Buku MPLS

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 37

1

SMPN 4 NANGARORO SATAP

MATERI MPLS SMP


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan Bimbingan-Nya sehingga kita senantiasa diberi rahmat kesehatan
sehingga kita boleh berkarya dalam menggapai harapan kita. Sebagai KAUR
Kesiswaan di lembaga SMPN 4 Nangaroro Satap kami sangat berterima kasih
kepada bapak dan ibu guru, peserta didik, orang tua murid, serta komite sekolah
yang telah memberikan segala bantuan moril maupun materi sehingga lembaga
SMPN 4 Nangaroro Satap dapat melaksanakan Proses Belajar Mengajar selama
satu tahun terakhir dan pada tahun ini pula kami juga diberi kesempatan untuk
menerima kembali Peserta Didik Baru tahun pelajaran 2021/2022.
Dalam hal memberikan pengetahuan kepada peserta didik baru maka kami
perlu mengadakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kepada Peserta
Didik Baru sehingga mereka dapat memahami peran dan tata karma mereka dalam
lingkungan sekolah dan masyarakat. Materi MPLS ini meliputi penjelasan
mengenai Wiyata Mandala, Pendidkan Karakter, Organisasi Intra Sekolah,
Pramuka, serta kedadaran Berbangsa dan Bernegara.
KAUR Kesiswaan
ii

DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB 1 ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA

A. Pengertian ................................................................................................ 1
B. Sekolah dan fungsinya.............................................................................1
C. Ciri-ciri sekolah sebagai masyarakat belajar........................................2
D. Prinsip sekolah .........................................................................................2
E. Penataan wiyata mandala .......................................................................5
F. Penggunaan sekolah ................................................................................6
G. Tugas dan wewenang kepala sekolah.....................................................7
H. Mekanisme dalam pelaksanaan wiyata mandala .................................7

BAB 2 PENDIDKAN KARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter ..........................................................10


B. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter .................................................11
C. Memahami pendidikan karakter ..........................................................13
D. Dampak pendidikan karakter ...............................................................15

BAB 3 STRUKTUR ORGANISASI

A. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)................................................ 17


iii

B. Majelis perwakilan kelas (MPK)...........................................................19

BAB IV KEGIATAN KEPRAMUKAAN

A. Pengertian Pramuka...............................................................................24
B. Sejarah gerakan Pramuka .....................................................................24
C. Tujuan gerakan Pramuka......................................................................24

BAB V KESADARAN BERBANGHSA DAN BERNEGARA

A. Bela Negara..............................................................................................26

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................33
B. Saran ........................................................................................................33
1

BAB 1
ARTI DAN MAKNA WAWASAN WIYATA MANDALA

A. Pengertian
Wawasan : Suatu pandangan atau sikap yang mendalam terhadap
suatu hakikat. Wiyata : Pendidikan Mandala : Tempat atau lingkungan
Wiyata mandala adalah sikap menghargai dan bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan. Unsur-
unsur wiyata mandala:
1. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan
2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh
atas penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan sekolah.
3. Antara guru dan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan
kerjasama erat untuk mengemban tugas pendidikan (hubungan yang
serasi)
4. Warga sekolah di dalam maupun di luar sekolah harus menjunjung
tinggi martabat dan citra guru.
5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya dan
mendukung antarwarga.

B. Sekolah dan Fungsinya


Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan PBM, menanamkan
dan mengembangkan berbagai nilai, ilmu pengetahuan, teknologi dan
keterampilan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat
berlangsungnya PBM untuk membina dan mengembangkan:
2

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi


2. Pandangan hidup/kepribadian
3. Hubungan antara manusia dengan lingkungan atau manusia dengan
Tuhannya
4. Kemampuan berkarya.

Fungsi sekolah adalah sebagai tempat masyarakat belajar karena memiliki


aturan/tata tertib kehidupan yang mengatur hubungan antara guru, pengelola
pendidikan siswa dalam PBM untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dlam suasana yang dinamis.

C. Ciri-Ciri Sekolah Sebagai Masyarakat Belajar


Ciri-ciri sekolah sebagai masyarakat belajar adalah :
1. Ada guru dan siswa, timbulnya PBM yang tertib
2. Tercapainya masyarakat yang sadar, mau belajar dan bekerja keras.
3. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya.

