0% found this document useful (0 votes)
37 views44 pages

Toc - Atmas

Uploaded by

e Ndhawar
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
37 views44 pages

Toc - Atmas

Uploaded by

e Ndhawar
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 44

TOC ATCAS JATSC

Section Requirement Compliance Reference Comment


2.12 SPESIFIKASI HARDWARE
2.12.1 Spesifikasi CPU Servers Surveillance Data Processing (SDPS) Server, Flight Data
Processing (FDPS) Server, Surveillance Processing Server (RDPS) , Recorder (REC),
Playback, Safety Nets (SNETS) Server , Flight Data Services (FDS) Server, SDP
Bypass Server , Radar Meteo Data Processing (RMDP) Server, Video Generator
Server (VGS), Data Billing and Statistic (DBS) Server setara atau lebih baik

Platform: 19 inch rackmount server with rail


Processor: Intel Xeon Silver 4314 Processor (2.40 GHz)
Memori: minimum 64 GB DDR4
Harddisk : minimum 1 TB
additional HD may needed :
(REC) depend on time retention requirement
(RMDP) and (VGS) depend on video data process requirement)
Network: support for triple networking operation
PSU: Dual Redundant and Hot Plug
I/O port: USB
Support : Memiliki local authorized dealer and service center
2.12.2 Spesifikasi Workstation, Database Management, Data Analysis and Reporting dan
Remote Control and Monitoring System, Information Display Server setara atau lebih
baik :
Platform: CPU Tower Case or Rackmount
Processor: Intel Xeon W-2102 Processor (2.90 GHz)
Memori: minimum 32 GB DDR4
Video : support output for display resolution at 1600 x 1200 or more (additional
graphic card may needed to support ATC display 4Kx2K only for controller and
assistant workstation )
Harddisk: minimum 1 TB
Network: support for triple networking operation
I/O port: USB
Device: Mouse & keyboard include
Support : Memiliki local authorized dealer and service center
2.12.3 Spesifikasi ATC Display 4k2k, 42-44 inch, setara atau lebih baik :
Platform : Air Traffic Controller Display (Not TV UHD Display for Consumer )

Backlight : Direct or Edge LED backlight system


Size : 42 - 44 inch diagonal wide
Native Resolution : 3000-4000 x 2000-3000 pixel
e)Aspect ratio:
Aspect ratio: 16/9
16/9 atau
atau 16/10
16/10
Colors : 16.7 million or more
Brightness (typical) : 500 cd/m² (maximum or more)
Contrast ratio: 1500 : 1 or more
Connectors: HDMI or DVI or others depend on workstation
Standby Mode : Available
Mounting: Console mount or Standing on top table
2.12.4 Spesifikasi ATC Display 24 inch, setara atau lebih baik:
Platform: Air Traffic Controller Display (Not TV UHD Display for Consumer)

Backlight : Direct or Edge LED backlight system


Size : 23-25 inch
Aspect Ratio : 16/9 or 16/10
Native Resolution : 1920 x 1200 pixel
Colors : 16.7 million or more
Viewing Angles (H/V, typical): 170°, 170°
Brightness (typical) : 750 cd/m² (maximum or more),
Contrast Ratio (typical) : 1000 :1 or more
Signal input connectors : depend on workstation
2.12.5 Spesifikasi LCD Display 24 inch, setara atau lebih baik
Display Type: LCD monitor 24 inch
Aspect Ratio : 16/9 or 16/10
Resolusi: 1920 x 1200 pixel
Contrast Ratio: 1000:1
Brightness : 300 cd/m² (maximum or more)
Section Requirement Compliance Reference Comment
Horizontal/Vertical View Angle: 170°/170°
Mounting: rackmount or with stand.
Signal input connectors : depend on workstation
2.12.6 Spesifikasi Strip Printer , setara atau lebih baik :
Print Method: Direct thermal
Print Speed: 10’’ per sec. Maximum
Resolution: 203 dpi (8 dots/mm); 305 dpi (12 dots/mm);
Konektivitas: min Serial, Ethernet.
Paper: Thermal Roll
Cutting: Automatic
2.12.7 Spesifikasi LAN Switch setara atau lebih baik
Port: 24 port 10/100/1000 Base-T; 4 x 1G SFP IP service
Media interface: RJ-45
Manageable: Yes
VLAN Support: Yes
Support : Memiliki local authorized dealer and service center
2.12.8 Spesifikasi KVM Switch setara atau lebih baik:
Form factor: Rackmount
Connections : Direct 8 port minimum
Port Selection : OSD/Hotkey/Pushbutton
Video resolution: Harus disesuaikan dengan resolusi layar yang dibutuhkan oleh
server
Screen: 19" LCD
Housing: Single or Dual rail rack mounted 19 inch width
Support: Memiliki local authorized dealer and service center
2.12.9 Spesifikasi Printer setara atau lebih baik :
Konektivitas: USB and Ethernet (sharing printer)
Platform: Mono Laser
Input Tray : 250 sheets
Metode Cetak: Laser
Resolution: 1200 x 1200 dpi
Ukuran Kertas: A4
g)Support:
Support: Memilikilocal
Memiliki local authorized
authorized dealer
dealer and service center
2.12.10 Spesifikasi Information Display , setara atau lebih baik :
Diagonal size: 42 Inch LCD/LED Flat screen or more
Resolution : 3000-4000 x 2000-3000 (Ultra HD)
Compliance : Smart TV ( comply TCP/IP)
Peripheral inputs: USB; HDMI or more
2.12.11 Spesifikasi Client Information Display setara atau lebih baik :
Model: Thin Client
Processor: AMD RX-427BB APU (3.6GHz)
Memory: 8GB DDR3
ROM: 32GF
Network: Ethernet
Video Graphic: min support UHD res
Mouse: yes
Keyboard: yes
2.12.12 Firewall Router setara atau lebih baik :
Aggregate Throughput : 100 Mbps – 300 Mbps
b)Total onboard WAN or LAN 10/100/1000 ports: 3 (menyesuaikan input yang
dibutuhkan )
RJ-45-based ports : 2
SFP-based ports : 2
2.12.13 Spesifikasi ATC Consoles setara atau lebih baik :
Ergonomic Half frame ATC Console dengan acuan dokumen ICAO Circular 241-
AN/145
Desain console harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Perum LPPNPI
sebelum dibuat
Section Requirement Compliance Reference Comment
Half frame ATC consoles harus dapat digunakan untuk menempatkan peralatan
minimal sebagai berikut :
a)Dua buah workstation
b)Dua buah 4k2k ATC Display
c)Dua buah TSP VSCS
d)Dua buah Keyboard dan dua buah Mouse
e)Dua buah Speaker untuk Alarm SNET dan VSCS
f)Dua buah Plug for Head set untuk tiap operational position
g)Strip Printer
h)Flight strip bay (2 or 3 column) between two controllers position
i)UTC Time Clock dan peralatan lain yang akan diperlukan di desk console
j)Dilengkapi dengan Dimmer Lamp

2.12.14 Spesifikasi Time Reference System setara atau lebih baik:


UTC Time reference server harus synchronisable via GPS time antenna dan bukan
melalui international time web server
Mampu bekerja secara redundant dan automatic change over.
Dapat diprogram melalui Personal Computer atau front panel menu.
Automatic summer/winter changeover.
Time distribution via ethernet sesuai kebutuhan
UTC time display menggunakan dotted LED Dispay dengan warna cerah yang mudah
dibaca.
UTC Time Display menampilkan HH:MM:SS (Jam:Menit:Detik)
Ukuran atau dimensi panjang, lebar, tinggi dari UTC time display disesuaikan dengan
estetika dan kerapian komposisi desk console atau ruangan.
2.6 SPESIFIKASI ATC SYSTEM
2.6.1 Surveillance Data Processing System (SDPS)
2.6.1.2 SDP harus memiliki fungsi minimal sbb :
Mengakses dan memproses data dari primary radar, secondary radar, primary and
secondary combined radar, and weather data from PSR radars. (PSR, Mode A/C,
Mode S, ADS-B, MLAT);
Pre-process surveillance data ke monitor data quality;
Memproses mono-sensor surveillance data dan generate mono-sensor track
Memproses multi-sensor surveillance data dan generate continuous and smooth system
tracks adopting advanced tracking filtering algorithms;
Mengatur altitude tracking dan perform konversi Mode C sesuai nilai QNH;
Memberikan tanda apabila sistem overload, filter received data dan membuang extra
data;
Memproses special position identification pulse (SPI) dan menampilkan indikasi
tertentu;
Menampilkan definisi special area untuk memperbaiki system track accuracy;
SSR reflection suppression;
Memproses dan menampilkan aircraft ground speeds, headings, predicted positions,
SSR Mode C data, ADS data;
Menampilkan position symbols (radar and ADS symbols) dan specified track dan
label data;
Menampilkan coasting tracks;
Surveillance data recording
SDPS dapat mendeteksi identitas site monitor.
2.6.1.3 SURVEILLANCE DATA PRE-PROCESSING
Sistem harus dapat memproses standar radar format termasuk ASTERIX format dan
standar lain yang terkait.
Sistem harus dapat mengidentifikasi secara otomatis surveillance data format, de-
compose, dan meng-extract data sesuai spesifikasinya.
Sistem harus dapat memonitor kualitas data yang diterima dan memfilter data
abnormal untuk memastikan kualitas data fusion.
Surveillance data quality check harus memiliki kemampuan mengecek minimal:
a)CRC error.
b)Data frame error.
c)North messages lost.
d)Radar sector crossing messages lost.
e)Track lost.
f)Timestamp check.
2.6.1.4 AIR SITUATION ESTABLISHMENT
Sistem harus dapat menyediakan fungsi pilihan Plot Position Presentation
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menerima, memproses dan
mengintegrasikan (plot dan track) untuk menciptakan dan mengupdate tampilan di
ASD dari sumber surveillance sebagai berikut :
a)ADS-B: EUROCONTROL ASTERIX Protocol Standard including Categories 21
all version Multilateration: EUROCONTROL ASTERIX Protocol Standard including
Categories 10, 11, 19 and 20 (mengambil data MLAT atau data fusion apabila
memungkinkan)
b)Mode S: EUROCONTROL ASTERIX Protocol Standard including Categories 34
and 48 in plot or track;
c)Adjacent Centers: EUROCONTROL ASTERIX Protocol Standard including
Categories 62, 63, 65;
d)Radars: EUROCONTROL ASTERIX protocols including categories 8, 34, 48.

Sistem harus dapat mengupdate tampilan dari surveillance data, FPL dan input dari
controller (Flight plan Navigated track).
Semua berita harus tervalidasi dengan format standar sebelum diintegrasikan dengan
data surveillance dengan menghilangkan error message beserta lognya.
Sistem harus dapat membuat timestamp untuk semua berita dengan dasar UTC dari
time reference sensor.
Sistem harus dapat mengolah data dari radar meteo untuk ditampilkan di ASD dalam
bentuk single composite weather image.
Sistem harus memiliki kemampuan surveillance report untuk mengolah multisensor
tracking untuk meningkatkan akurasi tampilan.
Sistem harus memiliki kemampuan sensor status, untuk menentukan sensor mana
yang dapat digunakan dalam data fusion.
Sistem harus mampu mengatur surveillance track update dan track suppression
Sistem harus dapat mengevaluasi secara realtime sensor- sensor mana yang
diprioritaskan untuk mengupdate system track.
Tingkatan prioritas untuk mengupdate data yaitu RADAR, ADS-B, ADS-C dan
Flight plan track
2.6.1.5 SURVEILLANCE DATA OUTPUT
Sistem harus dapat meneruskan/mentransfer data surveillance track dan informasi
flightplan terkait kepada Adjacent ATCAS dengan ASTERIX format kategori 62, 63,
65 dan filter geografis yang sebelumnya sudah diadaptasi.
Sistem harus dapat meneruskan/mentransfer surveillance track dan informasi flight
plan terkait kepada adjacent ATCAS melalui AIDC messages sesuai ICD yang terakhir
yang berlaku dengan menggunakan AFTN/AMHS atau sistem lain menggunakan
jaringan yang dikhususkan untuk hal tersebut.
Sistem harus dapat mengatur output system track dalam jangkauan wilayah tertentu
dengan setting parameter dan update rate sesuai dengan ATMAS.
2.6.1.6 SURVEILLANCE DATA PROCESSING CAPABILITIES
Sistem harus dapat mengupdate system track dengan menggunakan metode
Surveillance Tracking (ST) dari berbagai sensor pada daerah yang coveragenya
overlapping.
Kemampuan ST dengan menggunakan algoritma tertentu yang dapat memproses data
dari berbagai sensor.
Sistem harus dapat menampilkan system track yang mulus yang di update dari
berbagai sensor.
Sistem harus secara otomatis mengeluarkan surveillance report termasuk tipe dan
kualitas surveillance.
2.6.1.7 SURVEILLANCE PRESENTATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan surveillance data dalam 2
mode yaitu:
a)Multi-sensor Presentation Mode: surveillance mosaic (the system mosaic)
berdasarkan integrasi dari seluruh surveillance sensors.
b)Single-sensor Presentation Mode: semua single sensor yang tersambung ke system.

Tiap ASD harus memiliki fungsi seleksi untuk memilih tampilan dengan jelas.
Sistem harus tidak boleh ada disrupsi tampilan pada saat berpindah pindah mode
tampilan.
Sistem harus tetap memproses multi sensor data pada saat memilih single sensor
presentation mode.
2.6.1.8 SPECIAL PULSE IDENTIFICATION (SPI) PROCESSING
Sistem harus menampilkan tanda pada track identifier secara otomatis saat menerima
SPI dari radar track.
2.6.1.9 REAL TIME QUALITY CONTROL (RTQC) OF SURVEILLANCE DATA
RTQC digunakan untuk memonitor dan mengatur kualitas radar signal yang diterima
oleh sistem. RTQC menghitung sensor correction factor dan koefisien fusion weight
berdasarkan hasil monitoring dan controlling.
RTQC harus secara manual dan otomatis mengkompensasi deviasi azimuth dan jarak
radar atau sensor untuk meningkatkan akurasi deteksi dan proses multi tracking.

RTQC harus memberikan warning pada system monitor interface saat menemukan
abnormal data.
Sistem harus mampu mengisolasi data data yang tidak normal.
Sistem dapat menentukan ketersediaan data berdasarkan tingkat confidence dari
surveillance data coefficient.
2.6.1.10 AUTOMATIC TEST TARGET MONITORING
Section Requirement Compliance Reference Comment
SSR test transponder target dan ADS-B telah terpasang di wilayah yang terjangkau
cakupan radar untuk mengecek akurasi sesuai rekomendasi ICAO.
Test target harus dapat ditampilkan di ASD dan dapat disembunyikan apabila tidak
dibutuhkan terutama di ASD CWP.
Sistem harus dapat memonitor posisi geografis test target transponder dan
memberikan notifikasi apabila tes target rusak pada posisi technical dan operational
supervisor.
2.6.1.11 STATUS MESSAGE MONITORING
Sistem harus memonitor status message untuk menentukan apakah surveillance link
hidup atau mati
2.6.1.12 SURVEILLANCE DATA COUNTS MONITORING
Sistem harus dapat mengelola berbagai macam surveillance message data dan apabila
ada anomali, dapat ditampilkan pada posisi technical dan operational supervisor

2.6.1.13 REGISTRATION ANALYSIS


Sistem harus memberikan RTQC capability untuk menghitung deviasi azimuth dan
jarak dari radar site. Kemampuan ini dilakukan secara terus menerus dan memonitor
report dari surveillance pembanding yang sudah diatur.
Sistem harus dapat menghitung azimuth dan jarak bias error, dan jika melebihi dari
nilai toleransi, tertampil di technical dan operational supervisor,
Sistem harus mampu mencetak report untuk analisa sesuai kebutuhan.
2.6.1.14 REGISTRATION CORRECTION
Sistem harus mampu menyiapkan registration correction terhadap radar target report
yang diterima.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan update secara manual dan secara
otomatis terhadap surveillance registration correction,
2.6.1.15 SSR REFLECTION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menekan ataupun menghilangkan SSR
reflection, dengan kondisi sebagai berikut:
a)Plot/track report memiliki SSR code yang termasuk dalam discrete codes;
b)Range dan azimuth of the report lie within one of the reporting surveillance's
adaptable reflection areas;
c)Another report from the same radar that has the same code (duplicate) from the
same surveillance scan, and its range is less than the range of the current plot/track
report minus a design parameter range delta.
2.6.1.16 SPECIAL AREA SETTING DAN PROCESSING
Sistem harus memiliki kemampuan antara lain:
a)Mendefinisikan Area of Interest (AOI) untuk setiap sensor dan membuang report
diluar AOI.
b)Mendefinisikan Inhibition Area untuk setiap sensor dan menghentikan track
initialization tetapi tetap memberikan report untuk existing track di dalam inhibition
area.
c)Mendefinisikan distrust area untuk setiap sensor, dan membuang report di dalam
blanking area.
2.6.1.17 ALTITUDE TRACKING DAN PROCESSING
Sistem harus mampu melakukan altitude tracking dengan menggunakan extrapolating
flight level berdasarkan nilai mode C dan altitude change rate.
Sistem harus mampu melakukan proses QNH value pada minimum 64 QNH Area
(airport) untuk perhitungan Transition Level dan konversi Mode C data.
Sistem harus mensupport QNH area definition dan nilai mode C yang tepat menjadi
barometric altitude untuk pesawat pada specific QNH area dibawah Transition Level.

Sistem harus memiliki kemampuan untuk memproses nilai QNH pada minimum 256
area untuk perhitungan minimum usable flight level untuk ATS rute
2.6.1.18 SURVEILLANCE DATA OVERLOAD PROCESSING
Sistem harus mampu mengatasi surveillance data overload sebagai berikut :
a)Pada saat jumlah total target yang diproses oleh SDP mencapai batas tertentu,
sistem men-generate tanda warning secara otomatis.
b)Pada saat jumlah total target melebihi load threshold, sistem memberikan tanda
kepada user pertimbangan untuk memfilter atau membuang kelebihan data.
2.6.1.19 MONO RADAR DATA PROCESSING
Sistem harus melakukan syntactic dan semantic check pada data yang diterima yang
tidak sesuai standar, termasuk atribut target, identifier (SSR code, track
number,address code dan sebagainya), posisi, altitude, speed,time stamp, SIC/SAC,
dan lain sebagainya.
Sistem harus mampu mengoreksi time stamp yang tidak sesuai dengan menambahkan
time shift pada data yang diterima.
Sistem harus mampu menangani target correlation untuk men-generate track baru, atau
mengupdate track yang ada, atau menghapus track yang sudah usang, untuk kemudian
membentuk mono-radar track yang stabil.
2.6.1.20 MULTI RADAR DATA PROCESSING
Sistem menggabungkan data multi radar dan men-generate system track yang stabil dan
kemudian menggabungkan dengan target dari multiple radar, ADS-B menjadi target
identification mark yang unik. Saat radar data digabungkan, data-data akan
dipertimbangkan diantaranya atribut radar termasuk posisi, secondary code, altitude,
speed, karakteristik track dan lain sebagainya.
Sistem harus memastikan accuracy, continuity, and smoothing terhadap track yang
baru.
Section Requirement Compliance Reference Comment
System track quality harus tidak boleh terganggu oleh abnormal data yang diterima dari
beberapa radar.
System track harus memberikan alert calculation, correlation process dan HMI display.

Sistem harus mencatat kualitas setiap surveillance sensor untuk prakiraan selanjutnya
berdasarkan historical dan real time data, pada saat proses penggabungan track.

2.6.1.21 EXTENDED SURVEILLANCE DATA PROCESSING


Extended Surveillance data meliputi Mode S radar data, ADS-B data, dan surveillance
data lain yang berisi DAPs parameter, tetapi tidak termasuk PSR dan mode A/C radar
data.
Sistem harus mampu memproses extended surveillance data untuk tersedianya higher
quality track dan data tambahan.
Sistem harus mampu menerima, memproses, dan menampilkan data dari semua data
yang telah terintegrasi.
Sistem dapat memfilter anomali data sesuai tipe sensor. Filter anomali data dapat
dilakukan saat pre-processing, mono-sensor data processing,dan multi sensor data
processing. Filter anomali data diantaranya:
a)Sistem dapat melakukan cek integritas mandatory data item pada ADS-B message.
Hanya ADS-B message yang berisi mandatory data item yang akan diproses sesuai
ICAO APAC’s Guidance Material on Generation, Processing & Sharing of ASTERIX
Category 21 ADS-B Messages for definitions of ADS-B mandatory data items.
b)Sistem dapat melakukan check quality indicator pada ADS-B data, memastikan
hanya data yang memenuhi operational requirement yang digunakan untuk track
tracking dan penggabungan dan dapat mereject data yang tidak memenuhi operational
requirement.
c)Sistem dapat melakukan validity and consistency check terhadap DAPs. DAPs
tergantung dari kemampuan peralatan pesawat terbang selain surveillance system dan
data qualitynya dipengaruhi oleh banyak faktor.
d)Sistem dapat melakukan verifikasi tambahan terhadap Mode S SSR DAPs karena
banyaknya anomali data disebabkan oleh BDS SWAP.

Sistem harus mampu menggunakan 24 bit aircraft address dan aircraft identification
untuk melakukan tracking dan correlation.
Sistem harus mampu memproses extra emergency selain kode 7500, 7600, 7700
termasuk lifeguard/medical, minimum fuel, and downed aircraft.
Sistem harus mampu memproses ground/air flag untuk memfilter ground target karena
sistem dapat mendeteksi pesawat yang ada di darat.
Sistem harus mampu memproses Mode S conspicuity code. Mode S conspicuity code
adalah sebuah standar dan non- discrete Mode 3/A code yang memberitahu ATMAS
bahwa ini adalah pesawat yang dilengkapi Mode S.
Sistem harus mampu tidak menggunakan Mode S conspicuity code untuk
mengidentifikasi pesawat, dan meng korelasi flight plan.
Sistem harus mampu menggunakan Mode S interrogated information seperti 24 bit
aircraft address untuk mengidentifikasi dan mengkorelasi flightplan.
Sistem harus mampu mengadopsi sejumlah 1000 Mode S conspicuity code disesuaikan
dengan yang menjadi standar di Asia Pasifik
2.6.1.22 EXTERNAL TRACK
Untuk mengantisipasi kegagalan operasi adjacent FIR Ujung Pandang maka ATMAS
JATSC harus mampu menerima dan mengolah data external surveillance yang
digunakan oleh ATMAS FIR Ujung Pandang yaitu Asterix cat 21, 23, 34, 48 dan 62.

2.6.2 FLIGHT DATA PROCESSING


2.6.2.1 FLIGHT DATA PROCESSING
FDP adalah salah satu inti dari ATMAS. Data yang relevan terkait flightplan akan
diterima, disimpan, diproses dan di update oleh FDP. FDP dapat juga bertukar data
dengan software modul yang lain.
FDP harus memiliki fungsi minimal sebagai berikut:
a)ATS messages processing, dimana dapat memproses format FPL 2012, AIDC dan
format lainnya.
b)Memproses format message yang akan datang seperti contoh SWIM (FIXM,
AIXM, IWXXM), FLXM (optional)
c)Flight plan lifecycle management pada flightplan.
d)Dapat melakukan perhitungan 4D trajectory profile, termasuk route analisis,
perhitungan profile dan estimasi waktu, SID/STAR/runway alocation secara otomatis.
e)SSR code management, termasuk SSR code automatic assignment dan manual
assignment oleh controller.
f)Sector management dan posting computation, post flightplan sesuai kondisi, dan
menyiapkan electronic strip dan paper strip sesuai kebutuhan posisi kerja.
g)Pertukaran data flightplan dengan eksternal system (seperti Fallback system, TCU
atau tower system, ATFM system, AODB system dan sebagainya).
h)Sistem harus mampu untuk menerima,menyimpan, memproses, update, dan
menampilkan RPL, flightplan, dan ATS message yang lain.
i)Sistem harus mampu untuk menerima ATS message dari berbagai sumber,
termasuk AFTN/AMHS, adjacent centre, dan koneksi lain lewat jaringan yang aman.

