sekaligus akhir. Penguasa menganggap mahasiswa sudah di luar toleransi. Dimulailah
penyebaran benih-benih teror dan pengekangan.
Sejak awal 1978, 200 aktivis mahasiswa ditahan tanpa sebab. Bukan hanya dikurung,
sebagian mereka diintimidasi lewat interogasi. Banyak yang dipaksa mengaku pemberontak
negara.
Tentara pun tidak sungkan lagi masuk kampus. Berikutnya, ITB kedatangan pria
loreng bersenjata. Rumah rektornya secara misterius ditembaki orang tak dikenal.
Di UI, panser juga masuk kampus. Wajah mereka garang, lembaga pendidikan sudah
menjadi medan perang. Kemudian hari, dua rektor kampus besar itu secara semena-mena
dicopot dari jabatannya. Alasannya, terlalu melindungi anak didiknya yang keras kepala.
Di ITS, delapan fungsionaris DM masuk "daftar dicari" Detasemen Polisi Militer.
Sepulang aksi dari Jakarta, di depan kos mereka sudah ditunggui sekompi tentara. Rektor ITS
waktu itu, Prof Mahmud Zaki, ditekan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Beberapa berhasil tertangkap, sisanya bergerilya dari satu rumah ke rumah lain. Dalam
proses tersebut, mahasiswa tetap "bergerak". Selama masih ada wajah yang aman dari daftar,
mereka tetap konsolidasi, sembunyi-sembunyi. Pergolakan kampus masih panas, walau Para
Rektor berusaha menutupi, intelejen masih bisa membaca jelas.
1990
1. Arti :
Secara esensial Nilai Dasar Pergerakan ini adalah suatu sublimasi nilai ke-Islaman dan ke-
Indonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan Ahlussunnah wal jama’ah yang menjiwai
berbagai aturan, memberi arah dan mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII.
Sebagai pemberi keyakinan dan pembenar mutlak, Islam mendasari dan menginspirasi Nilai
Dasar Pergerakan ini meliputi cakupan aqidah, syari’ah dan akhlak dalam upaya kita
memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Dalam upaya memahami, menghayati
dan mengamalkan Islam tersebut, PMII menjadikan Ahlussunnah wal jama’ah sebagai
pemahaman keagamaan yang paling benar.
2. Fungsi :
i. Landasan berpijak:
Bahwa NDP menjadi landasan setiap gerak langkah dan kebijakan yang harus dilakukan.
3. Kedudukan :
i. Rumusan nilai-nilai yang seharusnya dimuat dan menjadi aspek ideal dalam berbagai
aturan dan kegiatan PMII.
ii. Landasan dan dasar pembenar dalam berpikir, bersikap, dan berprilaku.
Meng-Esakan Allah SWT, merupakan nilai paling asasi yang dalam sejarah agama samawi
telah terkandung sejak awal keberadaan manusia.
Allah adalah Esa dalam segala totalitas, dzat, sifat-sifat, dan perbutan-perbuatan-Nya. Allah
adalah dzat yang fungsional. Allah menciptakan, memberi petunjuk, memerintah, dan memelihara
alam semesta ini. Allah juga menanamkan pengetahuan, membimbing dan menolong manusia.
Allah Maha Mengetahui, Maha Menolong, Maha Bijaksana, Hakim, Maha Adil, dan Maha
Tunggal. Allah Maha Mendahului dan Maha Menerima segala bentuk pujaan dan penghambaan.
Keyakina seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari pada alam
semesta, serta merupakan kesadaran dan keyakinan kepada yang ghaib. Oleh karena itu, tauhid
merupakan titik puncak, melandasi, memadu, dan menjadi sasaran keimanan yang mencakup
keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan, dan perwujudan dalam perbuatan. Maka
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baik
kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan ciptaan-Nya
yang lain.
Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir, kemampuan berkreasi dan
kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah
dan hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia memberanikan diri untuk
mengemban amanat berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah,
manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentauan-Nya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan
kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan
yang rendah.
Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan Allah, terdapat dua pola hubungan
manusia dengan Allah, yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah
Allah dan sebagai hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara seimbang, lurus dan teguh, dengan
tidak menjalani yang satu sambil mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola saja akan
membawa manusia kepada kedudukan dan fungsi kemanusiaan yang tidak sempurna. Sebagai
akibatnya manusia tidak akan dapat mengejawentahkan prinsip tauhid secara maksimal.
Pola hubungan dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas, artinya pola ini dijalani dengan
mengharapkan keridloan Allah. Sehingga pusat perhatian dalam menjalani dua pola ini adalah
ikhtiar yang sungguh-sungguh. Sedangkan hasil optimal sepenuhnya kehendak Allah. Dengan
demikian, berarti diberikan penekanan menjadi insan yang mengembangkan dua pola hubungan
dengan Allah. Dengan menyadari arti niat dan ikhtiar, sehingga muncul manusia-manusia yang
berkesadaran tinggi, kreatif dan dinamik dalam berhubungan dengan Allah, namun tetap taqwa dan
tidak pongah Kepada Allah.
Dengan karunia akal, manusia berfikir, merenungkan dan berfikir tentang ke-Maha-anNya,
yakni ke-Mahaan yang tidak tertandingi oleh siapapun. Akan tetapi manusia yang dilengkapi
dengan potensi-potensi positif memungkinkan dirinyas untuk menirukan fungsi ke-Maha-anNya
itu, sebab dalam diri manusia terdapat fitrah uluhiyah - fitrah suci yang selalu memproyeksikan
tentang kebaikan dan keindahan, sehingga tidak mustahil ketika manusia melakukan sujud dan
dzikir kepadaNya, Manusia berarti tengah menjalankan fungsi Al Quddus. Ketika manusia
berbelas kasih dan berbuat baik kepada tetangga dan sesamanya, maka ia telah memerankan fungsi
Arrahman dan Arrahim. Ketika manusia bekerja dengan kesungguhan dan ketabahan untuk
mendapatkan rizki, maka manusia telah menjalankan fungsi Al Ghoniyyu. Demikian pula dengan
peran ke-Maha- an Allah yang lain, Assalam, Al Mukmin, dan lain sebagainya. Atau pendek kata,
manusia dengan anugrah akal dan seperangkat potensi yang dimilikinya yang dikerjakan dengan
Di dalam melakukan pekerjaannya itu, manusia diberi kemerdekaan untuk memilih dan
menentukan dengan cara yang paling disukai. 14) Dari semua pola tingkah lakunya manusia akan
mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai yang diupayakan, karenanya manusia dituntut
untuk selalu memfungsikan secara maksimal kemerdekaan yang dimilikinya, baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama dalam konteks kehidupan di tengah-tengah alam dan
kerumunan masyarakat, sebab perubahan dan perkembangan hanyalah milikNya, oleh dan dari
manusia itu sendiri.15)
Sekalipun di dalam diri manusia dikaruniai kemerdekaan sebagai esensi kemanusiaan untuk
menentukan dirinya, namun kemerdekaan itu selalu dipagari oleh keterbatasan-keterbatasan, sebab
perputaran itu semata-mata tetap dikendalaikan oleh kepastian-kepastian yang Maha Adil lagi
Maha Bijaksana,yang semua alam ciptaanNya ini selalu tunduk pada sunnahNya, pada keharusan
universal atau takdir. 16 ) Jadi manusia bebas berbuat dan berusaha ( ikhtiar ) untuk menentukan
nasibnya sendiri, apakah dia menjadi mukmin atau kafir, pandai atau bodoh, kaya atau miskin,
manusia harus berlomba-lomba mencari kebaikan, tidak terlalu cepat puas dengan hasil karyanya.
Tetapi harus sadar pula dengan keterbatasan- keterbatasannya, karena semua itu terjadi sesuai
sunnatullah, hukum alam dan sebab akibat yang selamanya tidak berubah, maka segala upaya
harus diserrtai dengan tawakkal. Dari sini dapat dipahami bahwa manusia dalam hidup dan
kehidupannya harus selalu dinamis, penuh dengan gerak dan semangat untuk berprestasi secara
tidak fatalistis. Dan apabila usaha itu belum berhasil, maka harus ditanggapi dengan lapang dada,
qona'ah (menerima) karena disitulah sunnatullah berlaku. Karenanya setiap usaha yang dilakukan
harus disertai dengan sikap tawakkal kepadaNya. 17 )
Kenyataan bahwa Allah meniupkan ruhNya kepada materi dasar manusia menunjukan , bahwa
manusia berkedudukaan mulia diantara ciptaan-ciptaan Allah.