D. Prinsip Sekolah
Sekolah sebagai Wiyata Mandala selain harus bertumpu pada
masyarakat sekitarnya, juga harus mencegah masuknya paham sikap dan
perbuatan yang secara sadar ataupun tidak dapat menimbulkan pertentangan
antara sesama karena perbedaan suku, agama, asal/usul/keturunan, tingkat
sosial ekonomi serta perbedaan paham politik. Sekolah tidak boleh hidup
menyendiri melepaskan diri dari tantangan sosial budaya dalam masyarakat
tempat sekolah itu berada. Sekolah juga menjadi suri teladan bagi
3

kehidupan masyarakat sekitarnya, serta mampu mencegah masuknya sikap


dan perbuatan yang akan menimbulkan pertentangan. Untuk itu sekolah
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Sekolah sebagai wadah/lembaga yang memberikan bekal hidup.
Dalam hal ini sekolah seharusnya bukan hanya sekedar lembaga
yang mencetak para intelektual muda namun lebih dari itu sekolah
harus menjadi rumah kedua yang memberikan pelayanan dan
pengalaman tentang hidup, mulai dari berorganisasi, bermasyarakat
(bersosialisasi), pendidikan lingkungan hidup (PLH) atau bahkan
pengalaman hidup yang sesungguhnya.
2. Sekolah sebagai institusi tempat peserta didik belajar dibawah
bimbingan pendidik. Bimbingan lebih dari sekedar pengajaran.
Dalam bimbingan peran pendidik berubah dari seorang pendidik
menjadi seorang orangtua bahkan menjadi seorang kakak.
3. Sekolah sebagai lembaga dengan pelayanan yang adil/merata bagi
stakeholdernya. Hal tersebut bisa berupa pemerataan kesempatan
mendapatkan transfer of knowledge, maupun transfer of experience,
dengan tanpa membedakan baik dari segi kemampuan ekonomi,
kemampuan intelegensia, dan juga kemampuan fisik (gagasan
sekolah inklusi).
4. Sekolah sebagai lembaga pengembangan bakat dan minat siswa.
Prinsip ini sejalan dengan teori multiple intelligence (Howard
Gardner) yang memandang bahwa kecerdasan intelektual bukanlah
satu-satunya yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan,
terutama sekolah. Kemampuan bersosialisasi, kemampuan kinestik,
4

kemampuan seni dan kemampuan-kemampuan lainnya juga perlu


diperhatikan secara seimbang.
5. Sekolah sebagai lembaga pembinaan potensi di luar intelegensi.
Peningkatan kemampuan intelektual, emosional maupun
kemampuan-kemampuan lainnya mendapat perhatian yang
seimbang.
6. Sekolah harus memberikan perhatian serius untuk mengembangkan
kemampuan emosional dan sosial, kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi, kemampuan bekerjasama dalam kelompok, dan lain-
lain.
7. Sekolah sebagai wahana pengembangan sikap dan watak. Sikap
sederhana, jujur, terbuka, penuh toleransi, rela berkomunikasi dan
berinteraksi, ramah tamah dan bersahabat, cinta negara, cinta
lingkungan, siap bantu membantu khususnya kepada yang kurang
beruntung merupakan sikap dan watak yang perlu dibentuk di dalam
lingkungan sekolah.
8. Sekolah sebagai wahana pendewasaan diri. Di dalam dunia yang
berubah begitu cepat, salah satu kompetensi dasar yang harus
dimiliki tiap peserta didik adalah kompetensi dasar: belajar secara
mandiri. Dengan proses pendewasaan yang diberikan di sekolah,
pendidik tidak lagi perlu menjejali pemikiran peserta didik dengan
perintah. Lebih dari itu peserta didik akan mendapatkan sesuatu
yang jauh lebih besar ketika ia mencari dan mendapatkan apa yang
ia butuhkan untuk hidupnya.
5

9. Sekolah sebagai bagian dari masyarakat belajar (learning society).


Sekolah bukan hanya sebagai tempat pembelajaran bagi peserta
didik, namun juga seharusnya sekolah mampu menjadi pusat
pembelajaran bagi masyarakat di lingkungan sekitar.

E. Penggunaan Sekolah
Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang diperuntukan
sebagai tempat proses kegiatan belajar mengajar, tidak diperbolehkan
dijadikan sebagai tempat :
1. Ajang promosi /penjualan produk-produk perniagaan yang tidak
berhubungan dengan pendidikan.
2. Sekolah merupakan lingkungan bebas rokok bagi semua pihak.
3. Penyebaran aliran sesat atau penyebarluasan aliran agama tertentu
yang bertentangan dengan undang-undang.
4. Propaganda politik/kampanye.
5. Shooting film dan atau sinetron tanpa seijin Pemerintah Daerah.
6. Kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan, perpecahan,
dan perselisihan, sehingga menjadikan suasana sekolah tidak
kondusif.

