0% found this document useful (0 votes)
30 views32 pages

Bab Ii

Bab 2

Uploaded by

dekkrioo
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
30 views32 pages

Bab Ii

Bab 2

Uploaded by

dekkrioo
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tipografi

Tipografi merupakan elemen visual penting dalam sebuah desain, terutama sebagai

media komunikasi untuk menyampaikan inti gagasan desain tersebut (Sihombing,

2003). Pemilihan tipografi yang tidak tepat dapat mengganggu komunikasi yang

ingin disampaikan oleh desain tersebut walaupun elemen visual lain sudah

dirancang dengan baik. Hal ini didukung oleh Wheeler (2018) yang mengatakan

bahwa tipografi menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan identitas suatu

merek. Ambrose & Harris (2011) menambahkan bahwa bentuk huruf dalam

tipografi dapat membangun karakteristik dari desain tersebut.

Tipografi Dalam Desain Grafis

Pada tahap proses kreatif perancangan tipografi, seorang desainer akan bertindak

sebagai komunikator yang akan menyampaikan pesan atau informasi secara efisien

kepada audiens. Dalam merancang tipografi, perlu diperhatikan beberapa prinsip

dalam merancang. Berikut beberapa prinsip untuk merancang tipografi menurut

Sihombing (2003):

1. Sintaksis tipografi

Pengertian sintaksis dalam tipografi merupakan proses penyusunan elemen-

elemen visual menjadi kesatuan yang kohesif (Sihombing, 2003). Hal ini

ditunjukkan melalui elemen terkecil yaitu huruf, kata, garis, kolom, & margin.

4
2. Persepsi visual

Prinsip ini merupakan kunci utama seorang desainer untuk menciptakan visual

yang dapat dipahami oleh audiens dengan mudah. Dalam prinsip ini, teori

Gestalt menjadi acuan utama dalam penerapannya. Gestalt dibagi menjadi dua

bagian yaitu figure dan ground atau biasa disebut juga dengan ruang positif

dan negatif. Figure-ground merupakan sebuah kaidah dimana mata manusia

untuk memisahkan sebuah objek dengan latar belakangnya. Berdasarkan ruang

negatif yang terdapat pada huruf, Sihombing (2003) membagi menjadi tiga

bagian, yaitu ruang negatif bersudut lengkung, persegi-empat, dan segitiga.

Gambar 2.1. Ruang Negatif Bersudut Lengkung


(Sihombing, 2003)

5
Gambar 2.2. Ruang Negatif Bersudut Persegi Empat
(Sihombing, 2003)

Gambar 2.3. Ruang Negatif Bersudut Segitiga


(Sihombing, 2003)

3. Focal point

Sihombing (2003) mengatakan bahwa focal point merupakan cara menarik

perhatian audiens dengan cara membuat rancangan visual yang dapat

merangsang penglihatan audiens melalui penekenan pada suatu pola tertentu.

Namun, tidak semua desain dikatakan berhasil bila menggunakan focal point.

Focal point akan berhasil apabila suatu pola atau elemen visual tersebut

terpisah dengan elemen lainnya.

6
Gambar 2.4. Focal Point dalam Tipografi
(Sihombing, 2003)

4. Grid system

Grid merupakan sebuah solusi permasalahan terhadap penataan elemen-

elemen visual dalam suatu bidang atau ruang. Grid system merupakan

perangkat yang digunakan untuk membantu dalam menyusun elemen-elemen

visual. Hal ini membantu desainer grafis dalam menjaga konsistensi dan

sistematika dalam sebuah desain.

Gambar 2.5. Tschichold’s Golden Section Ratio


(Sihombing, 2003)

7
Golden section ratio merupakan konsep dasar yang dipakai untuk

menghasilkan komposisi yang sempurna. Menggunakan golden section ratio

akan membantu untuk mempermudah dalam menyesuaikan komposisi agar

terlihat lebih proporsi dan estetik. Meskipun tidak ada aturan yang baku,

ukuran margin dapat mempengaruhi dampak visual. Margin dengan ukuran

yang berbeda akan memberikan kesan yang lebih dinamis.

Typeface

Visual atau desain berbentuk huruf merupakan sebuah typeface (Lupton, 2010).

