Toc - Atmas
Toc - Atmas
Sistem harus dapat mengupdate tampilan dari surveillance data, FPL dan input dari
controller (Flight plan Navigated track).
Semua berita harus tervalidasi dengan format standar sebelum diintegrasikan dengan
data surveillance dengan menghilangkan error message beserta lognya.
Sistem harus dapat membuat timestamp untuk semua berita dengan dasar UTC dari
time reference sensor.
Sistem harus dapat mengolah data dari radar meteo untuk ditampilkan di ASD dalam
bentuk single composite weather image.
Sistem harus memiliki kemampuan surveillance report untuk mengolah multisensor
tracking untuk meningkatkan akurasi tampilan.
Sistem harus memiliki kemampuan sensor status, untuk menentukan sensor mana
yang dapat digunakan dalam data fusion.
Sistem harus mampu mengatur surveillance track update dan track suppression
Sistem harus dapat mengevaluasi secara realtime sensor- sensor mana yang
diprioritaskan untuk mengupdate system track.
Tingkatan prioritas untuk mengupdate data yaitu RADAR, ADS-B, ADS-C dan
Flight plan track
2.6.1.5 SURVEILLANCE DATA OUTPUT
Sistem harus dapat meneruskan/mentransfer data surveillance track dan informasi
flightplan terkait kepada Adjacent ATCAS dengan ASTERIX format kategori 62, 63,
65 dan filter geografis yang sebelumnya sudah diadaptasi.
Sistem harus dapat meneruskan/mentransfer surveillance track dan informasi flight
plan terkait kepada adjacent ATCAS melalui AIDC messages sesuai ICD yang terakhir
yang berlaku dengan menggunakan AFTN/AMHS atau sistem lain menggunakan
jaringan yang dikhususkan untuk hal tersebut.
Sistem harus dapat mengatur output system track dalam jangkauan wilayah tertentu
dengan setting parameter dan update rate sesuai dengan ATMAS.
2.6.1.6 SURVEILLANCE DATA PROCESSING CAPABILITIES
Sistem harus dapat mengupdate system track dengan menggunakan metode
Surveillance Tracking (ST) dari berbagai sensor pada daerah yang coveragenya
overlapping.
Kemampuan ST dengan menggunakan algoritma tertentu yang dapat memproses data
dari berbagai sensor.
Sistem harus dapat menampilkan system track yang mulus yang di update dari
berbagai sensor.
Sistem harus secara otomatis mengeluarkan surveillance report termasuk tipe dan
kualitas surveillance.
2.6.1.7 SURVEILLANCE PRESENTATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan surveillance data dalam 2
mode yaitu:
a)Multi-sensor Presentation Mode: surveillance mosaic (the system mosaic)
berdasarkan integrasi dari seluruh surveillance sensors.
b)Single-sensor Presentation Mode: semua single sensor yang tersambung ke system.
Tiap ASD harus memiliki fungsi seleksi untuk memilih tampilan dengan jelas.
Sistem harus tidak boleh ada disrupsi tampilan pada saat berpindah pindah mode
tampilan.
Sistem harus tetap memproses multi sensor data pada saat memilih single sensor
presentation mode.
2.6.1.8 SPECIAL PULSE IDENTIFICATION (SPI) PROCESSING
Sistem harus menampilkan tanda pada track identifier secara otomatis saat menerima
SPI dari radar track.
2.6.1.9 REAL TIME QUALITY CONTROL (RTQC) OF SURVEILLANCE DATA
RTQC digunakan untuk memonitor dan mengatur kualitas radar signal yang diterima
oleh sistem. RTQC menghitung sensor correction factor dan koefisien fusion weight
berdasarkan hasil monitoring dan controlling.
RTQC harus secara manual dan otomatis mengkompensasi deviasi azimuth dan jarak
radar atau sensor untuk meningkatkan akurasi deteksi dan proses multi tracking.
RTQC harus memberikan warning pada system monitor interface saat menemukan
abnormal data.
Sistem harus mampu mengisolasi data data yang tidak normal.
Sistem dapat menentukan ketersediaan data berdasarkan tingkat confidence dari
surveillance data coefficient.
2.6.1.10 AUTOMATIC TEST TARGET MONITORING
Section Requirement Compliance Reference Comment
SSR test transponder target dan ADS-B telah terpasang di wilayah yang terjangkau
cakupan radar untuk mengecek akurasi sesuai rekomendasi ICAO.
Test target harus dapat ditampilkan di ASD dan dapat disembunyikan apabila tidak
dibutuhkan terutama di ASD CWP.
Sistem harus dapat memonitor posisi geografis test target transponder dan
memberikan notifikasi apabila tes target rusak pada posisi technical dan operational
supervisor.
2.6.1.11 STATUS MESSAGE MONITORING
Sistem harus memonitor status message untuk menentukan apakah surveillance link
hidup atau mati
2.6.1.12 SURVEILLANCE DATA COUNTS MONITORING
Sistem harus dapat mengelola berbagai macam surveillance message data dan apabila
ada anomali, dapat ditampilkan pada posisi technical dan operational supervisor
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memproses nilai QNH pada minimum 256
area untuk perhitungan minimum usable flight level untuk ATS rute
2.6.1.18 SURVEILLANCE DATA OVERLOAD PROCESSING
Sistem harus mampu mengatasi surveillance data overload sebagai berikut :
a)Pada saat jumlah total target yang diproses oleh SDP mencapai batas tertentu,
sistem men-generate tanda warning secara otomatis.
b)Pada saat jumlah total target melebihi load threshold, sistem memberikan tanda
kepada user pertimbangan untuk memfilter atau membuang kelebihan data.
2.6.1.19 MONO RADAR DATA PROCESSING
Sistem harus melakukan syntactic dan semantic check pada data yang diterima yang
tidak sesuai standar, termasuk atribut target, identifier (SSR code, track
number,address code dan sebagainya), posisi, altitude, speed,time stamp, SIC/SAC,
dan lain sebagainya.
Sistem harus mampu mengoreksi time stamp yang tidak sesuai dengan menambahkan
time shift pada data yang diterima.
Sistem harus mampu menangani target correlation untuk men-generate track baru, atau
mengupdate track yang ada, atau menghapus track yang sudah usang, untuk kemudian
membentuk mono-radar track yang stabil.
2.6.1.20 MULTI RADAR DATA PROCESSING
Sistem menggabungkan data multi radar dan men-generate system track yang stabil dan
kemudian menggabungkan dengan target dari multiple radar, ADS-B menjadi target
identification mark yang unik. Saat radar data digabungkan, data-data akan
dipertimbangkan diantaranya atribut radar termasuk posisi, secondary code, altitude,
speed, karakteristik track dan lain sebagainya.
Sistem harus memastikan accuracy, continuity, and smoothing terhadap track yang
baru.
Section Requirement Compliance Reference Comment
System track quality harus tidak boleh terganggu oleh abnormal data yang diterima dari
beberapa radar.
System track harus memberikan alert calculation, correlation process dan HMI display.
Sistem harus mencatat kualitas setiap surveillance sensor untuk prakiraan selanjutnya
berdasarkan historical dan real time data, pada saat proses penggabungan track.
Sistem harus mampu menggunakan 24 bit aircraft address dan aircraft identification
untuk melakukan tracking dan correlation.
Sistem harus mampu memproses extra emergency selain kode 7500, 7600, 7700
termasuk lifeguard/medical, minimum fuel, and downed aircraft.
Sistem harus mampu memproses ground/air flag untuk memfilter ground target karena
sistem dapat mendeteksi pesawat yang ada di darat.
Sistem harus mampu memproses Mode S conspicuity code. Mode S conspicuity code
adalah sebuah standar dan non- discrete Mode 3/A code yang memberitahu ATMAS
bahwa ini adalah pesawat yang dilengkapi Mode S.
Sistem harus mampu tidak menggunakan Mode S conspicuity code untuk
mengidentifikasi pesawat, dan meng korelasi flight plan.
Sistem harus mampu menggunakan Mode S interrogated information seperti 24 bit
aircraft address untuk mengidentifikasi dan mengkorelasi flightplan.
Sistem harus mampu mengadopsi sejumlah 1000 Mode S conspicuity code disesuaikan
dengan yang menjadi standar di Asia Pasifik
2.6.1.22 EXTERNAL TRACK
Untuk mengantisipasi kegagalan operasi adjacent FIR Ujung Pandang maka ATMAS
JATSC harus mampu menerima dan mengolah data external surveillance yang
digunakan oleh ATMAS FIR Ujung Pandang yaitu Asterix cat 21, 23, 34, 48 dan 62.
Sistem harus siap untuk memproses secara otomatis Standard ICAO flightplan
messages, termasuk coordination messages lewat format AIDC atau OLDI (optional).
Sistem harus dapat memproses format Flightplan 2012 maupun format flight plan
terkini.
Sistem harus mampu men generate dan maintain system flightplan dimana akan
diproses sampai dengan berakhirnya.
Sistem harus memastikan bahwa ketidaksiapan peralatan ataupun komunikasi pada
sebuah sektor tidak akan mempengaruhi atau mengganggu pertukaran data antar
sektor/centre yang lain.
Sistem harus dapat memproses VFR flight sama halnya dengan IFR flight kecuali
apabila ditentukan.
2.6.2.3 FLIGHT DATABASE
Sistem harus memiliki kemampuan untuk establish and maintain a database of flight
plan dan mengaktifkan flight plan untuk diproses lanjut, diijinkan untuk dimodifikasi,
ditambah dan menghapus flightplan yang sebelumnya sudah ada.
2.6.2.4 REPETITIVE FLIGHT PLAN
Sistem harus mampu menerima RPL data lewat media, download atau input secara
manual dan menyimpannya dalam RPL file.
Sistem harus mampu memberikan peringatan saat RPL akan expire.
Sistem harus mampu mentransfer RPL secara otomatis ke FPL database pada waktu
yang ditentukan sebelum waktu entry menuju area of responsibility.
Sistem harus memberikan kemampuan kepada operator untuk membuat, memodifikasi
dan menghapus flight plan dari RPL file.
2.6.2.5 AFTN/AMHS FLIGHT PLAN DATA
Sistem harus mampu untuk menerima dan memproses ATS message yang diterima dari
AFTN/AMHS seperti : FPL, DEP, ARR, RQP, ALR, RCF, RQS, AFP, SPL, CPL,
DLA, CNL, EST, CHG, CDN, LAM, ACP, dan AIREP sesuai ICAO Dokumen 4444
dan juga termasuk coordination message.
Sistem harus mampu untuk enable atau disable lewat VSP proses ATS message secara
otomatis. Saat posisi enable, ATS message harus diproses untuk ditampilkan pada
specific Flight Plan positions dengan kondisi sebagai berikut:
a)Saat message berisi error, discrepancy, atau invalid data lain.
b)Saat flightplan pada field 18 terisi, kecuali terdapat data terdapat awalan minimal
"REG/", "SEL/", "OPR/", "ALTN/", atau "EET/".