F. Penataan Wiyata Mandala dalam Upaya Ketahanan Sekolah


1. Ketahanan sekolah lebih menitikberatkan pada upaya-upaya yang
bersifat preventif.
6

2. Untuk menjadikan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya,


perlu dilakukan penataan Wiyata Mandala di sekolah melalui
langkah-langkah :
a) Meningkatkan koordinasi dan konsolidasai sesama warga
sekolah untuk dapat mencegah sedini mungkin adanya
kegiatan dan tindakan yang dapat mengganggu proses belajar
mengajar.
b) Melaksanakan tata tertib sekolah secara konsisten dan
berkelanjutan.
c) Melakukan koordinasi dengan Komite sekolah dan pihak
keamanan setempat untuk terselenggaranya ketahanan
sekolah.
d) Mengadakan penyuluhan bagi orangtua dan siswa yang
bermasalah
e) Mengadakan penyuluhan dan pembinanan kesadaran hukum
bagi siswa.
f) Pembinaan dan pengembangan keimanan, ketaqwaan, etika
bermoral Pancasila, kepribadian sopan santun dan
berdisiplin.
g) Pengembangan logika para siswa, rajin belajar, gairah
menulis, gemar membaca/ informasi/penemuan para ahli.
h) Mengikutsertakan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan diri.
i) Mengadakan karya wisata dalam rangka pengembangan
iptek.
7

G. Tugas, Wewenang dan Tanggungjawab Kepala Sekolah dalam Hal


Pelaksanaan Wiyata Mandala
Kepala Sekolah sebagai pimpinan utama, bertugas dan bertanggung
jawab memimpin penyelenggaraan belajar mengajar serta membina
pendidik dan tenaga kependidikan serta membina hubungan kerja sama dan
peran serta masyarakat. Kepala Sekolah dalam melaksanakan penataan
Wiyata Mandala di sekolah, dengan melakukan kegiatan-kegiatan :
1. Melaksanakan program-program yang telah disusun bersama
Komite Sekolah.
2. Menyelenggarakan musyawarah sekolah yang melibatkan pendidik,
OSIS, Komite Sekolah, tokoh masyarakat serta pihak keamanan
setempat.
3. Menertibkan lingkungan sekolah baik yang berbentuk perangkat
keras (sarana prasarana) dan perangkat lunak (peraturan-peraturan,
tata tertib, tata upacara dan lain lain).
4. Mengadakan pertemuan baik rutin maupun insidentil yang bersifat
intern sekolah (kepala sekolah, pendidik, orangtua siswa, siswa).
5. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat menunjang ketahanan
sekolah seperti PKS, Pramuka, PMR, Paskibraka, kesenian dan
sebagainya.

H. Mekanisme dalam Pelaksanaan Wiyata Mandala


Dalam rangka pelaksanaan Wiyata Mandala perlu upaya penang-
gulangan secara dini setiap permasalahan yang timbul sehingga dapat
8

menghilangkan dampak negatifnya, yaitu dilaksanakan secara terpadu,


bertahap dan berlanjut sebagai berikut :
1. Tahap Preventif Upaya untuk meniadakan peluang-peluang yang
dapat memungkinkan terjadinya kasus-kasus negatif di sekolah,
melalui antara lain :
a) Memelihara sekolah, dan lingkungan sekolah serta
menciptakan kebersihan dan ketertiban agar siswa merasa
nyaman dan menyenangkan dan tidak ada tempat tertentu
yang dijadikan siswa untuk hal-hal negatif.
b) Menciptakan suasana yang harmonis antara pihak
pendidik/staf dan siswa serta penduduk di sekitar sekolah.
c) Membentuk jaring-jaring pengawasan/kontrol dan razia
terhadap kegiatan siswa di lingkungan sekolah.
d) Menghilangkan bentuk-bentuk perpeloncoan pada saat MOS.
e) Meminimalisir keterlibatan kelompok maupun perorangan
dalam kegiatan sekolah.
f) Mengisi jam-jam kosong dengan pelajaran atau kegiatan
ekstra lainnya.
g) Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler pada masa
awal/akhir semester dan masa liburan sekolah.
h) Peningkatan keamanan dan ketertiban khususnya pada saat
berangkat/ usai sekolah.
2. Tahap Represif Upaya untuk menindak siswa yang telah melanggar
peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah. Upaya Represif seperti :
9

a) Mendamaikan para pihak yang terlibat perselisihan berikut


orangtua/pendidik pembinanya.
b) Membatasi areal tempat terjadinya aksi.
c) Menetralisir isu-isu yang berkembang dan mencegah
timbulnya isu-isu baru.
d) Berkoordinasi dengan pihak keamanan apabila terdapat
pihak luar sekolah yang melanggar keamanan, ketertiban dan
perbuatan kriminalitas di lingkungan sekolah.
e) Mengungkap lebih lanjut keterlibatan pihak luar sekolah
atas kasus yang timbul dan menyelesaikan secara hukum.
f) Mengikutsertakan para ahli untuk mengadakan bimbingan
dan penyuluhan.
g) Memberikan sanksi sesuai tata tertib yang berlaku.
10