2.6.2.2 FLIGHT DATA PROCESSING CAPABILITIES


Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut:
a)Flight plan route analisis dan flight trajectory dan perhitungan waktu, dan dapat
ditampilkan sebelum dan sesudah activation of flight.
b)Flight plan status determination berdasarkan input dan turned events.
c)Menampilkan dan atau mencetak flight plan data sesuai sektor.
d)SSR code allocation baik secara manual maupun otomatis.
e)Atmospheric data processing
f)Flight plan/track association.
g) Inter-sector dan inter-unit coordination.
h)Update otomatis flightplan berdasarkan ETO lewat korelasi antara flight plan data
dan surveillance data.
i)Estimasi Flightplan track dapat diupdate secara manual oleh controller.
j)AFTN/AMHS message processing.
k)Memproses data SWIM format (FIXM, AIXM, IWXXM) FLXM (optional).

Sistem harus siap untuk memproses secara otomatis Standard ICAO flightplan
messages, termasuk coordination messages lewat format AIDC atau OLDI (optional).

Sistem harus dapat memproses format Flightplan 2012 maupun format flight plan
terkini.
Sistem harus mampu men generate dan maintain system flightplan dimana akan
diproses sampai dengan berakhirnya.
Sistem harus memastikan bahwa ketidaksiapan peralatan ataupun komunikasi pada
sebuah sektor tidak akan mempengaruhi atau mengganggu pertukaran data antar
sektor/centre yang lain.
Sistem harus dapat memproses VFR flight sama halnya dengan IFR flight kecuali
apabila ditentukan.
2.6.2.3 FLIGHT DATABASE
Sistem harus memiliki kemampuan untuk establish and maintain a database of flight
plan dan mengaktifkan flight plan untuk diproses lanjut, diijinkan untuk dimodifikasi,
ditambah dan menghapus flightplan yang sebelumnya sudah ada.
2.6.2.4 REPETITIVE FLIGHT PLAN
Sistem harus mampu menerima RPL data lewat media, download atau input secara
manual dan menyimpannya dalam RPL file.
Sistem harus mampu memberikan peringatan saat RPL akan expire.
Sistem harus mampu mentransfer RPL secara otomatis ke FPL database pada waktu
yang ditentukan sebelum waktu entry menuju area of responsibility.
Sistem harus memberikan kemampuan kepada operator untuk membuat, memodifikasi
dan menghapus flight plan dari RPL file.
2.6.2.5 AFTN/AMHS FLIGHT PLAN DATA
Sistem harus mampu untuk menerima dan memproses ATS message yang diterima dari
AFTN/AMHS seperti : FPL, DEP, ARR, RQP, ALR, RCF, RQS, AFP, SPL, CPL,
DLA, CNL, EST, CHG, CDN, LAM, ACP, dan AIREP sesuai ICAO Dokumen 4444
dan juga termasuk coordination message.
Sistem harus mampu untuk enable atau disable lewat VSP proses ATS message secara
otomatis. Saat posisi enable, ATS message harus diproses untuk ditampilkan pada
specific Flight Plan positions dengan kondisi sebagai berikut:
a)Saat message berisi error, discrepancy, atau invalid data lain.
b)Saat flightplan pada field 18 terisi, kecuali terdapat data terdapat awalan minimal
"REG/", "SEL/", "OPR/", "ALTN/", atau "EET/".
Saat dimana message tidak teridentifikasi,atau berisi data yang tidak valid, atau tidak
dapat dipasangkan dengan data yang telah tersimpan, “invalid” response harus
tertampil pada specific Flight Plan positions. Message tersebut ditampilkan sebagai
“invalid” data

Sistem harus mampu mengecek semua ATS Messages terkait:


a)Format error
b)Syntax error
c)Previous receipt of the same message
d)Validity, terkait apakah update akan berpengaruh pada area of responsibility.
e)Compatibility, terkait kesesuaian antara aircraft type, True Airspeed (TAS), Flight
Level/altitude, EET, departure aerodrome, route, dan destination.
f)Validity time
g)Channel sequence number
h)Display notification untuk error tertentu pada AFTN/AMHS message (applicable
for suggestion)
i)Display AFTN/AMHS message history.

Sistem harus mampu melakukan semantic dan syntactic check terhadap message yang
diterima dan create atau update flightplan terkait disertai dengan koreksi. Message
yang tidak sesuai tersebut, dipilah dan dikirim ke posisi tertentu untuk diperbaiki secara
manual untuk kemudian diproses lagi oleh sistem.
Sistem harus didesain dengan fungsi message manual transmission, dan disiapkan juga
template secara default untuk setiap message untuk diperbaiki oleh user.
Sistem harus mengirim berita secara otomatis sesuai dengan kondisi dan pengalamatan
yang telah ditentukan (aerodrome departure, destination dan alternate). Pengalamatan
harus dapat diubah pada VSP, minimal message berikut bisa dikirim: DEP, ARR,
EST, dan CPL, dsb
Section Requirement Compliance Reference Comment
Pengiriman DEP dan ARR dapat dikonfigurasi untuk semua airport yang berada pada
juridiksi terminal area termasuk mengakomodir airport yang memiliki lebih dari 1
(satu) runway.
2.6.2.6 OPERATOR FLIGHT DATA INPUT
Sistem harus mampu menyusun dan memasukkan tipe flight plan message sebagai
berikut:
a)FPL dan CPL
b)Flight update messages (contoh: perubahan rute, divert, RTB)
c)Departure state transition messages
d)Fix estimate updates
e)Cleared level updates
2.6.2.7 ATMOSPHERIC DATA
Arah dan kecepatan angin, temperature data adalah dasar dari atmospheric data harus
didapatkan dalam bentuk Gridded Binary (GRIB) format.
Atmospheric data harus didapatkan untuk tiap tiap lapis ketinggian dan area yang
digunakan untuk perhitungan trajectory dan perkiraan waktu agar perhitungan lebih
valid
2.6.2.8 INPUT MESSAGE PROCESSING
Sistem harus mampu untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memproses message
yang diterima beserta mengidentifikasi asal/ originator message.
Sistem harus mampu untuk memproses CNL message yang diterima dan menampilkan
pada sektor yang menangani.
Sistem harus mampu melakukan kegiatan berikut ini apabila menerima update
message:
a)Melakukan perhitungan ulang terhadap flight trajectory/flight times
b)Melakukan analisis baru terkait flight plan route
c)Melakukan analisis baru terkait rencana distribusi flight strip
d)Melakukan distribusi ulang flight data untuk display update

Sistem dapat menerima informasi parking stand dari airport system melalui jaringan
yang aman.
2.6.2.9 FLIGHT PROGRESS PROCESSING
Sistem harus mampu untuk menentukan status tiap flight yang mencerminkan kondisi
dari flight.
Selama masa hidup flight plan, sistem harus mampu menentukan status/atribut setiap
flightplan untuk kondisi dan transisi berikut:
a) Dormant - saat flightplan baru diterima atau dibuat dalam waktu 120 jam sebelum
EOBT sampai kondisi Inactive. Pada kondisi Dormant, sistem harus memproses
kegiatan berikut minimal:
i.Flight plan harus mampu ditampilkan, dikoreksi dan diedit hanya oleh FDO
working position.
ii.Flight plan harus mampu diupdate apabila sistem menerima berita berita yang
terkait dengan flightplan tersebut.
b) Inactive - beberapa jam atau VSP time sebelum kondisi Pre-Active.
c) Pre-Active - VSP time sebelum effective realization sebuah flight..
d)Active - sesuai dengan effective realization sebuah flight.
i.Announced/Coordinated
ii.Jurisdiction
iii.Handover-in
iv.Handover-out
v.Post Jurisdiction(deactivate insight airspace)
vi.Inhibit/Redundant

e) Terminated - sesuai periode saat flightplan diakhiri oleh operator secara manual atau
secara otomatis, dan tetap di sistem hanya untuk consulting features. Pada kondisi
Terminated , sistem harus mampu melakukan kegiatan sebagai berikut:
i.Release SSR code
ii.Stop perhitungan 4D trajectory
iii.Menghapus posting events dan mengeluarkan dari EFS
iv.Menyimpan data untuk analisis dan statistik lanjutan
f) Other States
Selain kondisi kondisi di atas, user dapat mendefinisikan SUSPENDED, dan kondisi
lain sesuai kebutuhan operasional. Pada kondisi ini FDP akan menghentikan update
flight profile dan menekan alarm yang terkait
2.6.2.10 ROUTE PROCESSING (4D PROFILE TRAJECTORY)
Sistem harus mampu membuat perhitungan 4 dimensional (4D) flight trajectory yang
membentang pada airspace yang dilewati untuk setiap flightplan yang valid yang
diterima.
Sistem harus mempertimbangkan data berikut dalam perhitungan route processing:
a)The defined airspace, airways, and ATS route structure.
b)Navigational aids/significant positions, Aerodromes and runways.
c)Standard Instrument of Departure/Standard Instrument Arrival (SID/STAR)
procedures.
Fungsi processing route harus menerima input data berdasarkan:
a)Rute sesuai dalam flight plan, atau yang ada dalam update message.
b)Entry pada significant position yang membentuk rute baik dalam bentuk
point/posisi ataupun posisi latitude/longitude.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mampu untuk mengecek error pada rute flightplan baik yang diterima
maupun yang sudah diinput secara manual dan tambahan
Sistem harus mampu mengecek konsistensi isi flight plan yang diterima ataupun yang
diisi secara manual termasuk aircraft type, perlengkapan pesawat dan kemampuan
pesawat.
Sistem harus mampu melakukan route analisis/konversi secara otomatis.
Trajectory estimation harus berdasarkan route, flight planned level/altitude, cruise
speed, available wind, and temperature data, adapted ATC constraints and aircraft
performance characteristics, target position, real time data input by controllers dan
sebagainya
Fungsi Route processing harus berdasarkan significant position dan calculated ETO
pada posisi tersebut dan perhitungan ulang ETO saat ada update (perubahan pada flight
melewati waypoint,sector boundary point,system event atau input controller).

Sistem harus mampu menampilkan grafis rute apabila dipilih oleh controller
2.6.2.11 SID DAN STAR PROCESSING
Sistem harus mampu melakukan aktif/deaktif SID dan atau STAR secara manual atau
secara otomatis berdasarkan perubahan runway in use.
Sistem harus mampu melakukan aktif/deaktif banyak SID dan atau STAR pada sebuah
airport dengan sebuah manual entry atau secara otomatis berdasarkan perubahan
runway in use.
Sistem harus mampu menentukan SID/STAR aktif untuk menggantikan inactive SID
pada sebuah flight plan.
Sistem harus memberitahu controller saat pergantian SID/STAR diterapkan pada flight
plan.
Sistem harus mengijinkan controller untuk menambahkan/menyesuaikan
penggabungan dan penggantian SID/STAR.
Sistem harus menentukan SID dan atau STAR berdasarkan runway in use termasuk
airport yang memiliki lebih dari 2 runway.
2.6.2.12 SSR CODE ALLOCATION
Sistem harus mampu untuk memproses SSR code allocation baik secara manual
maupun otomatis.
Sistem harus mampu mengijinkan user untuk menginput SSR code atau meminta SSR
code dari sistem apabila dilakukan secara manual.
Sistem harus mampu melakukan pemberian alokasi berdasarkan list kategori domestik
dan internasional apabila dilakukan secara otomatis.
Sistem harus mampu untuk mengakomodasi alokasi internasional untuk digunakan oleh
domestik, apabila alokasi domestik sudah penuh tetapi tidak boleh untuk sebaliknya.

Sistem harus dapat mempertahankan dan mengelola daftar kode untuk penggunaan
otomatis.
Sistem harus mampu untuk mempertahankan dan mengelola daftar kode yang
digunakan oleh flight dari sistem lain ataupun dari DEP message.
Sistem harus mampu untuk mengalokasikan secara otomatis, non-duplicate codes
untuk flight plan yang dibuat dalam declared airspace volume ataupun AOI untuk
outbound traffic dari bandara yang ada di dalam Jakarta APP/TMA.
Sistem harus mampu menentukan non-duplicated adapted discrete codes dan non
adapted discrete code terhadap flight yang ditentukan oleh input controller.
Sistem harus mampu untuk melepas previously assign code untuk re allocation.
Sistem harus mampu untuk menampung special code seperti VVIP flight, Training
flight, flight yang tidak/belum mendapat alokasi SSR.
Sistem harus mengijinkan Sistem specialist untuk mengubah daftar SSR allocation,
mengadaptasi inbound/outbound traffic ke airport dalam AOI atau declared airspace
volume.
2.6.2.13 FUNGSI FLIGHTPLAN AND TRACK ASSOCIATION
Sistem harus mampu secara otomatis menggabungkan antara flight plan dengan
surveillance system track yang cocok dengan syarat:
a)Specific flight plan status.
b)Identical SSR code or Aircraft ID.
c)Passing position and altitude check.
Sistem harus menggabungkan flight dengan urutan berdasarkan SSR Code, Aircraft ID
atau 24 bit address code.
Sistem harus mampu menggabungkan secara otomatis dengan menggunakan discrete
SSR code.
Sistem harus mampu untuk mengijinkan operator secara manual menggabungkan
dengan SSR code maupun track yang tidak memiliki SSR code (primary track), disertai
warning apabila penggabungan manual tersebut gagal.
Sistem harus mampu memonitor secara periodik setiap controlled flight sesuai dengan
rutenya, menggunakan gabungan surveillance track untuk menghitung ETO tiap fix
rute yang akan dilalui dan memastikan tiap fix telah dilalui.
Position and altitude check harus meningkatkan akurasi track gabungan, dengan
metode sebagai berikut:
a)Antara track position dalam route model yang terdiri dari airport, waypoint, dan
route corridor dalam flight plan.
b)Perbedaan antara posisi perkiraan flight plan dengan posisi track dalam jarak
tertentu.
Position dan altitude check harus dilakukan kepada take-off dan landing system track.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memecah/membatalkan gabungan bila syarat dan kondisi tidak sesuai
ketentuan, dan memberikan warning tetapi tidak berlaku untuk Emergency setting.
Sistem harus tetap mempertahankan gabungan SSR code apabila berubah ke 7500,
7600, 7700 yang termasuk dalam emergency setting.
Setelah bergabung, Sistem harus menyebarkan informasi gabungan ke modul lain dan
menampilkan pasangan system track ke controller position.
Sistem harus melakukan update flight profile berdasarkan position and altitude
information dari correlated surveillance track.
Sistem harus memberikan tanda pada associated track label saat SSR code, a/c 24-bit
address atau ACID dari flight plan yang tidak sesuai dengan Surveillance track.
2.6.2.14 SECTORIZATION
Airspace of interest digambarkan secara geografis saat adaptasi data dan tidak ada
overlapping volume dan disebut juga geographic sector.
Sistem harus mampu menyatakan volume berbentuk polygon secara horizontal terdiri
dari 20 lapis ketinggian tersebut menjadi control sector.
Sistem harus mendistribusikan flight data ke controller workstation berdasarkan jumlah
sektorisasi yang dipersyaratkan.
2.6.2.15 FUNGSI SECTOR CONFIGURATION
Sistem harus mampu merubah definisi control position dan tugas control sector ke
posisi lain untuk penggabungan sektor.
Sistem harus mampu mengecek apabila posisi yang baru dapat menampung flight yang
terdampak saat penggabungan sektor dan otomatis mengubah ownership new position.

Sistem dapat melakukan pre-configure airspace ke sektor lain dan mengijinkan


controller untuk menggabung atau memecah sektor tersebut secara online.
2.6.2.16 FDP OUTPUT
Sistem harus mampu menyediakan sajian tampilan flight secara up to date kepada
semua controller workstation.
Sistem harus mampu mendistribusikan flight data kepada seluruh ACC workstation dan
ke fasilitas ATC yang lain, termasuk ACC lain, TCU dan Tower
2.6.2.17 OUTPUT OF MESSAGES TO AFTN/AMHS NETWORK
Sistem harus memiliki kemampuan support protocol komunikasi untuk pengiriman
berita FPL, DEP, ARR, RQP, ALR, RCF, RQS, AFP, SPL, CPL, DLA, CNL, EST,
CHG, CDN, LAM, ACP dan AIREP messages.
Sistem harus mampu mengirim DEP dan ARR messages secara otomatis untuk airport
yang ada di dalam declared airspace volume atau AOI dan menentukan alamat
tujuannya.
Pengalamatan DEP dan ARR message harus diadaptasi oleh system specialist di dalam
VSP.
2.6.2.18 FLIGHT DATA TRANSFER DAN FLIGHT HANDOFF
Sistem harus mampu untuk menentukan secara otomatis saat surveillance track yang
bergabung dengan flight plannya akan melewati FIR boundary, dengan tujuan untuk
transfer antar controller ataupun ke sektor lain.
Sistem harus mampu untuk mengijinkan controller melakukan handoff antar sektor
atau Adjacent ATMAS melalui fase :
a)Handoff warning: diadakan di posisi controller sekarang saat sebelum ETO di
coordination point yang menandakan handoff ke unit selanjutnya akan dilakukan.
b)Handoff initiation: controller pemberi handoff akan meminta ijin untuk validasi
dan inisiasi control transfer ke unit selanjutnya sesuai flight plan rute.
c)Handoff acceptance: controller penerima handoff dapat menerima dan
menyelesaikan proses transfer.
d)Handoff rejection: controller penerima handoff dapat menolak dan menginisiasi
hand off ke controller pemberi handoff.

Sistem harus mampu mengeluarkan/mengirim flight data ke adjacent ATMAS


Sistem harus dapat melakukan pertukaran data penerbangan dengan adjacent ATMAS
dengan menggunakan protokol sebagai berikut:
a)Message ICAO Doc 4444 standard, dengan menggunakan AFTN/AMHS
b)Message AIDC yang tercantum dalam APAC ICD, dengan menggunakan
AFTN/AMHS
Untuk AIDC protocol, sistem harus mampu melakukan pertukaran set berita minimal:
ABI, CPL, EST, PAC, ACP, CDN, MAC, LAM, LRM, TOC, AOC yang digunakan
untuk notifikasi, koordinasi dan fase hand off yang telah tercantum dalam AIDC ICD.
Protokol yang digunakan untuk pertukaran berita flight plan dengan fasilitas lain akan
dituangkan dalam interface document.

2.6.3 DSA BACKUP MODE


DSA harus mampu menyediakan pilihan sensor data surveillance bagi controller
workstation dalam DSA back-up mode.
DSA harus mampu memproses semua surveillance data format yang ditentukan untuk
SDP. Controller yang ingin memilih DSA surveillance information harus mendapatkan
pilihan DSA back up mode.
Sistem harus dapat menampilkan plot dari selected sensor dan weather (bila
memungkinkan) pada mode backup.
Back up mode harus mampu memberikan minimal map selection, range selection, off
centering dan manual code/call sign association, sama dengan fungsi display
management untuk tiap workstation.
Section Requirement Compliance Reference Comment
DSA software harus sudah di develop secara mandiri dan terpisah dari software SDP
main processing untuk mengurangi resiko common mode failure.
DSA dapat memberikan minimal fungsi mono sensor tracking. Fungsi multiple-sensor
data tracking dan fungsi alarm, seperti Special code alert, STCA, MSAW, APW, dan
sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari DSA back-up mode.

2.6.4 FUNGSI SAFETY NET


a)Fungsi Safety Net membantu memperingatkan controller terhadap potensi,
mendekati atau terjadi pelanggaran terhadap batas keamanan untuk pencegahan situasi
bahaya yang dapat menimbulkan insiden serius atau accident. Aviation safety area yang
tercakup dalam fungsi Safety Net yaitu:
i.Aircraft Separation.
ii.Airspace Operation Requirement.
iii.Conformance of Clearance.
iv.Terrain Clearance.
v.Approach/Departure Path Conformance.
b)Sistem harus mampu menciptakan safety net alert/warning berdasarkan perbedaan
severity level dan waktu tanggap dengan dibedakannya alarm visual dan atau suara

c)Sistem harus mampu dikonfigurasi dengan berbagai parameter saat aktivasi/


deaktivasi/ acknowledgement alarm yang disesuaikan oleh user
d)Sistem harus mampu membaca Safety Net untuk kondisi bypass mode/DSA.
2.6.4.1 TIPE DAN PRIORITAS
Alert dan warning umumnya dikelompokkan dalam emergency alert dan warning,
tampilannya disarankan untuk mempertimbangkan indikator, posisi display, warna dan
audio dan sebagainya.
Sistem harus menyediakan safety net kepada controller dengan indikasi suara dan
visual, yang terintegrasi dengan surveillance data, flight plan data, dan data lain
menggunakan aturan dan algoritma yang berbeda.
Safety net harus termasuk Emergency, STCA, MSAW, APW, APMW, dan sebagainya

Sistem harus mampu mengatur prioritas alert. Prioritas warning lebih tinggi dari pre-
warning. Emergency memiliki prioritas tertinggi, termasuk Hijack (7500), Radio
Communication Failure (7600), Emergency (7700) dan sebagainya.
Sistem harus mampu menyediakan window tersendiri untuk menampilkan semua
konflik yang terdeteksi selama waktu hidup flight plan.
Sistem harus menampilkan semua alert yang terdeteksi selama visualisasi flight plan
rute.
Sistem harus menampilkan semua flight yang terkait dalam sebuah konflik.
Sistem harus mampu menampilkan alert dan warning tanpa membuat kesulitan kepada
controller untuk membaca track label saat memberi instruksi
2.6.4.2 SPECIAL CODES AND EMERGENCY MESSAGES
Saat emergency messages diterima, sistem harus memproses dan menampilkan pada
posisi terkait, yang meliputi :
a)7500 (Hijack)
b)7600 (Radio Communication Failure)
c)7700 (Emergency)
Sistem harus menampilkan code reserved for special purposes, seperti A7500, A7600,
A7700, menggunakan juga sinyal suara VSP waktu tertentu untuk aktivasi tersendiri.

Sistem harus mampu untuk menampilkan emergency messages ADS-B, ADS atau
CPDLC yang diterima dari pesawat.
Sistem harus mampu menampilkan last detected position dari special code dan history
dari track gabungan, sampai alert di-acknowledge pada posisi supervisor atau sampai
dengan emergency code berubah menjadi code biasa.
Sistem harus mampu mencetak data-data terkait emergency.
2.6.4.3 SHORT TERM CONFLICT ALERT (STCA)
STCA adalah fitur safety net yang penting dalam ATMAS sebagai fitur pencegah
tabrakan, atau pemberi separation alert untuk pelanggaran terhadap separation minima
baik potensial atau aktual antar pesawat. STCA dapat bekerja antar target yang ada
FPL maupun antar target yang tidak ada FPL
Sistem harus mampu men-generate STCA berdasarkan track, CFL dan
mempertimbangkan informasi status PBN
Sistem harus mampu men-generate alert apabila sistem mendeteksi bahwa pelanggaran
vertical separation minima (adaptable) dan horizontal separation minima (adaptable)
masuk dalam perhitungan pre-determined (adaptable) time period.