Ambrose & Harris (2011) dalam bukunya The Fundamentals of Typography

menambahkan bahwa kumpulan karakter, huruf, simbol, angka, dan tanda baca

merupakan bagian dari sebuah typeface. Setiap typeface memiliki karakteristik

yang kuat dan konsisten.

Typeface Latin

Ambrose & Harris (2011) mengatakan bahwa huruf Latin terdiri dari 52 huruf kecil

dan kapital, 10 angka, simbol, tanda baca, dan karakter lainnya. Namun penggunaan

huruf Latin di setiap negara berbeda-beda terutama di Eropa. Spanyol

menggunakan 30 huruf, Inggris menggunakan 26 huruf, sedangkan Italia hanya

menggunakan 21 huruf.

8
Gambar 2.6. Bahasa Latin
(Ambrose & Harris, 2011)

Anatomi Huruf

Layaknya tubuh manusia, huruf juga mempunyai istilah yang berbeda untuk setiap

bagiannya (Ambrose & Harris, 2011). Berikut merupakan bagian dari anatomi

huruf tersebut:

1. Baseline

Garis horizontal imajiner yang menjadi garis dasar untuk huruf berada. Garis

ini juga digunakan untuk menjaga kontinuitas seluruh halaman dalam desain.

2. Cap height

Garis batas imajiner teratas untuk huruf kapital. Bagian ascender umumnya

dirancang sedikit lebih tinggi dari garis cap height.

3. Meanline

Merupakan garis batas imajiner teratas dari baseline untuk huruf kecil.

4. X-height

Merupakan tinggi utama badan huruf kecil. Jarak diukur dari baseline ke

meanline tanpa ascender dan descender. Huruf “x” umumnya menjadi acuan

utama untuk mengukur x-height.

9
5. Ascender

Bagian dari huruf yang lebih tinggi dari meanline dan diatas x-height.

6. Descender

Bagian dari huruf yang mengarah ke bagian bawah atau di bawah baseline.

Gambar 2.7. Anatomi Huruf


(Sihombing, 2003)

7. Apex

Pertemuan antara garis kanan dan kiri pada huruf di bagian ujung atas seperti

pada huruf A.

8. Arms

Garis horizontal seperti pada huruf T, E, dan F yang terputus. Arm juga terdapat

pada huruf K dan Y yang ditunjukkan pada garis mengarah ke atas.

9. Bowl

Bagian dari huruf yang menutupi area terutama pada huruf yang melingkar.

Bowl tidak selalu tertutup, tetapi ada juga bagian yang terbuka.

10. Bracket

Bentuk transisi yang menghubungkan bagian stem dan serif pada huruf.

10
11. Crossbar

Bagian yang berbentuk garis memotong pada bagian tengah huruf.

12. Ear

Sebuah garis kecil memanjang keluar yang dapat ditemukan pada bagian kanan

atas huruf g dan r.

13. Leg

Garis diagonal bawah pada huruf, terdapat pada huruf K, k, dan R.

14. Ligature

Bagian arm yang memanjang untuk menggabungkan dua huruf menjadi satu.

15. Link

Garis yang menghubungkan dua bagian huruf seperti bowl dan loop pada

huruf g.

16. Loop

Bagian huruf yang menutup area negatif dari huruf tersebut seperti pada

bagian bawah huruf g.

17. Serif

Garis kecil pada ujung garis huruf utama. Serif memiliki arah tersendiri

mengikuti bentuk dari huruf tersebut.

18. Shoulder

Garis melengkung yang menghubungkan stem dengan bagian lain dari huruf

seperti bagian leg.

19. Spine

Bagian garis yang melengkung dari kiri ke kanan pada huruf S.

11
20. Spur

Bagian ujung huruf yang memiliki bentuk seperti serif namun lebih kecil.

Spur terdapat pada bagian ujung huruf seperti pada huruf b dan G.

21. Stem

Garis utama pada huruf yang berbentuk horizontal ataupun diagonal.

22. Tail

Merupakan garis melengkung dari sebuah huruf yang menyerupai bentuk

ekor. Tail terdapat pada huruf R, K, dan Q.

23. Terminal

Bagian ujung garis huruf, garis ini bisa tidak memiliki ujung, menyambung,

ataupun tidak memiliki serif.