BAB II
PENDIDIKAN KARAKTER

A. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Ahli


Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan
karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk
mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut
antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka
kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian
remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan
perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat
ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya
pendidikan karakter.
Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral
behavior). Berdasarkan ketiga komponen ini dapat dinyatakanbahwa
karakter yang baikdidukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan
untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan. Bagan di bawah ini
merupakan bagan kterkaitan ketiga kerangka pikir ini.
1. Pendidikan Karakter Menurut Lickona
Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai
segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa.
Tetapi untuk mengetahui pengertian yang tepat, dapat dikemukakan di
sini definisi pendidikan karakter yang disampaikan oleh Thomas
Lickona. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter
11

adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga


ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika
yang inti.
2. Pendidikan Karakter Menurut Suyanto
Suyanto (2009) mendefinisikan karakter sebagai cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa,
maupun negara.
3. Pendidikan Karakter Menurut Kertajaya
Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu.
Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana
seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu (Kertajaya,
2010).
4. Pendidikan Karakter Menurut Kamus Psikologi
Menurut kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya
berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali Gulo, 1982: p.29).
B. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter
Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter yaitu , Religius, Jujur,
Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin
Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi,
Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan,
Peduli sosial, Tanggung jawab.
12

Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam


rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk
kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat
secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the
deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character
development (usaha kita secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan
sekolah/madrasah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal.
Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar
tujuan pendidikan dapat tercapai. Di antara metode pembelajaran yang
sesuai adalah metode keteladanan, metode pembiasaan, dan metode pujian
dan hukuman.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat.Pembentukan karakter merupakan
salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003
menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan,
kepribadian dan akhlak mulia.
Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan
tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi
bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai
luhur bangsa serta agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan
13

cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther
King, yakni; intelligence plus character… that is the goal of true
education (kecerdasan yang berkarakter… adalah tujuan akhir pendidikan
yang sebenarnya).

C. Memahami Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam
mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan
lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur


universal, yaitu:
1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
2. Kemandirian dan tanggungjawab
3. Kejujuran/amanah, diplomatis
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama;
6. Percaya diri dan pekerja keras
7. Kepemimpinan dan keadilan
14

8. Baik dan rendah hati, dan


9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan.

Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam


model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling
the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan
sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the
good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana
merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat
orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh
kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta
dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan,
maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.
Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia
kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas
(golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak
dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak
berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan
20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah
sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang
merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan
karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang
tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya
15

pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam


lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di
sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru,
dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan
langsung dengan peserta didik.

D. Dampak Pendidikan Karakter


Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik?
Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini.
Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan
oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character
Education Partnership.
Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin
Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan
motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-
sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara
komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya
penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat
keberhasilan akademik.
Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School
Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil
penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap
keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko
penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan
ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu
16

rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul,


kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.
Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang
keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh
kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak
(IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya,
akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol
emosinya.
Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-
sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa.
Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-
masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran,
narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.
Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak
pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan
Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa
implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis
berdampak positif pada pencapaian akademis.
17

BAB III
STRUKTUR ORGANISASI

A. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)


OSIS adalah organisasi siswa yang berada di lingkungan sekolah
yang anggotanya terdiri dari para siswa yang bekerja sama dalam aktivitas
untuk mencapai tujuan atau untuk mewujudkan program kerja organisasi.
Program kerja OSIS dibuat oleh para pengurus OSIS melalui musyawarah
OSIS bersama dengan MPK dan Pembina OSIS atau Urusan Kesiswaan.
Sedangkan ketua dan wakil ketua OSIS dipilih oleh seluruh siswa melalui
pemilihan umum yang dilakukan secara langsung.