Sistem harus mampu untuk mendefinisikan adapted volume dimana fitur STCA akan di-
inhibited.
Sistem harus mampu memproses dan men-generate STCA di dalam ATMAS terhadap
sebuah track berdasarkan heading, speed, altitude/flight level, vertical speed, flight
rules, RVSM status, separation standard of STCA area, dan time (adaptable).

Alert STCA yang dihasilkan harus termasuk indikasi visual dan aural pada workstation
dan kemudian dapat dihentikan dengan sebuah langkah acknowledgement oleh
controller.
Sistem harus mampu menampilkan window khusus STCA untuk menampilkan conflict
traffic.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mampu memproses STCA dengan 2 tahap alert berdasarkan prediksi dan
actual pelanggaran, contoh : Predicted Conflict Alert (PCA) dan Conflict Alert (CA).

Sistem harus didesain untuk mampu dikonfigurasi untuk multiple STCA volume untuk
complex airspace dengan standar separasi yang berbeda sesuai sektor. User dapat
menerapkan sesuai kebutuhan operasional.
STCA inhibition harus mempertimbangkan zona inhibition, SSR code grup, callsign
atau kondisi tertentu sesuai lingkup operasional dan kebutuhan.
Sistem harus mampu dan memiliki frekuensi STCA process cycle tidak boleh kurang
dari 1 kali track update.
2.6.4.4. MINIMUM SAFE ALTITUDE WARNING (MSAW)
Sistem harus mampu men-generate MSAW berdasarkan track yang terdapat informasi
SSR mode C. MSAW akan dihasilkan saat pesawat dengan informasi SSR mode C
terindikasi:
a)Pada kondisi terbang jelajah, ketinggian pesawat lebih rendah dari wilayah MSAW
yang ditentukan (adaptable)
b)Akan memasuki wilayah MSAW dengan rate of descent (adaptable time) tertentu.
c)Akan memasuki wilayah MSAW dengan rate of climb (adaptable time) kurang dari
semestinya.

Sistem harus mampu mendefinisi area dimana MSAW akan di-inhibited.


Alert MSAW yang dihasilkan harus termasuk indikasi visual dan aural pada
workstation dan kemudian dapat dihentikan dengan sebuah langkah acknowledgement
oleh controller.
MSAW inhibition harus mempertimbangkan zona inhibition (contoh : final approach),
SSR code grup, callsign atau kondisi tertentu sesuai lingkup operasional dan
kebutuhan.
2.6.4.5 AREA PROXIMITY WARNING
Sistem harus mampu memberikan alert apabila pesawat akan memasuki Special Use
Airspace/SUA (danger, prohibited, restricted, temporary restricted) baik yang dibuat
secara online maupun offline.
APW volume harus didefinisikan oleh ATM system sebagai area yang memiliki batas
atas dan batas bawah dan memiliki nama khusus.
Sistem harus mengecek flight trajectory apakah ada konflik dengan SUA yang aktif.

Sistem harus mampu mengaktifkan dan menonaktifkan SUA sesuai jadwal yang
ditetapkan.
Sistem harus memiliki opsi pilihan untuk aktivasi, deaktivasi, atau kembali terhadap
SUA yang aktif.
Sistem harus memberikan kemampuan Operational Supervisor untuk mengecek secara
manual apakah suatu volume aktif sebagai SUA atau tidak.
Sistem harus mampu membuat dan menghapus volume secara manual.
APW inhibition harus mempertimbangkan zona inhibition, SSR code grup, callsign
atau kondisi tertentu sesuai lingkup operasional dan kebutuhan
2.6.4.6. APPROACH PATH MONITORING (APM) WARNING
Sistem harus mampu memberikan alert saat pesawat menyimpang dari approach funnel
baik secara lateral maupun vertikal.
Visual dan atau aural alert harus dapat di generate saat pesawat melebihi atau
diperkirakan akan melebihi nilai toleransi penyimpangan
Sistem dapat memproses parameter definisi zona APM minimal:
a)Nama runway dan arah
b)Touchdown point pada runway
c)Perpanjangan horizontal angular dari touchdown point
d)Perpanjangan vertical angular dari touchdown point
e)Jarak dari touchdown point
f)Glide slope elevation
g)APM inhibition zone
Sistem harus mampu memproses APM area dan alert yang dapat dikonfigurasi untuk
lebih dari satu runway.
2.6.4.7. DEPARTURE PATH MONITORING (DPM)
Fungsi DPM adalah untuk memonitor deviasi departure path trajectory baik itu vertikal
maupun lateral terhadap rencana jalur penerbangan.
Sistem harus mampu memberikan warning terhadap deviasi pesawat dari rencana jalur
keberangkatan untuk menghindari accident pada fase departure.
Visual dan atau aural alert harus dapat di generate saat pesawat melebihi atau
diperkirakan akan melebihi nilai toleransi penyimpangan.
Sistem dapat memproses parameter definisi zona DPM minimal:
a)Nama runway dan arah
b)Take off point pada runway
c)Definisi SID
d)Climb gradient
e)End detection point
f)DPM inhibition zone
Section Requirement Compliance Reference Comment
Untuk men-generate warning, dibutuhkan data surveillance, flight plan dan lingkungan
di antaranya adalah:
a)Posisi pesawat
b)Pressure altitude
c)SID
d)Flight rule
e)Concerned controller jurisdiction
f)Departure path definition
g)Look ahead time
2.6.4.8 NO TRANSGRESSION ZONE (NTZ) ALERT
NTZ didefinisikan sebagai koridor airspace antara dua perpanjangan runway centerline
dimana pesawat tidak boleh masuk. Tujuan NTZ alert adalah mengingatkan controller
apabila pesawat akan masuk atau sudah masuk dalam NTZ pada saat final approach.

Sistem harus memberikan warning apabila track pesawat akan masuk dalam NTZ area
dengan setting perhitungan waktu tertentu atau pesawat sudah masuk NTZ dengan
ketentuan sbb:
a)NTZ warning terdiri dari 2 bagian: NTZ pre-warning dan NTZ warning
b)Sistem harus men-generate pre NTZ warning untuk track yang akan memasuki
NTZ area dengan setting perhitungan waktu tertentu
c)Sistem harus men-generate warning apabila pesawat memasuki NTZ area
d)Sistem harus memberikan tanda secara visual dan aural saat pre-warning dan
warning NTZ terjadi serta memberikan kemampuan kepada controller untuk
mematikan dengan cara meng-acknowledge warning.
e)Sistem harus mampu mendefinisikan lebih dari 1 NTZ area, mengaktifkan dan
menonaktifkan secara online
2.6.4.9. MEDIUM TERM CONFLICT DETECTION (MTCD)
Sistem harus mampu menyediakan kemampuan MTCD untuk flight beserta
trajectorynya yang diupdate oleh surveillance sensor.
Sistem harus mengijinkan adaptable separation minima yang berbeda dan look ahead
time untuk diaplikasikan untuk pengecekan konflik dalam volume airspace yang
berbeda.
Sistem harus mampu menyediakan aplikasi separation minima berbasis radar.
Sistem harus mampu menyediakan kemampuan trial planning untuk mengecek
perubahan flight plan tanpa membuat perubahan pada current flight plan.
Sistem harus mampu men-generate MTCD saat flight plan baru atau modifikasi akan
menimbulkan konflik di suatu titik pada rutenya dengan active flight plan lain,
pertimbangan status PBN, RVSM airspace dan juga CTR/TMA airspace.
MTCD harus di-generate pada posisi controller dan asisten yang memiliki kewenangan
suatu sector dan juga ditampilkan pada posisi supervisor.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk perhitungan ulang terhadap prediksi secara
otomatis apabila ada perubahan rute, level ataupun estimate time pada flight plan.

2.6.5 FUNGSI MONITORING AIDS (MONA)


2.6.5.1 CLEARED LEVEL ADHERENCE MONITORING
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan alert pada track label saat
pesawat menyimpang dari cleared flight level dengan nilai melebihi ambang batas yang
ditentukan.
Sistem dapat menampung nilai toleransi perbedaan antara AFL dan CFL untuk
mengurangi gangguan alert.
2.6.5.2. ROUTE ADHERENCE MONITORING (RAM)
Sistem harus dapat memonitor kesesuaian antara trajectory dengan flight route, dan
memberikan alert saat pesawat melakukan deviasi dari rute seharusnya berdasarkan
informasi status PBN.
Sistem harus men-generate visual atau aural warning saat pesawat mengalami deviasi
terhadap trajectorynya dengan nilai toleransi tertentu.
Saat RAM disebabkan oleh flight rute yang tidak sesuai, warning dapat diredam setelah
controller mengganti flight plan route yang sebenarnya dengan menggunakan flight
plan route modification interface yang mudah digunakan (misalnya fungsi graphical re
route).
RAM warning harus di-acknowledge secara manual untuk mematikannya.
RAM route model harus ditentukan lebar koridor dan radius dari waypoint.
Sistem harus didesain untuk mengizinkan definisi parameter route model yang berbeda
untuk setiap rute segment.
2.6.5.3. REDUCE VERTICAL SEPARATION MINIMA (RVSM)
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memproses dan menampilkan RVSM status
sesuai dengan flight plan, operator input data dan coordination messages dengan
mempertimbangkan RVSM airspace.
Volume RVSM airspace harus didefinisikan dalam ATMAS dan pengecekan terhadap
flight plan terutama pada kolom 10 untuk men-generate warning dan menentukan
apakah pesawat RVSM approved ataupun tidak.
Sistem harus men-generate indikasi visual apabila pesawat tidak sesuai dengan
persyaratan RVSM.
2.6.5.4. PERFORMANCE BASED MONITORING (PBN)
Sistem harus mampu memproses dan menampilkan PBN status pada flight plan sesuai
Amandemen I Doc 4444 sesuai input dari operator dan juga coordination messages.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mampu menampilkan warning apabila non PBN flight memasuki PBN
airspace atau PBN rute.
Sistem dapat menentukan prioritas yang berbeda terhadap kemampuan PBN untuk tiap
posisi kerja
Fungsi PBN harus dapat menampilkan indikasi ketidak sesuaian dengan PBN rute
kepada controller saat:
a)PBN rute yang ditentukan system tidak sesuai dengan PBN rute yang ada di flight
plan.
b)Ditampilkan sebelum memasuki segmen PBN rute
c)Dapat dimatikan dan dihidupkan secara offline
2.6.5.5. FLIGHTPLAN CONFLICT PROBE (FPCP)
Sistem harus menyediakan kemampuan FPCP terhadap flight yang tidak diupdate oleh
radar ataupun ADS-B surveillance
Sistem harus menerapkan separation minima lain yang telah diadaptasi dan look ahead
time lain untuk mengecek konflik pada volume airspace yang lain
Sistem harus mampu menyediakan aplikasi non surveillance separation
Sistem harus mampu menyediakan kemampuan trial planning untuk mengecek
perubahan flight plan tanpa perlu mengubah current flight plan
Sistem harus mampu men-generate FPCP saat flight plan baru atau modifikasi
menciptakan konflik di sepanjang rutenya dengan aktif flight plan dengan
mempertimbangkan PBN status, RVSM airspace dan TMA/CTR airspace
FPCP harus di-generate pada posisi controller dan asisten yang memiliki kewenangan
wilayah/ sektor, dan juga ditampilkan pada posisi supervisor
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menghitung ulang prediksi konflik secara
otomatis apabila ada perubahan level, rute dan estimate waktu
Sistem harus mempertimbangkan flight plan yang akan aktif dalam waktu tertentu
(yang dapat dikonfigurasi) kedepan.
Sistem harus melakukan pengecekan trajectory dengan restricted airspace yang aktif.

FPCP harus ditampilkan pada window khusus.


2.6.5.6 AREA NAVIGATION (RNAV) ADHERENCE MONITORING
Sistem harus dapat memonitor trajectory sebuah flight sesuai dengan rute RNAV dan
memberikan warning apabila ada penyimpangan rute.
2.6.5.7 MISS POSITION REPORT (MPR)
Sistem harus dapat memberikan alert pada saat last reported atau estimate time over
berbeda dengan actual time over. Nilai toleransi perbedaan harus ditentukan dalam
sistem.
2.6.5.8 COORDINATION DEVIATION ALERT
Sistem harus mampu memberikan alert apabila terdapat perbedaan antara initial
coordinated data terutama time over TCP dengan data terakhir sebelum pesawat masuk
wilayah 15 menit sebelum boundary. Nilai parameter perbedaan waktu dan waktu
checking dikonfigurasi dalam sistem.
2.6.5.9 SIMILAR CALLSIGN ADVISORY (SCA)
Sistem harus memberikan alert kepada controller saat ada 2 atau lebih pesawat yang
memiliki similar callsign dalam 1 area of jurisdiction
Sistem harus memiliki kemampuan SCA checking rules atau look up table
2.6.5.10 LAST KNOWN POSITION DISPLAY
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan last known position saat track
gabungan terpecah atau ADS-C track dengan critical alert hilang, dan ditampilkan
dengan simbol khusus.
2.6.5.11 SSR INCONSISTENCY WARNING
Sistem dapat memunculkan ASSR Inconsistency Warning saat mode 3/A pada
surveillance data tidak konsisten atau tidak sama dengan SSR code pada flight plan.

2.6.5.12 CORRECTED LEVEL CONTROLLER INFORMATION DISPLAY PROMPT

Sistem dapat menampilkan level mode C atau QNH barometric altitude pada label
dengan jelas.
Saat pesawat dalam QNH area tertentu, sistem dapat melakukan koreksi ketinggian
berdasarkan nilai QNH.
2.6.5.13 ADS-B
Sistem harus mampu memproses dan menampilkan ADS-B status sesuai flight plan
terkait, input data dari operator dan coordination messages dengan mempertimbangkan
ADS-B airspace.
2.6.5.14 SSR CODE DUPLICATION WARNING
Sistem harus memberikan SSR Duplication warning kepada controller apabila terdapat
lebih dari 1 pesawat yang memiliki SSR code yang sama dalam suatu area..

Sistem dapat memberikan suggest SSR code yang tersedia bila ada duplikasi SSR
2.6.5.15 AIDC COORDINATION FAILURE WARNING
Sistem harus memberikan tanda visual kepada controller pada track label dan
electronic strip apabila terjadi kegagalan koordinasi AIDC.
2.6.5.16 SPI INDICATION
Sistem harus memberikan tanda visual kepada controller pada penerimaan informasi
SPI yang dipancarkan oleh pesawat.
2.6.5.17 DOWNLINK AIRCRAFT PARAMETER RELATED WARNING
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus men-generate DAPs related warning, termasuk :
a)24-Bit Code Mismatch Warning
Sistem harus menciptakan warning tersebut dan ditampilkan ke controller apabila
coupled track tidak sesuai dengan code yang tercantum pada kolom 18 flight plan
terkait

b)Callsign Mismatch Warning


Sistem harus menciptakan warning tersebut dan ditampilkan ke controller apabila
coupled track tidak sesuai dengan code yang tercantum pada kolom 7a flight plan
terkait.
c)Predicted Level Mismatch warning
Sistem harus memonitor konsistensi antara Selected Altitude dari pesawat dengan
Cleared Flight Level dari controller, dan menciptakan warning tersebut dan
ditampilkan kepada controller apabila terdapat perbedaan lebih dari nilai batas yang
ditentukan dan ditampilkan secepatnya saat ada perubahan Selected Altitude tanpa ada
perubahan Cleared Flight level.

d)Resolution Advisory (RA) alert indication


Sistem harus memproses, menciptakan dan menampilkan pada track label indikasi RA
pada controller yang bertanggung jawab saat RA report diterima via DAPs. Sistem
harus menyiapkan detail dari RA tersebut
2.6.6 FUNGSI ARRIVAL MANAGEMENT (AMAN)
Sistem harus menyediakan fungsi AMAN
Sistem harus menerapkan fungsi AMAN pada airport yang diadaptasi
Fungsi penting AMAN termasuk flight sequencing, spacing, dan delay advice
a)Fungsi flight sequencing dan spacing
Berdasarkan perhitungan 4D trajectory, AMAN menghitung runway spacing dan
menghitung TLDT serta arrival sequence. Tools menghitung ulang TLDT saat
mendapat ELDT yang baru atau ATC mengeluarkan runway spacing yang baru.
b)Fungsi delay advice
Delay advice dikeluarkan oleh AMAN termasuk re-route, holding, Point merge system
(PMS), dan delay time indication. Sistem memberi delay service yang berbeda
berdasarkan waktu delay.
AMAN dapat berinteraksi dengan sistem ATFM atau CDM untuk pengaturan
keseimbangan antara capacity dan demand dalam volume airspace yang berbeda dan
lingkungan airport. Perhitungan ATFM berdasarkan Doc 9971.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk dapat mengaktifkan dan menonaktifkan
fungsi AMAN oleh user.
Fungsi AMAN harus dapat menentukan jadwal kedatangan beserta delay yang
diperlukan agar kapasitas airport tidak melebihi batas.
Apabila delay departure dapat ditentukan agar sesuai dengan waktu jadwal
kedatangannya, perhitungan departure harus dapat dihitung dan ditampilkan pada
workstation.
Apabila delay enroute dapat ditentukan agar sesuai dengan waktu jadwal
kedatangannya, kebutuhan delay dan di sektor mana yang akan terjadi, harus dapat
dihitung dan ditampilkan pada workstation.
Fungsi Arrival management harus dapat menyajikan timeline, load graph dan flight list.

Sistem harus dapat menyajikan tampilan graphical timeline sesuai perhitungan pada
workstation.
Sistem harus dapat menyajikan tampilan time to gain/loss atau schedule fix crossing
time di smart label.
AMAN harus dapat memproses fungsi arrival management untuk 2 bandara ( Sukarno-
Hatta dan Halim).
AMAN harus menentukan runway untuk sebuah flight secara otomatis (dapat
menentukan runway mana sampai dengan 4 runway).
AMAN dapat menentukan secara dinamis hal berikut :
a)Mengubah flow rate dan spacing
b)Mengatur spacing antar pesawat
c)Mengubah Runway in use
d)Mengubah calculated sequence secara manual
e)Memasukkan (insert) sebuah flight secara manual dalam sequence (departure
dalam radius yang ditentukan)
f)Mengeluarkan sebuah pesawat dari sequence secara temporer atau permanen
g)Meluangkan slot pada sequence tanpa menentukan flight tertentu
h)Menghilangkan departure atau arrival slot pada saat ada perubahan aerodrome atau
di posisi enroute
i)Mengubah penentuan runway untuk mendarat untuk sebuah flight
j)Mengatur balancing penggunaan 2 atau lebih runway in use

AMAN harus mampu menghitung Expected approach time (EAT) apabila terjadi
surveillance failure.
Sistem harus dapat menerima setting untuk measurement point.
2.6.7 FUNGSI DEPARTURE MANAGEMENT (DMAN)
Section Requirement Compliance Reference Comment
DMAN harus memiliki minimal kemampuan untuk memproses:
a)Pengisian TOBT
Saat operator dan stakeholder mengisi sebuah TOBT, ATC dapat mengetahui kapan
pesawat siap untuk pushback
b)Perhitungan TTOT dan TSAT
Apabila TOBT diketahui, DMAN akan menghitung take off time untuk sebuah
pesawat. Apabila tidak ada konflik, TSAT menjadi TOBT. Bila take off time dipakai
oleh flight lain, DMAN akan mengkalkulasi TTOT. TTOT akan dihitung ulang untuk
mendapatkan TSAT.
c)Memperhitungkan CTOT
Bila ground delay diperlukan, Flow Manager akan mengeluarkan CTOT kepada sebuah
pesawat. Hal ini akan menggantikan TTOT sebuah flight dan DMAN akan menghitung
ulang dengan mengurangi taxi time dan pushback time dari TSAT.

DMAN dapat ditingkatkan kemampuannya dengan menambahkan Surface Manager


(SMAN) dengan memberikan taxi time ke DMAN berdasarkan ground sensor.

Sistem harus mampu menyediakan kemampuan DMAN.


