Proposal PTK - RIRIN ISWARI - 20120202710129

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 38

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE DALAM UPAYA

MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN DARING


TEMATIK SISWA KELAS V SD NEGERI 3 REJOSARI

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)

Oleh:

RIRIN ISWARI
20120202710129

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020

i
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul ……………………………………………………................ i

Daftar Isi …………… ……………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 7

A. Pengertian Hasil Belajar................................................................ 7

B. Model Pembelajaran TPS ............................................................. 9

1. Pengertian Model Pembelajaran TPS ........................................ 9

2. Langkah-langkah Pembelajaran TPS ......................................... 10

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran TPS .......................... 11

B. Pembelajaran Daring .................................................................... 12

1. Pengertian Pembelajaran Daring................................................ 12

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Daring ...................... 13

D. Pembelajaran Tematik .................................................................. 13

1. Pengertian Pembelajaran Tematik ............................................. 14

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik .................... 15

E. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 17

ii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 18

A. Jenis Penelitian.............................................................................. 18

B. Setting Penelitian........................................................................... 18

C. Sumber Data Penelitian ................................................................ 19

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 19

E. Prosedur Penelitian ....................................................................... 20

F. Teknis Analisis Data ..................................................................... 25

G. Indikator Keberhasilan ................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 28

LAMPIRAN .................................................................................................... 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan secara sistematis dalam

mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya. Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 20

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, serta akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan adalah tonggak kemajuan bangsa. Sudah menjadi suatu rahasia

umum bahwa maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan.

Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik,

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Sebagaimana

diketahui bahwa hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik tidak

hanya memenuhi aspek kongitif, tetapi juga harus memenuhi afektif dan

psikomotor. Menurut Purwanto (2011:38) hasil belajar adalah perubahan

1
perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia

mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar

mengajar. Lebih lanjut lagi Purwanto (2011:38) mengatakan bahwa hasil

belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Pada saat ini virus Covid-19 mewabah di hampir seluruh dunia termasuk

Indonesia. Wabah ini membawa dampak siqnifikan pada berbagai bidang

kehidupan termasuk pendidikan. Dengan adanya pandemic virus Covid 19,

segala aktivitas yang bersifat mengumpulkan orang dibatasi bahkan dihentikan,

termasuk sekolah yang pada normalnya dilaksanakan dengan tatap muka.

Dunia pendidikan kemudian terpaksa putar haluan untuk mengubah cara

belajar berbasis perjumpaan tatap muka menjadi pembelajaran daring.

Transformasi digital secara terpaksa ini adalah cara yang dianggap paling aman

untuk memutus penyebaran wabah akibat virus corona. Luthra & Mackenzi

(dalam Anggi Afriansyah, 2020) menyebut ada empat cara Covid-19

mengubah cara kita mendidik generasi masa depan. Pertama, bahwa proses

pendidikan di seluruh dunia semakin saling terhubung. Kedua, pendefinisian

ulang peran pendidik. Ketiga, mengajarkan pentingnya keterampilan hidup di

masa yang akan datang. Dan, keempat, membuka lebih luas peran teknologi

dalam menunjang pendidikan.

Di Indonesia pembelajaran daring/jarak jauh diatur melalui Surat Edaran

Kemdikbud No 4 Tahun 2020 mengenai Pelaksanaan Pendidikan Dalam Masa

Darurat Coronavirus Disease Covid-19.(Anggi Afriansyah, 2020). Dengan

diterbitkannya surat edaran tersebut, maka seluruh sekolah harus melaksanakan

2
pembelajaran daring. Hal tersebut membuat guru dan peserta didik harus

mampu mengikuti perubahan tersebut dengan cepat.

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran daring di

SD Negeri 3 Rejosari ditemukan hasil bahwa proses pembelajaran tematik

daring di SD Negeri 3 Rejosari belum berjalan secara optimal. Hal tersebut

dikarenakan beberapa hal seperti beberapa peserta didik tidak mempunyai

fasilitas pembelajaran daring. Beberapa guru masih belum terbiasa

menggunakan teknologi untuk pembelajaran daring. Selain itu masih terdapat

guru yang masih menggunakan cara belajar yang didominasi oleh guru

sehingga siswa hanya menerima tanpa ada usaha yang bermakna. Guru belum

mampu merancang atau mendesain pembelajaran daring yang inovatif. Model

pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariatif. Beberapa masalah

tersebut yang berakibat siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan akhirnya

berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal. Hal tersebut dapat

terlihat pada hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas V tema 4

Sehat Itu Penting, Sub Tema 3 Cara Memelihara Kesehatan Organ Peredaran

Darah pada data berikut ini:

