Nilai Kearifan Lokal Dan Strata Sosial Tradisi Per
Nilai Kearifan Lokal Dan Strata Sosial Tradisi Per
Nilai Kearifan Lokal Dan Strata Sosial Tradisi Per
ABSTRACT
Mawlid Nabi is the anniversary of the birth of the Prophet Muhammad Saw. which is held every
12 Rabi'ul Awal. By some people, the birthday of the prophet is commemorated as a review of
the memory of the birth as well as the struggle of the Prophet Muhammad in spreading the
da'wah of Islam throughout his life. There are many ways that people do in commemorating the
birthday of the prophet and each region has its own way. The Kemuja village community is one
of them. The celebration of the Birthday of the Prophet Muhammad Saw. in the village of Kemuja
embeds various series of activities with Islamic nuances, such as cultural festivals, barzanji
readings, nganggung, and closed with a gathering to eat together. The purpose of this study is to
describe the values of local wisdom contained in the implementation of the tradition of
celebrating the birthday of the Prophet Muhammad Saw. in the village of Kemuja. The method
used in this research is qualitative method. The techniques used in obtaining this data are
observation, interviews, and literature study. Data analysis used descriptive qualitative by
describing, analyzing, interpreting, and drawing conclusions. The results of the study found the
values of local wisdom and social strata inherent in the tradition of celebrating the birthday of
the Prophet Muhammad in Kemuja village. The value of wisdom for peace and the value of
wisdom for prosperity. Social strata are not a problem for most Kemuja villagers regarding the
implementation of the prophet's birthday celebration. This is evidenced by the implementation
of celebrations that take place lively, lively, and magnificently from year to year, so that this can
be transformed as empowerment to form a fortress of prosperity and peace in society.
Keywords: local wisdom, social strata, the Prophet's mawlid.
ABSTRAK
Maulid nabi merupakan peringatan kelahiran baginda Rasul Muhammad Saw. yang diadakan
setiap tanggal 12 rabi’ul awal. Oleh sebagian masyarakat, maulid nabi diperingati sebagai ulasan
memori kelahiran sekaligus perjuangan Nabi Muhammad dalam menebarkan dakwah Islam
sepanjang hidupnya. Ada banyak cara yang di lakukan masyarakat dalam memperingati maulid
nabi dan setiap daerah mempunyai caranya masing-masing. Masyarakat desa Kemuja adalah
salah satunya. Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja menyematkan berbagai
rangkaian kegiatan yang bernuansa islami, seperti festival budaya, pembacaan barzanji,
nganggung, dan ditutup dengan silaturahmi makan bersama. Tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam pelaksanaan tradisi perayaan
maulid Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif. Teknik yang digunakan dalam memperoleh data ini adalah observasi,
wawancara, dan studi pustaka. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif dengan cara
94 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial
Rozani. M., & Bahri. A. 2023. Nilai kearifan lokal dan strata sosial tradisi perayaan maulid Nabi
Muhammad Saw.Jurnal Sosial Humaniora, 14(1), 93-105.
memiliki nilai kearifan lokal tersendiri. Mesir (909—1171). Sampai saat ini
Suasana kebersamaan, keramaian, perayaan maulid nabi sudah semakin luas
antusiasme, kebersamaan dalam berbagi, di kalangan umat muslim dunia. Berbagai
berbaur satu sama lain, silaturahmi, dan bentuk ritual maulid telah diamati melalui
konsep hidangan makanan yang sejarah, mulai dari Timur Tengah ke Asia
dipersiapkan dalam menyambut perayaan Tenggara, dari Afrika Timur ke Asia
maulid nabi menjadi pembeda utama Komunitas Diaspora Barat.
dengan perayaan lainnya. Tentunya Di Indonesia, ada yang melaksanakannya
konsep perayaan maulid nabi yang dengan cara mengadakan pengajian, pesta
dilakukan oleh masyarakat desa Kemuja, adat, ataupun dengan mengadakan
apabila dilihat dari kearifan lokal, memiliki shalawatan (Munir, 2012). Di wilayah
nilai dan juga dari strata sosial tingkat Jawa, misalnya Keraton Surakarta atau
kemampuan—ekonomi—yang dimiliki Yogyakarta, masyarakat setempat terkenal
oleh masyarakat dalam memeriahkan dan terbiasa melaksanakan prosesi
perayaan tersebut yang akan menjadi perayaan maulid nabi dengan acara
tujuan utama penulis. Garebek atau Gunungan Garebek Maulud.