Sistem harus memiliki kemampuan untuk dapat mengaktifkan dan menonaktifkan
fungsi DMAN untuk sebuah airport.
Bila DMAN diaktifkan pada sebuah airport, sistem harus menentukan Scheduled off
block time untuk pre-departure flight untuk mengoptimalkan kelancaran departure dan
memenuhi keterbatasan spacing saat bergabung dengan traffic enroute. Output dari
DMAN adalah departure sequencing.
Sistem harus menyediakan scheduled off block time pada posisi tower yang dilengkapi
dengan ATMAS.
Sistem harus mengirimkan off block time pada posisi tower yang tidak dilengkapi
ATMAS.
DMAN harus menentukan runway yang digunakan untuk sebuah flight secara otomatis
(untuk pengoperasian sampai dengan 4 runway)
Fungsi departure management harus mampu menyiapkan timelines, load graph dan
flightlist
DMAN dapat menentukan secara dinamis hal berikut :
a)Mengubah flow rate dan spacing
b)Mengatur spacing antar pesawat
c)Mengubah Runway in use
d)Mengubah calculated sequence secara manual
e)Memasukkan (insert) sebuah flight secara manual dalam sequence
f)Mengeluarkan sebuah pesawat dari sequence secara temporer atau permanen
g)Meluangkan slot pada sequence tanpa menentukan flight tertentu
h)Menghilangkan departure atau arrival slot pada saat ada perubahan aerodrome atau
di posisi enroute
i)Mengubah penentuan runway untuk mendarat untuk sebuah flight

2.6.8 FUNGSI AIR GROUND DATA LINK (AGDL)


a)Kemampuan ini harus menyediakan fungsi service data link melalui data link
provider
b)Sistem harus terhubung dengan pesawat melalui sebuah data link service provider
(DSP)
c)Sistem harus mampu untuk mengirim dan menerima AFN, ADS dan CPDLC
messages sesuai dengan RTCA/DO258A- EUROCAE/ED-100 dan AIDC messages
sesuai APAC ICD
d)Sistem harus termasuk ACARS Convergence Function (ACF) untuk mengkonversi
message antara data ACARS dengan data ADS/CPDLC
e)Sistem harus menyajikan kemampuan kepada ATC sebagai berikut:
i.Tampilan pertukaran berita
ii.Tampilan posisi pesawat dan map
iii.Tools untuk menghitung separasi berdasarkan jarak maupun waktu
iv.Tools untuk mengukur sudut antara pesawat dengan flight path
v.Informasi tentang aircraft flight status
vi.HMI tool untuk menyusun ADS dan CPDLC message
vii.Alert untuk kondisi tertentu
viii.Electronic strip , dan paper strip bila diperlukan
ix.Tampilan emergency status
x.Informasi lain sesuai kebutuhan operasional
2.6.8.1 CONTROLLLER PILOT DATALLINK COMMUNICATION (CPLDC)
Sistem harus mampu berkomunikasi dengan protokol CPDLC
Downlink CPDLC message harus mampu ditampilkan kepada controller
Tool harus dapat disiapkan untuk dapat merespons CPDLC message dengan mudah

CPDLC position report harus dapat ditampilkan apabila tidak ada ADS report
Sistem harus mampu untuk memutus CPDLC connection dengan pesawat
Sistem harus mampu untuk mengijinkan transfer CPDLC antar sektor tanpa mengubah
CPDLC link
Sistem harus mampu memproses message sesuai standar FANS 1/A operation manual
maupun free text
Sistem harus mampu mengijinkan controller untuk mereview uplink messages sebelum
dikirim
Sistem harus memproses messages sesuai prioritas
Section Requirement Compliance Reference Comment
Messages yang mempunyai prioritas yang sama ditangani berdasarkan waktu
penerimaan
Controller harus diberikan alert untuk berita yang gagal diterima dan membutuhkan
respon segera dalam sebuah Message Assurance Failure (MAF)
Sistem harus mampu mengijinkan controller untuk mengirim response message sesuai
dengan response number yang diterima
CPDLC dialog tidak boleh diakhiri sampai dengan respon penutupan diterima sesuai
dengan reference number
Saat message respon closure dikirim, dialog ditutup dan sistem harus mereject semua
usaha untuk mengirim lagi response message.
System berkemampuan menutup CPDLC dialog, independen dengan CPDLC closure
message receipt.
Sistem harus mampu untuk mengirim CPDLC secara lebih sering melalui interface
menggunakan track label gabungan
Sistem harus mampu menampilkan aircraft data dari ADS dalam standard atau
extended track label
Sistem harus mampu menampilkan bentuk simbol yang berbeda yang menandakan
pesawat memiliki kemampuan ADS/CPDLC dan sedang dalam komunikasi dengan
ACC
Sistem harus mampu mengijinkan operator untuk memisahkan informasi arah, speed
dan vertical speed yang diterima secara otomatis dari ADS
Sistem harus mampu untuk mengirim message ke pesawat tentang tindakan yang
diambil oleh controller
Sistem harus mampu untuk menampilkan outbox message list CPDLC message yang
belum terkirim untuk menjawab berita dari pilot
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan communication failure
message, saat sebuah expected downlink message tidak diterima
Sistem harus menyiapkan fungsi berikut untuk CPDLC data processing:
a)Menampilkan CPDLC position report dan flight data
b)Menampilkan CPDLC dialog window
c)Menentukan apakah pesawat memasuki CPDLC area berdasar informasi rute
d)Mengijinkan inisiasi CPDLC connection (logon) secara otomatis atau manual oleh
pilot atau oleh controller
e)Menerima dan memproses CPDLC downlink message, mengirimkan CPDLC
uplink messages dan mengelola message status
f)Mengijinkan untuk mencari CPDLC historical message dan menampilkan secara
kronologis
g)Memberikan tanda ke controller pada kasus: pengiriman correct message dan
penerimaan, manual operation dan keberhasilan logon

2.6.8.2 PRE DEPARTURE CLEAREANCE(PDR)/DEPARTURE CLEARANCE (DCL)

Semua kebutuhan harus sesuai dengan Global Operational Data Link Document
(GOLD)
Sistem harus menyediakan kemampuan kepada tower yang dilengkapi ATMAS untuk
membuat dan mengirim pre-departure clearance ke pesawat
2.6.8.2.3.Sistem dapat memberikan fungsi DCL sebagai berikut:
a)Menerima, memproses dan mengirim DCL message (ARINC 623, EUROCAE ED-
85A dsb).
b)Mengidentifikasi dan memproses RCD message, dan otomatis mengirim error
message ke controller dan menyarankan penyampaian clearance dengan suara bila
RCD message invalid.
c)Menggabungkan RCD message dengan flight plan yang cocok berdasarkan
callsign, departure airport, landing airport, dam otomatis membalas dengan FSM
message .d)Secara
otomatis mengirim CLD message berdasarkan correlated FDR dan input data secara
manual dan melakukan pengecekan synthetic dan semantic.
e)Mengecek kesesuaian antara CDA dan CLD message.
f)Mampu menampilkan informasi RCD, termasuk callsign, SSR code, CLD
processing identification, dan dapat mengedit dan mengirim CLD message.
2.6.8.3 DATALINK AUTOMATED TERMINAL INFORMATION SERVICES (D-
ATIS)
Sistem harus menyediakan kemampuan D-ATIS pada posisi tower yang dilengkapi
dengan ATMAS.
Sistem harus menyediakan kemampuan kepada personil tower untuk memasukkan data
ke D-ATIS.
Sistem harus mampu mengirim data text D-ATIS ke pesawat apabila diminta melalui
Data Link Service Provider.
Sistem harus mampu mengubah text D-ATIS menjadi suara dan untuk selanjutnya
dipancarkan melalui pemancar radio ATIS ke pesawat
2.6.8.4 D-VOLMET
Sistem harus mampu menyediakan kemampuan D-VOLMET
Sistem harus menyediakan kemampuan kepada personil tower untuk memasukkan data
ke D-VOLMET
Sistem harus mampu mengirim data text D-VOLMET ke pesawat apabila diminta
melalui Data Link Service Provider.
Sistem harus mampu mengubah text D-VOLMET menjadi suara dan untuk selanjutnya
dipancarkan melalui pemancar radio ke pesawat.
2.6.8.5 ADS-C
Sistem harus mampu menginisiasi periodic, event dan demand contract.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus dapat mensupport sebuah demand, sebuah event dan sebuah periodic
contract secara simultan dengan tiap pesawat.
Sistem harus melakukan cek validasi terhadap data yang masuk berdasar data flight
plan yang berkaitan dengan waktu, ketinggian, arah dan posisi.
Sistem harus mampu memproses ADS report yang menampilkan posisi pesawat, track
dan ketinggian. Antar ADS report, posisi pesawat harus dapat diperkirakan dan
ditampilkan secara otomatis dengan interval tertentu.
Referensi data report ADS harus dapat disajikan ke controller bila diperlukan dan tipe
ADS contract berdasar referensi dari dokumen ICAO 9694 dan 9880.
Urutan ADS messages yang diproses yaitu:
a)ADS emergency mode
b)Demand/event report
c)Periodic report
Message harus ditangani sesuai urutan waktu penerimaan data
Data error berikut harus diberitahukan kepada controller:
a)Message validation error
b)Message sequence error berdasarkan timestamp
c)Time out of ADS report in response of request
d)Periodic dan waypoint event report failure
Pemrosesan data ADS-C adalah sebagai berikut:
a)Sistem secara otomatis menentukan apakah pesawat masuk ADS-C area
berdasarkan informasi rute.
b)Koneksi ADS-C dapat diinisiasi oleh pilot atau controller.
c)Sistem menerima dan memproses ADS-C messages, termasuk periodic contract,
event contract, emergency, current location dan sebagainya.
d)Update sistem dan penanganan ADS-C track dari ADS-C messages yang diterima.

2.6.8.6 NOTIFICATION OF ERROR MESSAGE


Sistem harus mampu melaksanakan Cyclic Redundancy Check (CRC) di tiap message.

Sistem harus mampu memverifikasi format dan cek validitas untuk tiap message.
Notifikasi harus diberikan kepada controller bila sistem mendeteksi hal berikut:
a)Message error
b)Message sequence error
c)Duplicate message identification number
d)Message non delivery
e)Respon yang diharapkan tidak diterima

Sistem harus memiliki kemampuan menampilkan ADS atau CPDLC emergency


message yang diterima dari pesawat yang dilengkapi ADS/CPDLC.
2.6.8.7 TIMESTAMP AND TIMER
CPDLC dan AIDC message harus diberikan time stamp.
Sistem harus memonitor waktu respon pesawat dalam waktu yang telah ditentukan.
Timer umumnya berdasarkan kebutuhan operasional setiap ATMAS.
Timer untuk kebutuhan koneksi CPDLC dan AIDC akan diatur berdasarkan
kesepakatan bilateral dengan adjacent ATMAS.
Timer file harus diberikan dalam sistem untuk:
a)Timeout setting untuk delayed response.
b)Timing untuk memulai operasi ADS/CPDLC untuk:
i.Connection request (CR)
ii.ADS periodic, event dan demand request
iii.Automated transfer untuk koneksi kepada ATC specialist berikutnya
iv.Mengirim Next Data Authority (NDA) message
v.Mengirim AFN Contact Advisory (FN_CAD) minimal 30 menit sebelum FIR
boundary message
vi.Mengirim End Service message sebelum pesawat melintasi FIR boundary
(misalnya 5 menit sebelum)
vii.Timer untuk trigger dalam pengiriman AIDC message
viii.Timer untuk pengiriman ulang message saat tidak menerima balasan dalam waktu
tertentu
2.6.8.8 FUNGSI AFN LOGON
Fungsi AFN Logon memberikan informasi yang diperlukan agar komunikasi ADS dan
CPDLC dapat terjalin antara sistem dengan avionik pesawat untuk:
-Logon
-Meneruskan informasi logon ke ATMAS berikutnya
Kapasitas yang dibutuhkan untuk AFN logon akan ditentukan sesuai kebutuhan
operasional, perkiraan jumlah pesawat di peak hour dan antisipasi pertumbuhan FANS
traffic
Sistem harus mampu untuk menerima atau menolak permintaan AFN logon
Sistem harus memiliki kemampuan untuk meng-correlate secara otomatis AFN logon
data dengan flight plan pesawat
Workstation harus mampu menampilkan data-data berikut:
a)Alamat dan versi dari aplikasi pesawat bila dibutuhkan
b)Response dari pesawat dengan dilengkapi timestamp
c)Status korelasi pesawat dengan flightplan yang tersimpan
d)Indikasi Diterima atau Ditolak pada logon request
Saat pesawat mengirim FN_CON message yang dilengkapi versi dan mendukung
aplikasinya, ATMAS sistem respon harus memberi indikasi bila juga support versi
tersebut atau tidak support
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mampu mengirim Acceptance message atau Rejection message disertai
alasan yang tepat.
Sistem logon addressing harus bisa dikonfigurasi (configurable).
Detail kemampuan fungsi DataLink Initiation Capability (DLIC) dijelaskan pada
dokumen ICAO Doc 9694 Part II.
2.6.9 FUNGSI ATS INTERFACILITY DATA COMMUNICATION (AIDC)
a)Sistem harus dilengkapi dengan AIDC yang berfungsi untuk pertukaran data
dengan adjacent unit/FIR.
b)Fungsi-fungsi yang ada di AIDC harus sesuai dengan dokumen berikut:
i.APAC regional ICD for AIDC
ii.ICAO Doc 4444
2.6.9.1 PENGIRIMAN DAN PEMROSESAN DATA AIDC
Sistem harus mampu memproses berita AIDC diantaranya ABI, CPL, EST, MAC,
CDN, ACP, REJ, TOC, AOC, EMG, MIS, LAM dan LRM.
Sistem harus mampu dikonfigurasi sesuai kebutuhan dan kesepakatan dengan adjacent
unit/FIR.
Sistem harus mampu mengirim AIDC secara otomatis dan mampu memproses secara
otomatis berita yang diterima.
Sistem harus mengirim secara otomatis ABI, EST, PAC sesuai dengan kondisi AIDC
handover dan status flight plan. Sistem disarankan untuk mengirim TOC dan EST
secara manual dalam kasus tertentu. FDO mampu untuk memproses error dan
irrelevant message secara manual.
Untuk berita yang tidak lolos syntactic dan semantic check, sistem harus mengirim
message ke controller untuk diproses secara manual.
Sistem harus memproses AIDC messages dalam window tersendiri dan window
tersebut dapat diatur untuk ditampilkan atau disembunyikan.
Sistem harus memberikan alert kepada controller bila pengiriman AIDC message tidak
berhasil karena kegagalan komunikasi, penolakan oleh adjacent unit/FIR, atau
kegagalan karena response melewati waktu yang telah ditentukan.
Alert untuk sukses atau gagal pengiriman message harus ditampilkan pada EFS, track
label, ataupun window tersendiri.
Pertukaran CDN message memiliki opsi ACP, REJ, CDN untuk menjawab berita
AIDC.
2.6.9.2 AIDC HANDOVER
Sistem harus mampu memulai AIDC hand over secara otomatis disesuaikan dengan
parameter yang ditentukan diantaranya lewat point, ketinggian, waktu, adjacent unit
dan sebagainya.
Sistem harus mengijinkan controller untuk melakukan handover secara manual.
2.6.9.3 AIDC COORDINATION PROCESS
Fase dalam AIDC proses yaitu:
a)Notification phase
b)Coordination phase
c)Transfer of control phase
Sistem harus mampu memproses AIDC message apabila TCP berupa waypoint atau
berupa koordinat
Contoh Prosedur sederhana proses AIDC dapat dilihat pada gambar berikut:
Sistem harus mengupdate status flight saat fase koordinasi AIDC.
Sistem harus mengupdate flight plan dengan cleared flight profile setelah proses
koordinasi selesai.
Sistem harus memberikan alert apabila koordinasi dengan adjacent unit/FIR tidak
berhasil dengan parameter waktu tertentu sebelum ETO boundary, ETD dan
sebagainya
2.6.10 SWIM (SYSTEM WIDE INFORMATION MANAGEMENT)
2.6.10.1 FIXM (FLIGHT INFORMATION EXCHANGE MODEL)
Sistem dapat menerima dan mengirimkan data penerbangan dalam format FIXM versi
4.2 atau yang terbaru beserta extension untuk wilayah Asia Pasifik.
Sistem dapat mengidentifikasi kesalahan atau memverifikasi data FIXM.
Sistem dapat menolak data FIXM yang mengandung kesalahan (format, content)
setelah diverifikasi.
Sistem dapat menampilkan data FIXM yang ditolak pada posisi FDO.
Sistem melakukan pembaruan data penerbangan sesuai data FIXM yang diterima.
Pembaruan data yang terjadi akan mengupdate seluruh tampilan data penerbangan
terkait.
Sistem tidak melakukan pembaruan data ketika menerima data FIXM terkait track
update (posisi 4D) jika data penerbangan yang berstatus aktif pada sistem. Dalam hal
ini sistem akan menggunakan hasil kalkulasi data sistem sendiri.
Sistem mengirimkan setiap pembaruan data penerbangan yang berstatus aktif pada
sistem melalui jaringan SWIM sesuai kalkulasi sistem dengan format FIXM.
2.6.10.2 AIXM (AERONAUTICAL INFORMATION EXCHANGE MODEL)
Sistem dapat menerima data penerbangan dalam format AIXM versi 5.1 atau yang
terbaru beserta extension untuk wilayah Asia Pasifik.
Sistem dapat mengidentifikasi kesalahan atau memverifikasi data AIXM.
Sistem dapat menolak data AIXM yang mengandung kesalahan (format, content)
setelah diverifikasi.
Sistem dapat menampilkan data AIXM yang ditolak pada posisi FDO.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Data AIXM yang tidak mengandung kesalahan ditampilkan pada posisi Manager
Operasi.
Sistem dapat memperingatkan ketika terdapat data AIXM baru yang diterima.
Data AIXM ditampilkan pada window khusus untuk data AIXM.
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk melakukan validasi.
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk menambahkan informasi atau
keterangan pada data yang divalidasi.
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk mendistribusikan data AIXM ke sektor
yang dipilih.
Untuk data AIXM yang berkaitan dengan map (data koordinat), sistem dapat membuat
data map sesuai data AIXM tersebut.
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk melihat hasil data map yang dibuat
pada map viewer.
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk menambahkan informasi atau
keterangan pada map tersebut
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk mendistribusikan data map tersebut ke
sektor yang dipilih.
2.6.10.3 IWXXM (ICAO METEORLOGICAL INFORMATION EXCHANGE MODEL)
Sistem dapat menerima data penerbangan dalam format IWXXM versi 2021 - 2 atau
yang terbaru untuk wilayah Asia Pasifik.
Sistem dapat mengidentifikasi kesalahan atau memverifikasi data IWXXM.
Sistem dapat menolak data IWXXM yang mengandung kesalahan (format, content)
setelah diverifikasi.
Sistem dapat menampilkan data IWXXM yang ditolak pada posisi FDO.
Data AIXM yang tidak mengandung kesalahan ditampilkan pada posisi Manager
Operasi.
Sistem dapat memperingatkan ketika terdapat data IWXXM baru yang diterima.
Data AIXM ditampilkan pada window khusus untuk data IWXXM.
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk melakukan validasi.
Sistem memungkinkan Manager Operasi untuk mendistribusikan data IWXXM ke
sektor yang dipilih.
2.6.10.4 FLXM (optional)
2.6.11. FUNGSI AERONAUTICAL AND METEOROLOGICAL INFORMATION
PROCESSING
Sistem dapat menerima, memproses, dan menampilkan informasi meteorologi
termasuk GRIB, QNH, dan data cuaca. Informasi ini harus dapat diproses atau
diterapkan pada surveillance data dan FDP.
Sistem dapat memproses GRIB message yang berisi angin dan suhu di lapis atas untuk
perhitungan estimasi flight profile.
Sistem dapat mengambil dan memproses QNH yang didapat dari METAR dan SPECI
secara otomatis.
Sistem harus dapat menerima, memproses dan menampilkan data meteo yang didapat
dari AFTN/AMHS berupa:
a)Informasi Meteorologi : MET data berupa METAR, SIGMET, AIRMET, SPECI,
TAF, dan Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) forecast.
b)Aeronautical information : NOTAM
MET data umumnya diterima setiap 30 menit (METAR) dan 6 jam (VAAC forecast).

Apabila MET data tidak diterima setiap 30 menit, sistem harus memberikan warning
dan mengirimkan message ke supervisor mengenai hal ini dan menggunakan data yang
terakhir yang diterima.
Sistem harus mampu untuk:
a)Input dan display nilai QNH
b)Mengecek MET data untuk format dan syntax error
c)Menampilkan dan memodifikasi aeronautical information
d)Menampilkan dan memodifikasi MET data
e)Mengidentifikasi dan menentukan MET data berdasarkan tipe data dan area of
validity
f)Membuat dan menampilkan informasi umum yang digunakan untuk controller
g)Membuat free text (tanpa format khusus sampai dengan 1800 karakter) untuk
dikirimkan lewat AFTN/AMHS
h)Menampilkan data dari radar cuaca
i)Menampilkan informasi cuaca high intensity, low intensity apabila informasi ini
tersedia, yang menunjukkan weather intensity level
j)Data-data cuaca lain
k)Tampilan traffic harus tetap terlihat dengan jelas di layar meskipun semua data
cuaca tertampil di layar.

2.6.12. FUNGSI VARIABLE SYSTEM PARAMETER


Sistem dapat mengelola variable system parameter melalui system maintenance yang
diatur oleh sistem specialist atau teknisi otomasi.
2.6.12.1 TIPE SYSTEM PARAMETER
Sistem harus dapat mengadaptasi system functional parameter untuk semua fungsi
yang ada
Adaptasi parameter lebih diutamakan kepada sistem manajemen berbasis software code
misalnya pre-set file
Section Requirement Compliance Reference Comment
Parameter tersebut didesain untuk mengakomodir kebutuhan di masa depan agar tidak
overload
Adaptasi parameter berorientasi kepada kebutuhan operasional diantaranya:
a)Parameter basic: airspace, sector, posisi, rute, QNH area dan sebagainya
b)Parameter Surveillance data: source parameter, fusion parameter dan sebagainya
c)Parameter Flight data: message processing dan transmission rules, SSR code
allocation rules, parameter FDR dan sebagainya
d)Parameter system interface: konfigurasi interface
e)Parameter HMI: parameter sektorisasi, format EFS dan paper strip, CFL pop up
value, system map dan sebagainya
f)Parameter alert: definisi warning dan inhibition area, parameter warning condition,
dan sebagainya
g)Parameter maintenance lainnya: parameter recording, warning messages, error
messages, dan sebagainya

2.6.12.2 MANAGEMENT SYSTEM PARAMETER


Sistem harus mendukung graphical user interface tool, seperti DBMS (Database
Management System) untuk melakukan establish, delete, modify, display release, dan
validate online/offline system parameter.
DBMS tool harus mendukung cek akurasi, memberikan tanda error dan referensi
berdasarkan parameter format, panjang character, dan setting lain untuk memastikan
keakuratan parameter tersebut.
Sistem harus memiliki fungsi fallback, bila langkah setting parameter terjadi kesalahan,
dapat menuju langkah sebelumnya untuk perbaikan
2.6.12.3 AKTIVASI SISTEM PARAMETER
Untuk memberikan keseimbangan antara efisiensi dan safety, sistem harus dapat
melakukan 2 langkah aktivasi berikut:
a)Online generate: untuk parameter yang diijinkan untuk mengkonfigurasi, memilih,
dan memvalidasi secara online, tanpa melakukan restart system
b)Offline generate: untuk parameter yang akan dijalankan setelah restart seluruh
sistem atau sistem modul tertentu
Sistem harus menyediakan GUI untuk melakukan establish, delete, modify, display,
release, dan validate secara online/offline parameter dilengkapi dengan verifikasi
password
Sistem harus mampu melakukan syntactic dan semantic check dan memberikan error
message untuk membantu koreksi data operator
2.6.13 FUNGSI HUMAN MACHINE INTERFACE
a)Desain HMI harus mempertimbangkan operasional harian ATC agar interface
dapat digunakan dengan mudah untuk melakukan pemanduan secara efektif dan
efisien.
b)Secara umum, desain HMI harus mengakomodir pemanduan secara aman,efisien
dan berkelanjutan dengan berprinsip pada:
i.Presentasi data air traffic yang akurat
ii.Presentasi data air traffic data yang tepat waktu
iii.Pengecekan validitas data secara otomatis termasuk input operator
iv.Opsi input otomatis terbatas untuk valid data selection
v.Dapat menginput data dengan berbagai metode (keyboard, mouse, number pad dan
sebagainya)
c)Data akan ditampilkan dengan jelas untuk mencegah kebingungan dan salah
pengertian terhadap isi,arti dan pentingnya data yang ditampilkan.
d)Sistem yang berada dipasang di tower memiliki kemampuan dan HMI yang sama
dengan di APP/ACC meskipun memiliki bentuk fisik yang berbeda.
e)Sistem harus memiliki kemampuan untuk setting kemampuan display terhadap set
yang dipilih.
f)Agar mudah digunakan, fungsi HMI minimal sebagai berikut :
i.Memberikan fungsi dan interface grafis untuk posisi yang berbeda seperti : posisi
supervisor, posisi controller, posisi FDO dsb.
ii.Memberikan mode posisi berbeda (normal, degraded, bypass dan mono) bila
diperlukan.
iii.Memberikan mode user secara bervariasi (operational,free, shadow dan replay)
bila diperlukan.
iv.Memberikan konfigurasi HMI secara lengkap, termasuk track display, HMI layout,
menu setting, management warna, fungsi mouse dan keyboard, management map dan
sebagainya.
v.Memberikan interface operasional untuk modifikasi flight plan dan
control/manajemen terhadap on screen information.
vi.Memberikan warning yang berhubungan dengan HMI.
2.6.13.1 PREDICTION POSITION INDICATOR
Tampilan grafis predicted position harus ditampilkan sebagai gambar vektor baik
berdasarkan flying time ataupun jarak terserah pilihan controller dan dipilih dalam
sebuah fungsi.
2.6.13.2. FUNCTIONAL CONTROL
Sistem harus memiliki kemampuan untuk cancel atau delete sebelum mengeksekusi
perintah pada semua input action yang dipilih.
2.6.13.3. RADAR COVERAGE DIAGRAM AND COLOR ASSIGNMENT
Posisi Supervisor harus memiliki kemampuan untuk memilih dan mengubah warna
untuk diterapkan pada tampilan dan tanpa mengganggu jalannya operasional.
Sistem harus mampu memberikan fungsi pemilihan intensitas warna di setiap
workstation.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mampu menampilkan coverage diagram untuk setiap surveillance sensor
dan resultant coverage diagram untuk semua surveillance sensor dengan warna tertentu
pada pada posisi controller
Coverage diagram harus dapat diatur dan menampilkan jangkauan secara teoritis untuk
ketinggian 5000 feet, 10.000 feet, 20.000 feet untuk setiap azimuth. Area yang tidak
tercover surveillance harus memiliki warna khusus.
Sistem harus memiliki warna yang berbeda untuk setiap kondisi penerbangan dan
tertampil di ASD dan warna tersebut dapat dikonfigurasi. Standar warna yang dipakai
secara detail tertuang dalam Appendix A
2.6.13.4. SCREEN ANNOTATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat dan menampilkan di ASD 16 grafik
annotation, dan setiap annotation memiliki area, text dan warna tertentu
Sistem harus mampu meneruskan annotation ke workstation lain dan menghapus
annotation yang telah tertampil
2.6.13.5 WINDOW PRESENTATION
Workstation harus mampu mengelola semua informasi yang tertampil ke dalam
window tertentu sesuai kategori seperti surveillance data, flight data, alert, status,
perintah dan sebagainya dan window tersebut harus dapat dipilih, diatur besar kecilnya
dan dipindah pindah posisinya oleh controller
Sistem harus dapat menampilkan multiple window sesuai kategori pada setiap
workstation
Sistem harus mampu menampilkan 3 ASD window pada posisi controller workstation
dan memiliki kemampuan untuk ukurannya dapat diatur (resize), zoom dan pan