Tabel 1. Distribusi Hasil belajar siswa

Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 60


No. Kegiatan Jumlah siswa % Jumlah siswa %
tuntas Tuntas tidak tuntas Tidak Tuntas
1. Ulangan 1 5 25 % 15 75%
2. Ulangan 2 7 35% 13 65%
Sumber : Daftar nilai ulangan harian siswa kelas V

3
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar pada dua

kegiatan ulangan harian siswa kelas V pembelajaran tematik tema 4 sub tema

3 peserta didik yang mendapat nilai mencapai KKM tidak sampai 50%.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, diperlukan adanya suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran

tematik di kelas V. Salah satu model pembelajaran yang dianggap sesuai

dengan tuntutan tersebut adalah model pembelajaran Think Pair Share (TPS).

Menurut Trianto (2010:81) TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi

siswa. Langkah-langkah TPS menurut Kunandar (2009:367) sebagai berikut

Langkah 1 Berpikir (Thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu

yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu beberapa menit untuk

berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut. Langkah 2

Berpasangan (Pairing), yakni guru meminta kepada siswa untuk berpasangan

dan mendiskusikan mengenai apa yang dipikirkan. Langkah 3

Berbagi (Sharing), yakni guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk

berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa

yang telah mereka bicarakan. Tujuan dari model kooperatif tipe TPS adalah

untuk meningkatkan penguasaan akademik, mengajarkan keterampilan sosial

dan membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, serta

meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

4
Dari latar belakang masalah di atas, penulis ingin melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Model Think Pair Share (TPS) dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Pembelajaran Daring Tematik Siswa Kelas V SD Negeri

3 Rejosari”.

B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dari permasalahan tersebut di atas

diantaranya adalah

1. Beberapa peserta didik tidak mempunyai fasilitas pembelajaran daring.

2. Guru mendominasi kegiatan pembelajaran.

3. Guru belum mampu merancang pembelajaran inovatif.

4. Model pembelajaran kurang bervariasi.

5. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

6. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik di kelas V.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

“Bagaimanakah Penerapan Model Think Pair Share dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Pembelajaran Hasil Pembelajaran Daring Tematik Siswa

Kelas V SD Negeri 3 Rejosari”

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah

“Meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model Think Pair Share

pada pembelajaran daring tematik di kelas V SD Negeri 3 Rejosari”.

5
E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dipaparkan di

atas, hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk kebijakan

dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar (PBM) dan

meningkatkan hasil belajar siswa

2. Bagi guru, akan lebih mengenal model pembelajaran yang bervariasi

sehingga siswa tidak merasa jenuh hanya dengan satu model

pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Model

pembelajaran Think Pair Share dapat menjadi masukan dan menambah

pembendaharaan wawasan sehingga dapat digunakan pada proses

peningkatan profesional guru.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran daring

Tematik kelas V semester 1.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Hasil Belajar

Secara etimologis, hasil belajar merupakan gabungan dari kata hasil dan

belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kridalaksana,1990:14,343)

hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat,dijadikan) akibat usaha.

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu untuk merubah

tingkah laku atau tanggapan yang di sebabkan pengalaman. Menurut

Purwanto(2011:38) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat

belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas

sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut

lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa

menerima pengalaman belajarnya (Alim, Nosvita R, 2013:32). Belajar dan

mengajar merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Belajar merujuk

pada seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk

pada apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru sebagai pengajar. Dua

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru berpadu dalam

satu kegiatan. Terjadinya interaksi antara guru dan siswa menghasilkan

kemampuan yang disebut sebagai hasil belajar.

7
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2012: 6) menjelaskan bahwa hasil belajar

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan teori

Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga

kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar dari sisi intelektual siswa yang terdiri dari

6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan dan mengamati).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu

menjadi tahu.

8
B. Model Pembelajaran Think Pair Share
1. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share

Menurut Trianto (2010:81) Think Pair Share (TPS) atau berpikir

berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Sedangkan menurut

Suyatno (2009: 54) mengatakan bahwa TPS adalah model pembelajaran

kooperatif yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplinsit

memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara

mendalam tentang apa yang dijelaskan atau dialami (berfikir, menjawab,

dan saling membantu satu sama lain). Berdasarkan pendapat tersebut dapat

diambil kesimpulan Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran

yang memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok

kecil dengan tahap thinking ( berfikir), pairing (berpasangan),

dan sharing (berbagi).