OSIS dibentuk dengan tujuan sebagai berikut :


1. Meningkatkan generasi penerus yang beriman dan bertaqwa
2. Memahami, menghargai lingkungan hidup dan nilai-nilai moral dalam
mengambil keputusan yang tepat
3. Membangun landasan kepribadian yang kuat dan menghargai HAM
dalam kontek kemajuan budaya bangsa
4. Membangun, mengembangkan wawasan kebangsaan dan rasa cinta
tanah air dalam era globalisasi
5. Memperdalam sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan
kerjasama secara mandiri, berpikir logis dan demokratis
6. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menghargai karya
artistik, budaya dan intelektual
18

7. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani memantapkan kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Sebagai sebuah organisasi,OSIS memiliki beberapa fungsi untuk mencapai


tujuan,yaitu:
1. Sebagai Wadah
Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan
para siswa di sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk
mendukung tercapainya pembinaan kesiswaan.
2. Sebagai Motivator
Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan dan
semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama
dalam mencapai tujuan.
3. Sebagai Preventif
Secara prepentif OSIS ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman
dari luar maupun dari dalam sekolah,antara lain mencegah siswa dari
bahaya merokok,miras,narkobapergaulan bebas,tawuran
antarpelajar,kenakalan remaja dan sebagainya. Fungis preventif OSIS
akan terwujud apabila fungsi OSIS sebagai pendorong lebih dahulu
harus dapat diwujudkan.

OSIS digerakkan oleh Para pengurus OSIS yang dibina oleh para
guru selaku Pembina OSIS yang dikoordinir oleh Urusan Kesiswaan,adapun
struktur organisasi OSIS sekolah ,adalah:
1. Ketua
19

2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Wakil Sekretaris
5. Bendahara
6. Wakil Bendahara
7. Seksi-seksi yang terdiri dari:
a. Seksi Pembinaan Keagamaan dan budi Pekerti
b. Seksi pembinaan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
c. Seksi Keorganisasian
d. Seksi Pembinaan Prestasi Seni
e. Seksi Pembinaan Prestasi Olah Raga
f. Seksi Kepedulian sekolah

Semua komponen organisasi tersebut memiliki tugas dan fungsi


masing-masing yang semuanya menjalin kerjasama dalam mewujudkan
tujuan dan program kerja OSIS.

B. Majelis Perwakilan Kelas (MPK)


MPK adalah perwakilan Siswa untuk melakukan musyawarah dan
pemilihan terhadap para pengurus OSIS. Jadi MPK itu adalah DPR-nya
siswa di lingkungan sekolah. Carilah informasi tentang siapakah pengurus
MPK di sekolah ini !
Anggota MPK adalah wakil dari masing-masing kelas,sebanyak 2
atau 3 orang masing masing-masing,yang biasanya terdiri dari ketua
Kelas,dan siswa lainnya.Adapun tugas MPK adalah:
20

1. Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan kelas ;


2. Mengajukan usul kegiatan untuk dijadikan program kerja OSIS;
3. Mengajukan calon pengurus OSIS berdasarkan hasil rapat kelas ;
4. Memilih pengurus OSIS dari daftar calon yang telah disiapkan ;
5. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus OSIS pada akhir tahun
jabatannya;
6. Mempertanggung jawabkan segala tugas kepada Kepala Sekolah selaku
Ketua Pembina ;
7. Bersama- sama pengurus menyusun Anggaran Rumah Tangga.

Siapa Mau Berorganisasi ?


Organisasi dapat membentuk dan mengembangkan kepribadian seseorang.
Orang yang aktif berorganisasi berbeda penampilan dan kemampuannya
dengan orang yang tidak pernah mengenal organisasi. Ada beberapa
manfaat yang diperoleh oleh orang yang ikut berorganisasi,antara lain:
1. Menumbuhkan rasa kebersamaan .Di dalam sebuah organisasi, di mana
terdiri dari sekelompok orang atau anggota membuat setiap siswa yang
menjadi anggota, dapat merasakan kebersamaan ketika mereka
melakukan suatu kegiatan rutinitas yang selalu bersama-sama. Hal ini
tentu saja sangat bermanfaat bagi psikologis setiap siswa, terutama
siswa yang kurang terbiasa bergaul atau cenderung penyendiri.
2. Memperkuat tali persaudaraan.Dari kegiatan yang cenderung selalu di
lakukan bersama-sama tersebut, membuat siswa merasa semakin dekat
dengan antar anggota yang lain sehingga tali persaudaraanpun
meningkat.
21