Sistem harus mampu memberitahukan informasi penting siap untuk ditampilkan pada
window yang sedang di minimize atau inactive
2.6.13.6 SYSTEM WINDOW STATUS
Sistem Status Window harus menampilkan informasi sebagai berikut:
a)Jam dan tanggal
b)Display range yang dipilih
c)Filter ketinggian
d)Pilihan SSR block code
e)Controller Jurisdiction Symbol (CJS) designation
f)Normal atau DSA mode
g)Magnetic Variation
h)Pilihan Label Line
i)Definisi Posisi sector
j)Fungsi sistem yang tersedia, termasuk fungsi safety
k)Informasi sistem status termasuk device failure

2.6.13.7 INFORMATION WINDOW


Sistem harus mampu menampilkan informasi berikut:
a)Aeronautical/Meteorological Information: NOTAM, METAR, SIGMET,
AIRMET, SPECI dan TAF
b)Informasi Umum (General Purpose Information)
c)Nilai QNH untuk bandara dan area
2.6.13.8 MESSAGE WINDOW
Sistem harus mampu menampilkan pending coordination messages antar fasilitas dan
sector
Sistem harus mampu untuk mencatat semua kegiatan koordinasi meskipun interface
antar sistem tidak bekerja
Sistem harus mampu menampilkan alert saat respons terhadap coordination message
tidak diterima
Sistem harus mampu menampilkan coordination message diterima sampai dengan
operator mengirim jawaban yang tepat
Sistem harus mampu menampilkan history coordination message
2.6.13.9 GAMBAR (IMAGES)
Main surveillance window harus mampu menampilkan gambar geo-referenced yang
mewakili informasi meteo sebagai sebuah overlay yang diatur oleh operator (terdapat
fungsi enable maupun disable)
2.6.13.10. ELEMENT SURVEILLANCE DISPLAY
Sistem harus memiliki fungsi seleksi untuk menampilkan semua plot ADS-B, MLAT,
ADS-C, PSR, maupun MSSR berdasarkan lokasi masing-masing surveillance yang
terhubung ke system
Tampilan grafis sebuah track harus termasuk sebuah simbol yang berada pada posisi
pesawat berada, sebuah label, tiang label (label leader), vektor kecepatan yang dapat
diatur dan titik-titik history yang jumlahnya dapat diatur
Sistem harus mampu menampilkan posisi track secara akurat yang dibuat dan diupdate
berdasarkan hasil dari surveillance source
Workstation harus memiliki kemampuan untuk me enable dan disable secara manual
tampilan data posisi track pesawat termasuk history berdasar track
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memproses dan menampilkan:
a)SSR code atau callsign saat digabung dengan flight plan
b)Flight level/altitude berdasarkan SSR mode C atau surveillance information
c)Heading dan ground speed
d)Altitude indicator contoh climb, descend atau jelajah.
Sistem harus mampu untuk menghitung dan menampilkannya perkiraan posisi semua
track yang dipilih oleh controller
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus menampilkan elemen berikut:
a)Map information
b)Range rings
c)Time
d)ASD range yang dipilih
e)Controller Jurisdiction Indicator
f)Indikasi Handoff
g)Range/ bearing line (cursor)
h)Tanda ketika ASD tidak mendapat update
i)Tampilan mode/surveillance sensor yang dipilih
j)Special code
k)STCA
l)MSAW
m)MTCD
n)CLAM
o)DAIW
p)RAM
q)RAIW
r)Track information termasuk:
•Position symbol
•Track history information
s)Label information
Critical information terkait tampilan special code, STCA, MSAW, MTCD, CLAM,
APW data atau informasi lainnya harus ditampilkan secara jelas dan tidak ambigu.

Sistem harus dapat diatur tampilan informasinya dalam tipe layout yang berbeda
berdasarkan detail informasinya sesuai kebutuhan operasional
Sistem harus mampu mendukung perubahan data pada label diantaranya adalah
modifikasi CFL, permintaan handover dan penerimaannya, modifikasi Runway, alokasi
STAR dan sebagainya
2.6.13.11 SIMBOL SURVEILLANCE DATA POSITION
Simbol yang berbeda harus digunakan untuk menandakan PSR plot, SSR plot,PSR
track,SSR track, PSR/SSR track, MSSR track, ADS-B track, ADS-C track, MLAT
track, Flight plan track, dan kombinasinya. Simbol dapat dikonfigurasi dan ketentuan
simbol standar diatur pada Appendix B
2.6.13.12 HISTORY INFORMATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk men enable atau disable informasi history
untuk tiap ASD, minimum 10 dot trail
Sistem harus mampu untuk memilih jumlah history position
2.6.13.13. DISPLAY RANGE
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memilih jangkauan untuk setiap ASD
2.6.13.14 RANGE RINGS
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan range ring yang dipilih secara
individual di setiap ASD dan lingkaran tersebut berpusat pada surveillance sensor yang
dipilih serta nilai range ring dapat dipilih (contoh: 5 NM , 10 NM, 50 NM atau dapat
dikonfigurasi)
2.6.13.15 QUICK LOOK
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan semua track dan label
melalui fungsi individual quick look
b)Fungsi quick look harus dapat menampilkan label track data dengan membypass
semua local filter
2.6.13.16. QUICK SEARCH
Sistem harus memiliki fungsi quick search untuk mencari track yang lengkap atau
sebagian data seperti callsign, SSR code, DEP/ARR airport atau informasi lain. Track
yang sesuai akan di highlight
2.6.13.17 RANGE BEARING LINE (RBL)
Setiap ASD harus memiliki kemampuan menampilkan minimal 10 range/bearing line,
yang memiliki fungsi:
a)Menampilkan jarak antara 2 titik
b)Menampilkan jarak antara 2 target
c)Menampilkan jarak antara sebuah titik dengan sebuah target.
Bearing range line menampilkan:
a)Waktu (waktu untuk mencapai sebuah titik di ujung garis)
b)Jarak
c)Bearing
2.6.13.18 SMART LABEL
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan tiga tipe label:
a)Standard Label - berisi minimal track/flight plan information
b)Extended Label - aktif bila kursor ada diatasnya
c)Selected Label - sama dengan extended tetapi dengan interaksi dengan kolom
Sistem harus memiliki kemampuan label auto-offset
Sistem harus mampu melakukan reposisi label baik secara manual atau auto-offset
sesuai pilihan controller
Sistem harus memiliki kemampuan untuk enable dan disable auto-offset
Section Requirement Compliance Reference Comment
Data data yang harus tertampil dalam label:
a)SSR code
b)Mode C flight label/altitude
c)Altitude indicator (climb, descend, level flight)
d)Tipe pesawat beserta wake turbulence category
e)Controller Jurisdiction Indicator
f)Perhitungan ground speed (dalam puluhan knots)
g)Cleared Flight Level
h)Quality factor
i)ADS data
j)Coordination data
k)Free text, input secara manual
l)Alert/Warning
m)DAPs
n)Kemampuan PBN berdasarkan flight plan
Perhitungan vertical speed harus tertampil saat pesawat melakukan proses climb atau
descend
Sistem harus mengkonversi bearing RBL dari target menuju suatu titik assign heading
di dalam datablock
Antara label dengan EFS harus terdapat indikator koordinasi untuk menandakan
penyelesaian koordinasi
2.6.13.19 CONTROLLER JURISDICTION INDICATOR
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan nama sektor yang memiliki
jurisdiksi terhadap sebuah track
Sistem harus menyiapkan indikator jurisdiksi yang terpisah saat menentukan adaptasi
data
CJI harus tertampil bersamaan dengan fungsi handoff
Sistem harus menampilkan track yang akan di handoff dengan tampilan warna label
yang berbeda
2.6.13.20 SPECIAL POSITION INDICATOR
Sistem harus menampilkan aktivasi SPI menggunakan indikasi khusus (seperti simbol
blinking atau border label blinking, atau indikasi lainnya yang tidak menggangu atau
menimbulkan kesalah pahaman controller)
2.6.13.21 TRACK/LABEL FILTER
Sistem harus menyediakan fungsi filter track dan atau label
Sistem harus memfilter track berdasarkan batas atas atau batas bawah level atau
berdasarkan SSR code
Hal berikut dapat mengesampingkan filter:
a)Track yang ada dalam yurisdiksi
b)Track dengan kondisi khusus
c)Track yang sedang dalam kondisi quick look
d)Track yang sedang dalam kondisi handoff
e)Track yang tidak memiliki data valid mode C
f)Track yang dipilih untuk ditampilkan oleh controller
g)Track tidak disuppressed dalam MSAW, STCA, MTCD, CLAM, RAM, APW
alert
h)FPCP yang dapat diaktifkan atau non aktif
i)Pencarian track label berdasarkan ACID.
ASD harus mampu menampilkan pemilihan batas ketinggian filter
Sistem harus mampu untuk enable/disable volume yang diadaptasi dimana track yang
dideteksi tidak akan tertampil saat posisi disable
Sistem harus mampu menentukan kode khusus atau grup kode untuk difilter
tampilannya
Sistem harus mampu untuk enable dan disable tampilan flightplan track lewat HMI
2.6.13.22 MAPS
Sistem harus mampu memilih dan preset map data di setiap ASD
Map yang tertampil harus memiliki isi tampilan grafis minimal:
a)FIR border
b)Lateral limit sector
c)Terminal control areas
d)Control Zone
e)Traffic information zone
f)Airways dan ATS route
g)Restricted areas
h)Aerodrome Traffic Zone
i)Instrument Landing System (ILS)
j)Runway
k)Extended Runway Centerline
2.6.13.23 MAPS DISPLAY
Sistem harus mampu melakukan definisi system map secara offline, pembuatan local
map oleh individual controller secara online, pembuatan global map,temporary
restricted/ danger area map, dan sebagainya secara online oleh posisi supervisor
Pembuatan local map dapat dibuat pilihan untuk distribute all dan distribute untuk
CWP tertentu
Pembuatan global map, temporary restricted/ danger area map secara online harus
mampu di save dan restore secara otomatis pada saat restart sistem
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mengijinkan pembuatan map dengan metode:
a)Secara digital menggunakan mouse (dengan mode pilihan bentuk tertentu contoh :
lingkaran, arc, dsb)
b)Input koordinat dengan WGS84 (deg:min:sec)
c)Input text
Sistem harus mengijinkan untuk modifikasi map yang telah dibuat dengan metode:
a)Secara digital menggunakan mouse
b)Input koordinat dengan WGS84 (deg:min:sec)
c)Drag and drop
d)Input text
2.6.13.24. PERSONALIZED POSITION PARAMETER
Sistem direkomendasikan dapat melakukan konfigurasi secara fleksibel, termasuk
layout label, warna HMI, fungsi mouse dan keyboard, konfigurasi warna di semua
elemen, menu dan window sesuai kebutuhan operasional
2.6.13.25 PRIVATE MAP
ASD harus mampu untuk mendefinisikan dan menampilkan private map yang dibuat
secara online dengan garis penanda yang berbeda
Tampilan setiap private map harus dapat dipilih secara individual
Private map dapat dibuat minimal 15 konfigurasi bagi setiap user
2.6.13.26 FLIGHT PLAN WINDOW
Flight plan window harus dapat membantu menampilkan dan memodifikasi flight plan
data field seperti SSR Code, ACID, Flight Rule, Aircraft Type, Wake Turbulence
Category, Departure Airport, Destination Airport, Requested Flight Level, Route, field
10, field 18 data
Flight plan window harus dapat memiliki fungsi: pembuatan, penghapusan, modifikasi,
flight coordination, hand over, query, message sending, strip printing dan sebagainya

Flight plan window harus mengijinkan controller untuk menemukan flight plan
berdasarkan callsign atau SSR code
Flight plan window harus dapat menampilkan jumlah FPL yang memiliki callsign yang
sama yang diterima oleh sistem
Pada posisi CWP Clearance delivery, tampilan flight plan window harus ditambahkan
kolom Runway in use
Flight plan window harus menampilkan pop up window untuk menampilkan semua
hasil jika hasil query lebih dari satu
Pop up window harus menampilkan SSR code, Departure Airport, Destination Airport,
EOBT, DOF
Pop up window harus mengijinkan controller untuk memilih flight plan untuk
dimodifikasi
2.6.13.27 FLIGHTSTRIP WINDOW
Sistem harus mampu untuk menampilkan sampai dengan 10 halaman flight strip
informasi dalam window ini
2.6.13.28 FLIGHT DATA ACTIONS
Sistem harus memberikan fungsi kontrol untuk enter, modify, cancel dan display flight
plan data
Sistem harus memiliki kemampuan untuk insert perubahan dalam flight plan lewat
graphical point selection
Fungsi flight plan harus terdiri dari:
a)Flight plan data entry;
b)Flight plan update;
c)Display of flight plan data;
d)Editing of stored/displayed information;
e)Printing of Flight Progress Strips;
f)Editing of departure clearance for inactive and pre-active flight plans;
g)Manual editing of ATS messages
Sistem harus mampu memodifikasi flight plan route menggunakan sebuah graphic tool

Sistem harus mampu untuk menampilkan flight plan history, dengan semua tindakan
yang telah dilakukan dan message update yang diterima atau dikirimkan terkait flight
plan tersebut
Sistem harus mampu melakukan forward/send FPL ke adjacent ATS unit bila
diperlukan
Sistem harus mampu memberikan konfigurasi waktu untuk mempertahankan sebuah
flight plan
2.6.13.29 FLIGHT LIST PRESENTATION
Sistem harus mampu menampilkan traffic list berdasarkan flight plan status termasuk
coast dan hold information
2.6.13.30 FLIGHT STRIP PRESENTATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan Electronic Flight Strip dan
mencetak Paper flight progress strip dengan format sesuai dengan Appendix C
2.6.13.31 PAPER FLIGHT PROGRESS STRIP
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendefinisikan format dan layout flight strip
dalam adaptation data
Sistem harus mendistribusikan flight strip berdasarkan route system dan strip
distribution plan yang didefinisikan dalam adaptation data, dan kemampuan untuk
mencetak strip setiap saat
Setiap sektor ACC harus dilengkapi 1 buah flight strip printer
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mencetak flight progress strip di semua sektor
Peletakan flight progress strip harus dapat dijangkau oleh controller dan asisten
Sistem harus dapat mencetak paper strip berdasarkan:
a)Request atau manual
b)1 jam (dapat dikonfigurasi) atau status flight tertentu (pre-active, coordinated dst)
sebelum fungsi FDP dan atau fungsi SDP otomatis dimatikan
2.6.13.32 ELECTRONIC FLIGHT STRIPS
Sistem harus mampu untuk menampilkan electronic flight strip
Sistem harus memiliki server khusus untuk modul EFS atau backup untuk modul EFS

Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengijinkan operator untuk memilih pre-
defined flight level menggunakan smart label
Sistem harus menampilkan EFS berdasarkan flight yang diatur atau akan diatur pada
suatu sektor sesuai dengan yurisdiksinya. Penggabungan atau pemisahan sector akan
mengupdate EFS yang ditampilkan pada sektor terkait
Format/layout dan distribusi EFS harus dapat dikonfigurasi sesuai dengan fungsinya
seperti TWR strip, APP strip, ACC strip dan FIC strip
EFS harus dapat ditampilkan pada semua working position kecuali FDO position dan
ARO
EFS harus mampu memberikan perbedaan warna untuk setiap strip baik untuk
departure, arrival dan overflying
Data dalam EFS harus sama dan terhubung dengan data pada label
Update data pada label harus juga mengupdate data pada EFS secara otomatis dan
begitu juga sebaliknya
Sistem harus mampu menampilkan minimal sebagai berikut:
a)Active not controlled
b)Active controlled/ Jurisdiction
c)In transfer (handover-in dan handover-out)
d)Announced
e)Holding
f)Transferred
Tampilan spesifik untuk kondisi:
a)correlated
b)multi-correlation (dua atau lebih track yang memiliki SSR code yang sama yang
terkait dengan flight plan yang sama)
c)non-conformance route/track position indication
Sistem harus mampu melakukan sorting criteria berdasarkan: time (EOBT, over next
way point), alphanumeric Callsign, way point, flight plan state, ADEP, ADES,
Level/altitude, manual dan dapat menggunakan minimal 2 kriteria sorting secara
bersamaan
Sistem menyediakan fungsi bagi ACC controller untuk membuat/menambahkan
pembatas yang berfungsi sebagai pengelompokkan (grouping) EFS berdasarkan
waypoint, reporting point ataupun point-point lainnya
Pada saat membuat/menambahkan pembatas, Controller dapat memberi nama grouping
untuk mengidentifikasi/pengelompokkan nama untuk pembatas tersebut
Jika terdapat pembatas, proses sorting hanya dapat dilakukan dalam setiap pembatas

Sistem menyediakan fungsi bagi controller untuk menghapus pembatas


Tampilan EFS dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan operasional dan dapat memuat
data-data antara lain:
a)EOBT
b)Direction of Flight Indicator
c)Controlling Sector
d)Aircraft Identification atau Callsign
e)Type of Aircraft
f)Wake Turbulence Category (WTC)
g)Type of flight
h)Registration
i)SSR Code
j)ADEP
k)ADES
l)Level (Request Level, Cleared Level & Exit Level)
m)True Air Speed (TAS)
n)Runway in used
o)Reporting Point
p)Estimate Time Over Point
q)AIDC Status
r)Free text note sebagai pengingat ATC untuk sektornya sendiri (local text)
s)Free text note sebagai catatan yang dapat dilihat oleh semua sektor ATC / working
position (global text)
t)Parking stand number;
u)Time first contact;
v)Time start up engine;
w)Time pushback;
x)Airborne Time;
y)Coordination time;
z)CTOT;
aa)Time leaving frequency (QSY), independent untuk setiap sector;
bb)DOF
Section Requirement Compliance Reference Comment
MTCD dan FPCP juga harus tertampil dalam EFS yang dapat terlihat oleh asisten
controller
2.6.13.33 FLIGHT PLAN DATA RETRIEVAL
Sistem harus memiliki kemampuan untuk me-retrieve flight plan, RPL, dan flight plan
history dari database
Sistem harus memiliki kemampuan untuk me-retrieve flight plan data berdasarkan:
flight identification, SSR code, departure aerodrome, EOBT/ETA
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mencetak EFS data pada saat kegagalan
fungsi FDP, data EFS yang dicetak merupakan data EFS yang berasal dari lokal
storage EFS disetiap sektor masing-masing
2.6.13.34 REPETITIVE FLIGHT PLAN RETRIEVAL
FDO workstation harus memiliki akses ke RPL data dalam RPL file, dan me-retrieve
RPL data berdasarkan:
-Flight identification,
-Departure aerodrome,
-EOBT/ETA,
-Nama operator,
-Validity date.
2.6.13.35 FLIGHT PLAN HISTORY
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan dan mencetak semua message
terkait sebuah flight plan, termasuk update message-nya setelah termination flight plan

2.6.13.36. FREE TEXT INPUT AND DISTRIBUTION


Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan free text input, dan menyebarkan
informasi ini ke workstation lain yang terkait dan atau ke alamat AFTN/AMHS

Sistem harus memiliki menu koordinasi (chatting) berupa menu text bebas (free text)
antar working position
2.6.14 POSITION ROLES AND TYPES
a)Berdasarkan fungsinya, Sistem harus mengkategorisasi user role kedalam beberapa
tipe:
i.Controller dan assistant working position
ii.Supervisor position
iii.Manager operation position
iv.Tower controller atau assistant atau ground control working position
v.Clearance delivery working position
vi.Tower supervisor
vii.Flight Data Operator position
viii. Flow management position
ix.Technical maintenance position
x.Data management position
xi.Military civil coordination
b)Sistem harus mampu untuk mengatur user access ke fungsi sistem sesuai dengan
rolenya
Sistem harus mengijinkan maintenance engineers untuk memonitor dan control
terhadap komponen sistem
Semua role dan permission harus diadaptasi secara offline ke dalam database sistem
oleh personil khusus
Personil operasi dapat mengakses data dan fungsi sesuai dengan role dan
permissionnya setelah disetting ke database sistem
2.6.14.1. CONTROLLER DAN ASSISTANT WORKING POSITION
Sistem harus memberikan user role kepada semua personil ACC, APP dan TWR
Informasi yang tertampil pada workstation harus memberikan informasi yang
dibutuhkan kepada controller untuk pemanduan pada wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya
Fungsi khusus yang diperlukan pada posisi controller dan assistant harus berupa
minimal:
a)Display system tracks, multi-radar tracks, multi-ADS-B tracks, flight plan tracks,
and bypass tracks.
b)Enable interactive flight interactive operations such as aircraft handover and
acceptance, manual correlation, level assignment, and coordination status.
c)Allow screen operations such as zoom in, zoom out, off-center, measurement
window movement, label rotation, etc.
d)Manage map display.
e)Display and edit Flight plans.
f)Post and display electronic flight strips/flight data list.
g)Display system information.
h)Personalize position parameters and display.
i)AMAN and DMAN function.
j)Tampilan target A-SMGCS (fusion track) yang ditampilkan sebagai inset window A-
SMGCS pada posisi APP, TWR, dan Ground control
k)Other relevant information required for operations
2.6.14.2 CONTROLLER WORKSTATION PHYSICAL CONFIGURATION
Section Requirement Compliance Reference Comment
Controller workstation terdiri dari 2 posisi, executive controller dan assistant/planner
controller dan kemudian disebut sebagai operational position
a)Controller workstation terdiri dari:
•Dua display yang identik
•Dua keyboard standard qwerty
•Dua buah mouse
•Speaker
•Dua jack untuk dua headset
•Paper strip printer untuk sektor ACC
•Paper strip bay (terdiri dari 2 atau 3 bay) antar controller
CWP display harus berbentuk persegi dengan resolusi 4Kx2K yang digunakan untuk
menampilkan ASD
Peralatan workstation terpasang pada half frame console
ASD dapat disesuaikan secara vertikal dengan sudut gradasi tiap 10 derajat, dengan
maksimal kemiringan 30 derajat ke bawah dan ke atas
Pada workstation harus disertakan pemasangan flat panel monitor yang digunakan
untuk menampilkan IDS (Information Display System) di atas 2 buah ATMAS display