Klasifikasi Huruf

Ambrose dan Harry (2011) mengatakan bahwa klasifikasi huruf memiliki tujuan

untuk memberikan makna kepada tipografi secara tertata. Klasifikasi tersebut dapat

berdasarkan dari karakter huruf, periode waktu, ataupun penggunaannya. Lupton

(2010) mengklasifikasikan tipografi menjadi tujuh bagian, yaitu humanist sans

serif, transitional sans serif, geometric sans serif, egyptian/slab serif, humanist/old

style, transitional, dan modern. Berbeda dengan Ambrose dan Harris (2011) yang

mengklasifikasikan huruf menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Humanist

Gaya humanist terinspirasi oleh gaya klasikal dan bentuk huruf Roman di

Italia. Ciri pada gaya ini terlihat pada bagian x-height yang pendek, bentuk serif

yang jelas, dan bagian stress yang sangat miring.

12
Gambar 2.8. Gaya Humanist
(Ambrose & Harris, 2011)

2. Garalde

Gaya ini juga biasa disebut dengan gaya old style. Jenis gaya ini sudah

berkembang sejak abad ke-16 di Perancis dan Italia. Garalde memiliki ciri

dengan serif yang lebih tajam dan kemiringan stress yang tidak semiring gaya

humanist. Bembo & Garamond merupakan contoh tipografi dari gaya garalde.

Gambar 2.9. Gaya Garalde


(Ambrose & Harris, 2011)

3. Transitional

Merupakan gaya peralihan dari gaya old style menjadi lebih modern yang

dimulai pada akhir abad ke-17. Tekanan pada bagian huruf vertikal lebih besar

dari huruf melengkung. Fournier dan Baskerville merupakan contoh tipografi

dari gaya transitional.

Gambar 2.10. Gaya Transitional


(Ambrose & Harris, 2011)

13
4. Didone

Gaya ini kerap disebut dengan gaya modern, gaya ini mulai berkembang pada

abad ke-18. Salah satu karakteristik pada gaya ini yaitu garis stress lurus

vertikal dan serif yang tidak menggunakan bracket. Sehingga terlihat sangat

kontras antara stem dan serif. Salah satu font di gaya ini yaitu Didot.

Gambar 2.11. Gaya Didone


(Ambrose & Harris, 2011)

5. Slab serif

Karakteristik pada gaya ini yaitu terdapat pada bagian serif yang lebih berani

dengan bentuk persegi. Gaya ini juga biasa disebut gaya egyptian atau antique.

Jenis font yang diklasifikasikan pada gaya ini yaitu Memphis Medium.

Gambar 2.12. Gaya Slab Serif


(Ambrose & Harris, 2011)

6. Lineale

Gaya ini merupakan gaya font sans serif dan perkembangan dari gaya

grotesque. Berkembang pada abad ke-19 bersamaan dengan gaya neo-

grotesque. Salah satu jenis font dari gaya ini yaitu Futura.

14
Gambar 2.13. Gaya Lineale
(Ambrose & Harris, 2011)

7. Script

Gaya ini dibuat untuk menyerupai tulisan tangan manusia, sehingga karakter

huruf terlihat menyambung. Namun, pada kategori ini tidak semua jenis font

bergaya script mudah untuk dibaca.

Gambar 2.14. Gaya Script


(Ambrose & Harris, 2011)

Keluarga Huruf

Keluarga huruf merupakan kembangan dari huruf reguler yang memiliki perbedaan

pada berat huruf (Sihombing, 2003). Tidak hanya berat, proporsi dan kemiringan

menjadi perbedaan tampilan dalam keluarga huruf. Ambrose & Harris (2011)

menambahkan bahwa dengan menggunakan keluarga huruf, akan menciptakan

komposisi desain yang rapih dan konsisten.

15
Gambar 2.15. Perbandingan Transformasi Berat Huruf
(Sihombing, 2003)

Perubahan berat huruf terlihat pada perbandingan tinggi dan lebar stem pada

huruf. Dalam satu keluarga huruf hanya memiliki perbedaan pada lebar stem, tetapi

memiliki tinggi yang sama. Berdasarkan dari berat huruf, anggota keluarga huruf

dibagi menjadi tiga, yaitu light, regular, dan bold. Perbedaan berat pada huruf

memberikan kesan visual yang berbeda.