Fokus utama penelitian ini adalah kajian Garebek ini dilakukan dengan maksud
tentang nilai kearifan lokal dan strata sebagai manifestasi kedermawanan raja
sosial tradisi perayaan maulid Nabi atau berkah dari-Nya dan sekaligus
Muhammad Saw. di desa Kemuja. Hasil sebagai media penyebaran dakwah Islam
penelitian ini diharapkan bisa menjadi di wilayah Jawa (Adib & Saddhono, 2018).
khazanah sumber pengetahuan dan bahan Di Serang Banten, perayaan maulid nabi
bacaan bagi masyarakat dalam rangka dilakukan dengan sebutan acara Pajang
melestarikan kebudayaan. Mulud. Tradisi Pajang Mulud adalah tempat
yang digunakan untuk membawa makanan
MATERI DAN METODE untuk dibagikan pada saat perayaan
maulid atau bertepatan pada hari
Maulid dalam Pusaran Sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw. (Said,
2016). Di Banjar, Kalimantan Selatan,
Evolusi sejarah perayaan maulid nabi telah masyarakat setempat melakukan prosesi
dimulai empat abad setelah wafatnya Nabi perayaan maulid nabi dengan melakukan
Muhammad Saw. Ada banyak pendapat tradisi upacara Baayun Maulid. Baayun
yang mengemukakan tentang prosesi Maulid ini merupakan upacara keagamaan
perayaan maulid nabi pertama kali yang diwarisakan oleh leluhur nenek
dilakukan. Pada abad keenam menandai moyang terdahahulu sebagai bentuk
dimulainya perayaan maulid nabi. Abad penyebaran dakwan Islam di kota Banjar.
kedelapan, di kota Makkah, peringatan Pelaksanaannya dilakukan bertepatan
maulid nabi disetujui dengan transfomasi dengan peringatan kelahiran nabi
rumah tempat Nabi Muhammad Saw. Muhammad Saw. pada 12 rabi’ul awal di
dilahirkan ke tempat salat oleh Al- Masjid setempat (Jamalie, 2014).
Khayzuran, Ibu dari Harun Ar-Rasyid, Sementara, di wilayah lain, seperti di
Khalifah Abbasyiah ke-5 yang terkenal. Mesir, Maroko atau Turki, perayaan maulid
Menurut para ahli, seperti Al-Maqrizi, Al- nabi dilakukan secara sederhana saja,
Qalqasyardi, dan penulis “Al-Bait ‘ala Inkar didahului dengan pembacaan buku maulid
Al-Bid’a wal Hwadits”, mereka memandang dan di bagian akhir diselingi dengan
perayaan maulid nabi bermula dari Dinasti pembacaan Al-Quran dan pembacaan doa
Fatimiyah di Mesir. Eicklman (Tarsitani, bersama. Acara perayaan itu membentang
2007); (Marion Holmes Katz, 2007) juga lebih dari sepuluh hari dan puncaknya ada
menjaelaskan bahwa catatan tentang pada tanggal 12 rabi’ul awal, bulan ketiga
perayaan maulid nabi pertama kali dari kalender Islam (Tarsitani, 2007).
dilakukan oleh pemerintahan Fatimiyah di
96 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial
Pelaksanaan perayaan maulid nabi oleh lama dan sampai saat ini masih terus
umat Islam di semua wilayah penjuru dilestarikan oleh masyarakat setempat.