Memahami ketinggian eksistensi dan potensi yang dimiliki manusia, anak manusia mempunyai
kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Sebagai warga dunia manusia adalah
satu dan sebagai warga negara manusia adalah sebangsa , sebagai mukmin manusia adalah
bersaudara. 18)
Tidak ada kelebihan antara yang satu dengan yang lainnya , kecuali karena ketakwaannya.
Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, ada yang menonjol pada diri seseorang
tentang potensi kebaikannya , tetapi ada pula yang terlalu menonjol potensi kelemahannya, agar
antara satu dengan yang lainnya saling mengenal, selalu memadu kelebihan masing-masing untuk
saling kait mengkait atau setidaknya manusia harus berlomba dalam mencari dan mencapai
kebaikan, oleh karena itu manusia dituntut untuk saling menghormati, bekerjasama, tolong
menolong, menasehati, dan saling mengajak kepada kebenaran demi kebaikan bersama.
Manusia telah dan harus selalu mengembangkan tanggapannya terhadap kehidupan. Tanggapan
tersebut pada umumnya merupakan usaha mengembangkan kehidupan berupa hasil cipta, rasa, dan
Kerangka bersikap tersebut mengisyaratkan bergerak secara dinamik dan kreatif dalam
kehidupan manusia. Manusia dituntut untuk memanfaatkan potensinya yang telah dianugerahkan
oleh Allah SWT. Melalui pemanfaatan potensi diri itu justru manusia menyadari asal mulanya,
kejadian, dan makna kehadirannya di dunia.
Dengan demikian pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam kehidupan manusia
dilaksanakan sesuai dengan nilai dalam hubungan dengan Allah, manusia dan alam selaras dengan
perekembangan kehidupandan mengingat perkembangan suasana. Memang manusia harus
berusaha menegakan iman, taqwa dan amal shaleh guna mewujudkan kehidupan yang baik dan
penuh rahmat di dunia. Di dalam kehidupan itu sesama manusia saling menghormati harkat dan
martabat masing-masing , berderajat, berlaku adil dan mengusahakan kebahagiaan bersama. Untuk
diperlukan kerjasama yang harus didahului dengan sikap keterbukaan, komunikasi dan dialog antar
sesama. Semua usaha dan perjuangan ini harus terus -menerus dilakukan sepanjang sejarah.
Sedangkan hubungan antara muslim dan non muslim dilakukan guna membina kehidupan
manusia dengan tanpa mengorbankan keyakinan terhadap universalitas dan kebenaran Islam
sebagai ajaran kehidupan paripurna. Dengan tetap berpegang pada keyakinan ini, dibina hubungan
dan kerja sama secara damai dalam mencapai cita-cita kehidupan bersama ummat manusia.
Nilai -nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam persaudaraan
antar insan pergerakan , persaudaraan sesama Islam , persaudaraan sesama warga bangsa dan
persaudaraan sesama ummat manusia . Perilaku persaudaraan ini , harus menempatkan insan
pergerakan pada posisi yang dapat memberikan kemanfaatan maksimal untuk diri dan lingkungan
persaudaraan.
Alam semesta adalah ciptaan Allah SWT. Dia menentukan ukuran dan hukum-hukumnya. Alam
juga menunjukan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah. Berarti juga nilai tauhid
melingkupi nilai hubungan manusia dengan alam .