Saat dimana message tidak teridentifikasi,atau berisi data yang tidak valid, atau tidak
dapat dipasangkan dengan data yang telah tersimpan, “invalid” response harus
tertampil pada specific Flight Plan positions. Message tersebut ditampilkan sebagai
“invalid” data
Sistem harus mampu melakukan semantic dan syntactic check terhadap message yang
diterima dan create atau update flightplan terkait disertai dengan koreksi. Message
yang tidak sesuai tersebut, dipilah dan dikirim ke posisi tertentu untuk diperbaiki secara
manual untuk kemudian diproses lagi oleh sistem.
Sistem harus didesain dengan fungsi message manual transmission, dan disiapkan juga
template secara default untuk setiap message untuk diperbaiki oleh user.
Sistem harus mengirim berita secara otomatis sesuai dengan kondisi dan pengalamatan
yang telah ditentukan (aerodrome departure, destination dan alternate). Pengalamatan
harus dapat diubah pada VSP, minimal message berikut bisa dikirim: DEP, ARR,
EST, dan CPL, dsb
Section Requirement Compliance Reference Comment
Pengiriman DEP dan ARR dapat dikonfigurasi untuk semua airport yang berada pada
juridiksi terminal area termasuk mengakomodir airport yang memiliki lebih dari 1
(satu) runway.
2.6.2.6 OPERATOR FLIGHT DATA INPUT
Sistem harus mampu menyusun dan memasukkan tipe flight plan message sebagai
berikut:
a)FPL dan CPL
b)Flight update messages (contoh: perubahan rute, divert, RTB)
c)Departure state transition messages
d)Fix estimate updates
e)Cleared level updates
2.6.2.7 ATMOSPHERIC DATA
Arah dan kecepatan angin, temperature data adalah dasar dari atmospheric data harus
didapatkan dalam bentuk Gridded Binary (GRIB) format.
Atmospheric data harus didapatkan untuk tiap tiap lapis ketinggian dan area yang
digunakan untuk perhitungan trajectory dan perkiraan waktu agar perhitungan lebih
valid
2.6.2.8 INPUT MESSAGE PROCESSING
Sistem harus mampu untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan memproses message
yang diterima beserta mengidentifikasi asal/ originator message.
Sistem harus mampu untuk memproses CNL message yang diterima dan menampilkan
pada sektor yang menangani.
Sistem harus mampu melakukan kegiatan berikut ini apabila menerima update
message:
a)Melakukan perhitungan ulang terhadap flight trajectory/flight times
b)Melakukan analisis baru terkait flight plan route
c)Melakukan analisis baru terkait rencana distribusi flight strip
d)Melakukan distribusi ulang flight data untuk display update
Sistem dapat menerima informasi parking stand dari airport system melalui jaringan
yang aman.
2.6.2.9 FLIGHT PROGRESS PROCESSING
Sistem harus mampu untuk menentukan status tiap flight yang mencerminkan kondisi
dari flight.
Selama masa hidup flight plan, sistem harus mampu menentukan status/atribut setiap
flightplan untuk kondisi dan transisi berikut:
a) Dormant - saat flightplan baru diterima atau dibuat dalam waktu 120 jam sebelum
EOBT sampai kondisi Inactive. Pada kondisi Dormant, sistem harus memproses
kegiatan berikut minimal:
i.Flight plan harus mampu ditampilkan, dikoreksi dan diedit hanya oleh FDO
working position.
ii.Flight plan harus mampu diupdate apabila sistem menerima berita berita yang
terkait dengan flightplan tersebut.
b) Inactive - beberapa jam atau VSP time sebelum kondisi Pre-Active.
c) Pre-Active - VSP time sebelum effective realization sebuah flight..
d)Active - sesuai dengan effective realization sebuah flight.
i.Announced/Coordinated
ii.Jurisdiction
iii.Handover-in
iv.Handover-out
v.Post Jurisdiction(deactivate insight airspace)
vi.Inhibit/Redundant
e) Terminated - sesuai periode saat flightplan diakhiri oleh operator secara manual atau
secara otomatis, dan tetap di sistem hanya untuk consulting features. Pada kondisi
Terminated , sistem harus mampu melakukan kegiatan sebagai berikut:
i.Release SSR code
ii.Stop perhitungan 4D trajectory
iii.Menghapus posting events dan mengeluarkan dari EFS
iv.Menyimpan data untuk analisis dan statistik lanjutan
f) Other States
Selain kondisi kondisi di atas, user dapat mendefinisikan SUSPENDED, dan kondisi
lain sesuai kebutuhan operasional. Pada kondisi ini FDP akan menghentikan update
flight profile dan menekan alarm yang terkait
2.6.2.10 ROUTE PROCESSING (4D PROFILE TRAJECTORY)
Sistem harus mampu membuat perhitungan 4 dimensional (4D) flight trajectory yang
membentang pada airspace yang dilewati untuk setiap flightplan yang valid yang
diterima.
Sistem harus mempertimbangkan data berikut dalam perhitungan route processing:
a)The defined airspace, airways, and ATS route structure.
b)Navigational aids/significant positions, Aerodromes and runways.
c)Standard Instrument of Departure/Standard Instrument Arrival (SID/STAR)
procedures.
Fungsi processing route harus menerima input data berdasarkan:
a)Rute sesuai dalam flight plan, atau yang ada dalam update message.
b)Entry pada significant position yang membentuk rute baik dalam bentuk
point/posisi ataupun posisi latitude/longitude.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mampu untuk mengecek error pada rute flightplan baik yang diterima
maupun yang sudah diinput secara manual dan tambahan
Sistem harus mampu mengecek konsistensi isi flight plan yang diterima ataupun yang
diisi secara manual termasuk aircraft type, perlengkapan pesawat dan kemampuan
pesawat.
Sistem harus mampu melakukan route analisis/konversi secara otomatis.
Trajectory estimation harus berdasarkan route, flight planned level/altitude, cruise
speed, available wind, and temperature data, adapted ATC constraints and aircraft
performance characteristics, target position, real time data input by controllers dan
sebagainya
Fungsi Route processing harus berdasarkan significant position dan calculated ETO
pada posisi tersebut dan perhitungan ulang ETO saat ada update (perubahan pada flight
melewati waypoint,sector boundary point,system event atau input controller).
Sistem harus mampu menampilkan grafis rute apabila dipilih oleh controller
2.6.2.11 SID DAN STAR PROCESSING
Sistem harus mampu melakukan aktif/deaktif SID dan atau STAR secara manual atau
secara otomatis berdasarkan perubahan runway in use.
Sistem harus mampu melakukan aktif/deaktif banyak SID dan atau STAR pada sebuah
airport dengan sebuah manual entry atau secara otomatis berdasarkan perubahan
runway in use.
Sistem harus mampu menentukan SID/STAR aktif untuk menggantikan inactive SID
pada sebuah flight plan.
Sistem harus memberitahu controller saat pergantian SID/STAR diterapkan pada flight
plan.
Sistem harus mengijinkan controller untuk menambahkan/menyesuaikan
penggabungan dan penggantian SID/STAR.
Sistem harus menentukan SID dan atau STAR berdasarkan runway in use termasuk
airport yang memiliki lebih dari 2 runway.
2.6.2.12 SSR CODE ALLOCATION
Sistem harus mampu untuk memproses SSR code allocation baik secara manual
maupun otomatis.
Sistem harus mampu mengijinkan user untuk menginput SSR code atau meminta SSR
code dari sistem apabila dilakukan secara manual.
Sistem harus mampu melakukan pemberian alokasi berdasarkan list kategori domestik
dan internasional apabila dilakukan secara otomatis.
Sistem harus mampu untuk mengakomodasi alokasi internasional untuk digunakan oleh
domestik, apabila alokasi domestik sudah penuh tetapi tidak boleh untuk sebaliknya.
Sistem harus dapat mempertahankan dan mengelola daftar kode untuk penggunaan
otomatis.
Sistem harus mampu untuk mempertahankan dan mengelola daftar kode yang
digunakan oleh flight dari sistem lain ataupun dari DEP message.
Sistem harus mampu untuk mengalokasikan secara otomatis, non-duplicate codes
untuk flight plan yang dibuat dalam declared airspace volume ataupun AOI untuk
outbound traffic dari bandara yang ada di dalam Jakarta APP/TMA.
Sistem harus mampu menentukan non-duplicated adapted discrete codes dan non
adapted discrete code terhadap flight yang ditentukan oleh input controller.
Sistem harus mampu untuk melepas previously assign code untuk re allocation.
Sistem harus mampu untuk menampung special code seperti VVIP flight, Training
flight, flight yang tidak/belum mendapat alokasi SSR.
Sistem harus mengijinkan Sistem specialist untuk mengubah daftar SSR allocation,
mengadaptasi inbound/outbound traffic ke airport dalam AOI atau declared airspace
volume.
2.6.2.13 FUNGSI FLIGHTPLAN AND TRACK ASSOCIATION
Sistem harus mampu secara otomatis menggabungkan antara flight plan dengan
surveillance system track yang cocok dengan syarat:
a)Specific flight plan status.
b)Identical SSR code or Aircraft ID.
c)Passing position and altitude check.
Sistem harus menggabungkan flight dengan urutan berdasarkan SSR Code, Aircraft ID
atau 24 bit address code.
Sistem harus mampu menggabungkan secara otomatis dengan menggunakan discrete
SSR code.
Sistem harus mampu untuk mengijinkan operator secara manual menggabungkan
dengan SSR code maupun track yang tidak memiliki SSR code (primary track), disertai
warning apabila penggabungan manual tersebut gagal.
Sistem harus mampu memonitor secara periodik setiap controlled flight sesuai dengan
rutenya, menggunakan gabungan surveillance track untuk menghitung ETO tiap fix
rute yang akan dilalui dan memastikan tiap fix telah dilalui.
Position and altitude check harus meningkatkan akurasi track gabungan, dengan
metode sebagai berikut:
a)Antara track position dalam route model yang terdiri dari airport, waypoint, dan
route corridor dalam flight plan.
b)Perbedaan antara posisi perkiraan flight plan dengan posisi track dalam jarak
tertentu.
Position dan altitude check harus dilakukan kepada take-off dan landing system track.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memecah/membatalkan gabungan bila syarat dan kondisi tidak sesuai
ketentuan, dan memberikan warning tetapi tidak berlaku untuk Emergency setting.
Sistem harus tetap mempertahankan gabungan SSR code apabila berubah ke 7500,
7600, 7700 yang termasuk dalam emergency setting.
Setelah bergabung, Sistem harus menyebarkan informasi gabungan ke modul lain dan
menampilkan pasangan system track ke controller position.