dunia ini merupakan bagian dari bentuk Sudah ada beberapa penelitian terdahulu
pengejawantahan atas rasa cinta kasih, yang mengkaji maulid nabi Muhammad
penghormatan, dan rasa syukur kepada Saw. di desa Kemuja, seperti yang dikaji
sosok pemimpin peradaban umat Islam oleh Rusman & Heningsih (2019) Makna
baginda Rasul Muhammad Saw. Hal ini Tradisi Budaya Nganggung di Kabupaten
juga—oleh sebagian—mereka lakukan Bangka (Studi pada Desa Kemuja
sebagai perwujudan rasa rindu kepada Kecamatan Mendobarat dalam Peringatan
sosok suri teladan umat Islam. Tak bisa Maulid Nabi Muhammad Saw.). Rohana
dipungkiri bahwa sosok Nabi Muhammad (2019) Makna Mahabbah Rasul dalam
adalah hamba Allah yang sangat dicintai Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad
dan dirindukan oleh seluruh umatnya. Saw.: Studi Kasus di Desa Kemuja,
Di desa Kemuja sendiri, pelaksanaan Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten
perayaan maulid nabi dilakukan mulai Bangka. Rismawaty & Deria (2021)
masuknya tanggal (satu) 1 bulan rabi’ul Tindakan Komunikasi dalam Tradisi
awal sampai pada pertengahan bulan Mauludan di Desa Kemuja Kabupaten
rabi’ul awal atau puncaknya bertepatan Mendo Barat Provinsi Kepulauan Bangka
tanggal 12 rabi’ul awal. Perayaan maulid Belitung. Belum ada penelitian yang
nabi di desa Kemuja menjadi momen mengkaji nilai kearifan lokal dan strata
perayaan yang ditunggu-tunggu, baik oleh sosial perayaan maulid Nabi Muhammad
masyarakat desa Kemuja itu sendiri Saw. di desa Kemuja. Penelitian ini
ataupun oleh masyarakat luar atau sekitar diharapkan dapat menjadi khazanah
desa Kemuja (Rohana, 2019). Hal ini pengembangan pengetahuan dan
dikarenakan perayaan maulid Nabi kebudayaan tentang perayaan maulid nabi
Muhammad Saw. yang diadakan di desa Muhammad Saw. di desa Kemuja.
Kemuja memiliki karakteristik dan nuansa
yang berbeda dengan perayaan maulid METODE PENELITIAN
nabi di tempat-tempat di luar desa Kemuja. Metode yang digunakan dalam penelitian
Terdapat berbagai kegiatan Islami yang ini adalah deskriptif kualitatif, yakni
mengiringi sebelum puncak kegiatan pada penulis berusaha membangun persepsi
tanggal 12 rabi’ul awal tersebut. dan konsepsi tentang makna suatu
Disamping itu, desa Kemuja merupakan peristiwa berdasarkan pandangan dari
satu diantara beberapa desa atau bahkan beberapa partisipan (Creswell, 2018).
satu-satunya desa yang ada di Kepulauan Jenis penelitian yang digunakan ini
Bangka Belitung yang melaksanakan merupakan penelitian lapangan, maka
perayaan maulid nabi secara besar- data-data sebagai pendukung juga
besaran, diselenggarakan secara meriah diperoleh dari bahan observasi dan
dan ramai, bahkan oleh (Rohana, 2019) wawancara lapangan serta studi pustaka
melebihi daripada perayaan hari besar sebagai data penguatan. Merriam & Tisdell,
Islam yang lainnya. Beragam rangkaian (2015) mengemukakan bahwa wawancara
kegiatan dilakukan oleh masyarakat dan pengamatan adalah bagian yang
setempat secara bersama-sama. Beberapa sangat penting dalam penelitian kualitatif.
rangkaian acara yang biasa dilaksanakan Jadi, penelitian ini mengemukakan hasil
oleh masyarakat setempat, diantaranya dari gabungan studi lapangan dan studi
adalah festival seni budaya Islam, pustakaan untuk dibuat analisis mandalam
pembacaan berzanji, dan puncaknya tentang objek, baik objek material ataupun
adalah nganggung serta makan bersama objek formal, yang akan diteliti.