Sebagai ciptaan Allah, alam berkedudukan sederajat dengan manusia. Namun Allah
menundukan alam bagi manusia , dan bukan sebaliknya . Jika sebaliknya yang terjadi, maka
Kearah semua itulah hubungan manusia dengan alam ditujukan . Dengan sendirinya cara-cara
memanfaatkan alam , memakmurkan bumi dan menyelenggarakan kehidupan pada umumnya juga
harus bersesuaian dengan tujuan yang terdapat dalam hubungan antara manusia dengan alam
tersebut. Cara-cara tersebut dilakukan untuk mencukupi kebutuhan dasar dalam kehidupan
bersama. Melalui pandangan ini haruslah dijamin kebutuhan manusia terhadap pekerjaan ,nafkah
dan masa depan. Maka jelaslah hubungan manusia dengan alam merupakan hubungan
pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama. Hidup bersama antar manusia berarti hidup dalam
kerja sama , tolong menolong dan tenggang rasa.
Salah satu hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa manusia yaitu ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek). Manusia menciptakan itu untuk memudahkan dalam rangka memanfaatkan alam
dan kemakmuran bumi atau memudahkan hubungan antar manusia . Dalam memanfaatkan alam
diperlukan iptek, karena alam memiliki ukuran, aturan, dan hukum tertentu; karena alam ciptaan
Allah bukanlah sepenuhnya siap pakai, melainkan memerlukan pemahaman terhadap alam dan
ikhtiar untuk mendayagunakannya.
Namun pada dasarnya ilmu pengetahuan bersumber dari Allah. Penguasaan dan
pengembangannya disandarkan pada pemahaman terhadap ayat-ayat Allah. Ayat-ayat tersebut
berupa wahyu dan seluruh ciptaanNya. Untuk memahami dan mengembangkan pemahaman
terhadap ayat-ayat Allah itulah manusia mengerahkan kesadaran moral, potensi kreatif berupa akal
dan aktifitas intelektualnya. Di sini lalu diperlukan penalaran yang tinggi dan ijtihad yang utuh dan
sistimatis terhadap ayat-ayat Allah, mengembangkan pemahaman tersebut menjadi iptek,
menciptakan kebaruan iptek dalam koteks ke,manusiaan, maupun menentukan simpul-simpul
penyelesaian terhadap masalah-masalah yang ditimbulkannya. Iptek merupakan perwujudan fisik
dari ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia, terutama digunakan untuk memudahkan kehidupan
praktis.
Penciptaan, pengembangan dan penguasaan atas iptek merupakan keniscayaan yang sulit
dihindari. Jika manusia menginginkan kemudahan hidup, untuk kesejahteraan dan kemakmuran
bersama bukan sebaliknya. Usaha untuk memanfaatkan iptek tersebut menuntut pengembangan
semangat kebenaran, keadilan , kmanusiaan dan kedamaian. Semua hal tersebut dilaksanakan
sepanjang hayat, seiring perjalanan hidup manusia dan keluasan iptek. Sehingga, berbarengan
dengan keteguhan iman-tauhid, manusia dapat menempatkan diri pada derajat yang tinggi
ANALISIS SOSIAL 1
PENGERTIAN ANSOS
Analisis sosial merupakan usaha untuk menganalisis suatu keadaan atau masalah sosial
secara objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai
situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan historis, struktural dan konsekuensi masalah.
Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami fenomena-fenomena sosial,
kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama. Sehingga akan diketahui sejauh
mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang menyebabkan masalah-
masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat masalah sosial.
LANGKAH-LANGKAH ANSOS
Proses analisis sosial meliputi beberapa tahap antara lain:
1. Memilih dan menentukan objek analisis
Pemilihan sasaran masalah harus berdasarkan pada pertimbangan rasional,
dalam arti realitas yang dianalisis merupakan masalah yang memiliki
signifikansi sosial dan sesuai dengan visi atau misi organisasi.
2. Pengumpulan data atau informasi penunjang:
Untuk dapat menganilisis masalah secara utuh, maka perlu dukungan
dengan data dan informasi pesnunjang yang lengkap dan relevan, baik
melalui dokumen media masa, kegiatan observasi maupun investigasi
langsung di lapangan,. Recek data atau informasi mutlak dilakukan untuk
menguji validitas data.