3. Menebarkan rasa tolong-menolong.Ketika setiap siswa melakukan


kegiatan di dalam organisasinya, dengan tali persaudaraan yang begitu
solid, membuat siswa terbiasa untuk saling tolong-menolong, toleransi
dan solidaritas.
4. Memperkaya informasi.Tentu saja, ketika seorang siswa mulai
memasuki sebuah organisasi, itu berarti menambah pula informasi atau
ilmu yang di dapatnya, sehingga siswa tidak hanya mendapat informasi
atau ilmu dari pelajaran di kelas formal saja melainkan melalui
organisasi juga.
5. Meningkatkan kualitas pribadi.Kebersamaan yang dirasakan oleh siswa
yang aktif di sebuah organisasi, membuat adanya perubahan dari
kualitas pribadi setiap siswa, yaitu tentu saja perubahan ke arah yang
lebih baik, contohnya : Siswa menjadi lebih sabar, mudah bergaul, tidak
pemalu, berani menyatakan pendapat, dan percaya diri.
6. Membangkitkan semangat juang.Organisasi atau ekstakulikuler yang
ada di sekolah seperti Paskibraka,pramukan,dan ekstrakulikuler lain
yang secara umum sering mengikuti ajang-ajang perlombaan membuat
para siswa yang aktif dalam ekstrakulikuler tersebut memiliki semangat
juang yang tinggi demi mencapai target kemenangan maupun target
mengharumkan nama baik diri, organisasi dan sekolah.
7. Mengurangi Sifat Egois.Siswa yang aktif di dalam organisasi, otomatis
akan sering melakukan musyawarah demi menyelesaikan masalah, dan
di dalam musyawarah tersebut siswa di tuntut membiasakan diri
menerima pendapat orang lain, sehingga perlahan-lahan dapat mengikis
sifat egoisme yang ada di dalam diri setiap siswa.
22

8. Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi. Bentuk organisasi yaitu


perkumpulan sekelompok orang yang memiliki tujuan sama, oleh
karena itu setiap siswa yang berperan aktif di dalam organisasi
cenderung terbiasa bersosialisasi dengan banyak orang yang ada di
sekelilingnya, dengan kata lain meningkatkan kemampuan bergaul.
9. Belajar berbicara di depan umum.Banyak sekali siswa setingkat SMP
yang belum atau bahkan tidak berani berbicara di depan forum, maka di
dalam sebuah organisasilah mereka dapat belajar bagaimana cara
berbicara di depan umum, meskipun hal ini di pelajari secara tidak
langsung di dalam sebuah organisasi, tetapi karena kegiatan tersebut
menuntut setiap siswa untuk berbicara atau memimpin pembicaraan di
depan sebuah forum, otomatis membuat mereka terlatih untuk berbicara
di depan umum dengan percaya diri.
10. Belajar manajemen organisasi.Mengatur suatu organisasi tentulah bukan
hal yang mudah, oleh karena itu di perlukan pengalaman sebelumnya.
Maka, di sinilah setiap siswa di tuntut agar bisa mengatur dan
memanage semua hal yang ada di organisasi tempatnya bernaung,
sebagai bekal untuk berserikat dengan organisasi yang lebih besar lagi
ketika mereka terjun di masyarakat di masa depan.
Dengan banyaknya manfaat yang kita peroleh dari berorganisasi
maka manfaatkanlah kesempatan kalian selama menjadi pelajar untuk aktif
berorganisasi,karena nantinya orang yang tidak pernah beroganisasi tidak
akan memiliki manfaat-manfaat di atas.
23
24

BAB IV
KEGIATAN KEPRAMUKAAN

A. Pengerti Pramuka
Kata "Pramuka" merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang
memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya. "Pramuka" merupakan sebutan
bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka Siaga (7-10 tahun),
Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka
Pandega (21-25 tahun). Sedangkan yang dimaksud "Kepramukaan" adalah proses
pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam
bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang
dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti
luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan
dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa
Indonesia.

B. Sejarah Gerakan Pramuka


Sejarah Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai
sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale
Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan di tahun yang sama, di
Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).

C. Tujuan Gerakan Pramuka


Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka:
25

1. memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa


patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa,
berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani;
2. menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik
dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta
bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara,
memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan.

Gerakan Pramuka berlandaskan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

- Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


- Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya
- Peduli terhadap dirinya pribadi
- Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka
- Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif progresif melalui:
- pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
- belajar sambil melakukan;
- kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
- kegiatan yang menarik dan menantang;
- kegiatan di alam terbuka;
- kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan
dukungan;
- penghargaan berupa tanda kecakapan
26