Gambar 2.16. Perbandingan Transformasi Proporsi Huruf


(Sihombing, 2003)

Berdasarkan transformasi proporsi huruf, anggota huruf dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu condensed, regular, dan extended. Penggunaan huruf condensed dan

extended tidak cocok untuk penggunaan kalimat yang panjang seperti untuk body

text. Namun, huruf-huruf tersebut lebih cocok digunakan untuk kalimat yang

pendek seperti headline dan sub-headline.

16
Gambar 2.17. Kemiringan Huruf
(Sihombing, 2003)

Dalam terminologi tipografi, huruf yang miring disebut dengan italic

(Sihombing, 2003). Huruf italic biasa digunakan untuk memberikan emphasis pada

kata atau bahasa asing. Sudut kemiringan yang optimal pada huruf italic yaitu

12º.Apabila sudut kurang dari 12º, akan sulit untuk mengidentifikasi huruf italic.

Sistem Pengukuran

Point (pt), pica, dan unit merupakan sistem pengukuran yang digunakan pada

tipografi (Sihombing, 2003). Tinggi huruf diukur dengan point, sedangkan panjang

baris diukur dengan pica. Satuan unit dipakai dalam pengukuran jarak antarhuruf

dari lebar persatuan huruf. Pada teknologi phototypesetting dan digital composition

juga menggunakan satuan unit. Sistem Anglo-Saxon sekarang menjadi acuan dalam

perhitungan huruf yaitu, 72 point setara dengan 1 inch atau 6 pica.

Gambar 2.18. Sistem Pengukuran Huruf


(Sihombing, 2003)

17
Pengukuran Ruang Tipografi

Selain pengukuran huruf, interval antarelemen tipografi seperti jarak antarhuruf,

antarkata, dan antarbaris juga diukur dengan satuan yang berbeda (Sihombing,

2003). Jarak antarhuruf disebut dengan kerning, antarkata disebut word spacing,

dan antarbaris disebut leading.

1. Jarak antarhuruf

Jarak antar satu huruf dengan huruf lainnya disebut dengan kerning, sedangkan

tracking merupakan jarak antar huruf-huruf yang dilihat secara keseluruhan.

Phototypesetting dan digital composition dalam pengukuran jarak antarhuruf

menggunakan satuan unit. Satuan unit tidak menjadi acuan utama, tergantung

pada sistem yang dipakai. Besaran Em diukur berupa kotak yang seukuran

dengan huruf, kemudia bila kotak tersebut dibagi menjadi beberapa bagian

disebut dengan unit.

Gambar 2.19. Jarak Antarhuruf


(Sihombing, 2003)

2. Jarak antarkata

Peletakan potongan metal yang disisipkan diantara huruf merupakan cara

tradisional yang digunakan untuk mengukur ruang jarak antarkata (Sihombing,

18
2003). Potongan metal tersebut dinamakan quad yang berbentuk persegi empat

dan sebesar ukuran huruf. Quad mempunyai satuan yaitu em, setengah ukuran

dari em disebut dengan en.

Gambar 2.20. Jarak Antarkata


(Sihombing, 2003)

3. Jarak antarbaris

Jarak antarbaris atau biasa disebut leading menggunakan satuan point. Teknik

tradisional dalam mengukur jarak antarbaris sama seperti mengukur jarak

antarkata. Pengukuran menggunakan metal berbentuk persegi empat yang

mempunyai ketebalan beragam. Leading berpengaruh kepada grayness atau

kepekatan ruang antarbaris. Semakin besar leading, maka tingkat grayness

akan semakin berkurang dan begitu juga dengan sebaliknya.

Gambar 2.21. Jarak Antarbaris


(Sihombing, 2003)

19
Type on Screen

Squire (2006) mengatakan bahwa pembaca membutuhkan waktu lebih untuk

membaca teks pada layar. Huruf berbasis layar memiliki perlakuan yang berbeda

dengan huruf pada media cetak. Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam

merancang huruf berbasis layar seperti legibility dan readibility di layar, resolusi

layar, warna, serta statisnya huruf tersebut (Squire, 2006). Dalam mengatasi

legibility pada layar, dapat diatasi dengan merancang huruf dengan x-height yang

tinggi, stroke yang lebih tebal dan tidak begitu kontras. Berikut Lupton menjelaskan

lebih lanjut mengenai huruf pada layar.

2.2.7.1. Rendering type on screen

Sebuah desain harus bisa beroperasi disetiap platform, perangkat, dan

browser. Masing-masing platform akan menerjemahkan typeface dalam

bentuk bitmap yang berbeda-beda dan terkadang menjadi tidak sempurna.