3. Identifikasi dan analisi masalah:
Merupakan tahap menganalisis objek berdasarkan data yang telah
dikumpulkan. pemetaan beberapa variabel seperti keterkaitan aspek politik,
ekonomi, budaya dan agama dilakukan pada tahap ini. Melalui analisis
secara komprehensif diharapkan dapat memahami subtansi masalah dan
menemukan saling keterkaitan antara aspek.
4. Mengembangkan presepsi:
Setelah diidentifikasi berbagai aspek yang mempengaruhi atau terlibat
dalam masalah, selanjutnya dikembangkan presepsi atas masalah sesuai cara
pandang yang objektif. Pada tahap ini akan muncul beberapa kemungkinan
implikasi konsekuensi dari objek masalah, serta pengembangan beberapa
alternatif sebagai kerangka tindak lanjut.
STUDY GENDER
Posisi perempuan dalam rumah tangga dari masa kemasa masih dikesampingkan,
perempuan memang sudah memiliki hak untuk bekerja, namun di sisi lain pekerjaan yang
dilakukan oleh perempuan masih dianggap tidak penting melainkan hanya sekadar menunjang
pekerjaan suami. Perempuan memiliki beban kerja yang lebih banyak dari pada laki-laki, para
informan mengakui bahwa semua pekerjaan rumah dilakukan oleh mereka, mengurus anak,
bahkan masih ada tambahan kerja lain. Sedangkan dalam pengakuannya terkadang suami jarang
memahami posisi seorang istri, sehingga masih ada pertengkaran karena istri dianggap kurang
memenuhi kewajibannya dalam rumah tangga. Seperti yang telah dijelaskan oleh Fakih bahwa ada
beberapa hal tentang ketidakadilan gender , yaitu: stereotip dan beban kerja yang dilimpahkan pada
perempuan. Seperti yang sudah terjadi di lapangan, stereotip dan beban kerja sudah menimpa
perempuan. Selain merasa tidak memiiki kebebasan di ranah pendidikan dan pekerjaan, perempuan
juga terkekang di rumah sendiri dikarenakan sering tidak diijinkan untuk keluar rumah tanpa
dampingan seorang suami. Sedangkan disisi lain seorang suami hanya bekerja pada mertuanya
saja, dengan hal tersebut seorang suami tidak memiliki pendapatan secara mandiri untuk
kebutuhan sehari-hari keluarga selain biaya hidup yang sudah ditanggung oleh mertua. Sedangkan
perempuan hanya dipercaya untuk menjaga rumah dan mempersiapkan segala macam kebutuhan
keluarga di rumah. Baru setelah mereka memiliki anak dan semua kebutuhan bertambah maka
seorang istri diperbolehkan untuk keluar karena alasan mengantarkan anak ke sekolah atau sudah
ada juga hak bagi istri untuk bekerja namun tetap tidak boleh jauh dari rumah seperti bekerja
membungkus es batu untuk dijual di rumah, atau membersihkan botol minuman yang akhirnya
nanti akan dijual di gudang botol minuman terdekat dari rumah.
Secara umum, Islam memandang laki-laki dan wanita dalam posisi yang sama, tanpa ada
perbedaan. Masing-masing adalah ciptaan Allah yang dibebani dengan tanggung jawab
melaksanakan ibadah kepada-Nya, menunaikan titah-titah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-
Nya.
َمْن َعِمَل َصاِلًح ا ِمْن َذَكٍر َأْو ُأْنَثى َوُهَو ُمْؤِمٌن َفَلُنْح ِيَيَّنُه َحَياًة َطِّيَبًة َوَلَنْج ِزَيَّنُهْم َأْج َر ُهْم ِبَأْح َس ِن َما َكاُنوا
َيْعَمُلوَن
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baikdan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl [16]: 97)
Namun demikian, bukan berarti kaum laki-laki dan wanita menjadi sama dan setara dalam
segala hal. Menyetarakan keduanya dalam semua peran, kedudukan, status sosial, pekerjaan, jenis
Mapaba vI 2022 - rayon febi iai syarifuddin 41
kewajiban dan hak sama dengan melanggar kodrat. Karena, kenyataan yang tidak dapat dipungkiri
bahwa antara laki-laki dan wanita terdapat perbedaan-perbedaan mendasar, hingga jika kita
melihat keduanya dengan kasat mata sekalipun. Secara biologis dan kemampuan fisik, laki-laki
dan perempuan jelas berbeda.