Sistem harus melakukan update flight profile berdasarkan position and altitude
information dari correlated surveillance track.
Sistem harus memberikan tanda pada associated track label saat SSR code, a/c 24-bit
address atau ACID dari flight plan yang tidak sesuai dengan Surveillance track.
2.6.2.14 SECTORIZATION
Airspace of interest digambarkan secara geografis saat adaptasi data dan tidak ada
overlapping volume dan disebut juga geographic sector.
Sistem harus mampu menyatakan volume berbentuk polygon secara horizontal terdiri
dari 20 lapis ketinggian tersebut menjadi control sector.
Sistem harus mendistribusikan flight data ke controller workstation berdasarkan jumlah
sektorisasi yang dipersyaratkan.
2.6.2.15 FUNGSI SECTOR CONFIGURATION
Sistem harus mampu merubah definisi control position dan tugas control sector ke
posisi lain untuk penggabungan sektor.
Sistem harus mampu mengecek apabila posisi yang baru dapat menampung flight yang
terdampak saat penggabungan sektor dan otomatis mengubah ownership new position.
Sistem harus mampu mengatur prioritas alert. Prioritas warning lebih tinggi dari pre-
warning. Emergency memiliki prioritas tertinggi, termasuk Hijack (7500), Radio
Communication Failure (7600), Emergency (7700) dan sebagainya.
Sistem harus mampu menyediakan window tersendiri untuk menampilkan semua
konflik yang terdeteksi selama waktu hidup flight plan.
Sistem harus menampilkan semua alert yang terdeteksi selama visualisasi flight plan
rute.
Sistem harus menampilkan semua flight yang terkait dalam sebuah konflik.
Sistem harus mampu menampilkan alert dan warning tanpa membuat kesulitan kepada
controller untuk membaca track label saat memberi instruksi
2.6.4.2 SPECIAL CODES AND EMERGENCY MESSAGES
Saat emergency messages diterima, sistem harus memproses dan menampilkan pada
posisi terkait, yang meliputi :
a)7500 (Hijack)
b)7600 (Radio Communication Failure)
c)7700 (Emergency)
Sistem harus menampilkan code reserved for special purposes, seperti A7500, A7600,
A7700, menggunakan juga sinyal suara VSP waktu tertentu untuk aktivasi tersendiri.
Sistem harus mampu untuk menampilkan emergency messages ADS-B, ADS atau
CPDLC yang diterima dari pesawat.
Sistem harus mampu menampilkan last detected position dari special code dan history
dari track gabungan, sampai alert di-acknowledge pada posisi supervisor atau sampai
dengan emergency code berubah menjadi code biasa.
Sistem harus mampu mencetak data-data terkait emergency.
2.6.4.3 SHORT TERM CONFLICT ALERT (STCA)
STCA adalah fitur safety net yang penting dalam ATMAS sebagai fitur pencegah
tabrakan, atau pemberi separation alert untuk pelanggaran terhadap separation minima
baik potensial atau aktual antar pesawat. STCA dapat bekerja antar target yang ada
FPL maupun antar target yang tidak ada FPL
Sistem harus mampu men-generate STCA berdasarkan track, CFL dan
mempertimbangkan informasi status PBN
Sistem harus mampu men-generate alert apabila sistem mendeteksi bahwa pelanggaran
vertical separation minima (adaptable) dan horizontal separation minima (adaptable)
masuk dalam perhitungan pre-determined (adaptable) time period.
Sistem harus mampu untuk mendefinisikan adapted volume dimana fitur STCA akan di-
inhibited.
Sistem harus mampu memproses dan men-generate STCA di dalam ATMAS terhadap
sebuah track berdasarkan heading, speed, altitude/flight level, vertical speed, flight
rules, RVSM status, separation standard of STCA area, dan time (adaptable).
Alert STCA yang dihasilkan harus termasuk indikasi visual dan aural pada workstation
dan kemudian dapat dihentikan dengan sebuah langkah acknowledgement oleh
controller.
Sistem harus mampu menampilkan window khusus STCA untuk menampilkan conflict
traffic.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mampu memproses STCA dengan 2 tahap alert berdasarkan prediksi dan
actual pelanggaran, contoh : Predicted Conflict Alert (PCA) dan Conflict Alert (CA).
Sistem harus didesain untuk mampu dikonfigurasi untuk multiple STCA volume untuk
complex airspace dengan standar separasi yang berbeda sesuai sektor. User dapat
menerapkan sesuai kebutuhan operasional.
STCA inhibition harus mempertimbangkan zona inhibition, SSR code grup, callsign
atau kondisi tertentu sesuai lingkup operasional dan kebutuhan.
Sistem harus mampu dan memiliki frekuensi STCA process cycle tidak boleh kurang
dari 1 kali track update.
2.6.4.4. MINIMUM SAFE ALTITUDE WARNING (MSAW)
Sistem harus mampu men-generate MSAW berdasarkan track yang terdapat informasi
SSR mode C. MSAW akan dihasilkan saat pesawat dengan informasi SSR mode C
terindikasi:
a)Pada kondisi terbang jelajah, ketinggian pesawat lebih rendah dari wilayah MSAW
yang ditentukan (adaptable)
b)Akan memasuki wilayah MSAW dengan rate of descent (adaptable time) tertentu.
c)Akan memasuki wilayah MSAW dengan rate of climb (adaptable time) kurang dari
semestinya.
Sistem harus mampu mengaktifkan dan menonaktifkan SUA sesuai jadwal yang
ditetapkan.
Sistem harus memiliki opsi pilihan untuk aktivasi, deaktivasi, atau kembali terhadap
SUA yang aktif.
Sistem harus memberikan kemampuan Operational Supervisor untuk mengecek secara
manual apakah suatu volume aktif sebagai SUA atau tidak.
Sistem harus mampu membuat dan menghapus volume secara manual.
APW inhibition harus mempertimbangkan zona inhibition, SSR code grup, callsign
atau kondisi tertentu sesuai lingkup operasional dan kebutuhan
2.6.4.6. APPROACH PATH MONITORING (APM) WARNING
Sistem harus mampu memberikan alert saat pesawat menyimpang dari approach funnel
baik secara lateral maupun vertikal.
Visual dan atau aural alert harus dapat di generate saat pesawat melebihi atau
diperkirakan akan melebihi nilai toleransi penyimpangan
Sistem dapat memproses parameter definisi zona APM minimal:
a)Nama runway dan arah
b)Touchdown point pada runway
c)Perpanjangan horizontal angular dari touchdown point
d)Perpanjangan vertical angular dari touchdown point
e)Jarak dari touchdown point
f)Glide slope elevation
g)APM inhibition zone
Sistem harus mampu memproses APM area dan alert yang dapat dikonfigurasi untuk
lebih dari satu runway.
2.6.4.7. DEPARTURE PATH MONITORING (DPM)
Fungsi DPM adalah untuk memonitor deviasi departure path trajectory baik itu vertikal
maupun lateral terhadap rencana jalur penerbangan.
Sistem harus mampu memberikan warning terhadap deviasi pesawat dari rencana jalur
keberangkatan untuk menghindari accident pada fase departure.
Visual dan atau aural alert harus dapat di generate saat pesawat melebihi atau
diperkirakan akan melebihi nilai toleransi penyimpangan.
Sistem dapat memproses parameter definisi zona DPM minimal:
a)Nama runway dan arah
b)Take off point pada runway
c)Definisi SID
d)Climb gradient
e)End detection point
f)DPM inhibition zone
Section Requirement Compliance Reference Comment
Untuk men-generate warning, dibutuhkan data surveillance, flight plan dan lingkungan
di antaranya adalah:
a)Posisi pesawat
b)Pressure altitude
c)SID
d)Flight rule
e)Concerned controller jurisdiction
f)Departure path definition
g)Look ahead time
2.6.4.8 NO TRANSGRESSION ZONE (NTZ) ALERT
NTZ didefinisikan sebagai koridor airspace antara dua perpanjangan runway centerline
dimana pesawat tidak boleh masuk. Tujuan NTZ alert adalah mengingatkan controller
apabila pesawat akan masuk atau sudah masuk dalam NTZ pada saat final approach.
Sistem harus memberikan warning apabila track pesawat akan masuk dalam NTZ area
dengan setting perhitungan waktu tertentu atau pesawat sudah masuk NTZ dengan
ketentuan sbb:
a)NTZ warning terdiri dari 2 bagian: NTZ pre-warning dan NTZ warning
b)Sistem harus men-generate pre NTZ warning untuk track yang akan memasuki
NTZ area dengan setting perhitungan waktu tertentu
c)Sistem harus men-generate warning apabila pesawat memasuki NTZ area
d)Sistem harus memberikan tanda secara visual dan aural saat pre-warning dan
warning NTZ terjadi serta memberikan kemampuan kepada controller untuk
mematikan dengan cara meng-acknowledge warning.
e)Sistem harus mampu mendefinisikan lebih dari 1 NTZ area, mengaktifkan dan
menonaktifkan secara online
2.6.4.9. MEDIUM TERM CONFLICT DETECTION (MTCD)
Sistem harus mampu menyediakan kemampuan MTCD untuk flight beserta
trajectorynya yang diupdate oleh surveillance sensor.
Sistem harus mengijinkan adaptable separation minima yang berbeda dan look ahead
time untuk diaplikasikan untuk pengecekan konflik dalam volume airspace yang
berbeda.
Sistem harus mampu menyediakan aplikasi separation minima berbasis radar.
Sistem harus mampu menyediakan kemampuan trial planning untuk mengecek
perubahan flight plan tanpa membuat perubahan pada current flight plan.
Sistem harus mampu men-generate MTCD saat flight plan baru atau modifikasi akan
menimbulkan konflik di suatu titik pada rutenya dengan active flight plan lain,
pertimbangan status PBN, RVSM airspace dan juga CTR/TMA airspace.
MTCD harus di-generate pada posisi controller dan asisten yang memiliki kewenangan
suatu sector dan juga ditampilkan pada posisi supervisor.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk perhitungan ulang terhadap prediksi secara
otomatis apabila ada perubahan rute, level ataupun estimate time pada flight plan.
Sistem dapat menampilkan level mode C atau QNH barometric altitude pada label
dengan jelas.
Saat pesawat dalam QNH area tertentu, sistem dapat melakukan koreksi ketinggian
berdasarkan nilai QNH.
2.6.5.13 ADS-B
Sistem harus mampu memproses dan menampilkan ADS-B status sesuai flight plan
terkait, input data dari operator dan coordination messages dengan mempertimbangkan
ADS-B airspace.
2.6.5.14 SSR CODE DUPLICATION WARNING
Sistem harus memberikan SSR Duplication warning kepada controller apabila terdapat
lebih dari 1 pesawat yang memiliki SSR code yang sama dalam suatu area..