BAB V
KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

A. Bela Negara
Di era globalisasi ini banyak tantangan memang bagi negeri kita, namun kesadaran
berbangsa dan bernegara sudah selayaknya rakyat dan pemerintah untuk bersama sama
memberikan pemahaman bagi rakyatnya, khususnya kaum muda. Pemerintah ikut
bertanggung jawab mengemban amanat untuk memberikan kesadaran berbangsa dan
bernegara bagi warganya, bila rakyat bangsa Indonesia sudah tidak memiliki kesadaran
berbangsa dan bernegara, maka ini merupakan bahaya besar bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara, yang mengakibatkan bangsa ini akan jatuh ke dalam kondisi yang
sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain yang telah
mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain.
Mengingat kondisi bangsa kita sekarang, merupakan salah satu indikator bahwa
warga bangsa Indonesia di negeri ini telah mengalami penurunan kesadaran berbangsa
dan bernegara. Hal ini bisa kita lihat dari berbagai daerah sering bergejolak
diantaranya tawuran antar warga, perkelaian pelajar, ketidakpuasan terhadap hasil
pilkada, perebutan lahan pertanian maupun tambang, dan lain-lain. Kesadaran
Berbangsa dan Bernegara mempunyai makna bahwa individu yang hidup dan terikat
dalam kaidah dan naungan di bawah Negara Kesatuan RI harus mempunyai sikap dan
perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasasi keikhlasan/kerelaan
bertindak demi kebaikan Bangsa dan Negara Indonesia.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara
sebaiknya mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua. Sehingga amanat pada
UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara Negara Kesatuan wilayah Republik
Indonesia serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
27

Hal lain yang dapat mengganggu kesadaran berbangsa dan bernegara di tingkat
pemuda yang perlu di cermati secara seksama adalah semakin tipisnya kesadaran dan
kepekaan sosial di tingkat pemuda, padahal banyak persoalan-persoalan masyarakat
yang membutuhkan peranan pemuda untuk membantu memediasi masyarakat agar
keluar dari himpitan masalah, baik itu masalah sosial, ekonomi dan politik, karena
dengan terbantunya masyarakat dari semua lapisan keluar dari himpitan persoalan,
maka bangsa ini tentunya menjadi bangsa yang kuat dan tidak dapat di intervensi oleh
negara apapun, karena masyarakat itu sendiri yang harus disejahterakan dan jangan
sampai mengalami penderitaan. Di situ pemuda telah melakukan langkah konkrit
dalam melakukan bela negara.
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan
negara kita dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat
yang berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan
rasa patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain
sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban
dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara
merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita.

Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain:
1. Cinta Tanah Air
Negeri yang luas dan kaya akan sumber daya ini perlu kita cintai. Kesadaran bela
negara yang ada pada setiap masyarakat didasarkan pada kecintaan kita kepada
tanah air kita. Kita dapat mewujudkan itu semua dengan cara kita mengetahui
sejarah negara kita sendiri, melestarikan budaya-budaya yang ada, menjaga
lingkungan kita dan pastinya menjaga nama baik negara kita.
28

2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara


Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap kita yang harus sesuai
dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup
bangsanya. Kita dapat mewujudkannya dengan cara mencegah perkelahian antar
perorangan atau antar kelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi baik di
tingkat nasional maupun internasional.
3. Pancasila
Ideologi kita warisan dan hasil perjuangan para pahlawan sungguh luar biasa,
pancasila bukan hanya sekedar teoritis dan normatif saja tapi juga diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa Pancasila adalah alat pemersatu
keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki beragam budaya, agama, etnis,
dan lain-lain. Nilai-nilai pancasila inilah yang dapat mematahkan setiap ancaman,
tantangan, dan hambatan.
4. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
Dalam wujud bela negara tentu saja kita harus rela berkorban untuk bangsa dan
negara. Contoh nyatanya seperti sekarang ini yaitu perhelatan seagames. Para atlet
bekerja keras untuk bisa mengharumkan nama negaranya walaupun mereka harus
merelakan untuk mengorbankan waktunya untuk bekerja sebagaimana kita ketahui
bahwa para atlet bukan hanya menjadi seorang atlet saja, mereka juga memiliki
pekerjaan lain. Begitupun supporter yang rela berlama-lama menghabiskan
waktunya antri hanya untuk mendapatkan tiket demi mendukung langsung para
atlet yang berlaga demi mengharumkan nama bangsa.
5. Memiliki Kemampuan Bela Negara
Kemampuan bela negara itu sendiri dapat diwujudkan dengan tetap menjaga
kedisiplinan, ulet, bekerja keras dalam menjalani profesi masing-masing.
Kesadaran bela negara dapat diwujudkan dengan cara ikut dalam
mengamankan lingkungan sekitar seperti menjadi bagian dari Siskamling,
29