Format font terdiri dari dua jenis, yaitu TrueType dan PostScript. TrueType

biasa digunakan untuk Windows, sedangkan PostScript untuk Mac. Format

PostScript dapat menerjemahkan font menjadi bentuk yang lebih presisi.

Namun, TrueType memiliki pengaturan yang disebut hinting. Pengaturan ini

dapat mengatur bentuk font di setiap browser dan sistem operasi dengan

menyesuaika tinggi huruf, lebar stem, white space, dan kemiringan huruf

italic. Hinting juga dapat menyesuaikan besar huruf berdasarkan ukuran

layar dimana huruf ditampilkan.

20
Gambar 2.22. Hinting Versions of Fedra Sans Screen Regular
(Lupton, 2014)

2.2.7.2. Screen size

Setiap platform memiliki ukuran yang berbeda-beda, mulai dari yang kecil

hingga besar. Namun, ukuran layar 1024x768 px merupakan patokan utama

untuk merancang web. Pada resolusi tersebut, layar handphone masih dapat

menyesuaikan. Tidak semua bagian layar digunakan, sebagian akan

digunakan untuk menu seperti toolbar, status bar, dan bookmarks. Sehingga

tersisa 960x650 px untuk merancang isi konten dari website tersebut.

Gambar 2.23. Ukuran Layar


(Lupton, 2014)

21
2.2.7.3. Grid untuk layar

Layar digital memiliki sekitar seribu pixel persegi. Modular grid biasa

digunakan dalam pembuatan grid. Modular grid membagi layar menjadi

bidang vertikal dan horizontal. Pada bidang vertikal, dibagi menjadi 16

kolom. Setiap kolom dipisah oleh gutter yang berukuran 5 px di setiap 50

px kolom, sehingga dapat memudahkan untuk menentukan layout.

Gambar 2.24. Grid untuk Layar


(Lupton, 2014)

2.2.7.4. Responsive Typography

Lupton (2014) mengatakan bahwa solusi dari masalah perbedaan ukuran

dan resolusi layar disetiap platform adalah dengan merancang desain

website yang responsif. Ada dua cara dalam menyusun layout yang

responsif, yaitu liquid dan adaptive. Melalui cara liquid, kolom pada website

akan menyesuaikan pada lebar layar dengan membesar dan mengecil.

Sedangkan cara adaptive, penggunaan kolom lebih sedikit dalam satu grid

tanpa mengubah ukurannya. Kedua cara tersebut dapat dikombinasikan

22
dalam satu desain. Dalam desain yang responsif tidak hanya layout yang

responsif, tetapi dibutuhkan juga font yang responsif.

2.2.7.5. Type size

Lupton (2014) mengatakan bahwa dalam ukuran huruf di layar

menggunakan empat satuan, yaitu pixels, points, em, dan percentages.

Ukuran huruf yang digunakan pada layar berbeda dengan media cetak.

Pixels dan points adalah satuan yang sudah ditentukan oleh browser.

Sedangkan em dan percentages adalah satuan yang bisa menyesuaikan pada

ukuran dari website.

2.2.8. Custom Typeface

Custom typeface merupakan huruf yang dirancangan hanya untuk kepentingan

dalam suatu rancangan tertentu (Sihombing, 2003). Custom typeface dapat

mencerminkan identitas yang dapat digunakan secara konsisten. Perancangan

custom typeface juga dapat memberikan kesan baru dan lebih berkarakter.

2.3. Font

Sebuah typeface yang berformat digital disebut dengan font. Font dikenal juga

sebagai perangkat yang dapat diakses, dipasang, dan dapat menjadi output sebuah

desain. Dalam satu typeface, bisa terdiri dari beberapa font. (Lupton, 2010).

2.3.1. Format Font

Format font semakin berkembang dan berinovasi dari waktu ke waktu. Pada

dasarnya format font lama masih bisa digunakan pada sistem sekarang. Menurut

Lupton (2010), format font dibagi menjadi tiga yaitu, PostScript, TrueType, dan

23
OpenType. Format PostScript dikembangkan oleh Adobe yang digunakan untuk

mendapatkan gambar dengan resolusi tinggi pada kertas atau film. Format

TrueType merupakan format baru yang dikembangkan oleh Apple dan Microsoft

untuk sistem operasi mereka. Format ini lebih mudah digunakan karena hanya

menggunakan satu file aja. Sedangkan format OpenType merupakan format yang

dikembangkan oleh Adobe. OpenType dapat berfungsi di berbagai platform dan

dapat memuat hingga 65.000 karakter dalam satu file font.