Sistem dapat memberikan suggest SSR code yang tersedia bila ada duplikasi SSR
2.6.5.15 AIDC COORDINATION FAILURE WARNING
Sistem harus memberikan tanda visual kepada controller pada track label dan
electronic strip apabila terjadi kegagalan koordinasi AIDC.
2.6.5.16 SPI INDICATION
Sistem harus memberikan tanda visual kepada controller pada penerimaan informasi
SPI yang dipancarkan oleh pesawat.
2.6.5.17 DOWNLINK AIRCRAFT PARAMETER RELATED WARNING
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus men-generate DAPs related warning, termasuk :
a)24-Bit Code Mismatch Warning
Sistem harus menciptakan warning tersebut dan ditampilkan ke controller apabila
coupled track tidak sesuai dengan code yang tercantum pada kolom 18 flight plan
terkait
Sistem harus dapat menyajikan tampilan graphical timeline sesuai perhitungan pada
workstation.
Sistem harus dapat menyajikan tampilan time to gain/loss atau schedule fix crossing
time di smart label.
AMAN harus dapat memproses fungsi arrival management untuk 2 bandara ( Sukarno-
Hatta dan Halim).
AMAN harus menentukan runway untuk sebuah flight secara otomatis (dapat
menentukan runway mana sampai dengan 4 runway).
AMAN dapat menentukan secara dinamis hal berikut :
a)Mengubah flow rate dan spacing
b)Mengatur spacing antar pesawat
c)Mengubah Runway in use
d)Mengubah calculated sequence secara manual
e)Memasukkan (insert) sebuah flight secara manual dalam sequence (departure
dalam radius yang ditentukan)
f)Mengeluarkan sebuah pesawat dari sequence secara temporer atau permanen
g)Meluangkan slot pada sequence tanpa menentukan flight tertentu
h)Menghilangkan departure atau arrival slot pada saat ada perubahan aerodrome atau
di posisi enroute
i)Mengubah penentuan runway untuk mendarat untuk sebuah flight
j)Mengatur balancing penggunaan 2 atau lebih runway in use
AMAN harus mampu menghitung Expected approach time (EAT) apabila terjadi
surveillance failure.
Sistem harus dapat menerima setting untuk measurement point.
2.6.7 FUNGSI DEPARTURE MANAGEMENT (DMAN)
Section Requirement Compliance Reference Comment
DMAN harus memiliki minimal kemampuan untuk memproses:
a)Pengisian TOBT
Saat operator dan stakeholder mengisi sebuah TOBT, ATC dapat mengetahui kapan
pesawat siap untuk pushback
b)Perhitungan TTOT dan TSAT
Apabila TOBT diketahui, DMAN akan menghitung take off time untuk sebuah
pesawat. Apabila tidak ada konflik, TSAT menjadi TOBT. Bila take off time dipakai
oleh flight lain, DMAN akan mengkalkulasi TTOT. TTOT akan dihitung ulang untuk
mendapatkan TSAT.
c)Memperhitungkan CTOT
Bila ground delay diperlukan, Flow Manager akan mengeluarkan CTOT kepada sebuah
pesawat. Hal ini akan menggantikan TTOT sebuah flight dan DMAN akan menghitung
ulang dengan mengurangi taxi time dan pushback time dari TSAT.
CPDLC position report harus dapat ditampilkan apabila tidak ada ADS report
Sistem harus mampu untuk memutus CPDLC connection dengan pesawat
Sistem harus mampu untuk mengijinkan transfer CPDLC antar sektor tanpa mengubah
CPDLC link
Sistem harus mampu memproses message sesuai standar FANS 1/A operation manual
maupun free text
Sistem harus mampu mengijinkan controller untuk mereview uplink messages sebelum
dikirim
Sistem harus memproses messages sesuai prioritas
Section Requirement Compliance Reference Comment
Messages yang mempunyai prioritas yang sama ditangani berdasarkan waktu
penerimaan
Controller harus diberikan alert untuk berita yang gagal diterima dan membutuhkan
respon segera dalam sebuah Message Assurance Failure (MAF)
Sistem harus mampu mengijinkan controller untuk mengirim response message sesuai
dengan response number yang diterima
CPDLC dialog tidak boleh diakhiri sampai dengan respon penutupan diterima sesuai
dengan reference number
Saat message respon closure dikirim, dialog ditutup dan sistem harus mereject semua
usaha untuk mengirim lagi response message.
System berkemampuan menutup CPDLC dialog, independen dengan CPDLC closure
message receipt.
Sistem harus mampu untuk mengirim CPDLC secara lebih sering melalui interface
menggunakan track label gabungan
Sistem harus mampu menampilkan aircraft data dari ADS dalam standard atau
extended track label
Sistem harus mampu menampilkan bentuk simbol yang berbeda yang menandakan
pesawat memiliki kemampuan ADS/CPDLC dan sedang dalam komunikasi dengan
ACC
Sistem harus mampu mengijinkan operator untuk memisahkan informasi arah, speed
dan vertical speed yang diterima secara otomatis dari ADS
Sistem harus mampu untuk mengirim message ke pesawat tentang tindakan yang
diambil oleh controller
Sistem harus mampu untuk menampilkan outbox message list CPDLC message yang
belum terkirim untuk menjawab berita dari pilot
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan communication failure
message, saat sebuah expected downlink message tidak diterima
Sistem harus menyiapkan fungsi berikut untuk CPDLC data processing:
a)Menampilkan CPDLC position report dan flight data
b)Menampilkan CPDLC dialog window
c)Menentukan apakah pesawat memasuki CPDLC area berdasar informasi rute
d)Mengijinkan inisiasi CPDLC connection (logon) secara otomatis atau manual oleh
pilot atau oleh controller
e)Menerima dan memproses CPDLC downlink message, mengirimkan CPDLC
uplink messages dan mengelola message status
f)Mengijinkan untuk mencari CPDLC historical message dan menampilkan secara
kronologis
g)Memberikan tanda ke controller pada kasus: pengiriman correct message dan
penerimaan, manual operation dan keberhasilan logon
Semua kebutuhan harus sesuai dengan Global Operational Data Link Document
(GOLD)
Sistem harus menyediakan kemampuan kepada tower yang dilengkapi ATMAS untuk
membuat dan mengirim pre-departure clearance ke pesawat
2.6.8.2.3.Sistem dapat memberikan fungsi DCL sebagai berikut:
a)Menerima, memproses dan mengirim DCL message (ARINC 623, EUROCAE ED-
85A dsb).
b)Mengidentifikasi dan memproses RCD message, dan otomatis mengirim error
message ke controller dan menyarankan penyampaian clearance dengan suara bila
RCD message invalid.
c)Menggabungkan RCD message dengan flight plan yang cocok berdasarkan
callsign, departure airport, landing airport, dam otomatis membalas dengan FSM
message .d)Secara
otomatis mengirim CLD message berdasarkan correlated FDR dan input data secara
manual dan melakukan pengecekan synthetic dan semantic.
e)Mengecek kesesuaian antara CDA dan CLD message.
f)Mampu menampilkan informasi RCD, termasuk callsign, SSR code, CLD
processing identification, dan dapat mengedit dan mengirim CLD message.
2.6.8.3 DATALINK AUTOMATED TERMINAL INFORMATION SERVICES (D-
ATIS)
Sistem harus menyediakan kemampuan D-ATIS pada posisi tower yang dilengkapi
dengan ATMAS.
Sistem harus menyediakan kemampuan kepada personil tower untuk memasukkan data
ke D-ATIS.
Sistem harus mampu mengirim data text D-ATIS ke pesawat apabila diminta melalui
Data Link Service Provider.
Sistem harus mampu mengubah text D-ATIS menjadi suara dan untuk selanjutnya
dipancarkan melalui pemancar radio ATIS ke pesawat
2.6.8.4 D-VOLMET
Sistem harus mampu menyediakan kemampuan D-VOLMET
Sistem harus menyediakan kemampuan kepada personil tower untuk memasukkan data
ke D-VOLMET
Sistem harus mampu mengirim data text D-VOLMET ke pesawat apabila diminta
melalui Data Link Service Provider.
Sistem harus mampu mengubah text D-VOLMET menjadi suara dan untuk selanjutnya
dipancarkan melalui pemancar radio ke pesawat.
2.6.8.5 ADS-C
Sistem harus mampu menginisiasi periodic, event dan demand contract.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus dapat mensupport sebuah demand, sebuah event dan sebuah periodic
contract secara simultan dengan tiap pesawat.
Sistem harus melakukan cek validasi terhadap data yang masuk berdasar data flight
plan yang berkaitan dengan waktu, ketinggian, arah dan posisi.
Sistem harus mampu memproses ADS report yang menampilkan posisi pesawat, track
dan ketinggian. Antar ADS report, posisi pesawat harus dapat diperkirakan dan
ditampilkan secara otomatis dengan interval tertentu.
Referensi data report ADS harus dapat disajikan ke controller bila diperlukan dan tipe
ADS contract berdasar referensi dari dokumen ICAO 9694 dan 9880.
Urutan ADS messages yang diproses yaitu:
a)ADS emergency mode
b)Demand/event report
c)Periodic report
Message harus ditangani sesuai urutan waktu penerimaan data
Data error berikut harus diberitahukan kepada controller:
a)Message validation error
b)Message sequence error berdasarkan timestamp
c)Time out of ADS report in response of request
d)Periodic dan waypoint event report failure
Pemrosesan data ADS-C adalah sebagai berikut:
a)Sistem secara otomatis menentukan apakah pesawat masuk ADS-C area
berdasarkan informasi rute.
b)Koneksi ADS-C dapat diinisiasi oleh pilot atau controller.
c)Sistem menerima dan memproses ADS-C messages, termasuk periodic contract,
event contract, emergency, current location dan sebagainya.
d)Update sistem dan penanganan ADS-C track dari ADS-C messages yang diterima.
Sistem harus mampu memverifikasi format dan cek validitas untuk tiap message.
Notifikasi harus diberikan kepada controller bila sistem mendeteksi hal berikut:
a)Message error
b)Message sequence error
c)Duplicate message identification number
d)Message non delivery
e)Respon yang diharapkan tidak diterima
Apabila MET data tidak diterima setiap 30 menit, sistem harus memberikan warning
dan mengirimkan message ke supervisor mengenai hal ini dan menggunakan data yang
terakhir yang diterima.
Sistem harus mampu untuk:
a)Input dan display nilai QNH
b)Mengecek MET data untuk format dan syntax error
c)Menampilkan dan memodifikasi aeronautical information
d)Menampilkan dan memodifikasi MET data
e)Mengidentifikasi dan menentukan MET data berdasarkan tipe data dan area of
validity
f)Membuat dan menampilkan informasi umum yang digunakan untuk controller
g)Membuat free text (tanpa format khusus sampai dengan 1800 karakter) untuk
dikirimkan lewat AFTN/AMHS
h)Menampilkan data dari radar cuaca
i)Menampilkan informasi cuaca high intensity, low intensity apabila informasi ini
tersedia, yang menunjukkan weather intensity level
j)Data-data cuaca lain
k)Tampilan traffic harus tetap terlihat dengan jelas di layar meskipun semua data
cuaca tertampil di layar.