Begitu pun dari sisi sifat, pemikiran-akal, kecenderungan, emosi dan potensi masing-
masing juga berbeda. Apalagi wanita dengan tabiatnya melakukan proses reproduksi,
mengandung, melahirkan, menyusui, menstruasi, sementara laki-laki tidak. Adalah tidak adil jika
kita kemudian memaksakan suatu peran yang tidak sesuai dengan tabiat dan kecenderungan dasar
dari masing-masing jenis tersebut.
َوَلْيَس الَّذَكُر َكاُأْلْنَثى
“Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.” (QS. Ali Imran [3]: 36)
Dari sini, kesetaraan, atau persamaan (dalam bahasa Arab: musâwâtu) antara laki-laki dan
perempuan bukanlah nilai yang berasal dari pandangan Islam Islam memandang keadilan antara
laki-laki dan wanita, bukan kesetaraan. Konsep kesetaraan bertolak belakang dengan prinsip
keadilan. Karena adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, memberikan hak kepada yang
berhak menerimanya.
Kodrat wanita dalam Islam memang memiliki fisik yang tidak sekuat laki-laki, namun hal
tersebut tidak berarti bahwa wanita tidak dapat melakukan hal lain selain kegiatan rumah tangga.
Dalam Islam wanita memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan laki-laki walaupun tidak
dalam segala hal, maka dari itu kesetaraan gender atau emansipasi wanita dalam
Islam diperbolehkan, dengan syarat tidak melanggar kodrat mereka sebagai wanita dan tidak
membuat mereka melupakan kewajiban sebagai seorang wanita. Dalam sumber syariat
Islam seperti Al-Qur’an dan hadits pun Allah telah menjelaskan bahwa dalam Islam bukanlah
agama yang diskriminasi terhadap wanita, justru wanita dalam pandangan Islam memiliki
kemuliaan dan keistimewaan lebih dibanding kaum laki-laki. Dan dalam hadapan Allah SWT, baik
laki-laki maupun perempuan memiliki derajat yang sama, Allah tidak membedakan derajat
keduanya berdasarkan gender(jeni kelamin) yang ada pada dirimereka. Wanita boleh saja sejajar
dengan pria dalam banyak bidang, namun wanita tetaplah tidak boleh berada di shaf yang sama
ketika ibadah sholat, dan imam tetaplah peran pria. Kesetaraan gender memang diperbolehkan
dalam Islam, namun adda batasan-batasannya sesuai dengan kodrat laki-laki dan wanita
Dari berbagai defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu konsep yang
digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial-
budaya yang dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman dengan demikian gender dalam
arti ini mendefinisikan lakilaki dan perempuan dari sudut non-biologis. Konsep penting yang perlu
dipahami dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah membedakan antara konsep
seks dan konsep gender. Pemahaman dan perbedaan antara kedua konsep tersebut sangatlah
diperlukan untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum
perempuan.
Dalam budaya patriarkal, perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dipandang
sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Tugas perempuan seperti memasak di dapur, berhias
untuk suami dan mengasuh anak serta pekerjaan domestic lainnya merupakan konsekuensi dari
MARS PMII
Inilah kami wahai Indonesia
Satu barisan dan satu cita
pembela bangsa penegak agama
Tangan terkepal dan maju ke muka
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah drita yang lama
Bangsa yang jaya islam yang benar
Bangun tersentak dari bumiku subur
Dengan mu PMII
Pergerakan ku, ilmu dan bakti ku berikan
Adil dan Makmur ku perjuangkan
Untuk mu satu tanah air ku
Untuk mu satu keyakinan ku
Inilah kami wahai Indonesia
Satu Angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju ke muka
HYMNE PMII
Bersemilah, bersemilah tunas PMII
Tumbuh subur, tumbuh subur 2x
Kader PMII
Masa depan di tangan mu
Untuk meneruskan perjuangan
Bersemilah, bersemilah kau harapan bangsa