2.3.2. Unicode

Unicode adalah sistem internasional yang mengidentifikasi sistem penulisan di

dunia (Lupton, 2010). Glyphs merupakan pengembangan dari setiap karakter.

Setiap karakter tersebut yang mempunyai fungsi berbeda akan terdaftar dengan

kodenya tersendiri. Begitu juga dengan glyphs yang memiliki kode tersendiri.

Gambar 2.25. Basic Latin Unicode


(https://unicode.org/charts/PDF/U0000.pdf)

24
2.4. Digital Publishing

Digital publishing mengubah pembaca menjadi lebih berinteraksi dengan konten,

tidak hanya sekedar membaca saja. Pembaca juga dapat menentukan konten apa

yang ingin dibaca. Selain itu pembaca juga bisa memilih di mana, kapan, dan

menggunakan media apa untuk membaca.

2.4.1. The Flow of Content

Lupton (2014) mengatakan bahwa setiap cara penerbitan memiliki cara membaca

yang berbeda. Bacaan yang linear, selektif, konsultatif, dan informatif akan cocok

dengan sistemnya tersendiri. Berikut berbagai model aliran pada konten digital

media menurut Lupton (2014):

1. Pages

Model ini memiliki halaman yang statis seperti pada ePub atau PDF. Pada

model pages, terdapat status bar yang menunjukkan jumlah dan persentase

halaman yang sudah dibaca.

Gambar 2.26. Pages


(Lupton, 2014)

25
2. Laundry line

Serangkaian teks yang tergantung namun tetap pada satu garis utama. Pada

model laundry line, navigasi dapat dilakukan dengan menggulung halaman

secara vertikal ataupun horizontal.

Gambar 2.27. Laundry Line


(Lupton, 2014)

3. Spine

Model ini biasa digunakan dalam jurnalisme online dengan mengelompokkan

artikel disamping halaman utama. Kotak disamping bisa berupa artikel, video,

atau infografis. Model ini digunakan oleh New York Times dalam mengatur

media-media pendukungnya.

Gambar 2.28. Spine


(Lupton, 2014)

26
4. Scroll

Model ini merupakan model yang sudah lama digunakan seperti pada buku.

Halaman pada model scroll berbentuk horizontal. Model ini juga dipakai

sebagai dasar penulisan HTML.

Gambar 2.29. Scroll


(Lupton, 2014)

5. Grid

Model ini menyatukan elemen-elemen disetiap grup. Setiap grup tersebut tetap

terhubung dan memiliki kesamaan tertentu. Pinterest dan Flipboard merupakan

contoh yang menggunakan model ini.

Gambar 2.30. Grid


(Lupton, 2014)

27
6. Slides

Tampilan pada model ini terlihat seperti film. Konsep pada model slides ini

yaitu dengan memotong dan membagi konten menjadi beberapa bagian.

Kemudian setiap potongan itu akan muncul satu persatu.

Gambar 2.31. Slides


(Lupton, 2014)

2.5. Buku

Dalam perancangan ini, penulis akan merancang typeface yang kemudian akan

ditampilkan melalui type specimen book. Buku tersebut menjadi acuan dan panduan

untuk menggunakan typeface yang akan dirancang. Guan (2012) mengatakan

bahwa sebuah buku bisa menjadi sumber inspirasi bagi desainer untuk merancang

buku. Sehingga konten dari buku yang akan dirancang harus sudah dipahami

terlebih dahulu, lalu merancang bukunya.

2.5.1. Komponen Buku

Buku yang bisa memberikan kesan kepada pembacanya dan memiliki desain yang

baik adalah buku yang sempurna (Guan, 2012). Menurut Guan (2012), buku

memiliki beberapa komponen. Komponen tersebut dapat menjadi acuan dalam

perancangan type specimen book. Komponen-komponen tersebut yaitu:

28
1. Cover

Desain cover merupakan hal yang penting karena melalui cover buku, dapat

mengekspresikan isi keseluruhan dari buku tersebut. Pada bagian cover

biasanya terdapat judul buku, penerbit, dan nama penulis. Cover juga bisa

berisi elemen-elemen visual untuk memperindah tampilan. Selain itu, tekstur

dari cover juga bisa lebih dieksplorasikan.