Sistem harus mampu memberitahukan informasi penting siap untuk ditampilkan pada
window yang sedang di minimize atau inactive
2.6.13.6 SYSTEM WINDOW STATUS
Sistem Status Window harus menampilkan informasi sebagai berikut:
a)Jam dan tanggal
b)Display range yang dipilih
c)Filter ketinggian
d)Pilihan SSR block code
e)Controller Jurisdiction Symbol (CJS) designation
f)Normal atau DSA mode
g)Magnetic Variation
h)Pilihan Label Line
i)Definisi Posisi sector
j)Fungsi sistem yang tersedia, termasuk fungsi safety
k)Informasi sistem status termasuk device failure
Sistem harus dapat diatur tampilan informasinya dalam tipe layout yang berbeda
berdasarkan detail informasinya sesuai kebutuhan operasional
Sistem harus mampu mendukung perubahan data pada label diantaranya adalah
modifikasi CFL, permintaan handover dan penerimaannya, modifikasi Runway, alokasi
STAR dan sebagainya
2.6.13.11 SIMBOL SURVEILLANCE DATA POSITION
Simbol yang berbeda harus digunakan untuk menandakan PSR plot, SSR plot,PSR
track,SSR track, PSR/SSR track, MSSR track, ADS-B track, ADS-C track, MLAT
track, Flight plan track, dan kombinasinya. Simbol dapat dikonfigurasi dan ketentuan
simbol standar diatur pada Appendix B
2.6.13.12 HISTORY INFORMATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk men enable atau disable informasi history
untuk tiap ASD, minimum 10 dot trail
Sistem harus mampu untuk memilih jumlah history position
2.6.13.13. DISPLAY RANGE
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memilih jangkauan untuk setiap ASD
2.6.13.14 RANGE RINGS
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan range ring yang dipilih secara
individual di setiap ASD dan lingkaran tersebut berpusat pada surveillance sensor yang
dipilih serta nilai range ring dapat dipilih (contoh: 5 NM , 10 NM, 50 NM atau dapat
dikonfigurasi)
2.6.13.15 QUICK LOOK
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan semua track dan label
melalui fungsi individual quick look
b)Fungsi quick look harus dapat menampilkan label track data dengan membypass
semua local filter
2.6.13.16. QUICK SEARCH
Sistem harus memiliki fungsi quick search untuk mencari track yang lengkap atau
sebagian data seperti callsign, SSR code, DEP/ARR airport atau informasi lain. Track
yang sesuai akan di highlight
2.6.13.17 RANGE BEARING LINE (RBL)
Setiap ASD harus memiliki kemampuan menampilkan minimal 10 range/bearing line,
yang memiliki fungsi:
a)Menampilkan jarak antara 2 titik
b)Menampilkan jarak antara 2 target
c)Menampilkan jarak antara sebuah titik dengan sebuah target.
Bearing range line menampilkan:
a)Waktu (waktu untuk mencapai sebuah titik di ujung garis)
b)Jarak
c)Bearing
2.6.13.18 SMART LABEL
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan tiga tipe label:
a)Standard Label - berisi minimal track/flight plan information
b)Extended Label - aktif bila kursor ada diatasnya
c)Selected Label - sama dengan extended tetapi dengan interaksi dengan kolom
Sistem harus memiliki kemampuan label auto-offset
Sistem harus mampu melakukan reposisi label baik secara manual atau auto-offset
sesuai pilihan controller
Sistem harus memiliki kemampuan untuk enable dan disable auto-offset
Section Requirement Compliance Reference Comment
Data data yang harus tertampil dalam label:
a)SSR code
b)Mode C flight label/altitude
c)Altitude indicator (climb, descend, level flight)
d)Tipe pesawat beserta wake turbulence category
e)Controller Jurisdiction Indicator
f)Perhitungan ground speed (dalam puluhan knots)
g)Cleared Flight Level
h)Quality factor
i)ADS data
j)Coordination data
k)Free text, input secara manual
l)Alert/Warning
m)DAPs
n)Kemampuan PBN berdasarkan flight plan
Perhitungan vertical speed harus tertampil saat pesawat melakukan proses climb atau
descend
Sistem harus mengkonversi bearing RBL dari target menuju suatu titik assign heading
di dalam datablock
Antara label dengan EFS harus terdapat indikator koordinasi untuk menandakan
penyelesaian koordinasi
2.6.13.19 CONTROLLER JURISDICTION INDICATOR
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan nama sektor yang memiliki
jurisdiksi terhadap sebuah track
Sistem harus menyiapkan indikator jurisdiksi yang terpisah saat menentukan adaptasi
data
CJI harus tertampil bersamaan dengan fungsi handoff
Sistem harus menampilkan track yang akan di handoff dengan tampilan warna label
yang berbeda
2.6.13.20 SPECIAL POSITION INDICATOR
Sistem harus menampilkan aktivasi SPI menggunakan indikasi khusus (seperti simbol
blinking atau border label blinking, atau indikasi lainnya yang tidak menggangu atau
menimbulkan kesalah pahaman controller)
2.6.13.21 TRACK/LABEL FILTER
Sistem harus menyediakan fungsi filter track dan atau label
Sistem harus memfilter track berdasarkan batas atas atau batas bawah level atau
berdasarkan SSR code
Hal berikut dapat mengesampingkan filter:
a)Track yang ada dalam yurisdiksi
b)Track dengan kondisi khusus
c)Track yang sedang dalam kondisi quick look
d)Track yang sedang dalam kondisi handoff
e)Track yang tidak memiliki data valid mode C
f)Track yang dipilih untuk ditampilkan oleh controller
g)Track tidak disuppressed dalam MSAW, STCA, MTCD, CLAM, RAM, APW
alert
h)FPCP yang dapat diaktifkan atau non aktif
i)Pencarian track label berdasarkan ACID.
ASD harus mampu menampilkan pemilihan batas ketinggian filter
Sistem harus mampu untuk enable/disable volume yang diadaptasi dimana track yang
dideteksi tidak akan tertampil saat posisi disable
Sistem harus mampu menentukan kode khusus atau grup kode untuk difilter
tampilannya
Sistem harus mampu untuk enable dan disable tampilan flightplan track lewat HMI
2.6.13.22 MAPS
Sistem harus mampu memilih dan preset map data di setiap ASD
Map yang tertampil harus memiliki isi tampilan grafis minimal:
a)FIR border
b)Lateral limit sector
c)Terminal control areas
d)Control Zone
e)Traffic information zone
f)Airways dan ATS route
g)Restricted areas
h)Aerodrome Traffic Zone
i)Instrument Landing System (ILS)
j)Runway
k)Extended Runway Centerline
2.6.13.23 MAPS DISPLAY
Sistem harus mampu melakukan definisi system map secara offline, pembuatan local
map oleh individual controller secara online, pembuatan global map,temporary
restricted/ danger area map, dan sebagainya secara online oleh posisi supervisor
Pembuatan local map dapat dibuat pilihan untuk distribute all dan distribute untuk
CWP tertentu
Pembuatan global map, temporary restricted/ danger area map secara online harus
mampu di save dan restore secara otomatis pada saat restart sistem
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mengijinkan pembuatan map dengan metode:
a)Secara digital menggunakan mouse (dengan mode pilihan bentuk tertentu contoh :
lingkaran, arc, dsb)
b)Input koordinat dengan WGS84 (deg:min:sec)
c)Input text
Sistem harus mengijinkan untuk modifikasi map yang telah dibuat dengan metode:
a)Secara digital menggunakan mouse
b)Input koordinat dengan WGS84 (deg:min:sec)
c)Drag and drop
d)Input text
2.6.13.24. PERSONALIZED POSITION PARAMETER
Sistem direkomendasikan dapat melakukan konfigurasi secara fleksibel, termasuk
layout label, warna HMI, fungsi mouse dan keyboard, konfigurasi warna di semua
elemen, menu dan window sesuai kebutuhan operasional
2.6.13.25 PRIVATE MAP
ASD harus mampu untuk mendefinisikan dan menampilkan private map yang dibuat
secara online dengan garis penanda yang berbeda
Tampilan setiap private map harus dapat dipilih secara individual
Private map dapat dibuat minimal 15 konfigurasi bagi setiap user
2.6.13.26 FLIGHT PLAN WINDOW
Flight plan window harus dapat membantu menampilkan dan memodifikasi flight plan
data field seperti SSR Code, ACID, Flight Rule, Aircraft Type, Wake Turbulence
Category, Departure Airport, Destination Airport, Requested Flight Level, Route, field
10, field 18 data
Flight plan window harus dapat memiliki fungsi: pembuatan, penghapusan, modifikasi,
flight coordination, hand over, query, message sending, strip printing dan sebagainya
Flight plan window harus mengijinkan controller untuk menemukan flight plan
berdasarkan callsign atau SSR code
Flight plan window harus dapat menampilkan jumlah FPL yang memiliki callsign yang
sama yang diterima oleh sistem
Pada posisi CWP Clearance delivery, tampilan flight plan window harus ditambahkan
kolom Runway in use
Flight plan window harus menampilkan pop up window untuk menampilkan semua
hasil jika hasil query lebih dari satu
Pop up window harus menampilkan SSR code, Departure Airport, Destination Airport,
EOBT, DOF
Pop up window harus mengijinkan controller untuk memilih flight plan untuk
dimodifikasi
2.6.13.27 FLIGHTSTRIP WINDOW
Sistem harus mampu untuk menampilkan sampai dengan 10 halaman flight strip
informasi dalam window ini
2.6.13.28 FLIGHT DATA ACTIONS
Sistem harus memberikan fungsi kontrol untuk enter, modify, cancel dan display flight
plan data
Sistem harus memiliki kemampuan untuk insert perubahan dalam flight plan lewat
graphical point selection
Fungsi flight plan harus terdiri dari:
a)Flight plan data entry;
b)Flight plan update;
c)Display of flight plan data;
d)Editing of stored/displayed information;
e)Printing of Flight Progress Strips;
f)Editing of departure clearance for inactive and pre-active flight plans;
g)Manual editing of ATS messages
Sistem harus mampu memodifikasi flight plan route menggunakan sebuah graphic tool
Sistem harus mampu untuk menampilkan flight plan history, dengan semua tindakan
yang telah dilakukan dan message update yang diterima atau dikirimkan terkait flight
plan tersebut
Sistem harus mampu melakukan forward/send FPL ke adjacent ATS unit bila
diperlukan
Sistem harus mampu memberikan konfigurasi waktu untuk mempertahankan sebuah
flight plan
2.6.13.29 FLIGHT LIST PRESENTATION
Sistem harus mampu menampilkan traffic list berdasarkan flight plan status termasuk
coast dan hold information
2.6.13.30 FLIGHT STRIP PRESENTATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan Electronic Flight Strip dan
mencetak Paper flight progress strip dengan format sesuai dengan Appendix C
2.6.13.31 PAPER FLIGHT PROGRESS STRIP
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendefinisikan format dan layout flight strip
dalam adaptation data
Sistem harus mendistribusikan flight strip berdasarkan route system dan strip
distribution plan yang didefinisikan dalam adaptation data, dan kemampuan untuk
mencetak strip setiap saat
Setiap sektor ACC harus dilengkapi 1 buah flight strip printer