membantu korban bencana sebagaimana kita ketahui bahwa Indonesia sering


sekali mengalami bencana alam, menjaga kebersihan minimal kebersihan tempat
tinggal kita sendiri, mencegah bahaya narkoba yang merupakan musuh besar bagi
generasi penerus bangsa, mencegah perkelahian antar perorangan atau antar
kelompok karena di Indonesia sering sekali terjadi perkelahian yang justru
dilakukan oleh para pemuda, cinta produksi dalam negeri agar Indonesia tidak
terus menerus mengimpor barang dari luar negeri, melestarikan budaya Indonesia
dan tampil sebagai anak bangsa yang berprestasi baik pada tingkat nasional
maupun internasional.
Apabila kita mengajarkan dan melaksanakan apa yang menjadi faktor-
faktor pendukung kesadaran berbangsa dan bernegara sejak dini, yakni dengan
mengembalikan sosialisasi pendidikan kewarganegaraan di sekolah-sekolah, juga
sosialisasi di masyarakat,niscaya akan terwujud.. Pada pendidikan
kewarganegaraan ditanamkan prinsip etik multikulturalisme, yaitu kesadaran
perbedaan satu dengan yang lain menuju sikap toleran yaitu menghargai dan
mengormati perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada pada etnis dan religi sudah
harusnya menjadi bahan perekat kebangsaan apabila antar warganegara memiliki
sikap toleran.

6. Nasionalisme
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Nasionalisme
terbagi atas ;
a. Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara
berlebihan sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme
ini disebut juga nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa
Hitler.
30

b. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri
dan menggap semua bangsa sama derajatnya.
Hans Kohn dalam bukunya Nationalism its meaning and history mendivinisikan
nasionalisme sebagai berikut :
- Suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu tertinggi harus
diserahkan pada negara.
- Perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai tumpah
darah.

Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme
Indonesia :
1. Mengembangkan persamaan diantara suku-suku bangsa penghuni nusantara
2. Mengembangka sikap toleransi
3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa Indonesia

Empat hal yang harus kita hidari ndalam memupuk sermangat nasionalisme
adalah :
1. Sukuisme, menganggap msuku bangsa sendiri paling baik.
2. Chauvinisme, mengganggap bangsa sendiriu paling unggul.
3. Ektrimisme, sikap mempertahankan pendirian dengan berbagai cara kalau
perlu dengan kekerasan dan senjata.
4. Provinsialisme, sikap selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri.

7. Patriotisme
Sikap patriotisme bangsa indonesia telah dimulai sejak jaman penjajahan,
dengan banyaknya pahlawan pahlawan yang gugur dalam rangka mengusir
penjajah seperti Sultan Hasanudin dari Makasar, Pangeran Diponogoro dari Jawa
31

tengah, Cut Nyak Dien Tengku Umar dari Aceh dll. Sikap patriotis memuncak
setelah proklamasi kemerdekaan pada periode perjuangan fisik antara tahun 1945
sampai 1949 yaitu periode mempertahankan negara dari keinginan Belanda untuk
kembali menjajah Indonesia.
Sikap patriotisma adalah sikap sudi berkorban segala-galanya termasuk
nyawa sekalipun untuk mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri
patriotisme adalah:
a. Cinta tanah air.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
c. Menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
d. Berjiwa pembaharu.
e. Tidak kenal menyerah dan putus asa.

Implementasi sikap patriotisme dalam kehidupan sehari hari :


1. Dalam kehidupan keluarga ; Menyaksikan film perjuangan, Membaca buku
bertema perjuangan, dan Mengibarkan bendera merah putih pada hari-hari
tertentu.
2. Dalam kehidupan sekolah ; Melaksanakan upacara bendera, mengkaitkan
materi pelajaran dengan nilaiu-nilai perjuangan, belajar dengan sungguh-
sungguh untuk kemajuan.
3. Dalam kehidupan masyarakat ; Mengembangkan sikap kesetiakawanan
sosial di lingkungannya, Memelihara kerukunan diantara sesama warga.
4. Dalam kehidupan berbangsa ; Meningkatkan persatuan dan kesatuan,
Melaksanakan Pancasila dan UUD 1945, Mendukung kebijakan pemerintah,
Mengembangkan kegiatann usaha produktif, Mencintai dan memakai produk
dalam negeri, Mematuhi peraturan hukum, Tidak main hakim sendiri,
32

Menghormati, dan menjungjung tinggi supremasi hukum, Menjaga


kelestarian lingkungan
33

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Materi MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) ini merupakan materi


umum yang diberikan kepada Peserta Didik Baru guna memberikan wawasan
kepada Peserta Didik mengenai Wawasan Wiyata Mandala, Pendidikan Karakter,
Organisasi OSIS, Kepramukaan dan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. Semua
Peserta Didik Baru diharapkan mengikuti, membaca dan memahami serta
mangaplikasikan materi-materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari guna
mencapai visi dan misi sekolah.
B. Saran

Dalam membuat materi MPLS ini kami menyadari bahwa materi ini masih jauh
dari yang diharapkan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakan materi MPLS
ini.

You might also like