Pada workstation harus disertakan pemasangan dua buah VSCS OP (Operator


Position) sebagai peralatan komunikasi dan koordinasi yang terpasang pada moveable
arm di sebelah sisi kiri controller
Desain ATC Console harus mendapat persetujuan dari Perum LPPNPI terlebih dahulu
sebelum diproduksi
Tower display harus terpasang pada console tower
2.6.14.3 SUPERVISOR POSITION (SUPV)
Posisi Supervisor harus memiliki display dan operation interface yang sama dengan
controller position
Sistem memberikan fungsi tambahan pada posisi supervisor minimal yaitu:
a)Online operation parameters settings and management
b)SSR code management
c)Automatic handover setting
d)Position alert management
e)Temporary/global map setting
2.6.14.4 MANAGER OPERATION POSITION (MANOPS)
Posisi Manager Operasi harus memiliki display dan operation interface yang sama
dengan controller position
Sistem memberikan fungsi tambahan pada posisi Manager Operasi minimal yaitu:
i.Online operation parameters settings and management.
ii.SSR code management.
iii.Sector management.
iv.Automatic handover setting
v.Position alert management
vi.Temporary/global map setting

2.6.14.5 FLIGHT DATA OPERATOR POSITION (FDO)


Posisi Flight Data Operator harus memiliki kemampuan minimal:
a)Mampu menampung berita dari AFTN yang syntax dan/atau semantic-nya tidak
sesuai format ICAO sebagai error message/rejected message
b)Mampu menampilkan rejected message sebagaimana tersebut pada poin diatas
dalam bentuk antrian / queue message.
c)Mampu menyediakan editor window (flight plan window) untuk melakukan editing
dan perbaikan terhadap rejected message tersebut.
d)Mampu memberikan informasi posisi error messages dengan menempatkan kursor
pada kesalahan berita dimaksud.
e)Mampu menampung berita dari AFTN yang syntax dan/atau sematic-nya tidak sesuai
format ICAO sebagai error message/rejected message.
f)Mampu menampilkan rejected message sebagaimana tersebut pada poin diatas dalam
bentuk antrian / queue message.
g)Mampu menyediakan editor window (flight plan window) untuk melakukan editing
dan perbaikan terhadap rejected message tersebut.
h)Mampu memberikan informasi posisi error messages dengan menempatkan kursor
pada kesalahan berita dimaksud.
i)Mempunyai menu information editor yang dapat diisi berbagai informasi yang
dapat diakses dan dilihat oleh semua working position.
j)Menampilkan flight yang sedang aktif (pre-active, coordinated, dan jurisdiction) di
setiap controller working position.
k)Menampilkan Flight Data Display yang berfungsi untuk menampilkan flight plan
list, mengedit flightplan secara online dan AFTN message display, query, error
correction, dan fungsi pengiriman ATS Message
2.6.14.6 TRAFFIC FLOW MANAGEMENT POSITION (TFM)
TFM harus berkemampuan minimal:
a)Memiliki 2 display 4k2k untuk tampilan ATFM sistem dan ATM sistem
b)Menampilkan prediksi traffic ATFM, AMAN, DMAN dan ASD
c)Mengirimkan message ke semua CWP yang diinginkan
d)Mengatur kapasitas runway pada AMAN dan DMAN
2.6.14.7 DATABASE MANAGEMENT POSITION (DBM)
Section Requirement Compliance Reference Comment
DBM harus memiliki fungsi spesifik minimal:
a)Operational parameters management.
b)Operational software configuration and management.
c)Memiliki fungsi aplikasi management user (GUI) untuk mengubah, menambah atau
menghapus user dibawah privilage super user
d)Map generator
2.6.14.8 TECHNICAL MANAGEMENT POSITION (TECH)
Technical management harus memiliki fungsi spesifik minimal. Fungsi RCMS (Remote
Control Monitoring System) yang harus mampu untuk :
-Technical parameters management.
-Technical Software configuration and management
-Mengontrol sistem (mematikan, menghidupkan, reboot)
-mampu memonitoring kondisi sistem software dan hardware serta mampu
memberikan alert/warning bila ditemukan/terjadi anomali
2.6.15 CONTROLLER INFORMATION DISPLAY/ IDS (Information Display System)

Controller Information Display berfungsi untuk menampilkan informasi penting dan


berita-berita penerbangan yang dibutuhkan controller dalam pemanduan.
2.6.16 FUNGSI SYSTEM MONITORING AND CONTROLLING
Sistem harus memberikan fungsi monitoring dan controlling, dan kegagalan monitoring
dan controlling harus tidak berpengaruh pada operasional dan modul lainnya

2.6.16.1 MONITORING FUNCTION


Sistem harus memonitor operational status secara real time di setiap modul dan
menampilkan major event. Alert dapat tampil tergantung tingkat bahayanya dan log
files otomatis muncul.
Sistem harus dapat mencari, mencetak dan export log berdasarkan time. Fungsi system
monitoring berisi:
a)Interface status monitoring.
b)Hardware operation status monitoring.
c)Software operation status monitoring.
d)Network equipment operation status monitoring.
e)Database operation status monitoring.
f)System capacity and resource usage monitoring.
g)Important system events monitoring
2.6.16.2 CONTROL FUNCTION
System Controlling function harus termasuk operasi start, stop, restart dan switch
sebagai berikut:
a)Start and stop the entire system.
b)Start and stop single surveillance source.
c)Start and stop a single server.
d)Start and stop network.
e)Switch between redundant equipment and networks.
f)Start and stop software modules
2.6.17 RECORDING AND PLAYBACK FUNCTION
a)Sistem harus termasuk sebuah fasilitas data recording untuk record dan replay data

b)Fungsi recording harus dapat beroperasi bersamaan dengan fungsi playback


c)Sistem harus dapat melakukan synchronized playback terhadap air traffic situation,
controller-pilot communication, dan controller action di ASD yang digunakan untuk
analisa dan investigasi insiden
d)Recording dan Playback harus diimplementasikan sebagai bagian dari ATMAS
atau via sebuah sistem recording eksternal
2.6.17.1 RECORDING FUNCTION
Sistem harus merekam data secara terus menerus selama 90 hari tanpa intervensi
operator
Penggantian media non volatile removable storage maksimal harus setiap 90 hari
Sistem harus secara terus menerus merekam semua operational action dan system
message pada posisi controller workstation dan technical/operational workstation
Sistem harus merekam data dan menampilkan hal sebagai berikut:
a)Screen data pada CWP termasuk windows, temporary map, dan warning/alert
b)Surveillance data, termasuk SDP track output, radar data, ADS-B data dan
sebagainya
c)Controller input action pada keyboard dan atau mouse
d)Message dari eksternal interface seperti AIDC message, MET message misalnya
GRIB, AFTN, ICAO message (termasuk Flight Plan data), ADEXP message, datalink
misalnya PDC, CPDLC, ADS-C
e)Sistem data seperti system event data, system performance data, system log
Sistem harus memiliki kemampuan untuk merekam secara online semua surveillance
input dan track data dan flight data ke dalam sebuah database, dengan tujuan untuk
membuat suatu report
Sistem harus mampu merekam semua ATC state data lain, seperti sektorisasi dan
dynamic system parameter sebagai tambahan surveillance dan flight data
Sistem harus mampu merekam semua input dari dan output ke eksternal system dan
fasilitas lain
Sistem harus memiliki kemampuan merekam semua notifikasi ATC alert dan alert
termination
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memiliki kemampuan merekam status sistem hardware dan software
resource dan interface
Sistem harus merekam setiap flightplan record, perubahan status, perubahan item dari
hasil input operator atau dari external message
Sistem harus merekam data sesuai response time requirement
Data yang telah direkam harus dapat dicopy ke media non volatile removable storage
untuk tujuan arsip. Recording computer dapat memakai internal storage sebagai media
storage sementara dan dapat diambil dengan format umum
Sistem harus mensinkronisasi data dan tampilan dengan deviasi kurang dari 1 detik
atau toleransi yang diterima secara operasional. Deviasi ini untuk meminimalkan
kesalahan untuk rekonstruksi selama playback
2.6.17.2 PLAYBACK FUNCTION
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk merekam data dan playback digunakan
untuk tujuan berikut:
•Recreate ASD
•Memperoleh log operator action dan system message
•Melaksanakan data analisis dan statistik
b)Informasi yang terekam harus dapat diputar kembali pada workstation yang dipilih
dan workstation dapat pula memutar kembali untuk data yang telah diarsipkan dalam
removable storage medium
c)Sistem harus mampu melakukan high speed search pada media perekaman terkait
waktu dan hari
d)Sistem harus dapat memilih waktu yang spesifik ke menit terdekat dari data
playback yang diinginkan/dituju
e)Sistem harus mampu melakukan replay data yang telah direkam dalam waktu 90
hari dalam mode slow, normal atau fast
f)Sistem harus dapat memberikan interface untuk mensinkronkan playback dengan
audio recorder
g)Playback harus dapat melakukan print screen, store and retrieve dalam format
umum/standar
h)Sistem harus mampu untuk synchronized playback data suara dengan tujuan untuk
memberi gambaran lengkap suatu event untuk tujuan investigasi
i)Fungsi kontrol berikut harus termasuk dalam fungsi playback ATMAS atau sistem
recording eksternal:
a)Start / Pause (Resume) / Stop of a playback session.
b)Selection of different playback speeds at least real-time speed and a range of
playback speeds faster than normal recording speed.
c)Allow to select a start time for playback in terms of minute.
d)Selection of playback mode, etc
j)Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan multiple playback session
secara simultan dan mengijinkan playback skenario yang sama ataupun berbeda
menggunakan CWP yang lain dengan tujuan untuk investigasi yang melibatkan sektor
lebih dari satu
k)Fungsi screen dump harus dapat meng capture screen selama playback dan
menyimpannya sebagai sebuah file apabila nantinya akan diprint atau di export
l)Sistem harus memberikan kemampuan untuk export screen dump file ke external
media memakai format gambar yang umum (contoh: jpeg,mpeg) yang dapat
ditampilkan dengan menggunakan komputer biasa
2.6.17.2.1 AIR SITUATION DISPLAY PLAYBACK
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengubah playback mode menjadi
interactive playback mode yang dapat mengubah presentasi ASD
b)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan recorded data pada offline
workstation yang disiapkan untuk playback
2.6.17.2.2 NON INTERACTIVE PLAYBACK MODE
Selama non-interactive replay, replayed data harus dapat ditampilkan berupa hasil
rekaman tampilan yang ada di controller, semua action yang dilakukan dan semua
fungsi yang dilakukan oleh controller
2.6.17.2.3 INTERACTIVE PLAYBACK MODE
a)Pada interactive mode, workstation yang disiapkan untuk playback menerima
semua recorded data, user dapat mengubah tampilan data ini seperti halnya lingkungan
operasional tanpa mempengaruhi sistem operasional yang ada
b)Workstation yang disiapkan untuk playback harus dapat memasukkan interactive
mode kapan saja selama playback
2.6.17.3 WORKSTATION ACTION LOG
Sistem harus mampu untuk menyiapkan log ke printer untuk semua kegiatan controller
dan asisten yang terekam
2.6.17.4 DATA ARCHIVING
Sistem harus dapat menyediakan fungsi data archiving untuk memindah recording data
ke removable media untuk backup
Kegiatan archiving harus dimulai secara manual oleh user atau disetting secara
otomatis dengan ketentuan semisal: dalam interval periode tertentu atau saat sisa
storage di bawah ketentuan standar tertentu
Proses archiving harus tidak boleh mengganggu proses recording dan playback
operasional yang sedang berjalan dan fungsi fungsi yang lain
Sistem harus mampu memberikan warning saat terdapat error atau saat media archiving
media penuh saat proses archiving
2.6.17.5 FUNGSI ENHANCEMENT RECORDING AND PLAYBACK
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memiliki kemampuan tambahan untuk merekam secara integral
screenshot HMI dan hasilnya berupa video yang dapat ditampilkan ke posisi tertentu
dan mobile device
2.6.17.6 FUNGSI VIDEO RECORDING
Hasil dari video recording harus dalam bentuk format umum (MP4, AVI dsb)
Sistem harus mampu menyimpan video recording data untuk waktu/periode tidak boleh
kurang dari 90 hari
Sistem harus memiliki metode untuk menyimpan data yang efisien dan transfer video
recording sehingga storage tidak overload
2.6.17.7 FUNGSI VIDEO PLAYBACK
Replay dari video record data harus dapat dilakukan pada posisi yang disiapkan dan
harus dapat sinkron dengan audio.
Sistem harus dapat mengatur replay, termasuk pemilihan replay mode, retrieval replay,
change replay speed, start, pause, forward, stop, dsb.
2.6.18 DOWNLINK AIRCRAFT PARAMETER PROCESSING AND DISPLAY
2.6.18.1 DAPs DISPLAY
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memproses dan menampilkan Mode S DAPs
dari radar source dan atau ADS-B untuk membantu controller untuk mendapat
informasi tentang status pesawat di udara.
Sistem harus mampu memberikan downlink data window untuk menampilkan
informasi DAPs dan atau dapat diakses melalui track label yang di konfigurasi dengan
pilihan secara online dan atau offline.
Informasi DAPs tersebut harus berisi: SSR code, Target aircraft address, Target
aircraft identification, Magnetic heading, True airspeed, Selected altitude, Final state
selected altitude, Barometric vertical rate, Geometric vertical rate, Roll angle,
Geometric vertical rate, Track angle rate, Track angle, Ground speed, Velocity
uncertainty, Position uncertainty, Indicated airspeed, Mach number, Barometric
pressure setting, dsb.
Sistem harus menentukan unit mana yang dapat menampilkan DAPs window.
Sistem harus mampu untuk memproses DAPs untuk perhitungan safety net seperti
STCA dan MTCD.
2.6.18.2 DAPs IN TRACK FUSION
DAPs dapat digunakan untuk track fusion termasuk magnetic heading, true airspeed,
selected altitude, barometric vertical rate, geometric vertical rate, roll angle, track angle
rate, track angle and ground speed, dsb.
Sistem harus mampu menggunakan DAPs untuk report consistency check, altitude and
position tracking.
Sistem dapat memberikan kemampuan untuk men suppres DAPs dari pesawat yang
peralatannya kurang akurat. Informasi ini harus disampaikan ke pilot terkait, airline dan
adjacent unit untuk langkah perbaikan kerusakan di pesawat.
2.6.19. SYSTEM LOG MANAGEMENT
2.6.19.1.Sistem harus mampu mengumpulkan dan mengelola operational log dan
error message untuk keperluan investigasi. Operational log termasuk personnel
commands, personnel log in, hardware logs, software logs and external interface logs,
dsb. Error message terdiri dari software dan hardware error message
Sistem harus mampu untuk:
a)Record operational logs and error messages.
b)Display necessary logs on the dedicated positions.
c)Store logs on the disk and classify by dependency. The user is allowed to sort logs
by given conditions.
d)Save in a database and file text.
e)Backup logs automatically or manually, and the backup logs are readable.
f)Store logs on the disk for at least 90 days.
2.60.20 ENHANCED WAKE TURBULENCE SEPARATION AND PAIRWISE
SEPARATION TOOLS
a)System harus mampu memproses skema baru tentang Enhanced Wake Turbulence
Separation minima untuk fase departure dan approach (The Amendment 9 of the
PANS-ATM (Doc 4444)).
b)Sistem harus dapat mengurangi separasi antar pesawat tergantung pesawat yang di
depan atau pesawat yang di belakang, begitu juga sebaliknya, menambah separasi
sesuai aturan tersebut.
c)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengadaptasi wake turbulence grup baru
( tujuh kategori grup) dan empat kategori grup.
d)Sistem harus memiliki fungsi Pairwise Separation Tools untuk membantu ATC
untuk pemberian separasi antar pesawat dengan skema yang baru
2.6.20.1. WAKE TURBULENCE GROUP AND AIRSPACE
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengadaptasi dan memproses ICAO wake
turbulence group category aircraft dalam tujuh grup, grup A sampai G berdasarkan
maximum takeoff weight dan wingspan.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengkonfigurasi dan memproses airspace
volume area untuk implementasinya.
Sistem harus memiliki fleksibilitas untuk mengadaptasi wake turbulence baru dan
menyesuaikan dengan operational environment agar tidak terjadi kebingungan dalam
menangani traffic.
Sistem harus mengijinkan penggunaan skema Wake Turbulence Category (WTC) baru
dan lama untuk diaplikasikan ke airspace, sector atau role sesuai keperluan operasional.

2.6.20.2 HUMAN MACHINE INTERFACE OF WAKE TURBULENCE GROUPS


Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus dapat menampilkan singkatan WTC pada track label sebuah pesawat di
HMI ATMAS.
Sistem harus dapat dikonfigurasi untuk menampilkan WTC yang sesuai dengan skema
yang diterapkan pada airspace tersebut dan menentukan skemanya sesuai lokasi
pesawat dan role dari controller.
Sistem dapat menerapkan electronic cue card pada pair-wise aircraft separation sesuai
wake turbulence grup untuk membantu controller untuk mengidentifikasi separation
yang dibutuhkan
2.6.20.3 AMAN OPTIMIZATION
AMAN harus dapat dioptimalisasi untuk membantu perencanaan kesesuaian antara
arrival rate dengan runway capacity terkait dengan implementasi ICAO enhanced wake
turbulence separation.
Optimalisasi harus melibatkan perubahan AMAN logic untuk mengakomodasi extra
wake turbulence grup atau setting system parameter untuk meningkatkan arrival rate
yang sesuai dengan runway capacity.
2.6.20.4 PAIRWISE SEPARATION TOOLS
a)Sistem harus memiliki Pairwise Separation Tools untuk membantu ATC
menangani traffic dan memberikan separasi yang konsisten sesuai runway capacity.

b)Tools ini disebut juga Approach Spacing Tools (AST) dapat memberikan
gambaran secara grafis posisi optimal urutan pesawat pada final approach path.
c)AST dioperasikan berdasarkan Distance based Separation (DBS) atau Time based
Separation (TBS).
2.6.20.4.1 PROJECTION OF SPACING
a)AST harus mempertimbangkan kriteria separasi yang diperlukan antar pesawat,
termasuk wake turbulence separation minima, minimum radar separation, and
dependent parallel approach separation, untuk panduan perhitungan jarak. Kemudian
AST menentukan separasi terbaik dan separasi yang ada tidak dilanggar

b)AST juga harus mempertimbangkan parameter lain yang berpengaruh terhadap


spacing, seperti runway occupancy times, specific minimum separation defined for a
runway, extra gap required between specific landing aircraft.
c)AST dapat mempertimbangkan faktor faktor di atas dan memberikan spacing
guidance dalam bentuk graphical cues yang tertera pada paragraf di bawah.
2.6.20.4.2 AST GUIDANCE CUE
a)Sistem harus memberikan visual guidance untuk perhitungan spacing dalam bentuk
indikator grafis dalam ASD dan merupakan bagian dari fungsi AST. Tujuannya adalah
membantu ATC mengoptimalkan kapasitas ruang udara.
Guidance cue yang diterapkan pada AST yaitu:
-Final Target Distance (FTD).
-Initial/Intermediate Target Distance (ITD).
b)FTD adalah posisi yang sesuai/seharusnya untuk pesawat kedua di belakang
pesawat yang pertama dengan minimum spacing yang diterapkan di runway threshold.
Pesawat kedua harus selalu di belakang tanda FTD sepanjang final approach path.

c)ITD adalah jarak optimal untuk pesawat kedua di belakang pesawat pertama
dengan mempertimbangkan minimum spacing dan compression buffer. ITD harus
dihitung berdasarkan estimated 3D trajectory, estimated speed profile, environment
data (wind, temperature.) dan target FTD.
d)Panduan FTD dan ITD harus dapat diupdate disetiap track update ATMAS.
e)Posisi FTD dan ITD guidance cue dapat dipilih dan diterapkan, sesuai kebutuhan
operasional:
-Planned trajectory of the flight.
-Predefined common path.
2.6.20.4.3 FINAL APPROACH SEQUENCE MANAGEMENT
Planned Final Approach sequence adalah bagian penting untuk pembuatan AST
guidance cue dengan memberikan informasi yang diperlukan AST untuk menentukan
separasi yang dibutuhkan.
System dapat memberikan planned sequence yang akurat sangat diperlukan guna
kelancaran operasi AST
2.6.20.4.4 MONITORING AIDS IN APPROACH TOOL
Untuk memastikan pemberian spacing antar pesawat, monitoring aids digunakan AST
untuk detecting catch-up scenarios, infringement of aircraft spacing, arrival sequence
mismatch, speed non-conformance dsb.
2.6.21 DATA ANALYSIS FACILITY AND GATEWAY
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memberikan data untuk tujuan statistik
seperti: jumlah traffic per rute,sector, point, runway in use dsb dalam periode tertentu
ke eksternal Data Analysis Facility melalui gateway yang aman
b)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengirim track dan flight data beserta
perubahannya secara realtime ke sistem eksternal (antara lain: ATFM, A-CDM, FIS,
Message Broker SWIM dan lainnya) melalui secure gateway
c)Data realtime yang diperlukan antara lain:
i.Data penerbangan dan perubahannya
ii.Actual data posisi pesawat incoming crossing 60 NM, 30 NM dan 10 NM menuju
SOETTA Airport JAKARTA.
2.6.21.1 DATA ANALYSIS AND STATISTIC
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memberikan sebuah tool untuk mengekstrak data dari sistem recording
dan hasilnya berupa data untuk membantu analisa operasi ATMAS dan Operasional
ATC
Data Analysis Tool (DAT) harus dapat memilih kombinasi database dengan kriteria
sebagai berikut:
a)Type of data;
b)Date and time range/periods (e.g., daily, weekly, or monthly);
c)Travel type (ARR, DEP, Inbound, Outbound, Domestic, International, Overflight)
d)Aircraft ID;
e)Assigned SSR code;
f)Reported SSR code;
g)ICAO 24-bit address;
h)Controlling facility;
i)Controlling sector;
j)Assigned altitude;
k)Reported altitude;
l)Input/output/both;
m)Input data source (interface, sender, surveillance sensor, control position, flight
plan);
n)Output data destination (interface, recipient);
o)Recording processor;
p)Origin in route;
q)Destination in route;
r)Airway, SID, STAR in route;
s)Fix in route;
t)estimate time over fix
u)actual time over fix
v)Current Flight Level over fix
w)Geographic position;
x)Alarm / warning information;
y)Traffic flow data;
z)Flight rule;
aa)Flight type;
bb)Number of danger area infringements;
cc)Number of rejected & accepted uplink messages;
dd)Number of rejected & accepted downlink messages;
ee)Number of uplink & downlink delivery timeouts;
ff)Number of received and transmitted messages;
gg)Number of AIDC messages (transmitted, received, rejected, and accepted);
Data Analysis Tool harus memberikan opsi kriteria inclusive dan exclusive
Data Analysis Tool harus memberikan output kepada display, printer atau file yang
ditentukan/dipilih
Output dari DAT harus berupa data dalam bentuk format excel tanpa ada tambahan
informasi lain
Kebenaran dan akurasi data dan informasi yang ditampilkan harus sudah diverifikasi
sebelum ditampilkan
Sistem harus dapat mengambil surveillance data yang berpasangan dengan flight data
dan data ini dikelompokkan dalam Flight Specific Surveillance data
Flight Specific Surveillance data dapat memberikan informasi tipe surveillance track
yang berpasangan dengan flight tersebut, misalnya apakah flight berpasangan dengan
MSSR saja atau dengan berbagai tipe surveillance track
Timestamp harus menjadi referensi ATMAS untuk menciptakan Flight specific
surveillance data setelah memilih time period of interest.
Data record harus dapat dipertahankan minimal 90 hari untuk keperluan proses
investigasi.
Rekaman ini harus berbentuk format yang dapat ditampilkan dan di print sesuai dengan
situasi yang diterima oleh ATS system.
Untuk format output statistik data dapat dilihat pada Appendix D & E.
Sistem mampu untuk mengolah data untuk keperluan PBCS berdasarkan PBCS manual
docs 9869 global operational data.
Kemampuan PBCS harus:
a)Mampu mengekstrak raw data dari ATMAS
b)Mampu mengkonversi raw data ke file csv sesuai dengan manual dokumen
pelaporan PBCS
c)Mampu memantau dengan basis 24h/7d
d)Mampu menghasilkan data grafik yang sesuai dengan format yang
ditentukan/dilaporkan ke ICAO.
2.6.22 MANAGEMENT, OPERATIONAL AND TECHNICAL INFORMATION
REPORT TOOL
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memproduksi statistik bulanan untuk end-to-
end system data link performance untuk operasi harian. Sistem harus memiliki tools
untuk monitoring dan menganalisa performance data for reporting
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report, menggunakan predefined
queries atau yang didefinisikan oleh operator seperti:
a)Jumlah total flight plan dalam sebuah sector dalam waktu tertentu, dengan filter
yang ditentukan oleh user (aircraft type, level, airway, VFR or IFR rules, ATCAS
origin, and airport).
b)Jumlah traffic per rute berdasarkan aircraft type, level, airway, VFR or IFR rules,
ATCAS origin, and airport.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report semua update pada strip
dalam jangka waktu masa hidup flightplan.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report working hours tiap
controller sesuai dengan catatan logon/logoff.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report sector allocation hours
berdasarkan split/combine sector.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report list semua alert berdasarkan
tipe, critically, operator, sector dan waktu.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan scheduled (tahunan, bulanan,
harian, jam) predefined report .
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memberikan commercial tool untuk membuat
user defined report ( contoh: data operasi, data produksi).
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menentukan access level untuk data dan
report.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report berbentuk text dan grafis
dan mencetaknya.
2.6.23. OPERATIONAL DATA SYNCHRONIZATION
a)Sistem harus mampu dikonfigurasi dengan 2 tipe sistem ATM automation yang
berjalan sebagai main dan back up mode dengan tujuan untuk pemberian ATM service
tanpa terputus apabila salah satu ATMAS mengalami kegagalan teknis.
b)Sistem harus memiliki fungsi sinkronisasi data operasional antara main dan back
up sistem.
2.6.23.1 SYSTEM MAIN/FALLBACK MODE
Sistem harus mampu memberikan fungsi operation data synchronization.
Sistem harus mampu bekerja dalam 2 mode: main dan fallback mode dan mode ini
dapat diubah secara manual.
Pada posisi main mode, semua fungsi sistem harus bekerja secara normal dan output
synchronization data bekerja secara real time.
Pada posisi fallback mode, sistem menerima dan memproses synchronization data
bekerja secara real time. Fungsi sistem bekerja secara normal diluar dari pengiriman
message ke sistem external.
Pada saat penggunaan Fallback Mode, Controller harus terinformasikan pada ASD
dengan ditandai identifikasi sedang menggunakan sistem fallback.
Identifikasi penggunaan sistem fallback pada display tidak mengganggu tampilan ASD.

