Soil Editing Program (Sbuild)
Soil Editing Program (Sbuild)
Soil Editing Program (Sbuild)
NPM : 19025010098
Kelas/Gol : Agroteknologi-C/1
TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi tanah adalah sifat-sifat yang dimiliki tanah yang dapat diamati dan dipelajari
di lapang. Morfologi tanah berguna sebagai informasi awal dalam mengklasifikasikan suatu
tanah. Pengetahuan mengenai morfologi tanah akan memberikan gambaran evolusi yang
terjadi dalam bagian tanah tersebut melalui deskripsi dan interpretasi sifat-sifat tanah. Sistem
klasifikasi tanah yang digunakan untuk mengelompokkan tanah berdasarkan kesamaan
dankemiripan sifat yang dimiliki, yaitu sistem soil taxonomy USDA dari kategori ordo hingga
famili, sehingga sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian atau engineering dapat diketahui
secara lebih pasti dan terperinci. Klasifikasi suatu tanah sangat berguna untuk mengorganisasi
pengetahuan kita tentang tanah, sehingga sifat dan produktivitas tanah dapat diketahui
(Rajamuddin dan Sanusi, 2014).
Drainase tanah adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan, baik berupa
limpasan maupun sebagai peresapan air ke dalam tanah (Tufaila dan Alam, 2014). Drainase
secara umum memiliki pengaru terhadap kondisi tanah pertanian, yaitu berpengaruh pada
aerasi tanah, kelembaban tanah, transportasi dan keefektifan nutrien dan pestisida, temperatur
atau suhu tanah, bahan-bahan racun dan hama penyakit, erosi tanah dan banjir, kesuburan
tanaman dan hasil tanaman. Keseluruhan pengaruh adalah positif dari perspektif pertanian dan
menggambarkan nilai teknologi drainase untuk produksi pertanian (Effendy, 2011).
Warna merupakan salah satu ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan saat di
lapang. Warna suatu tanah mencerminkan beberapa sifat tanah lainnya. Warna tanah yang
gelap biasanya mengandung bahan organik yang tinggi. Tanah dengan drainase buruk atau
sering terjenuhi air akan berwarna kelabu. Tanah yang berwarna merah menunjukkan bahwa
tanah tersebut mengalami dehidrasi senyawa besi. Warna tanah ditentukan dengan standar
warna “Munsell soil color Chart”, yang meliputi ketentuan warna dasar tanah (matriks), warna
bidang struktur dan selaput liat, warna karatan dan konkresi, serta warna humus (Sidiq, 2017).
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan
(relief), yaitu antara bidang datar dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam
persen (%) (Syafri et al., 2015). Lahan yang mempunyai derajat kemiringan besar lebih mudah
terganggu atau rusak. Lahan yang mempunyai kemiringan >15% dengan curah hujan tinggi
dapat mengakibatkan longsor tanah (Andrian et al., 2014).
Limpasan permukaan (runoff) adalah banyaknya aliran air atau genangan yang terjadi
di permukaan pada saat hujan dan pada waktu tertentu (Nurhamidah et al., 2018). Limpasan
permukaan adalah perbandingan antara aliran permukaan dengan volume hujan yang jatuh.
Limpasan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu elemen meteorologi dan elemen
daerah pengaliran. Elemen meteorologi meliputi jenis presipitasi, intensitas curah hujan, dan
lamanya curah hujan. Sedangkan, elemen daerah pengaliran meliputi kondisi penggunaan
penutupan lahan dan tutupan lahan, daerah pengaliran (kerapatan pengaliran), kondisi topografi,
dan jenis tanah. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien limpasan
permukaan, diantaranya metode United States Forest Service, Hassing, dan Cook (Nganro et
al., 2018).
Tekstur tanah merupakan perbandingan fraksi pasir, debu, dan liat dalam massa tanah.
Fraksi adalah butir tunggal tanah dengan ukuran tertentu. Berdasarkan perbandingan
kandungan ketiga fraksi tersebut, tekstur tanah dapat digolongkan dalam beberapa kelas, yaitu
pasir (s), pasir berlempung (ls), lempung (l), lempung berliat (cl.l), lempung liat berpasir (scl.l),
lempung liat berdebu (sicl.l), liat berpasir (scl), liat berdebu (sicl), liat (cl), dan liat berat (K)
(Sidiq, 2017). Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi,
penetrasi, dan kemampuan mengikat air oleh tanah. Tekstur tanah berperan terhadap
kemampuan tanah dalam menahan dan meresapkan air (Tufaila dan Alam, 2014).
Adanya batuan-batuan baik di permukaan, maupun di dalam tanah dapat mengganggu
perakran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah dalam berbagai penggunaan. Singkapan
batuan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Pengaruh yang dapat dilihat dari
potensi mekanisasi dan tingkat kemudahan pengolahan tanah untuk dijadikan areal pertanian.