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus mencetak flight progress strip di semua sektor
Peletakan flight progress strip harus dapat dijangkau oleh controller dan asisten
Sistem harus dapat mencetak paper strip berdasarkan:
a)Request atau manual
b)1 jam (dapat dikonfigurasi) atau status flight tertentu (pre-active, coordinated dst)
sebelum fungsi FDP dan atau fungsi SDP otomatis dimatikan
2.6.13.32 ELECTRONIC FLIGHT STRIPS
Sistem harus mampu untuk menampilkan electronic flight strip
Sistem harus memiliki server khusus untuk modul EFS atau backup untuk modul EFS
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengijinkan operator untuk memilih pre-
defined flight level menggunakan smart label
Sistem harus menampilkan EFS berdasarkan flight yang diatur atau akan diatur pada
suatu sektor sesuai dengan yurisdiksinya. Penggabungan atau pemisahan sector akan
mengupdate EFS yang ditampilkan pada sektor terkait
Format/layout dan distribusi EFS harus dapat dikonfigurasi sesuai dengan fungsinya
seperti TWR strip, APP strip, ACC strip dan FIC strip
EFS harus dapat ditampilkan pada semua working position kecuali FDO position dan
ARO
EFS harus mampu memberikan perbedaan warna untuk setiap strip baik untuk
departure, arrival dan overflying
Data dalam EFS harus sama dan terhubung dengan data pada label
Update data pada label harus juga mengupdate data pada EFS secara otomatis dan
begitu juga sebaliknya
Sistem harus mampu menampilkan minimal sebagai berikut:
a)Active not controlled
b)Active controlled/ Jurisdiction
c)In transfer (handover-in dan handover-out)
d)Announced
e)Holding
f)Transferred
Tampilan spesifik untuk kondisi:
a)correlated
b)multi-correlation (dua atau lebih track yang memiliki SSR code yang sama yang
terkait dengan flight plan yang sama)
c)non-conformance route/track position indication
Sistem harus mampu melakukan sorting criteria berdasarkan: time (EOBT, over next
way point), alphanumeric Callsign, way point, flight plan state, ADEP, ADES,
Level/altitude, manual dan dapat menggunakan minimal 2 kriteria sorting secara
bersamaan
Sistem menyediakan fungsi bagi ACC controller untuk membuat/menambahkan
pembatas yang berfungsi sebagai pengelompokkan (grouping) EFS berdasarkan
waypoint, reporting point ataupun point-point lainnya
Pada saat membuat/menambahkan pembatas, Controller dapat memberi nama grouping
untuk mengidentifikasi/pengelompokkan nama untuk pembatas tersebut
Jika terdapat pembatas, proses sorting hanya dapat dilakukan dalam setiap pembatas
Sistem harus memiliki menu koordinasi (chatting) berupa menu text bebas (free text)
antar working position
2.6.14 POSITION ROLES AND TYPES
a)Berdasarkan fungsinya, Sistem harus mengkategorisasi user role kedalam beberapa
tipe:
i.Controller dan assistant working position
ii.Supervisor position
iii.Manager operation position
iv.Tower controller atau assistant atau ground control working position
v.Clearance delivery working position
vi.Tower supervisor
vii.Flight Data Operator position
viii. Flow management position
ix.Technical maintenance position
x.Data management position
xi.Military civil coordination
b)Sistem harus mampu untuk mengatur user access ke fungsi sistem sesuai dengan
rolenya
Sistem harus mengijinkan maintenance engineers untuk memonitor dan control
terhadap komponen sistem
Semua role dan permission harus diadaptasi secara offline ke dalam database sistem
oleh personil khusus
Personil operasi dapat mengakses data dan fungsi sesuai dengan role dan
permissionnya setelah disetting ke database sistem
2.6.14.1. CONTROLLER DAN ASSISTANT WORKING POSITION
Sistem harus memberikan user role kepada semua personil ACC, APP dan TWR
Informasi yang tertampil pada workstation harus memberikan informasi yang
dibutuhkan kepada controller untuk pemanduan pada wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya
Fungsi khusus yang diperlukan pada posisi controller dan assistant harus berupa
minimal:
a)Display system tracks, multi-radar tracks, multi-ADS-B tracks, flight plan tracks,
and bypass tracks.
b)Enable interactive flight interactive operations such as aircraft handover and
acceptance, manual correlation, level assignment, and coordination status.
c)Allow screen operations such as zoom in, zoom out, off-center, measurement
window movement, label rotation, etc.
d)Manage map display.
e)Display and edit Flight plans.
f)Post and display electronic flight strips/flight data list.
g)Display system information.
h)Personalize position parameters and display.
i)AMAN and DMAN function.
j)Tampilan target A-SMGCS (fusion track) yang ditampilkan sebagai inset window A-
SMGCS pada posisi APP, TWR, dan Ground control
k)Other relevant information required for operations
2.6.14.2 CONTROLLER WORKSTATION PHYSICAL CONFIGURATION
Section Requirement Compliance Reference Comment
Controller workstation terdiri dari 2 posisi, executive controller dan assistant/planner
controller dan kemudian disebut sebagai operational position
a)Controller workstation terdiri dari:
•Dua display yang identik
•Dua keyboard standard qwerty
•Dua buah mouse
•Speaker
•Dua jack untuk dua headset
•Paper strip printer untuk sektor ACC
•Paper strip bay (terdiri dari 2 atau 3 bay) antar controller
CWP display harus berbentuk persegi dengan resolusi 4Kx2K yang digunakan untuk
menampilkan ASD
Peralatan workstation terpasang pada half frame console
ASD dapat disesuaikan secara vertikal dengan sudut gradasi tiap 10 derajat, dengan
maksimal kemiringan 30 derajat ke bawah dan ke atas
Pada workstation harus disertakan pemasangan flat panel monitor yang digunakan
untuk menampilkan IDS (Information Display System) di atas 2 buah ATMAS display
b)Tools ini disebut juga Approach Spacing Tools (AST) dapat memberikan
gambaran secara grafis posisi optimal urutan pesawat pada final approach path.
c)AST dioperasikan berdasarkan Distance based Separation (DBS) atau Time based
Separation (TBS).
2.6.20.4.1 PROJECTION OF SPACING
a)AST harus mempertimbangkan kriteria separasi yang diperlukan antar pesawat,
termasuk wake turbulence separation minima, minimum radar separation, and
dependent parallel approach separation, untuk panduan perhitungan jarak. Kemudian
AST menentukan separasi terbaik dan separasi yang ada tidak dilanggar
c)ITD adalah jarak optimal untuk pesawat kedua di belakang pesawat pertama
dengan mempertimbangkan minimum spacing dan compression buffer. ITD harus
dihitung berdasarkan estimated 3D trajectory, estimated speed profile, environment
data (wind, temperature.) dan target FTD.
d)Panduan FTD dan ITD harus dapat diupdate disetiap track update ATMAS.
e)Posisi FTD dan ITD guidance cue dapat dipilih dan diterapkan, sesuai kebutuhan
operasional:
-Planned trajectory of the flight.
-Predefined common path.
2.6.20.4.3 FINAL APPROACH SEQUENCE MANAGEMENT
Planned Final Approach sequence adalah bagian penting untuk pembuatan AST
guidance cue dengan memberikan informasi yang diperlukan AST untuk menentukan
separasi yang dibutuhkan.
System dapat memberikan planned sequence yang akurat sangat diperlukan guna
kelancaran operasi AST
2.6.20.4.4 MONITORING AIDS IN APPROACH TOOL
Untuk memastikan pemberian spacing antar pesawat, monitoring aids digunakan AST
untuk detecting catch-up scenarios, infringement of aircraft spacing, arrival sequence
mismatch, speed non-conformance dsb.
2.6.21 DATA ANALYSIS FACILITY AND GATEWAY
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memberikan data untuk tujuan statistik
seperti: jumlah traffic per rute,sector, point, runway in use dsb dalam periode tertentu
ke eksternal Data Analysis Facility melalui gateway yang aman
b)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengirim track dan flight data beserta
perubahannya secara realtime ke sistem eksternal (antara lain: ATFM, A-CDM, FIS,
Message Broker SWIM dan lainnya) melalui secure gateway
c)Data realtime yang diperlukan antara lain:
i.Data penerbangan dan perubahannya
ii.Actual data posisi pesawat incoming crossing 60 NM, 30 NM dan 10 NM menuju
SOETTA Airport JAKARTA.
2.6.21.1 DATA ANALYSIS AND STATISTIC
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memberikan sebuah tool untuk mengekstrak data dari sistem recording
dan hasilnya berupa data untuk membantu analisa operasi ATMAS dan Operasional
ATC
Data Analysis Tool (DAT) harus dapat memilih kombinasi database dengan kriteria
sebagai berikut:
a)Type of data;
b)Date and time range/periods (e.g., daily, weekly, or monthly);
c)Travel type (ARR, DEP, Inbound, Outbound, Domestic, International, Overflight)
d)Aircraft ID;
e)Assigned SSR code;
f)Reported SSR code;
g)ICAO 24-bit address;
h)Controlling facility;
i)Controlling sector;
j)Assigned altitude;
k)Reported altitude;
l)Input/output/both;
m)Input data source (interface, sender, surveillance sensor, control position, flight
plan);
n)Output data destination (interface, recipient);
o)Recording processor;
p)Origin in route;
q)Destination in route;
r)Airway, SID, STAR in route;
s)Fix in route;
t)estimate time over fix
u)actual time over fix
v)Current Flight Level over fix
w)Geographic position;
x)Alarm / warning information;
y)Traffic flow data;
z)Flight rule;
aa)Flight type;
bb)Number of danger area infringements;
cc)Number of rejected & accepted uplink messages;
dd)Number of rejected & accepted downlink messages;
ee)Number of uplink & downlink delivery timeouts;
ff)Number of received and transmitted messages;
gg)Number of AIDC messages (transmitted, received, rejected, and accepted);
Data Analysis Tool harus memberikan opsi kriteria inclusive dan exclusive
Data Analysis Tool harus memberikan output kepada display, printer atau file yang
ditentukan/dipilih
Output dari DAT harus berupa data dalam bentuk format excel tanpa ada tambahan
informasi lain
Kebenaran dan akurasi data dan informasi yang ditampilkan harus sudah diverifikasi
sebelum ditampilkan
Sistem harus dapat mengambil surveillance data yang berpasangan dengan flight data
dan data ini dikelompokkan dalam Flight Specific Surveillance data
Flight Specific Surveillance data dapat memberikan informasi tipe surveillance track
yang berpasangan dengan flight tersebut, misalnya apakah flight berpasangan dengan
MSSR saja atau dengan berbagai tipe surveillance track
Timestamp harus menjadi referensi ATMAS untuk menciptakan Flight specific
surveillance data setelah memilih time period of interest.