Tujuan think pair share tidak jauh berbeda dengan tujuan dari model

pembelajaran kooperatif. Menurut Nurhadi (2004:66) tujuan dari TPS

secara umumnya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, dan

mengajarkan keterampilan sosial. Selanjutnya menurut Trianto (2009:59)

berpendapat bahwa tujuan pembelajaran kooperatif TPS adalah a) dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, b) unggul dalam

membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, c) membantu siswa

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

9
Berdasarkan pendapat para ahli di tersebut dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari model kooperatif tipe TPS adalah untuk meningkatkan

penguasaan akademik, mengajarkan keterampilan sosial dan membantu

siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, serta

meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep-konsep yang

sulit.

2. Langkah-Langkah Pembelajaran TPS

Langkah-langkah TPS menurut Kunandar (2009:367) sebagai berikut:

 Langkah 1 Berpikir (Thinking), yaitu guru mengajukan pertanyaan

atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu

beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu

tersebut.

 Langkah 2 Berpasangan (Pairing), yakni guru meminta kepada siswa

untuk berpasangan dan mendiskusikan mengenai apa yang dipikirkan.

 Langkah 3 Berbagi (Sharing), yakni guru meminta pasangan-

pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara

keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan.

Kemudian dijelaskan oleh Buchari (2009:91) sintak- sintak TPS sebagai

berikut: diajukan untuk keseluruhan kelas, lalu setiap siswa memikirkan

jawabanya, kemudian siswa dibagi berpasangan dan diskusi. Pasangan ini

melaporkan hasil diskusinya dan berbagai pemikiran dengan seluruh kelas.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah penggunaan model TPS yaitu dengan memberikan suatu

10
masalah kepada siswa sehingga siswa berpikir sendiri tentang masalah

yang telah diberikan. kemudian siswa diminta duduk berpasangan untuk

mendiskusikan masalah yang telah diberikan, lalu masalah yang telah

didiskusikan tersebut dipresentasi/ditampilkan di depan kelas agar siswa

bisa berbagi dengan siswa yang lain tentang apa yang telah didiskusikan.

Pada kegiatan ini guru akan berkeliling dari pasangan yang satu ke

pasangan yang lainnya untuk menerima dan memantau laporan dari siswa

tentang apa yang telah mereka diskusikan.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TPS


Model pembelajaran TPS ini memiliki beberapa kelebihan. Menurut

Kunandar, (2009:367) menyatakan bahwa tipe think pair share memiliki

kelebihan yaitu mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan

diskusi perlu diselengarakan dalam setting kelompok kelas secara

keseluruhan. Dan menurut Buchari (2009:91) menyatakan bahwa

prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa

lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling bantu. Guru

memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca

tugas. Sedangkan kelemahan TPS menurut Lie (2008:86) yaitu lebih

banyak kelompok yang akan lapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide

yang muncul,dan jika ada masalah tidak ada penengah. Jadi dari

pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa TPS merupakan

teknik sederhana yang mempunyai kelebihan dapat mengoptimalkan

partisipasi siswa dalam mengeluarkan pendapat, dan meningkatkan

pengetahuan. Untuk mengatasi kelemahan yang dapat timbul dalam

11
penerapan TPS ini guru harus selalu memonitor jalannya diskusi yang

dilakukan oleh masing-masing kelompok pasangan.

C. Pembelajaran Daring
1. Pengertian Pembelajaran Daring
Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun untuk mengembangkan

kreatifitas berpikir peserta didik. Daring merupakan singkatan dari “dalam

jaringan” sebagai pengganti kata online yang sering kita gunakan dalam

kaitannya dengan teknologi internet. (amongguru.com, 2020). Era disrupsi

teknologi imformasi dan komukasi (TIK) memberi dampak dalam segala

hal. Pada bidang pendidikan dampak dari disrupsi TIK yaitu adanya

pembelajaran dalam jaringan atau daring. Menurut Karla Farhana (2020)

pembelajaran daring adalah metode belajar yang menggunakan model

interaktif berbasis internet dan Learning Manajemen System (LMS).

Seperti menggunakan Zoom, Google Meet, dan lainnya. Sedangkan

menurut Hakiman (2020) pembelajaran daring merupakan pembelajaran

tanpa tatap muka secara langsung, tetapi dilakukan melalui online.

Pembelajaran dilakukan melalui video conference, e-

learning atau distance learning. Menurut Edi Subkhan (2020) tujuan

pembelajaran daring pada masa pandemic covid-19 adalah untuk

memudahkan aktivitas belajar. Caranya dengan:

 Menyediakan banyak sumber belajar yang mudah diakses.

 Pembelajaran yang fleksibel metode, tempat, dan waktunya.

 Bisa sepenuhnya daring, bisa kombinasi daring dan luar jaringan

(luring)—tatap muka fisik konvensional.

12
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara online,

menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial tertentu seperti

whatsapp, google meet, zoom dan sebagainya.