2. Book spine

Book spine atau biasa disebut dengan punggung buku. Punggung buku juga

merupakan hal yang penting selain cover. Dengan permukaan untuk mendesain

yang kecil, desain dari punggung buku harus bisa menunjukkan isi dari buku

tersebut. Bentuk dari punggung buku biasa dibuat menonjol.

3. Fly page

Pembatas antara cover dengan isi konten buku disebut dengan fly page. Selain

itu, ada halaman lain yang termasuk dalam fly page seperti expansion page,

copyright page, blank page, frontispiece insert atau title page, like page, dan

sebagainya. Fly page bisa menggunakan bahan yang berbeda sehingga

menciptakan tekstur tertentu dan desain yang sesuai.

4. Content

Dalam mengisi konten, pemilihan layout dan warna harus diperhatikan supaya

pembaca dapat membaca dengan jelas. Penerapan white space diperlukan agar

tampilan bisa lebih dinamis. Pada bagian konten tertentu seperti judul, dapat

menggunakan white space sebagai penekanan.

29
5. Layout

Tanpa disadari, layout akan dibaca terlebih dahulu oleh pembaca (Guan, 2012).

Layout harus dibuat sederhana, indah, dan seharmonis mungkin. Desain harus

dibuat dinamis, dengan memadukan desain yang simetri dan asimetri.

Sehingga desain tidak terlihat kaku. Proporsi, warna, arah membaca, dan

peletakan konten juga harus diperhatikan dengan baik. Desain buku yang baik

tidak hanya berdasarkan estetika, melainkan dapat juga menyampaikan

informasi kepada pembaca dengan baik.

6. Copyright page

Konten pada halaman ini berisi tentang penerbit, penulis, dan buku tersebut.

Hal ini diatur berdasarkan informasi yang ada. Informasi tersebut dapat berupa

nama, ISBN, jumlah halaman, lokasi, dan sebagainya.

2.6. Desain Grafis

Suatu permasalahan yang ada merupakan tujuan dari adanya perancangan desain

grafis. Penyampaian masalah tersebut dapat dilakukan melalui visual (Landa,

2014). Perancangan type specimen book dalam tugas akhir ini akan dipakai sebagai

panduan penggunaan font.

2.6.1. Elemen Desain

Bentuk, warna, garis, dan tekstur adalah elemen dasar yang ada dalam desain grafis

(Landa, 2014). Dalam type specimen book yang akan dirancang penulis, juga

terdapat elemen-elemen desain tersebut.

30
1. Line

Sebuah titik yang memanjang disebut dengan sebuah garis (Landa, 2014).

Seperti pada huruf yang terbentuk dari gabungan garis-garis. Namun ada juga

garis semu yang disebut grid. Grid berguna untuk membantu peletakan setiap

elemen desain yang ada.

2. Shape

Pada dasarnya bentuk adalah sebuah bidang dua dimensi atau bidang datar.

Bentuk pada perancangan type specimen book ini yaitu bentuk dari huruf

tersebut. Huruf memiliki bentuk dasar seperti segitiga, lingkaran, dan persegi

empat. Huruf H memiliki bentuk persegi empat, huruf O dengan bentuk

lingkaran, begitu juga dengan huruf A berbentuk segitiga.

3. Figure/ground

Persepsi visual seperti ruang positif dan ruang negatif disebut juga dengan

figure dan ground. Pada type specimen book yang akan dirancang, huruf

merupakan figur (ruang positif). Dengan begitu pembaca dapat membedakan

huruf dengan latar belakangnya.

4. Color

Warna dihasilkan dari pantulan cahaya oleh benda, sehingga dapat terlihat oleh

mata manusia. Warna yang dihasilkan oleh layar disebut dengan warna

additive, sedangkan warna yang dihasilkan oleh type specimen book yaitu

warna subtractive. Warna primer yang dipakai yaitu cyan (C), magenta (M),

yellow (Y), dan black (K).