Data record harus dapat dipertahankan minimal 90 hari untuk keperluan proses
investigasi.
Rekaman ini harus berbentuk format yang dapat ditampilkan dan di print sesuai dengan
situasi yang diterima oleh ATS system.
Untuk format output statistik data dapat dilihat pada Appendix D & E.
Sistem mampu untuk mengolah data untuk keperluan PBCS berdasarkan PBCS manual
docs 9869 global operational data.
Kemampuan PBCS harus:
a)Mampu mengekstrak raw data dari ATMAS
b)Mampu mengkonversi raw data ke file csv sesuai dengan manual dokumen
pelaporan PBCS
c)Mampu memantau dengan basis 24h/7d
d)Mampu menghasilkan data grafik yang sesuai dengan format yang
ditentukan/dilaporkan ke ICAO.
2.6.22 MANAGEMENT, OPERATIONAL AND TECHNICAL INFORMATION
REPORT TOOL
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memproduksi statistik bulanan untuk end-to-
end system data link performance untuk operasi harian. Sistem harus memiliki tools
untuk monitoring dan menganalisa performance data for reporting
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report, menggunakan predefined
queries atau yang didefinisikan oleh operator seperti:
a)Jumlah total flight plan dalam sebuah sector dalam waktu tertentu, dengan filter
yang ditentukan oleh user (aircraft type, level, airway, VFR or IFR rules, ATCAS
origin, and airport).
b)Jumlah traffic per rute berdasarkan aircraft type, level, airway, VFR or IFR rules,
ATCAS origin, and airport.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report semua update pada strip
dalam jangka waktu masa hidup flightplan.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report working hours tiap
controller sesuai dengan catatan logon/logoff.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report sector allocation hours
berdasarkan split/combine sector.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report list semua alert berdasarkan
tipe, critically, operator, sector dan waktu.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan scheduled (tahunan, bulanan,
harian, jam) predefined report .
Sistem harus memiliki kemampuan untuk memberikan commercial tool untuk membuat
user defined report ( contoh: data operasi, data produksi).
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menentukan access level untuk data dan
report.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat report berbentuk text dan grafis
dan mencetaknya.
2.6.23. OPERATIONAL DATA SYNCHRONIZATION
a)Sistem harus mampu dikonfigurasi dengan 2 tipe sistem ATM automation yang
berjalan sebagai main dan back up mode dengan tujuan untuk pemberian ATM service
tanpa terputus apabila salah satu ATMAS mengalami kegagalan teknis.
b)Sistem harus memiliki fungsi sinkronisasi data operasional antara main dan back
up sistem.
2.6.23.1 SYSTEM MAIN/FALLBACK MODE
Sistem harus mampu memberikan fungsi operation data synchronization.
Sistem harus mampu bekerja dalam 2 mode: main dan fallback mode dan mode ini
dapat diubah secara manual.
Pada posisi main mode, semua fungsi sistem harus bekerja secara normal dan output
synchronization data bekerja secara real time.
Pada posisi fallback mode, sistem menerima dan memproses synchronization data
bekerja secara real time. Fungsi sistem bekerja secara normal diluar dari pengiriman
message ke sistem external.
Pada saat penggunaan Fallback Mode, Controller harus terinformasikan pada ASD
dengan ditandai identifikasi sedang menggunakan sistem fallback.
Identifikasi penggunaan sistem fallback pada display tidak mengganggu tampilan ASD.
System yang disediakan tersebut harus dapat mengadaptasi update dari internal dan
eksternal untuk kebutuhan operasional tanpa mengubah software source code. Adaptasi
parameter oleh personil AirNav ini digunakan untuk optimalisasi sistem.
2.6.25.2 GENERAL REQUIREMENT
Testbed system harus mendukung pengetesan modifikasi dan peningkatan sistem
software dan adaptasi prosedur baru untuk ATMAS
2.6.25.3 SOFTWARE MAINTENANCE DAN UPDATES
Section Requirement Compliance Reference Comment
a)Testbed harus mendukung aktivitas software maintenance dan memberikan
kemampuan berikut:
i.Generating new software for the system;
ii.Modifying existing software used in the system;
iii.Testing software modules;
iv.Controlling the software configuration;
v.Generating new software load modules;
vi.Providing library storage of system software (source and object code)
2.6.25.4 TESTBED CAPABILITIES
Testbed harus memiliki kemampuan berikut:
a)Software Backup;
Testbed harus memiliki kemampuan untuk mengcopy software program dan data file
untuk mencegah kehilangan data ataupun data failure.
b)Computer Utility Programs;
Testbed harus memiliki kegunaan untuk membuat, memodifikasi dan mengetest
operational software.
Testbed harus terdiri dari compilers, assembler, editors, loaders, searching and sorting
and program test aids.
c)Software Debugging Utilities
Testbed harus mengijinkan sistem specialist untuk:
a)Start and stop program execution at definable breakpoints;
b)Examine/modify memory contents;
c)Single-step the program;
d)Sequentially examine memory contents;
e)Examine and change register contents.
Saat ATM komputer dalam posisi offline, Testbed harus mengijinkan user untuk dump
content ke testbed berupa disk file, tape file, or memory core to the system line printer
untuk tujuan software diagnostic atau maintenance
Sistem harus mampu untuk memproses live data track dari surveillance source dan
menciptakan dummy/synthetic track.
Sistem harus memiliki kemampuan untuk membuat simulasi menggunakan dummy
track
Dummy track harus dapat dibuat, dipindah ataupun dihapus dengan mudah sesuai
kebutuhan pengguna.
Dummy track harus dapat diproses di testbed sistem untuk tujuan pengetesan safety
net, prosedur baru, atau rute baru dsb.
2.7 SPESIFIKASI TEKNIK (TECHNICAL REQUIREMENT)
2.7.1 SYSTEM ARCHITECTURE
Sistem harus dilengkapi dengan redundancy yang memadai untuk menjaga availability
fungsi operasional ATC.
System architecture harus mengijinkan extra redundancy untuk diterapkan bila
dibutuhkan.
Sistem architecture harus mengikuti desain dan prinsip implementasi berikut:
a)ATMAS software harus mengadopsi desain modular dan distributed architecture
agar handal dalam pengoperasiannya. Untuk fungsi penting seperti FDP dan SDP,
harus diterapkan dengan dual redundant server untuk memastikan service ATMAS
tidak terputus.
b)Untuk meminimalkan single point of failure karena hardware dan software,
disarankan untuk dilakukan multiple system redundancy dan distribution system
architecture.
System element bekerja secara simultan pada multiple server/komputer harus
berkomunikasi melalui redundant network dan kegagalan sebuah element tidak boleh
berpengaruh terhadap kinerja element yang lain.
ATMAS network harus dibuat pada redundant network element. Setiap jalur data
operasional harus disalurkan melalui independent link dan network. Kegagalan network
element tidak boleh berpengaruh terhadap pengiriman data utama untuk ATMAS
e)Untuk Sistem ATMAS yang besar didesain untuk menangani traffic volume yang
besar pula direkomendasikan untuk memisahkan penyaluran sistem data ke dalam
dedicated network, misalnya:
i.Operational Network: untuk menangani pertukaran operational data termasuk
surveillance data, flight plan, dsb antar CWP dengan operational server
g)Fault tolerant yaitu sistem tetap bekerja dengan normal meskipun beberapa elemen
sistem mengalami kegagalan.
h)Fail over capability yaitu operasional sistem akan berpindah ke element fallback
system ketika terjadi kegagalan pada sistem utama.
Section Requirement Compliance Reference Comment
i)Selain memiliki redundant sistem di sistem utama, sebaiknya diimplementasikan
juga fallback system yang bekerja saat main sistem mengalami kegagalan fungsi
(catastrophic event).
j)External interfaces milik sistem (radar, ADS-B, AFTN dsb) harus dikonfigurasi
secara redundant dan sistem mendukung automatic/manual switch ke redundant
interface channel apabila ada kegagalan sebagian sistem
2.7.2. SYSTEM REQUIREMENT
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memastikan apabila ada salah satu unit
fungsi yang gagal tidak akan mengakibatkan kegagalan seluruh sistem.
b)Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendistribusikan time reference ke
semua prosesor dan posisi sesuai dengan mode operasinya (on-line, playback atau
simulasi).
c)Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan restore secara otomatis ke
normal operasional setelah terjadi interupsi karena kegagalan catu daya
d)Setelah kegagalan catu daya dapat diatasi dan kembali normal, ATMAS harus
secara otomatis melakukan restart dan langsung bekerja secara normal sama seperti
sebelum terjadinya kegagalan catu daya
e)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menyediakan fungsi berikut:
-Monitor the status of all system elements;
-Perform manual and automatic system reconfigurations;
-Supply status information for display
f)Semua failure, error dan status event harus tercatat dalam log dan tersimpan sesuai
dengan relevansinya
g)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memfilter dan menampilkan semua event
dan sistem error report yang tercatat berdasarkan tipe, relevansi dan waktu, sebagai
sebuah database yang interaktif
h)Sistem harus memiliki kemampuan untuk switchover dari critical function ke posisi
standby tanpa kehilangan informasi
i)Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan restart pada suatu node dan
melakukan rekonfigurasi untuk semua sumbernya.
j)Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan dan mencetak konfigurasi
operasional terkini/yang dipakai beserta statusnya termasuk eksternal source yang
dimonitor
k)Sistem harus memiliki kemampuan untuk memonitor secara terus menerus semua
lokal dan remote net nodes menggunakan Simple Network Management Protocol
(SNMP).