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Daring

Dalam pelaksanaan pembelajaran daring tentu saja mempunyai kelebihan

dan kelemahan. Berikut ini kelebihan dan kelemahan pembelajaran yang

dilaksanakan secara daring menurut Wantiknas.com (2020)

Kelebihan

1. Dapat diakses dengan mudah

2. Biaya lebih terjangkau

3. Waktu belajar fleksibel

4. Wawasan yang luas

Kelemahan

1. Keterbatasan akses internet

2. Berkurangnya interaksi dengan pengajar

3. Pemahaman terhadap materi tergantung kemampuan pengguna

platform daring

4. Minimnya Pengawasan dalam Belajar

Dengan adanya kelebihan dan kelemahan tersebut maka sebagai seorang

guru harus mampu merancang pembelajaran daring yang sesuai dengan

karakteristik dan kondisi peserta didik. Dengan demikian pembelajaran

13
akan berjalan sebagai mana mestinya dan tujuan pembelajaran akan

tercapai dengan baik.

D. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembalajaran Tematik

Menurut Majid (2014), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang

menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda

dengan harapan siswa akan belajar lebih baik dan bermakna.

Diimplementasikannya kurikulum 2013, sebagai pengganti kurikulum

2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) mau tidak mau membawa sejumlah perubahan dalam

sistem Pendidikan di Indonesia. Salah satunya terkait mata pelajaran.

Salah satu perubahan yang paling menonjol dan bisa ditemukan pada

jenjang Sekolah Dasar (SD) misalnya, adalah diterapkannya sistem

pembelajaran berbasis tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif

(terpadu) sendiri merupakan pembelajaran yang memadukan berbagai

mata pelajaran yang memiliki tema sama.

Menurut Suaidinmath (2013) pembelajaran tematik terpadu merupakan

suatu pendekatan dam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan

beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata

pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memperoleh

pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi

bermakna bagi peserta didik.

14
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran tematik terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang

melibatkan beberapa mata pelajaran unruk memberikan pengalaman yang

bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran

tematik terpadu artinya peserta didik akan memahami konsep-konsep yang

mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan

dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

2. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik

Menurut Rusman (2015: 92) beberapa kelebihan pendekatan pembelajaran

tematik, diantaranya:

1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan

dengan tingkat perkembangan anak.

2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan

peserta didik.

3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga

hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.

4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir

dan social anak.

5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis.

Dengan permasalahan yang sering ditemui dalam

kehidupan/lingkungan riil peserta didik.

6. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama dapat meningkatkan

kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik,

peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan

15
narasumber sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam

situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

Tim Puskur (dalam Rusman, 2015) mengidentifikasi beberapa kelemahan

pembelajaran tematik, diantaranya:

1. Aspek guru, guru harus berwawasan luas, memilki integritas tinggi,

keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi

dan berani mengemas dan mengembangkan materi

2. Aspek peserta didik, pembelajaran tematik menuntut kemampuan

belajar peserta didik yang relative baik, baik dalam kemampuan

akademik maupun kreatifitasnya, karena model pembelajaran tematik

menekankan pada kemampuan analitis, kemampuan asosiatif,

kemampuan eksplorasi dan elaborative.

3. Aspek sarana dan sumber pembelajaran, pembelajaran tematik

memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak

dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet

4. Aspek kurikulum, kurikulum harus luwes, berorientasi pada

pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik, bukan pada

pencapaian target penyampaian materi

5. Aspek penilaian, pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian

yang menyeluruh.

6. Aspek suasana pembelajaran, pembelajaran terpadu cenderung

mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang

kajian lain, tergantung pada latar belakang pendidikan gurunya.

16
E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesisPenelitian

Tindakan Kelas sebagai berikut: “ Apabila dalam pembelajaran tematik

kelas V di SD Negeri 3 Rejosari menggunakan model pembelajaran TPS

dengan langkah-langkah yang tepat dan benar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Hopkins

(dalam Masnur Muslich 2011:8), Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu

bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan

untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam

melaksanakan tugas dan memperdalam terhadap kondisi pembelajaran. Pada

penelitian saat ini difokuskan pada situasi kelas yang dilaksanakan secara

daring mengingat pandemic-covid 19 belum berakhir sehingga pembelajaran

dilaksanakan dengan sistem daring.

B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam Penelitian tindakan kelas ini yang dijadikan subjek penelitian

adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Rejosari dengan jumlah 20 siswa yang

terdiri dari 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki- laki.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 3 Rejosari Kecamatan Seputih

Mataram Lampung Tengah.

18
3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran

2020/2021 dari bulan Oktober sampai dengan November yang dimulai

dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap penyimpulan.

Pada saat penelitian tema yang menjadi objek penelitian adalah “Sehat

Itu Penting”.