31
5. Texture

Tekstur dapat dirasakan melalui indra peraba untuk mengetahui kualitas dari

suatu permukaan. Pada buku spesimen huruf yang akan dirancang, kualitas

kertas yang digunakan bisa menggunakan tekstur yang berbeda. Dengan

menggunakan kertas bertekstur, dapat memberikan kesan visual yang berbeda.

2.6.2. Prinsip Desain

Dalam perancangan buku spesimen huruf ini, menggunakan prinsip desain yang

dikemukakan oleh Landa (2014). Prinsip tersebut yaitu keseimbangan, format,

penekanan, hierarki visual, kesatuan, irama, dan hukum visual.

1. Format

Format adalah sebuah batasan terluar dari sebuah bidang desain. Hal ini juga

berlaku pada batas bidang untuk layar digital seperti layar handphone,

billboard, dan sebagainya (Landa, 2014).

2. Balance

Kestabilan dalam desain yang tercipta dengan mengatur elemen visual dan

komposisi desain di setiap sisi (Landa, 2014). Ketika keseimbangan tercipta,

maka akan menghasilkan desain yang harmoni. Hal ini diperlukan dalam

perancangan buku spesimen huruf penulis.

3. Visual hierarchy

Dalam memperjelas dan mengorganisir informasi merupakan kekuatan utama

hierarki visual. Prinsip ini untuk menentukan elemen visual mana yang akan

mendapatkan penekanan dan dilihat oleh pembaca.

32
4. Emphasis

Emphasis adalah penekanan yang diberikan pada sebuah elemen desain.

Penakan dilakukan oleh desainer untuk menentukan elemen mana yang akan

dilihat oleh pembaca terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan

pengaturan skala, peletakan elemen, kontras, dan menggunakan penunjuk.

5. Rhytm

Ritme merupakan suatu pengulangan yang ada pada desain, hal ini sama seperti

irama atau ritme pada musik. Ritme dapat memberikan kestabilan melalui

tekstur, warna, keseimbangan, penekanan, dan figure/ground.

6. Unity

Ketika semua elemen menjadi satu kesatuan maka akan tercipta kesatuan pada

desain. Hal ini tercipta secara otomatis pada otak manusia dengan

mengelompokkan dan menyambungkan sesuatu berdasarkan bentuk, warna,

kemiripan, posisi, dan orientasinya.

7. Laws of perceptual organization

Proximity, similarity, closure common fate, continuity, dan juga continuing line

merupakan hukum-hukum visual yang harus diperhatikan. Hukum visual juga

dikenal dengan istilah gestalt.

2.7. Brand Identity

Typeface merupakan bagian dari identitas visual, penulis perlu untuk mendalami

dan mengetahui mengenai brand yang ingin diangkat. Kapferer (2012) mengatakan

33
bahwa untuk mengidentifikasi identitas brand dapat menggunakan identity prism

yang dibagi menjadi enam.

Gambar 2.32. Identity Prism


(Kapferer, 2012)

1. Physique

Physique merupakan tulang punggung dari brand tersebut dan memiliki value

yang nyata. Seperti halnya bunga tanpa tangkai, maka brand tanpa physique

akan mati. Produk unggulan juga dapat menjadi physique dari sebuah brand.

2. Personality

Seperti halnya manusia, dalam personality sebuah brand diibaratkan sebagai

seorang manusia. Hal ini dapat terlihat dari bagaimana cara brand tersebut

menyampaikan jasa atau barangnya kepada konsumen.

3. Relationship

Relationship merupakan hubungan yang terjalin antara sebuah brand dengan

konsumennya. Setiap brand memiliki caranya masing-masing untuk

34
mendapatkan hubungan tersebut. Seperti brand IBM yang menunjukkan

keteraturan melalui logonya yang bergaris-garis.

4. Culture

Inspirasi dari sebuah brand bisa datang dari kebudayaan tempat asal brand

tersebut. Culture menjadi aspek yang dapat mempengaruhi brand. Sebuah

brand juga dapat menyampaikan budaya melalui jasa atau produknya.

5. Reflection

Identitas dari konsumen dapat terbentuk dari brand yang mereka gunakan atau

pakai. Reflection merupakan cerminan konsumen yang dilihat melalui sisi

sebuah brand ketika konsumen menggunakan jasa atau produknya.

6. Self-image

Self-image berlawanan dengan reflection. Self-image berasal dari apa yang

dirasakan oleh konsumen. Hal ini merupakan cermin internal dari konsumen.

35

You might also like