l)Sistem harus memonitor menggunakan protokol SNMP status hardware berikut:
-Central Processing Unit (CPU) load and temperature;
-Random Access Memory use;
-Disk partition use;
-Network traffic
t)Sistem harus mampu menyimpan minimal 8 versi adaptation data pilihan saat akan
melakukan start up
2.7.2.1 MAIN AND FALLBACK CONFIGURATION
ATMAS harus mengimplementasikan 2 set sistem (Main dan Fallback) sebagai dasar
untuk pemberian ATC service secara terus menerus
Fallback sistem harus memiliki comparable system scale, konfigurasi dan fungsi
software dengan main sistem
Mekanisme Main-Fallback data synchronization harus dapat diimplementasikan untuk
memastikan kesiapan fallback sistem untuk mengambil alih peran operational sistem
saat main sistem mengalami kegagalan
Mekanisme main dan fallback data synchronization harus mengijinkan switch over dari
main ke fallback dan sebaliknya berjalan secara seamless
Ultimate fallback harus didesain untuk memiliki level fungsi, kemampuan dan handling
capacity yang sama dengan main sistem bila terjadi kegagalan yang cukup panjang
Fungsi realtime data synchronization harus diimplementasikan antara main dan fallback
sistem, untuk memastikan konsistensi data switch yang mulus saat technical failure
terjadi
Section Requirement Compliance Reference Comment
2.7.2.2 ONLINE TEST
Online test untuk hardware dan software harus diberikan untuk memverifikasi operasi
sistem komputer
Fungsi online test harus secara periodik melakukan pengecekan subsistem dan
menampilkan alert untuk fault situation
Fungsi online test harus secara periodik memverifikasi communication availability
untuk semua node dalam jaringan dan semua external interface
2.7.2.3 ATMAS SYSTEM CONTROL AND RECONFIGURATION
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mengeksekusi tindakan berikut dari posisi
supervisor:
a)System Startups;
b)Disable/Enable of automatic equipment switchover;
c)Reconfigurations;
d)VSP updates;
e)Reassign a spare controller workstation to replace a failed controller workstation
Sistem harus memiliki kemampuan untuk sinkronisasi semua sub sistem dengan
sumber waktu umum dengan deviasi maksimum 100 milisecond
Time reference output harus diberikan untuk sinkronisasi jam lain dengan sumber
waktu umum terutama sistem perekaman audio
2.7.8. FACILITY NETWORK
Sistem harus menyediakan sebuah jaringan data dan komunikasi yang reliable,
redundant, standard commercial dan high speed antar sistem dan fasilitas di luar
ATMAS dan untuk komunikasi antara sistem lain dengan ATMAS
Sistem harus menyediakan firewall antara high speed data path dengan outside data
source
2.8 SYSTEM CAPACITY AND QUALITY FACTORS
2.8.1. SYSTEM CAPACITY DAN RESPONSE TIME
Capacity requirements diterapkan untuk konfigurasi operasional dan test
configuration. System design harus mengakomodasi nilai yang didefinisikan pada tabel
1,2, dan 3 kolom A
2.8.1.1 WORKING POSITION
Jumlah workstations di Tower Bandara Soekarno-Hatta.
Jumlah working station New JATSC di Kantor Pusat AirNav.
a)Monitor flat panel Full HD minimal ukuran 42-45 inch diadakan dan ditempatkan
di atas di antara posisi controller dan asisten sesuai jumlah ATC sector unit yang
digunakan sebagai Controller Information Display (CID)
b)Jumlah kebutuhan untuk CID adalah:
i.Monitor: 50 buah termasuk kabel HDMI
ii.Workstation included mouse dan keyboard: 50 set
iii.Server included mouse dan keyboard: 1 set
iv.Jaringan dan perangkatnya (komputer dan catu daya
2.8.1.2 SYSTEM DATABASE
Data Base Item Quantities
2.8.1.3 INTERFACE CONFIGURATION
System Interface Configuration
2.8.1.4 CAPACITY OF RECORDING DAN PLAYBACK
Kapasitas Recording dan playback merujuk pada storage time data dalam sistem, nilai
nilai berikut digunakan dalam sistem desain
a)Periode minimum untuk penyimpanan recording data tidak boleh kurang dari 90
hari
b)Periode minimum untuk system traces tidak boleh kurang dari 90 hari
c)Periode minimum untuk penyimpanan raw surveillance data tidak boleh kurang
dari 90 hari
2.8.1.5 LOAD CAPACITY AND RESPONSE TIME
Sistem harus memenuhi load capacity berikut untuk fungsi penuh dan under the load
pada tabel 5
Semua load capacity berada pada standar 95 persen
Sistem harus memiliki kemampuan untuk menampilkan sebuah track dengan
maksimum waktu 500 milidetik sejak penerimaan track message (response time 95
persen).
Sistem harus mengupdate tampilan dengan surveillance data yang diterima untuk
mengupdate display data dalam waktu 1 detik dari penerimaan surveillance report yang
baru
Sistem harus mengeluarkan flight data ke workstation yang relevan dalam waktu 3
detik sejak data diterima
Refresh cycle untuk pergerakan kursor harus tidak boleh kurang dari 30 milidetik
Section Requirement Compliance Reference Comment
Tampilan menu memiliki respon waktu 50 milidetik semenjak input/perintah untuk
membuka menu tree.
Redisplay untuk complete window beserta isinya memiliki waktu respon 250 milidetik
semenjak window reconfiguration (scrolling, resizing, overlapping dsb).
Sistem harus menampilkan data data berikut dalam waktu 250 milidetik:
•Semua traffic yang terkait (radar dan flight plan) yang tampil pada layar sector harus
tertampil dalam waktu 250 milidetik.
•Sistem status warning harus tertampil dalam waktu 250 milidetik
Sistem harus menampilkan data dalam waktu 3 detik setelah user memasukkan
permintaan atau input dari sumber eksternal:
•User meminta traffic related data
•Non traffic related data selain radar weather map data
Sistem harus memberikan penanda diterima atau ditolak terhadap sebuah input dalam
waktu 100 milidetik dari perintah input
Sistem harus menampilkan weather map dalam waktu 5 detik setelah menerima data
blok utuh dari radar site
Sistem harus menampilkan map data dalam waktu 3 detik setelah pemilihan map data
2.8.1.7 START-UP/START-OVER/SWITCH-OVER/REASSIGMENT
Sistem start up times
a)Sistem harus memiliki kemampuan untuk melakukan restart dan menjadi full
operasional seluruh sistem dalam waktu 10 menit (cold start)
b)Waktu yang dibutuhkan untuk sistem start up secara komplit pada posisi warm
sampai dengan kemampuan sistem secara penuh tidak boleh lebih dari 1 menit
2.8.1.7.2 SWITCHOVER TIMES
a)Waktu yang diperlukan untuk switchover dari sebuah komponen yang fail dalam
rantai radar processing tidak boleh lebih dari 2 detik dari awal kerusakan sampai
komponen alternatif tersedia
b)Waktu yang diperlukan untuk automatic switchover dari komponen lain yang fail
ke posisi standby tidak boleh lebih dari 10 detik, dari awal kerusakan sampai dengan
komponen alternatif tersedia
c)Waktu yang dibutuhkan untuk start up pada sebuah controller workstation dari
posisi power off ke kemampuan operasi secara penuh tidak boleh lebih dari 3 menit
Failure rate terhadap kemampuan SDP, yang terdiri dari kemampuan semua hardware
dan software pada CWP harus kurang dari 1 kegagalan/kerusakan per 6 bulan.
Section Requirement Compliance Reference Comment
Failure rate terhadap kemampuan FDP, yang terdiri dari kemampuan semua hardware
dan software pada CWP harus kurang 1 kegagalan/kerusakan per 6 bulan.
Failure rate terhadap kemampuan fungsi operasional lain, yang terdiri dari kemampuan
semua hardware dan software pada CWP harus kurang dari 1 kegagalan/kerusakan per
6 bulan.
Failure rate terhadap pointing device harus kurang dari 1 kegagalan/kerusakan per
30.000 jam
Failure rate terhadap keyboard harus kurang dari 1 kegagalan/ kerusakan per 10.000
jam
2.8.2.2 SYSTEM MAINTAINABILITY
Sistem design harus menerapkan deteksi system fault dan fault isolation
Sistem harus memiliki kemampuan untuk mendeteksi all system failure
Sistem harus menyediakan mean time to repair kurang dari 30 menit
2.8.2.3 SYSTEM AVAILABLITY
Sistem harus menyediakan operational availability dengan menggunakan
redundant/tolerant system architecture, system fault coverage dan fault detection, dan
perbaikan preventif dan korektif
Availability konfigurasi operasional ATMAS harus lebih dari 99,999%
Availability konfigurasi test ATMAS harus lebih dari 99%
Availability konfigurasi Testbed ATMAS harus lebih dari 99,3%
MTBF dari Surveillance data Processing tidak boleh kurang dari 100.000 jam
MTBF dari Flight Data Processing tidak boleh kurang dari 100.000 jam
MTBF dari Single workstation tidak boleh kurang dari 10.000 jam
2.8.2.4. DESIGN AND CONTRUCTION CONSTRAINT
Sistem harus dibangun menggunakan software aplikasi dan operating system dengan
lisensi tetap (fixed license) dari pabrikan dan bukan lisensi sementara (temporary
license) yang membutuhkan pembaruan/update secara berkala
Sistem harus memaksimalkan penggunaan help file dan hints untuk button option untuk
meningkatkan pemakaian.
Server harus terinstal terpisah dari operational room. Seluruh server dan workstation
dilarang menggunakan device tambahan sebagai pintu masuk pengoperasian server dan
workstation tersebut (hardware locking).
2.8.2.5 ACCURACY
Sistem harus mampu untuk melayani pemanduan ATC dengan luas wilayah setidaknya
1 point sebelum Boundary Waypoint FIR JATSC.
Untuk CWP yang digunakan sebagai Contigency Plan FIR UPG (FIC1, FIC2 dan Open
Sectors) dilengkapi dengan maps UPG FIR.
Akurasi dari map projection dalam wilayah yang tercover oleh radar dan ADS-B ≤
0,06 NM.
Akurasi dari map projection dalam wilayah yang tidak tercover oleh radar dan ADS-B
tetapi tercover oleh ADS-C ≤ 0,5 NM.
Akurasi dan performance ATMAS harus mendukung separasi standar 5 NM antar
pesawat pada posisi enroute dan 3 NM pada posisi terminal airspace
Metode perhitungan tracing performance harus berdasarkan spesifikasi
EUROCONTROL untuk ATM Surveillance system performance.
Akurasi track sebuah pesawat yang terdeteksi oleh multiple SSR harus berdasarkan
spesifikasi EUROCONTROL untuk ATM Surveillance system performance.
Akurasi track sebuah pesawat yang terdeteksi oleh multiple SSR harus berdasarkan
spesifikasi EUROCONTROL untuk ATM Surveillance system performance.
2.8.2.8.3 Lantai
a)Perlu dipertimbangkan penggunaan bahan pelapis lantai yang tidak menimbulkan
pantulan cahaya yang berlebihan.
b)Lapisan lantai untuk meredam suara/pergerakan orang dalam ruangan tersebut.
c)Pemasangan pelapis peredam lantai tidak boleh mengganggu pemeliharaan
peralatan