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penenelitian ini diperoleh dari :

1. Siswa, menggunakan tes hasil belajar, yang berupa data kuantitatif

berbentuk skor.

2. Guru, menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan

setiap siklus dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis

yang menggunakan paparan sederhana.

D. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa teknik,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tes

Pada teknik ini instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar siswa

yang berisi soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa.

2. Non Tes

Pada teknik ini isntrumen yang digunakan yaitu lembar observasi untuk

mengamati kinerja guru dalam proses pembelajaran.

19
E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode

penelitian tindakan kelas. PTK merupakan penelitian bersiklus yang dilakukan

secara kolaboratif untuk menemukan dan memacahkan masalah pembelajaran

di kelas dan pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran di

kelas tersebut. Ciri utama dari PTK adalah

- proses pemecahan masalah dilakukan secara bersiklus.

- masalah yang diangkat berasal dari kelas tempat penelitian dilakukan.

- memiliki tujuan untuk memecahkan masalah pembelajaran dan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran.

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini disajikan dalam bentuk

peroses pengkajian berdaur (siklus) yang dinyatakan dalam bentuk sebuah

spiral yang sering disebut spiral PTK. Untuk memahami bentuk spiral PTK

digambarkan model Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Arikunto 2009:16)

sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model Spiral Kemmis dan Taggart (1988)

20
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa tahap plan peneliti membuat sebuah

perencanaan yang akan dilakukan dalam penelitian, perencanaan yang dibuat

yakni tindakan yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Pada

pokok tindakan (Act), mulai dilaksanakannya tindakan yakni mulai diajukan

pertanyaan-pertanyaan pada siswa untuk mendorong mereka mengatakan apa

yang mereka pahami, dan apa yang mereka amati. Pada pokok pengamatan

(observe), kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dicatat dan diamati

yang bertujuan untuk melihat apa yang terjadi. Pengamat juga membuat catatan

dalam buku harian. Dalam kontak refleksi (Reflect), pada tahapan ini yang

dilakukan adalah mengkaji secra keseluruhan tindakan yang telah dilakukan

berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna

menyempurnakan tindakan selanjutnya.

Selanjutnya setelah tindakan pada siklus I selesai dilakukan maka pada kotak

(Resived Plan), yakni mengadakan perencanaan tindakan untuk memperbaiki

kekurangan pada siklus I kemudian dilakukan tindakan (Act), selanjutnya tindakan

yang dilakukan diamati (Observe), dan kemudian dilakukan kembali refleksi guna

menyempurnakan tindakan berikutnya.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, hasil tindakan

pada tiap siklus dianalisis sehingga berdasarkan analisa tersebutlah maka

ditentukan apakah siklus selanjutnya dapat dilanjutkan atau tidak.

Selanjutnya penelitian akan diakhiri/dihentikan dengan kriteria berikut :

a. Hasil pengamatan telah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses

pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat dan siswa

21
memahami proses menemukan konsep baru dengan indicator 75% siswa

telah dapat menemukan konsep baru.

b. Pada siklus berikutnya kegiatan pembelajaran lebih ditekankan pada sub-sub

pembahasan yang pencapaiannya masih di bawah 75%.

Adapun tahapan-tahapan pada tiap siklus sebagai berikut :

SIKLUS 1

a. Tahap Perencanaan

 Menyusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, media,

LKPD, kisi-kisi soal evaluasi, instrumen penilaian dengan

menggunakan model pembelajaran tematik.

 Menyiapkan instrument evaluasi, sikap, pengetahuan, keterampilan

 Menyiapkan lembar observasi kinerja guru selama proses pembelajaran

yang di amati oleh observer

b. Tahap Pelaksanaan

1. Pendahuluan

 Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk mengikuti proses

pembelajaran.

 Guru memberikan apersepsi dengan menampilkan media berupa

gambar/foto lalu guru mengaitkan gambar dengan materi yang akan

dipelajari misalnya dengan kegiatan tanya jawab.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan inti

 Guru menampilkan media yang berisi materi pembelajaran

 Siswa dan guru membahas bersama materi yang ditampilkan pada

22
media

 Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan

siswa diberi waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai

jawaban atau isu tersebut. Berpikir (Thinking)

 Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

mengenai apa yang dipikirkan. Berpasangan (Pairing)

 Guru membagikan LKPD yang akan dijadikan panduan siswa

mengerjakan tugas.

 Guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau

bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah

mereka bicarakan. Berbagi (Sharing)

 Guru memberikan penguatan atas jawaban siswa

 Guru memberikan penghargaan untuk kelompok terbaik.

3. Penutup.

 Siswa mengerjakan soal evaluasi

 Siswa dan guru melakukan refleksi serta menyimpulkan pembelajaran

 Siswa diberikan tindak lanjut.