Singkapan batuan mempengaruhi daya penyimpanan air untuk kebutuhan tanaman, terutama
saat tanaman berada pada fase vegetatif yang membutuhkan air cukup banyak (Tufaila dan
Alam, 2014).
Bahan organik membantu mengikat butiran liat membentuk ikatan butiran yang lebih
besar, sehingga memperbesar ruang-ruang udara di antara ikatan butiran. Kandungan bahan
organik yang semakin banyak menyebabkan air yang berada dalam tanah juga bertambah
banyak. Bahan organik dalam tanah dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari berat bobotnya
(Intara, 2011). Penambahan bahan organik berbanding lurus dengan peningkatan C-organik
tanah dan penahan lengas tanah. Pemberian bahan organik dapat meningkatkan kandungan C-
organik tanah. Dengan peningkatan C-organik tanah juga dapat mempengaruhi sifat tanah
menjadi lebih baik secara fisik, kimia, dan biologi (Afandi et al., 2015).
Tingkat keasaman (pH) tanah sangat berpengaruh pada status ketersediaan hara bagi
tanaman. Pada pH yang netral ketersediaan hara menjadi optimal dalam hal jumlah maupun
kesetimbangan unsur hara dalam larutan tanah. Reaksi pH di luar kisaran itu dapat
menyebabkan berkurangnya jumlah ketersediaan unsur hara tertentu dan terkadang
menuebabkan kelebihan unsur hara lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan serapan hara oleh
tanaman terganggu, sehingga menghambat pertumbuhan dan menurunkan produktivitas
tanaman (Tufaila dan Alam, 2014).
Kapasitas tukar kation atau KTK tanah tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat,
kandungan bahan organik, dan pH tanah. Besarnya nilai KTK suatu tanah menentukan tingkat
kesuburan tanah tersebut. Muatan yang ada di dalam KTK tanah berkaitan dengan pH tanah.
Keadaan tanah yang sangat masam dapat menyebabkan tanah kehilangan KTK dan
kemampuan menyimpan hara kation dalam karena perkembangan muatan positif (Tufaila dan
Alam, 2014).
Tanaman membutuhkan nitrogen dalam jumlah besar. Umumnya, nitrogen menjadi
faktor pembatas pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Nitrogen diserap oleh akar dalam bentuk
anorganik, yaitu NH4+ (ammonium) dan NO3- (nitrat). Jumlah yang diserap tergantung pada
kondisi tanah. Nitrat lebih banyak terbentuk jika kondisi tanah hangat, lembab, dan memiliki
aerasi yang baik. Penyerapan ammonium lebih banyak terjadi pada pH tanah netral, sedangkan
nitrat pada pH rendah. Senyawa nitrat umumnya bergerak menuju akar karena aliran massa.
Senyawa ammonium bersifat tidak mobile, gerakannya disebabkan oleh difusi juga aliran
massa (Tufaila dan Alam, 2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lahan A
Afandi, F. N. 2015. Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Bahan Organik terhadap Sifat Kimia
Tanah pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar di Entisol Ngrangkah
Pawon, Kediri. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 2(2), 237-244.
Andrian, Supriadi, dan Marpaung, P. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng terhadap Produksi Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Kebun Hapesong
PTPN III Tapanuli Selatan. Jurnal Online Agroekoteknologi¸ 2(3), 981-989.
Effendy. 2011. Drainase untuk Meningkatkan Kesuburan Lahan Rawa. Pilar Jurnal Teknik
Sipil, 6(2), 39-44.
Intara, Y. I., et al. 2011. Pengaruh Pemberian Bahan Organik pada Tanah Liat dan Lempung
Berliat terhadap Kemampuan Mengikat Air. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 16(2),
130-135.
Nganro, S. et al. 2018 Analisis Koefisien Limpasan Permukaan Kota Makassar dengan Metode
Cook. Tata Loka, 21(2), 285-292.
Nurhamidah, Junaidi, A., dan Kurniawan M. Tinjauan Perubahan Tata Guna Lahan terhadap
Limpasan Permukaan Kasus: DAS Batang Arau Padang. Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-
UNAND), 14(2), 131-138.
Sidiq, M. N. 2017. Identifikasi Morfologi dan Beberapa Sifat Fisik Tanah pada Pertanaman
Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) Monokultur dan Kebun Campuran di Desa
Hajimena Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Skripsi. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Syafri, S. H., Tilaar, S., dan Sela, R. L. E. 2015. Identifikasi Kemiringan Lereng di Kawasan
Permukaan Kota Manado Berbasis SIG. Spasial, 1(1), 70-79.
Tufaila, M. dan Alam, S. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan untuk Pengembangan
Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe Utara. Agriplus, 24(2),
184-194.