2.6.23.2 SYNCHRONOUS DATA


Isi sinkronisasi data antara main dan fallback sistem terdiri dari:
a)Basic flight data comprises flight plan information, allocated runway, SID/STAR.
b)Operational setting data includes sector allocation, airport runway status, position
settings, online area creation or modification

2.6.23.3 SYNCHRONIZATION TRIGGER


Sinkronisasi data harus dilaksanakan secara periodik dengan interval waktu yang telah
ditentukan. Selain itu sinkronisasi data dapat dilakukan sesuai event yang telah
ditentukan seperti:
a)Each item in the flight plan information changed.
b)Each flight plan state changed.
c)Each operational setting changed
2.6.24 GNSS TIME SYNCHRONIZATION
Sistem harus mampu untuk mengakses accurate time source, sinkronisasi dengan
eksternal GNSS signal, dan kalibrasi internal sistem berdasarkan NTP (Network Time
Protocol) sehingga sistem time selalu konsisten.
Sistem harus mampu untuk menerima multiple external clock source dan berpindah
secara otomatis maupun manual.
Apabila hubungan dengan external clock signal terganggu atau putus, sistem harus
sinkron dengan internal time.
Unified time harus ditampilkan pada HMI yang digunakan untuk surveillance data
processing, flight data processing, monitoring and controlling, recording and playback.

2.6.25 TESTBED SYSTEM


2.6.25.1 OVERVIEW
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan offline Testbed system yang digunakan untuk
evaluasi perubahan dataset secara offline, di uji dan diverifikasi yang digunakan untuk
software update ke sistem utama demi keperluan operasional. selain itu juga digunakan
untuk keperluan maintenance, diagnostic dan configuration management

System yang disediakan tersebut harus dapat mengadaptasi update dari internal dan
eksternal untuk kebutuhan operasional tanpa mengubah software source code. Adaptasi
parameter oleh personil AirNav ini digunakan untuk optimalisasi sistem.
2.6.25.2 GENERAL REQUIREMENT
Testbed system harus mendukung pengetesan modifikasi dan peningkatan sistem
software dan adaptasi prosedur baru untuk ATMAS
2.6.25.3 SOFTWARE MAINTENANCE DAN UPDATES
Section Requirement Compliance Reference Comment
a)Testbed harus mendukung aktivitas software maintenance dan memberikan
kemampuan berikut:
i.Generating new software for the system;
ii.Modifying existing software used in the system;
iii.Testing software modules;
iv.Controlling the software configuration;
v.Generating new software load modules;
vi.Providing library storage of system software (source and object code)
2.6.25.4 TESTBED CAPABILITIES
Testbed harus memiliki kemampuan berikut:
a)Software Backup;
Testbed harus memiliki kemampuan untuk mengcopy software program dan data file
untuk mencegah kehilangan data ataupun data failure.
b)Computer Utility Programs;
Testbed harus memiliki kegunaan untuk membuat, memodifikasi dan mengetest
operational software.
Testbed harus terdiri dari compilers, assembler, editors, loaders, searching and sorting
and program test aids.
c)Software Debugging Utilities
Testbed harus mengijinkan sistem specialist untuk:
a)Start and stop program execution at definable breakpoints;
b)Examine/modify memory contents;
c)Single-step the program;
d)Sequentially examine memory contents;
e)Examine and change register contents.
Saat ATM komputer dalam posisi offline, Testbed harus mengijinkan user untuk dump
content ke testbed berupa disk file, tape file, or memory core to the system line printer
untuk tujuan software diagnostic atau maintenance
Sistem harus mampu untuk memproses live data track dari surveillance source dan
menciptakan dummy/synthetic track.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat simulasi menggunakan dummy
track
Dummy track harus dapat dibuat, dipindah ataupun dihapus dengan mudah sesuai
kebutuhan pengguna.
Dummy track harus dapat diproses di testbed sistem untuk tujuan pengetesan safety
net, prosedur baru, atau rute baru dsb.
2.7 SPESIFIKASI TEKNIK (TECHNICAL REQUIREMENT)
2.7.1 SYSTEM ARCHITECTURE
Sistem harus dilengkapi dengan redundancy yang memadai untuk menjaga availability
fungsi operasional ATC.
System architecture harus mengijinkan extra redundancy untuk diterapkan bila
dibutuhkan.
Sistem architecture harus mengikuti desain dan prinsip implementasi berikut:
a)ATMAS software harus mengadopsi desain modular dan distributed architecture
agar handal dalam pengoperasiannya. Untuk fungsi penting seperti FDP dan SDP,
harus diterapkan dengan dual redundant server untuk memastikan service ATMAS
tidak terputus.
b)Untuk meminimalkan single point of failure karena hardware dan software,
disarankan untuk dilakukan multiple system redundancy dan distribution system
architecture.
System element bekerja secara simultan pada multiple server/komputer harus
berkomunikasi melalui redundant network dan kegagalan sebuah element tidak boleh
berpengaruh terhadap kinerja element yang lain.
ATMAS network harus dibuat pada redundant network element. Setiap jalur data
operasional harus disalurkan melalui independent link dan network. Kegagalan network
element tidak boleh berpengaruh terhadap pengiriman data utama untuk ATMAS

e)Untuk Sistem ATMAS yang besar didesain untuk menangani traffic volume yang
besar pula direkomendasikan untuk memisahkan penyaluran sistem data ke dalam
dedicated network, misalnya:
i.Operational Network: untuk menangani pertukaran operational data termasuk
surveillance data, flight plan, dsb antar CWP dengan operational server

ii.Service Network menampung fungsi :


-Maintenance Network: untuk transmission control dan monitoring data,
maintenance related data, system log, replay data, distribusi new software dan
adaptation update untuk system elements.
-Direct Surveillance Access Network: untuk distribusi langsung surveillance data dari
surveillance source ke CWP sebagai backup ke system track output SDP

iii.Data Synchronization Network: untuk sinkronisasi data antar redundant system


ATMAS
f)High reliability dengan cara redundancy yaitu dua sistem yang identik dan memiliki
fungsi yang sama dan bekerja bersamaan, bila salah satu mengalami kegagalan maka
tidak akan mempengaruhi kegiatan operasional dan pelayanan sistem.

g)Fault tolerant yaitu sistem tetap bekerja dengan normal meskipun beberapa elemen
sistem mengalami kegagalan.
h)Fail over capability yaitu operasional sistem akan berpindah ke element fallback
system ketika terjadi kegagalan pada sistem utama.
Section Requirement Compliance Reference Comment
i)Selain memiliki redundant sistem di sistem utama, sebaiknya diimplementasikan
juga fallback system yang bekerja saat main sistem mengalami kegagalan fungsi
(catastrophic event).
j)External interfaces milik sistem (radar, ADS-B, AFTN dsb) harus dikonfigurasi
secara redundant dan sistem mendukung automatic/manual switch ke redundant
interface channel apabila ada kegagalan sebagian sistem
2.7.2. SYSTEM REQUIREMENT
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memastikan apabila ada salah satu unit
fungsi yang gagal tidak akan mengakibatkan kegagalan seluruh sistem.
b)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendistribusikan time reference ke
semua prosesor dan posisi sesuai dengan mode operasinya (on-line, playback atau
simulasi).
c)Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan restore secara otomatis ke
normal operasional setelah terjadi interupsi karena kegagalan catu daya
d)Setelah kegagalan catu daya dapat diatasi dan kembali normal, ATMAS harus
secara otomatis melakukan restart dan langsung bekerja secara normal sama seperti
sebelum terjadinya kegagalan catu daya
e)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menyediakan fungsi berikut:
-Monitor the status of all system elements;
-Perform manual and automatic system reconfigurations;
-Supply status information for display
f)Semua failure, error dan status event harus tercatat dalam log dan tersimpan sesuai
dengan relevansinya
g)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memfilter dan menampilkan semua event
dan sistem error report yang tercatat berdasarkan tipe, relevansi dan waktu, sebagai
sebuah database yang interaktif
h)Sistem harus memiliki kemampuan untuk switchover dari critical function ke posisi
standby tanpa kehilangan informasi
i)Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan restart pada suatu node dan
melakukan rekonfigurasi untuk semua sumbernya.
j)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan dan mencetak konfigurasi
operasional terkini/yang dipakai beserta statusnya termasuk eksternal source yang
dimonitor
k)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memonitor secara terus menerus semua
lokal dan remote net nodes menggunakan Simple Network Management Protocol
(SNMP).
l)Sistem harus memonitor menggunakan protokol SNMP status hardware berikut:
-Central Processing Unit (CPU) load and temperature;
-Random Access Memory use;
-Disk partition use;
-Network traffic

m)Sistem harus memonitor menggunakan protokol SNMP kesiapan UPS dan


generator yang digunakan untuk penyediaan daya untuk semua peralatan
n)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan status semua peralatan dan
jaringan dalam sebuah synoptic view
o)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi dan menampilkan alert dan
alarm pada posisi Supervisor, dan semua critical dan non critical error yang
ditimbulkan oleh sistem
p)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengkonfigurasi batas toleransi,
frekuensi dan nilai time out sebuah kejadian yang dimonitor menggunakan protokol
SNMP
q)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengoperasikan setiap posisi supervisor
technical, operational dan read only (display only) yang didefinisikan dengan cara
login, termasuk semua posisi back up. Setiap mode harus memiliki otorisasi tertentu
untuk melaksanakan perintah sesuai dengan role

r)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendefinisikan regional operational


supervisor yang bertanggung jawab kepada subset sector
s)Sistem harus memiliki kemampuan untuk cut over ke versi baru sebuah operational
program dan versi baru adaptation data saat semua sistem berjalan normal

t)Sistem harus mampu menyimpan minimal 8 versi adaptation data pilihan saat akan
melakukan start up
2.7.2.1 MAIN AND FALLBACK CONFIGURATION
ATMAS harus mengimplementasikan 2 set sistem (Main dan Fallback) sebagai dasar
untuk pemberian ATC service secara terus menerus
Fallback sistem harus memiliki comparable system scale, konfigurasi dan fungsi
software dengan main sistem
Mekanisme Main-Fallback data synchronization harus dapat diimplementasikan untuk
memastikan kesiapan fallback sistem untuk mengambil alih peran operational sistem
saat main sistem mengalami kegagalan
Mekanisme main dan fallback data synchronization harus mengijinkan switch over dari
main ke fallback dan sebaliknya berjalan secara seamless
Ultimate fallback harus didesain untuk memiliki level fungsi, kemampuan dan handling
capacity yang sama dengan main sistem bila terjadi kegagalan yang cukup panjang

Fungsi realtime data synchronization harus diimplementasikan antara main dan fallback
sistem, untuk memastikan konsistensi data switch yang mulus saat technical failure
terjadi
Section Requirement Compliance Reference Comment
2.7.2.2 ONLINE TEST
Online test untuk hardware dan software harus diberikan untuk memverifikasi operasi
sistem komputer
Fungsi online test harus secara periodik melakukan pengecekan subsistem dan
menampilkan alert untuk fault situation
Fungsi online test harus secara periodik memverifikasi communication availability
untuk semua node dalam jaringan dan semua external interface
2.7.2.3 ATMAS SYSTEM CONTROL AND RECONFIGURATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengeksekusi tindakan berikut dari posisi
supervisor:
a)System Startups;
b)Disable/Enable of automatic equipment switchover;
c)Reconfigurations;
d)VSP updates;
e)Reassign a spare controller workstation to replace a failed controller workstation

2.7.2.4 ATMAS SECTOR RECONFIGURATION


Sistem harus memiliki kemampuan untuk memberikan tampilan grafis pada konfigurasi
ATMAS sector
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menggunakan preset sector configuration
yang ditentukan dalam adaptation data
Sector reconfiguration harus dilaksanakan pada posisi operational supervisor
Operational supervisor harus memiliki kemampuan untuk mencetak consolidation
report
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan dan mencetak current sector
load dan predic sector load, berdasarkan perkiraan waktu tertentu
2.7.2.5 CYBER SECURITY THREATS AND PRIVACY REQUIREMENT
2.7.2.5.1 GENERAL DESCRIPTION
Untuk menangani ancaman cyber security, ICAO memperluas cakupan SARPs dalam
Annex 17 yaitu security dengan tambahan pada Doc 8973 “Aviation Security Manual”
yang menetapkan aviation security requirements, termasuk cyber security pada
ATMAS.
ICAO juga menerbitkan Doc 9985 “ATM Security manual” yang menentukan prinsip
dan panduan untuk melindungi infrastruktur ATM system dari serangan cyber.
ICAO dan organisasi internasional lain telah mempromosikan pentingnya cyber
security dalam ATM system melalui website

2.7.2.5.2 CYBER SECURITY MANAGEMENT


Elemen penting dalam penanganan cyber security yaitu:
a)Cyber Security
Sistem harus memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari ancaman cyber security

b)Network Infrastructure Protection


Sistem harus dapat melakukan perlindungan proaktif terhadap backbone data network
Perlindungan berlapis untuk eksternal TCP/IP ke sistem lain terdiri dari network
equipment, firewalls, Network Intrusion Detection (NIDS) atau Network Prevention
System (NIPS) disarankan untuk memperkuat perlindungan network ATMAS terhadap
cyber security dari external connection

c)User Account Management


Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengatur user dan password, menampilkan
list user yang logon di posisi operational supervisor, dan merekam semua aktivitas
berdasarkan logon/logoff control log
Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan sebuah proses administrasi yang
sistematis dan tercatat terhadap user account dan akses
d)System Development Life Cycle
Untuk kelangsungan dan keberlanjutan perlindungan terhadap cyber security,
diperlukan pengembangan sistem life cycle dalam ATMAS
e)Removable Media Control
Sistem harus mampu mengatur penggunaan removable device/media
Removable media harus dapat di scan oleh sistem untuk mencegah adanya konten yang
berbahaya sebelum media melakukan upload data ke ATMAS
f)Software Security Patch Management
Penutupan celah keamanan ATMAS adalah kunci untuk keseimbangan antara security
dan performance
g)Physical Security Measures
Pemberian Physical security dari perimeter security sampai dengan console/rack level
meliputi facility management, security guards, CCTV surveillance, access control,
physical lock, USB blocker dan sebagainya
h)Response to Cyber Security Incidents
Mekanisme pelaporan langsung disarankan untuk dilakukan dengan tujuan untuk
mendapat bantuan yang cepat dari local authority untuk penanganan insiden cyber
security
2.7.3. SYSTEM OPERATION MODE
2.7.3.1 NORMAL AND DEGRADED MODE
ATMAS harus mampu bekerja dalam kondisi normal dan kondisi degraded mode
Dalam kondisi normal, semua elemen sistem ATMAS bekerja secara normal dan
bekerja dalam kondisi full redundancy
Section Requirement Compliance Reference Comment
Dalam kondisi degraded mode harus dapat mengijinkan controller untuk tetap
mempertahankan pemberian pelayanan dengan menggunakan fungsi sistem yang
terbatas untuk periode yang pendek saat teknisi menangani permasalahan sistem atau
akan berpindah ke fallback system
2.7.3.2 MAIN AND FALLBACK MODE
Sistem harus dapat mengkonfigurasi antara Main dan Fallback mode
Pada main operation mode, sistem harus bertanggung jawab untuk memproses AFTN
message, assign SSR mode, merespon controller input, berkomunikasi dengan
eksternal sistem dan sinkronisasi data dengan fallback system
Pada fallback operation mode, sistem tidak akan memproses semua tanggung jawab
tersebut, tapi menerima sinkronisasi data dari main sistem dan tetap mengupdate data
untuk persiapan switchover kapan saja
Terkait HMI desain, operational mode harus ditampilkan pada CWP dan posisi
technical maintenance dengan tanda yang jelas bila terjadi penurunan fungsi sistem
Untuk kasus operasi Main dan fallback sistem, ATMAS harus dengan jelas
mengindikasikan current mode of operation, main atau fallback pada HMI untuk
memastikan controller bekerja pada sistem yang tepat
2.7.4. SYSTEM INTEROPERABILITY
Fungsi sistem operability memungkinkan ATMAS untuk bertukar berita dengan
eksternal sistem lain untuk menerapkan information sharing berikut:
a)Sinkronisasi data dengan fallback ATMAS
b)Message exchange dengan tower sistem
Sistem dapat bertukar berita dengan integrated tower system, A-SMGCS, dan tower
electronic system, dan berikut data yang dimaksud:
a)Flight plan message
Sinkronisasi informasi flightplan message antara ATM system dan tower system,
termasuk pembuatan flight plan, modifikasi, penghapusan, pembatalan dan flight plan
live evolution
b)SSR assignment message
Sinkronisasi informasi SSR allocation release antara ATM system dengan tower
system
c)Runway operational state
Sinkronisasi informasi penetapan operasional runway antara ATM system dengan
tower system termasuk DEP/ARR CLOSE dan tambahan informasi lain seperti
inspeksi dan pembangunan/pekerjaan yang bersifat sementara
2.7.5. SYSTEM EXTERNAL INTERFACES REQUIREMENT
2.7.5.1 RADAR
Sistem dapat memanage input dari tiap radar dengan synchronous serial interface
(SNL) atau ethernet interface dan dapat menerima dan memproses plot/track dalam
standar format termasuk ASTERIX
Mode S radar data: Data dari tiap Mode S radar dalam bentuk ASTERIX CAT
034/048 atau dalam bentuk standar format
Radar interface harus mematuhi Radar- ATMAS ICD
2.7.5.2 ADS-B
Sistem dapat memanage input dari tiap ADS-B dengan serial interface atau ethernet
atau IP dan dapat menerima dan memproses ADS-B data dalam format standar
ASTERIX CAT 021 ver 2.1 atau yang tersedia saat itu
Filter figur of merit (FOM)
Setiap ADS-B bisa mendeteksi setiap informasi kualitas target yang diterima. Data
yang diterima dibawah FOM bisa di reject oleh sistem
Filter test target mode S address tidak tertampil di controler working position
ADS-B interface harus mematuhi ADS-B -ATMAS ICD
2.7.5.3 MLAT
Sistem harus dapat terkoneksi/interface dengan Jakarta airport MLAT sistem
Interface harus mematuhi MLAT- ATMAS ICD
2.7.5.4 DATALINK SERVICE PROVIDER (DSP)
Sistem harus terkoneksi/interface dengan ADS-C/CPDLC service provider
Interface harus mematuhi Data Link Service Provider - ATMAS ICD
2.7.5.5 ADS-C
Sistem harus terkoneksi/interface dengan ADS-C/CPDLC service provider
Interface harus mematuhi Data Link Service Provider - ATMAS ICD
2.7.5.6 CPDLC
Sistem harus terkoneksi/interface dengan ADS-C/CPDLC service provider
Interface harus mematuhi Data Link Service Provider - ATMAS ICD
Sistem dapat berkomunikasi dengan peralatan CPDLC eksternal sesuai dengan
ARINC, FANS1/A, ATN B1 data format lewat ethernet atau serial interface
2.7.5.7 AFTN/AMHS
Spesifikasi AMHS tercantum dalam ICAO doc 9705 dan Doc 9880, termasuk dua
tingkat service sesuai tingkat fungsi AMHS yaitu basic ATS message handling service
dan extended ATS message handling service
Sistem harus dapat menerima dan mengirim ICAO flightplan data message via AFTN
atau AFTN sesuai dengan Doc 4444 15a edition dan doc 9705
Sistem dapat memanage input data dari serial interface (SNL) atau ethernet interface
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem dapat memanage input data dari serial interface (SNL) atau ethernet interface

Interface harus mematuhi AFTN/AMHS-ATMAS ICD


Sistem dapat menerima dan mengirim message secara otomatis format IA5 atau ITA2

2.7.5.8 METEOROLOGICAL INTERFACES


Meteorological radar
Radar cuaca harus mematuhi weather radar-ATMAS ICD
a)QNH interface
Sistem dapat memproses QNH data dari sistem AWOS melalui asynchronous serial
interface
b)GRIB interface
Sistem dapat menerima dan memproses GRIB message dari ethernet
2.7.5.9 TERMINAL CONTROL UNIT (TCU) AND TOWER
Sistem harus menggunakan AIDC untuk terkoneksi dengan adjacent ATMAS melalui
AFTN/AMHS atau via direct connect, kecuali yang tercantum dibawah ini