 Guru menutup pembelajaran.

c. Tahap Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan semua proses yang terjadi dalam

tindakan dengan menggunakan format observasi. Kegiatan ini dapat

dilakukan dengan bekerjasama dengan teman sejawat untuk menjadi

observer.

23
d. Tahap Refleksi

Melakukan evaluasi dari setiap indakan yang telah dilakukan pada siklus I.

hasil refleksi akan digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut pada

kegiatan selanjutnya.

SIKLUS 2

a. Tahap Perencanaan

 Menyusun perangkat pembelajaran meliputi RPP, bahan ajar, media,

LKPD, kisi-kisi soal evaluasi, instrumen penilaian dengan

menggunakan model pembelajaran tematik.

 Menyiapkan instrument evaluasi, sikap, pengetahuan, keterampilan

 Menyiapkan lembar observasi kinerja guru selama proses pembelajaran

yang di amati oleh observer

b. Tahap Pelaksanaan

1. Pendahuluan

 Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk mengikuti proses

pembelajaran.

 Guru mengumumkan hasil kegiatan pada siklus 1

 Guru memberikan apersepsi dengan menampilkan media berupa

gambar/foto lalu guru mengaitkan gambar dengan materi yang akan

dipelajari misalnya dengan kegiatan tanya jawab.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Kegiatan inti

 Guru menampilkan media yang berisi materi pembelajaran

24
 Siswa dan guru membahas bersama materi yang ditampilkan pada

media

 Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan

siswa diberi waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri mengenai

jawaban atau isu tersebut. Berpikir (Thinking)

 Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan

mengenai apa yang dipikirkan. Berpasangan (Pairing)

 Guru membagikan LKPD yang akan dijadikan panduan siswa

mengerjakan tugas

 Guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau

bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah

mereka bicarakan. Berbagi (Sharing)

 Guru memberikan penguatan atas jawaban siswa

 Guru memberikan penghargaan untuk kelompok terbaik.

3. Penutup.

 Siswa mengerjakan soal evaluasi

 Siswa dan guru melakukan refleksi serta menyimpulkan pembelajaran

 Siswa diberikan tindak lanjut.

 Guru menutup pembelajaran.

c. Tahap Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan semua proses yang terjadi dalam

tindakan dengan menggunakan format observasi. Kegiatan ini dapat

dilakukan dengan bekerjasama dengan teman sejawat untuk menjadi

observer.

25
d. Tahap Refleksi

Melakukan evaluasi dari setiap indakan yang telah dilakukan pada siklus I.

hasil refleksi akan digunakan untuk membuat rencana tindak lanjut pada

kegiatan selanjutnya.

F. Teknik Analisis Data

Data kuantitatif didapat dengan cara memberikan tes tertulis berupa soal

pilihan ganda kepada siswa, sedangkan data kualitatif untuk proses

pembelajaran menggunakan lembar observasi terhadap guru. Adapun langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap

siklus dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang hanya

menggunakan paparan sederhana.

2. Menentukan rata-rata dari seluruh siswa yang mengikuti tes.

a. Tingkat keberhasilan siswa didapat dari

skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam nilai dengan menggunakan

rumus:
Jumlah skor
Nilai Akhir (NA) = x 100
skor maksimum

Jumlah skor total


Nilai Rata-Rata (X;-) = x 100
jumlah siswa

Tabel 3.1 Kategori Hasil Belajar Siswa


Rentang nilai siswa Ketuntasan Kategori Hasil belajar
87-100 Tuntas Sangat baik
73-86 Tuntas Baik
60-72 Tuntas Cukup
45-59 Tidak tuntas Kurang
<45 Tidak tuntas Sangat kurang

26
Tabel 3.2 Kategori Hasil Prestasi Belajar Siswa
Presentase nilai ketuntasan siswa Kategori prestasi belajar
81% - 100% Sangat Baik
61% - 80% Baik
41% - 60% Cukup
21% - 40% Kurang
< 20% Sangat Kurang

G. Indikator Keberhasilan

Menurut Maharani (2014, hlm. 127) indikator keberhasilan adalah suatu

kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan

penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan mutu pembelajaran dikelas.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Indikator

keberhasilan merupakan penetapan tolak ukur keberhasilan tindakan

perbaikan. Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah adanya

peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik disetiap siklusnya

setelah pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model TPS. Penelliti

menargetkan bahwa penelitian perbaikan ini dinyatakan berhasil apabila lebih

dari 75% dari jumlah siswa kelas V telah mencapai KKM yang ditentukan

sekolah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Kunandar .2009. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru.Jakarta: Rajawali
Press.

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstekstual (Context Acing And Learning/CTL)


Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang:Universitas Negeri Malang.

Purwanto. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011. Hlm.38

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif.Surabya: Masmedia Buana


Pustaka

Trianto. 2010.Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Surabaya:


Kencana Prenada Media Group.

AD Rizqi · (2017) dalam http://repository.unpas.ac.id/29775/6/BAB%20III

Edi Subkhan dalam https://makassar.terkini.id/perlu-dipahami-sistem-pembelajaran-


daring-oleh-pakar-kurikulum-dan-teknologi-pendiidkan-unnes/

Hakiman dalam https://iain-surakarta.ac.id/%EF%BB%BFpembelajaran-daring/

Karla Farhana (2020) dalam https://www.fimela.com/lifestyle-


relationship/read/4304691/memahami-arti-daring-dan-luring-cari-tahu-
bedanya-di-sini

Kridalaksana,1990:14,343 dalam https://www.rijal09.com/2016/03/pengertian-


hasil-belajar.html

Lie (2008:86) dalam http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/10/kelebihan-


kekurangan-think-pair-share.html

Maharani (2014), hlm. 127) dalam


http://repository.unpas.ac.id/30686/5/16%20BAB%20III%20ACC.pdf

Majid dalam https://www.kajianpustaka.com/2020/06/pembelajaran-


tematik.html#:~:text=Menurut%20Majid%20(2014)%2C%20pembelajara
n,belajar%20lebih%20baik%20dan%20bermakna.

Suaidinmath (2013) dalam


https://suaidinmath.wordpress.com/2013/09/03/pembelajaran-tematik-
terpadu-pada-kurikulum-
2013/#:~:text=Makna%20pembelajaran%20Tematik%20Terpadu%20adal
ah,yang%20bermakna%20kepada%20peserta%20didik.

28
LAMPIRAN

29
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI KINERJA GURU

Nama Guru : Ririn Iswari


Kelas/ Semester : V/ Ganjil
Hari/ Tanggal : ………..
Siklus : ……….
Jumlah Siswa Hadir :……..

Apakah Guru Skala penilaian


Bagian Pengamatan Melaksanakan
Ya Tidak 1 2 3 4
Persiapan 1. Membuat RPP, Bahan Ajar dan LKPD
2. Penyiapan alat/media pembelajaran dan evaluasi
3. Penampilan penyaji
Penyajian Pendahuluan
4. Pemeriksaan kehadiran siswa
5. Pelaksanaan apersepsi
6. Pengungkapan tujuan pembelajaran
7. Pemberian motivasi pembelajaran yang menarik
dengan tujuan pembelajaran.
8. Penjelasan alur pelaksanaan pembelajaran
(pengelompokkan, dsb)
Inti
9. Penerapan strategi pembelajaran tertentu
10. Pemaduan sajian materi pembelajaran
(keterpaduan bahan)
11. Penggunaan alat/media Pembelajaran
12. Penerapan teknik bertanya
13. Pembahasan hasil kerja melibatkan keaktifan
Siswa
14. Pemberian bimbingan siswa
15. Penggunaan bahasa penyaji
Penutup
16. Penggunaan system penilaian (tertulis/lisan)
17. Pemberian tindak lanjut (perbaikan/pengayaan)
Jumlah Skor
Jumlah Skor Total : Kriteria :

Rejosari,………………2020
Pengamat

…………………………..

30
Keterangan Skor Penilaian:
1 = Terlaksana tetapi tidak sesuai
2 = Terlaksana tetapi kurang tepat dan tidak sistematis
3 = Terlaksana dengan tepat tapi kurang sistematis
4 = Terlaksana dengan tepat dan sistematis

Tabel 4. Kriteria Aktivitas Kinerja Guru

NO Skor Perolehan Keterangan


1 1-17 Kurang
2 18-34 Cukup
3 35-51 Baik
4 52-68 Sangat Baik

31
Lampiran 2

LEMBAR HASIL BELAJAR SISWA

Nama Sekolah :
Kelas :
Tema/ subtema :
Pembelajaran ke :
KKM :

Keterangan
No Nama Siswa Nilai
Tuntas/Tidak Tuntas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12
13.
14.
15.
16
17
18
19
20

Rejosari,…………….. 2020
Guru Kelas

Ririn Iswari

32
Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


DARING

Satuan Pendidikan : SD Negeri 3 Rejosari


Kelas / Semester : 5 /1
Tema : Sehat Itu Penting (Tema 4)
Sub Tema : Cara Memelihara Kesehatan Organ Peredaran Darah
Manusia (3)
Muatan pelajaran : IPA, SBDP
Pembelajaran ke :2
Alokasi waktu : 1 x Pertemuan