TCU interface harus mematuhi TCU-ATMAS ICD


Tower interface harus mematuhi Tower-ATMAS ICD. (Catatan: tidak diterapkan
untuk Soetta tower karena termasuk bagian dari ATMAS internal JATSC)
Sistem harus dapat berkomunikasi antara FDP dengan adjacent/eksternal FDP yang
ada di dalam Jakarta FIR dengan format ADEXP atau format ASTERIX 62 atau
format lainnya jika ada
2.7.5.10 FLIGHT PLAN COORDINATION
Flight plan data harus dapat dipertukarkan dengan adjacent ATC center (other ACC).
Sistem harus dapat bertukar data dengan menggunakan AIDC
Untuk koordinasi flight plan, interface harus dilakukan lewat AFTN/AMHS atau
memakai ATN masa depan, tetapi untuk kompatibilitas dengan sistem sebelumnya
harus memakai X-25 dengan direct link atau lewat TCP/IP (memakai minimal X-25 ke
TCP/IP converter)
Interface harus mematuhi APAC ICD untuk AIDC
Sistem harus dapat bertukar data AIDC sesuai dengan AIDC protokol lewat jalur
AFTN dan atau dedicated line
2.7.5.11 DEFENSE SYSTEM INTERFACE
Interface digunakan untuk surveillance data sharing dengan Air Defence System
Interface harus mematuhi Defence system-ATMAS ICD
2.7.5.12 DATA SYNCHRONIZATION AND EXCHANGE INTERFACE
System track interface
Sistem dapat menerima dan mengirim system track dengan serial interface dan ethernet
dalam ASTERIX CAT 062
Flight data exchange interface
Sistem dapat menerima dan mengirim flight data dengan serial interface dan ethernet
dalam format yang disepakati
Audio playback interface
Sistem dapat menyediakan interface untuk sinkronisasi aktivitas playback dengan audio
dalam format yang disepakati lewat serial interface atau ethernet, dimana dapat
mensinkronkan waktu antara playback audio dengan tampilan ASD
2.7.5.13 AIS AND ATFM
Sistem interface dengan AIS harus mematuhi AIS-ATMAS ICD
System interface dengan ATFM harus mematuhi ATFM-ATMAS ICD
System koneksi / memberi supply data ke ATFM dengan format dari FDP dan SDP

2.7.5.14 GNSS TIME INTERFACE


Sistem harus dapat menerima GNSS time dari time reference system with Ethernet
NTP protocol atau serial interface
Sistem harus memiliki kemampuan untuk sinkronisasi semua sub sistem dengan
sumber waktu umum dengan deviasi maksimum 100 milisecond
Time reference output harus diberikan untuk sinkronisasi jam lain dengan sumber
waktu umum terutama sistem perekaman audio
2.7.5.15 SWIM INTERFACE
Sistem dapat memproses Flight Information Exchange Model (FIXM), Aeronautical
Information Exchange Model (AIXM), ICAO Meteorological Information Exchange
Model (IWXXM), dan Flow Information Exchange Model (FLXM) via VPN

2.7.5.16 UPS AND POWER GENERATOR


Sistem akan terhubung dengan UPS untuk mengetahui status UPS
Sistem harus mematuhi UPS-ATMAS ICD
Sistem akan terhubung dengan Power generator untuk mengetahui status Power
Generator
Main system, fallback system dan DSA harus menggunakan supply daya yang berbeda

Sistem harus mematuhi Power Generator-ATMAS ICD


2.7.6. HUMAN MACHINE INTERFACE (HMI)
2.7.6.1 HUMAN FACTOR
Section Requirement Compliance Reference Comment
Human Factor berperan penting dalam kesuksesan atau kegagalan sistem dalam tujuan
operasional
2.7.6.2 MESSAGE HANDLING
Message handling untuk ADS, CPDLC, dan AIDC message harus dapat dicapai
dengan menggunakan menu akses untuk pembuatan messages dan pop up window
untuk membalas pesan yang masuk
Hal tersebut di atas harus dapat diakses melalui track label
Untuk CPDLC, ada dua elemen untuk pembuatan message: pemilihan specific message
dan entry of necessary data. Pemilihan message harus simpel/sederhana
AIDC message umumnya dibuat secara otomatis untuk membentuk flight plan data

2.7.6.3 INPUT DEVICE


Peralatan input data untuk controller dalam bentuk peralatan text input dan pointing
device
Peralatan text input harus dalam bentuk standard keyboard
Pointing device harus dalam bentuk mouse dan dapat digunakan / dikonfigurasi untuk
pemakaian (tangan kanan atau kiri)
2.7.7 TIME REFFERENCE SYSTEM DAN AUDIO RECORDER INTERFACE
Sistem berisi Time reference system yang akan menentukan sumber waktu standar
untuk semua sub sistem dan sinkronisasi dengan eksternal sistem seperti: audio
recorder untuk kegiatan playback, AMHS, ATFM, VSCS dan lainnya
Time reference system akan sinkron dengan GNSS signal yang diterima dari antena
dan akan didistribusikan ke semua node dengan Network Time Protocol (NTP)

Sistem harus memiliki kemampuan untuk sinkronisasi semua sub sistem dengan
sumber waktu umum dengan deviasi maksimum 100 milisecond
Time reference output harus diberikan untuk sinkronisasi jam lain dengan sumber
waktu umum terutama sistem perekaman audio
2.7.8. FACILITY NETWORK
Sistem harus menyediakan sebuah jaringan data dan komunikasi yang reliable,
redundant, standard commercial dan high speed antar sistem dan fasilitas di luar
ATMAS dan untuk komunikasi antara sistem lain dengan ATMAS
Sistem harus menyediakan firewall antara high speed data path dengan outside data
source
2.8 SYSTEM CAPACITY AND QUALITY FACTORS
2.8.1. SYSTEM CAPACITY DAN RESPONSE TIME
Capacity requirements diterapkan untuk konfigurasi operasional dan test
configuration. System design harus mengakomodasi nilai yang didefinisikan pada tabel
1,2, dan 3 kolom A
2.8.1.1 WORKING POSITION
Jumlah workstations di Tower Bandara Soekarno-Hatta.
Jumlah working station New JATSC di Kantor Pusat AirNav.
a)Monitor flat panel Full HD minimal ukuran 42-45 inch diadakan dan ditempatkan
di atas di antara posisi controller dan asisten sesuai jumlah ATC sector unit yang
digunakan sebagai Controller Information Display (CID)
b)Jumlah kebutuhan untuk CID adalah:
i.Monitor: 50 buah termasuk kabel HDMI
ii.Workstation included mouse dan keyboard: 50 set
iii.Server included mouse dan keyboard: 1 set
iv.Jaringan dan perangkatnya (komputer dan catu daya
2.8.1.2 SYSTEM DATABASE
Data Base Item Quantities
2.8.1.3 INTERFACE CONFIGURATION
System Interface Configuration
2.8.1.4 CAPACITY OF RECORDING DAN PLAYBACK
Kapasitas Recording dan playback merujuk pada storage time data dalam sistem, nilai
nilai berikut digunakan dalam sistem desain
a)Periode minimum untuk penyimpanan recording data tidak boleh kurang dari 90
hari
b)Periode minimum untuk system traces tidak boleh kurang dari 90 hari
c)Periode minimum untuk penyimpanan raw surveillance data tidak boleh kurang
dari 90 hari
2.8.1.5 LOAD CAPACITY AND RESPONSE TIME
Sistem harus memenuhi load capacity berikut untuk fungsi penuh dan under the load
pada tabel 5
Semua load capacity berada pada standar 95 persen
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan sebuah track dengan
maksimum waktu 500 milidetik sejak penerimaan track message (response time 95
persen).
Sistem harus mengupdate tampilan dengan surveillance data yang diterima untuk
mengupdate display data dalam waktu 1 detik dari penerimaan surveillance report yang
baru
Sistem harus mengeluarkan flight data ke workstation yang relevan dalam waktu 3
detik sejak data diterima
Refresh cycle untuk pergerakan kursor harus tidak boleh kurang dari 30 milidetik
Section Requirement Compliance Reference Comment
Tampilan menu memiliki respon waktu 50 milidetik semenjak input/perintah untuk
membuka menu tree.
Redisplay untuk complete window beserta isinya memiliki waktu respon 250 milidetik
semenjak window reconfiguration (scrolling, resizing, overlapping dsb).
Sistem harus menampilkan data data berikut dalam waktu 250 milidetik:
•Semua traffic yang terkait (radar dan flight plan) yang tampil pada layar sector harus
tertampil dalam waktu 250 milidetik.
•Sistem status warning harus tertampil dalam waktu 250 milidetik
Sistem harus menampilkan data dalam waktu 3 detik setelah user memasukkan
permintaan atau input dari sumber eksternal:
•User meminta traffic related data
•Non traffic related data selain radar weather map data
Sistem harus memberikan penanda diterima atau ditolak terhadap sebuah input dalam
waktu 100 milidetik dari perintah input
Sistem harus menampilkan weather map dalam waktu 5 detik setelah menerima data
blok utuh dari radar site
Sistem harus menampilkan map data dalam waktu 3 detik setelah pemilihan map data

2.8.1.6 MONITOR AND CONTROL PERFORMANCE


Perubahan dalam sistem status atau sistem alert harus menimbulkan sebuah indikasi
secara visual dan aural dalam waktu 1 detik setelah event terjadi
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan semua remote status dan semua
eksternal alarm pada posisi supervisor dalam waktu 3 detik setelah event terdeteksi

2.8.1.7 START-UP/START-OVER/SWITCH-OVER/REASSIGMENT
Sistem start up times
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan restart dan menjadi full
operasional seluruh sistem dalam waktu 10 menit (cold start)
b)Waktu yang dibutuhkan untuk sistem start up secara komplit pada posisi warm
sampai dengan kemampuan sistem secara penuh tidak boleh lebih dari 1 menit
2.8.1.7.2 SWITCHOVER TIMES
a)Waktu yang diperlukan untuk switchover dari sebuah komponen yang fail dalam
rantai radar processing tidak boleh lebih dari 2 detik dari awal kerusakan sampai
komponen alternatif tersedia
b)Waktu yang diperlukan untuk automatic switchover dari komponen lain yang fail
ke posisi standby tidak boleh lebih dari 10 detik, dari awal kerusakan sampai dengan
komponen alternatif tersedia
c)Waktu yang dibutuhkan untuk start up pada sebuah controller workstation dari
posisi power off ke kemampuan operasi secara penuh tidak boleh lebih dari 3 menit

2.8.1.7.3 SYSTEM START-OVER TIMES


a)Start-over didefinisikan sebagai proses dimana semua kondisi error/fault telah
selesai program operasi berlanjut atau dimulai dari safe program dan data storage
dalam online processing equipment. Start-over time akan berdasarkan atas asumsi
semua peralatan tidak ada komponen yang rusak, dan program dan database tersedia.

b)Sistem harus menyelesaikan proses start-over dalam 2 menit


2.8.1.7.4 REASSIGNMENT
a)Reassignment didefinisikan sebagai proses dimana elemen peralatan data
processing secara manual ditugaskan untuk fungsi processing dan berstatus online,
standby atau offline
b)Hal ini dimungkinkan secara manual menugaskan elemen dalam waktu 25 detik

2.8.1.7.5 DUAL INTERFACE CHANNEL RECOVERY


Dual interface channel recovery didefinisikan sebagai sebuah proses dimana failed
interface channel diganti dengan standby interface channel
Saat failure terjadi dalam digital datalink atau satu channel sebuah unit yang memiliki
dual channel interconnection sebuah peralatan data processing, recovery dan
rekonfigurasi ke alternate channel atau link harus terjadi tidak lebih dari 250 milidetik

2.8.1.8 COMPUTER RESOURCES REQUIREMENT


Load maksimum yang diijinkan untuk semua processor adalah 50% dari maksimum
capacity.
Maksimum memory occupation yang diijinkan dalam semua kondisi adalah 50% dari
maksimum available memory.
Maksimum server disk usage dan workstation untuk playback dan recording harus
kurang dari 80% dan untuk yang lain adalah tidak boleh kurang dari 50%.
Maksimum server network load dan workstation tidak boleh lebih dari 60% dari total
bandwith.
2.8.2. SYSTEM QUALITY FACTOR
2.8.2.1. SYSTEM RELIABLITY
Failure rate terhadap kemampuan HMI, yang terdiri dari kemampuan semua hardware
dan software pada CWP harus kurang dari 1 kegagalan/kerusakan per 6 bulan.

Failure rate terhadap kemampuan SDP, yang terdiri dari kemampuan semua hardware
dan software pada CWP harus kurang dari 1 kegagalan/kerusakan per 6 bulan.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Failure rate terhadap kemampuan FDP, yang terdiri dari kemampuan semua hardware
dan software pada CWP harus kurang 1 kegagalan/kerusakan per 6 bulan.

Failure rate terhadap kemampuan fungsi operasional lain, yang terdiri dari kemampuan
semua hardware dan software pada CWP harus kurang dari 1 kegagalan/kerusakan per
6 bulan.
Failure rate terhadap pointing device harus kurang dari 1 kegagalan/kerusakan per
30.000 jam
Failure rate terhadap keyboard harus kurang dari 1 kegagalan/ kerusakan per 10.000
jam
2.8.2.2 SYSTEM MAINTAINABILITY
Sistem design harus menerapkan deteksi system fault dan fault isolation
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi all system failure
Sistem harus menyediakan mean time to repair kurang dari 30 menit
2.8.2.3 SYSTEM AVAILABLITY
Sistem harus menyediakan operational availability dengan menggunakan
redundant/tolerant system architecture, system fault coverage dan fault detection, dan
perbaikan preventif dan korektif
Availability konfigurasi operasional ATMAS harus lebih dari 99,999%
Availability konfigurasi test ATMAS harus lebih dari 99%
Availability konfigurasi Testbed ATMAS harus lebih dari 99,3%
MTBF dari Surveillance data Processing tidak boleh kurang dari 100.000 jam
MTBF dari Flight Data Processing tidak boleh kurang dari 100.000 jam
MTBF dari Single workstation tidak boleh kurang dari 10.000 jam
2.8.2.4. DESIGN AND CONTRUCTION CONSTRAINT
Sistem harus dibangun menggunakan software aplikasi dan operating system dengan
lisensi tetap (fixed license) dari pabrikan dan bukan lisensi sementara (temporary
license) yang membutuhkan pembaruan/update secara berkala
Sistem harus memaksimalkan penggunaan help file dan hints untuk button option untuk
meningkatkan pemakaian.
Server harus terinstal terpisah dari operational room. Seluruh server dan workstation
dilarang menggunakan device tambahan sebagai pintu masuk pengoperasian server dan
workstation tersebut (hardware locking).
2.8.2.5 ACCURACY
Sistem harus mampu untuk melayani pemanduan ATC dengan luas wilayah setidaknya
1 point sebelum Boundary Waypoint FIR JATSC.
Untuk CWP yang digunakan sebagai Contigency Plan FIR UPG (FIC1, FIC2 dan Open
Sectors) dilengkapi dengan maps UPG FIR.
Akurasi dari map projection dalam wilayah yang tercover oleh radar dan ADS-B ≤
0,06 NM.
Akurasi dari map projection dalam wilayah yang tidak tercover oleh radar dan ADS-B
tetapi tercover oleh ADS-C ≤ 0,5 NM.
Akurasi dan performance ATMAS harus mendukung separasi standar 5 NM antar
pesawat pada posisi enroute dan 3 NM pada posisi terminal airspace
Metode perhitungan tracing performance harus berdasarkan spesifikasi
EUROCONTROL untuk ATM Surveillance system performance.
Akurasi track sebuah pesawat yang terdeteksi oleh multiple SSR harus berdasarkan
spesifikasi EUROCONTROL untuk ATM Surveillance system performance.

Akurasi track sebuah pesawat yang terdeteksi oleh multiple SSR harus berdasarkan
spesifikasi EUROCONTROL untuk ATM Surveillance system performance.

2.8.2.6. ACCURACY OF DISPLAY INFORMATION


Akurasi terhadap displayed information harus sesuai dengan separasi radar yaitu 5 NM,
3 NM (dalam Terminal Area) dan 2 NM (untuk Dependent Approaches) antar pesawat
dapat disupport dan diterapkan secara aman dalam area yang didefinisi oleh sistem

2.8.2.7. SAFETY NET PERFORMANCE


2.8.2.7.1 MSAW PERFORMANCE
a)MSAW nuisance alarm requirement
Untuk MSAW nuisance alarm adalah false declaration dari sebuah alert untuk sebuah
track yang tidak mendekati daerah yang didefinisikan sebagai MSAW area. MSAW
fake/false alarm rate tidak boleh lebih dari 2 per 100 MSAW alarm.
b)MSAW missed Detection requirements
Adalah sebuah kegagalan yang menimbulkan sebuah alert sebelum track menuju
daerah MSAW. Probabilitas MSAW missed detection harus kurang dari 0.01.

2.8.2.7.2 APW PERFORMANCE


a)APW nuisance performance requirement
Untuk APW nuisance alarm adalah false declaration dari sebuah alert untuk sebuah
track yang tidak mendekati daerah yang didefinisikan sebagai APW protected area.
APW fake/false alarm rate tidak boleh lebih dari 2 per 100 APW alarm.
b)APW missed detection requirement
Adalah sebuah kegagalan yang menimbulkan sebuah alert sebelum track menuju
daerah protected area baik secara horisontal maupun vertikal. Probabilitas APW
missed detection harus kurang dari 0.01.
Section Requirement Compliance Reference Comment
2.8.2.7.3 STCA PERFORMANCE
a)STCA nuisance performance requirement
Untuk STCA nuisance alarm adalah false declaration dari sebuah alert untuk sebuah
track yang tidak mendekati daerah yang didefinisikan sebagai jarak STCA antar
pesawat. STCA fake/false alarm rate tidak boleh lebih dari 2 per 100 STCA alarm.
b)STCA missed detection requirement
Adalah sebuah kegagalan yang menimbulkan sebuah alert sebelum track menuju
jarak yang ditentukan dengan posisi pesawat lain baik secara horisontal maupun
vertikal. Probabilitas STCA missed detection harus kurang dari 0.01.

2.8.2.8 SYSTEM ENVIRONMENT REQUIREMENT


2.8.2.8.1 Kebisingan
a)Level kebisingan tidak boleh lebih dari 50 dB tiap 1 meter untuk peralatan yang
diletakkan dalam ruang peralatan.
b)Level kebisingan tidak boleh lebih dari 50 dBA dari depan permukaan workstation
yang berada dalam ATC operational room
2.8.2.8.2 Pencahayaan
a)Pencahayaan dari sinar matahari yang masuk pada operational room dapat
diminimalisir terutama beberapa jendela yang langsung mendapat sinar matahari
sehingga cahaya yang masuk tidak berlebihan dan dapat mengganggu fokus dalam
melakukan pemanduan.
b)Lampu pada operational room dapat diatur intensitas pencahayaannya dan perlu
adanya penataan pencahayaan indirect agar menimbulkan kesan yang indah dan
suasana yang nyaman.

2.8.2.8.3 Lantai
a)Perlu dipertimbangkan penggunaan bahan pelapis lantai yang tidak menimbulkan
pantulan cahaya yang berlebihan.
b)Lapisan lantai untuk meredam suara/pergerakan orang dalam ruangan tersebut.
c)Pemasangan pelapis peredam lantai tidak boleh mengganggu pemeliharaan
peralatan

2.8.2.8.4 Suhu dan kelembaban


a)Pendinginan untuk peralatan di dalam console didesain sedemikian hingga udara
optimal untuk pendinginan peralatan tidak keluar dari dalam console sehingga suhu
udara untuk manusia/operator harus tetap terjaga pada suhu yang nyaman untuk
melakukan pemanduan.
b)Operational room dapat dilengkapi dengan termometer dan hygrometer.
2.9 SUPPORT REQUIREMENT
2.9.1 TRAINING AND DOCUMENTATION REQUIREMENT
Pelaksana Pekerjaan harus menyiapkan dokumen pemeliharaan dan training yang
sesuai kepada AirNav, termasuk informasi yang lengkap mengenai instalasi yang tepat,
set-up, penggunaan, pengoperasian, dukungan, dan pemeliharaan sistem.
2.9.1.1. SYSTEM DAN DOKUMENTASI PEMELIHARAAN
Pelaksana Pekerjaan harus menyediakan dokumentasi kepada AirNav untuk cara
penggunaan, fitur aplikasi dan pemeliharaan sistem dan peralatan individu lainnya,
termasuk diantaranya sebagai berikut:
a)Operation handbooks dan user manuals untuk prosedur pengoperasian dan fungsi
system yang digunakan oleh controllers, supervisors, assistants, flight data operator
dan system specialists serta pengguna lainnya
b)Technical literatur untuk penjelasan teknikal dari konfigurasi dan pengoperasian di
dalam sistem tersebut, termasuk detail dari masing – masing system component, block
diagram dengan data flow, mekanikal, wiring schematic diagram, built drawing dan
sebagainya.
c)Service and maintenance manuals, termasuk system setup, pengoptimalan dan
parameter setting, prosedur preventive maintenance (system checking and rebooting,
calibration, cleaning, housekeeping, dan lainnya.) dengan frekuensi waktu yang
direkomendasikan dan prosedur troubleshooting hardware dan software (solusi yang
direkomendasikan dan flowchart untuk identifikasi permasalahan, penanganan alarms
dan error messages, serta hal lainnya).
Semua dokumentasi harus di review dan disetujui/disahkan sebelum digunakan
2.9.2. TRAINING REQUIREMENT
2.9.2.1 FACTORY TRAINING
Operator
Data system specialist
Engineering system / system specialist
Engineering ATM Automation
2.9.2.2 FACTORY TRAINING
Operator
Data system specialist
Engineering system / system specialist
Engineering ATM Automation
2.9.2.2 SITE TRAINING
Operator
Engineer ATC Automation
2.9.3. HARDWARE AND SOFTWARE PROBLEM
Jika ada kerusakan hardware selama masa pemeliharaan dan masa garansi, maka
pelaksana pekerjaan harus mengganti hardware yang baru.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Jika ditemukan permasalahan software atau bug selama masa garansi, maka pelaksana
pekerjaan harus menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pelaksana pekerjaan harus membantu menyelesaikan permasalahan sistem, jika
ditemukan permasalahan tersebut diluar masa garansi.
Penyelesaian permasalahan hardware dan software harus dilaksanakan secepat
mungkin, agar operasional tidak terganggu.
2.9.4. DATA INFORMASI RADAR METEO
Mampu menerima dan mengolah data dari radar meteo yang didapat dari pusat
pengolahan data meteo dari radar meteo JATSC atau BMKG Pusat.
Data radar meteo yang ditampilkan pada air situation display ATC system adalah
berupa data video yang mampu menunjukkan perbedaan intensitas awan yang diterima
dengan ketinggian tertentu.
Tampilan awan dari data radar meteo mampu dibedakan dengan warna sesuai standar
yang dikeluarkan oleh BMKG.
Ketinggian maksimum yang dapat ditampilkan adalah sampai dengan ketinggian
FL240

You might also like