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Setelah mencermati teks dan gambar gangguan kesehatan organ peredaran


darah dalam power point, siswa mampu mengidentifikasi dampak dari
sistem peredaran darah tidak lancar dengan tepat.
2. Setelah melihat dan berdiskusi mengenai video gangguan organ peredaran
darah manusia, siswa mampu mengemukakan cara menjaga kesehatan
peredaran darah dengan bahasanya sendiri secara benar.
3. Setelah siswa mencermati cerita bergambar tentang pentingnya menjaga
kesehatan, siswa dapat mengurutkan cerita bergambar dengan rinci dan
tepat.
4. Setelah siswa mencermati teks cerita bergambar dan langkah-langkahnya
dalam power point, siswa dapat membuat cerita bergambar dengan rinci
dan benar.

B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan  Guru menyapa, memberi salam kepada siswa 10
melalui WAG sekaligus memberitahukan untuk menit
masuk ke link google meet yang telah dikirimkan
ke WAG
 Melalui google meet guru menanyakan kabar
kepada siswa
 Guru mengajak siswa untuk berdoa bersama.
 Guru mengabsen siswa.
 Siswa secara bersama-sama menyanyikan lagu
Indonesia Raya.
 Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk
tetap semangat belajar, selalu menjaga sopan
santun, dan selalu mematuhi protocol

33
kesehatan.
 Apersepsi : Guru menampilkan foto dan video
berdurasi pendek yang menunjukkan seseorang
yang terkena stroke.
 Melalui google meet guru dan siswa bertanya
jawab mengenai gambar yang telah diamati
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Inti  Siswa memcermati media berupa PPT yang berisi 180
tentang materi gangguan sistem peredaran darah menit
yang ditampilkan oleh guru di google meet.
 Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi
yang disajikan dalam PPT.
 Guru menayangkan video dari link youtube tentang
gangguan sistem peredaran darah manusia
https://www.youtube.com/watch?v=ym8QSAIuH0o
 Guru memberi tugas kelompok (berpasangan)
kepada siswa untuk mengamati video tersebut dan
mencari penyebab gangguan sistem peredaran
darah serta bagaimana cara memelihara kesehatan
organ peredaran darah.
 Guru membagikan LKPD melalui chat WAG.
 Siswa berdiskusi kelompok melalui WAG
kelompok kecil (berpasangan) masing-masing
untuk menyelesaikan LKPD.
 Siswa diberi kebebasan untuk mencari informasi
dari buku, google atau membuka kembali link
video yang telah dibagikan.
 Setelah diskusi kelompok selesai secara
bergantian perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil kerja melalui google
meet.
 Siswa dari kelompok lain diminta untuk
menanggapi hasil yang dipresentasikan.
 Guru memberikan penguatan terhadap jawaban
siswa
 Siswa diminta mengamati kembali PPT yang
disajikan oleh guru mengenai cerita bergambar.
 Siswa dan guru bertanya jawab tentang cerita
bergambar yang ditampilkan dan guru menjelaskan
langkah-langkah dalam membuat cerita bergambar
 Siswa diberi tugas individu untuk membuat sebuah
cerita bergambar dengan tema kesehatan.
 Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil kerjanya
dengan mengumpulkan foto cerita bergambar yang
telah di buat melalui chat pribadi kepada guru.
Penutup  Peserta didik bersama guru melakukan refleksi 20
dan menyimpulkan hasil pembelajaran. menit

34
 Guru melakukan evaluasi dengan memberikan 10
soal PG melalui WAG
 Siswa mengerjakan evaluasi di buku latihan
masing-masing dan mengumpulkan hasilnya
dengan mengirimkan foto jawaban kepada guru
melalui chat pribadi
 Siswa diberi motivasi kembali untuk tetap
semangat belajar di rumah dan diingatkan kembali
untuk selalu menjaga sopan santun dimanapun
berada serta selalu mematuhi protokol kesehatan.
 Guru menutup pembelajaraan dengan doa dan
salam.

C. PENILAIAN
1. Sikap : Keaktifan dan kesopanan dalam berkomunikasi selama
proses pembelajaran di whatsapp group dan google meet, tanggung jawab
dan disipin dalam menyelesaikan tugas, kerja sama dengan kelompok serta
keberanian dalam bertanya dan menjawab.
2. Pengetahuan : Tes pillihan ganda yang dibagikan melalui WAG
3. Keterampilan : penyajian hasil diskusi dalam LKPD dan membuat cerita
bergambar.

Mengetahui, Rejosari, ……. 2020


Kepala UPTD Satuan Pendidikan Guru Kelas
SD N 3 Rejosari

WIYONO, S.Pd RIRIN ISWARI, S.Pd


NIP. 196407161988081001 -

35

You might also like