pada tanggal 12 rabi’ul awal. Rangkaian Secara geografis, tempat penelitian ini
acara seperti ini telah berlangsung cukup dilakukan di desa Kemuja, Kecamatan
Mendobarat, Kabupaten Bangka, Provinsi
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 97
Volume 14 Nomor 1, April 2023
Kepulauan Bangka Belitung. Sebuah lokasi Proses triangulasi data penting untuk
yang kental dengan nilai-nilai agamis. Desa dilakukan memastikan bahwa data yang
Kemuja yang juga dikenal dengan sebutan kumpulkan dan dijabarkan adalah benar-
kota santri, memiliki dua pondok benar sesuai dengan data lapangan dan
pesantren yang tentunya menjadi data informan. Beberapa informan yang
penopang keberadaan nilai-nilai agama dimintai data terkait dengan pembahasan
yang kharismatik. Tidak heran tradisi ini adalah sebagai berikut: 1) H. Ahmad
perayaan maulid nabi menjadi momen Fathoni (63 tahun). Beliau adalah tokoh
perayaan besar bagi kalangan masyarakat agama sekaligus tokoh masyarakat asli
desa Kemuja. desa Kemuja yang setiap tahun selalu ikut
Pengumpulan data dilakukan oleh mengalami atau menjalani tradisi Maulid
peneliti lewat observasi partisipatif, Nabi Muhammad Saw.. Lewat beliau
wawancara terbatas, dan studi pustaka banyak informasi terkait sejarah, proses,
yang komprehensif serta yang paling konsepsi tradisi Maulid Nabi digelar di
penting adalah peneliti ikut bersama desa Kemuja. 2) H. Abdul Hamid (64
warga melakukan tradisi perayaan Maulid tahun). Beliau juga merupakan salah satu
Nabi Muhammad Saw. secara utuh. tokoh agama asli desa Kemuja yang data
Pengumpulan data semacam ini dilakukan dan informasinya didapatkan oleh peneliti.
untuk mengetahui informasi tentang Beliau menjelaskan terkait informasi
pelaksanaan perayaan maulid Nabi perubahan dan perbedaan proses tradisi
Muhammad Saw. secara menyeluruh. akibat dari akulturasi budaya dan
Informasi yang didapatkan dan teknologi ditambah dengan kreativitas
dikumpulkan merupakan hasil anak muda yang ikut menghias proses
pengamatan mendalam kepada para pelaksanaan tradisi Maulid Nabi
masyarakat setempat serta proses Muhammad Saw. di desa Kemuja. 3) Aditya
observasi dan wawancara yang ditujukan Abrifa (24 tahun). Merupakan generasi
kepada informan. Konsep informan muda bagian dari pelaku tradisi Maulid
dijelaskan oleh (Endraswara, 2018) bahwa Nabi di desa Kemuja. Beberapa informasi
informan itu adalah profesormu. yang didapatkan dari perspektif generasi
Maksudnya adalah informan itu memiliki milenial terkait dengan akulturasi budaya
peran sentral dalam meneliti di lapangan. dan teknologi sehingga proses tradisi
Informan pula yang mengerti dan Maulid Nabi menjadi lebih berbeda. 4) M.
memahami betul seluk beluk tentang Istohari (39 tahun) merupakan kepala
tradisi dari A—Z. Oleh karena itu, penting desa Kemuja. Beliau menyampaikan
bagi peneliti menentukan informan yang tentang prosesi tradisi Maulid Nabi serta
kompeten untuk dijadikan sumber data. keterlibatan pihak luar sehingga tradisi
Informan dalam penelitian ini adalah Maulid Nabi memiliki khas tersendiri dan
warga desa Kemuja itu sendiri yang berbeda dengan yang lainnya. 5) Akhmad
mengerti dan memahami seluk-beluk Elvian (56 tahun, budayawan, penggiat,
tradisi perayaan maulid nabi serta yang dan pemerhati budaya sekaligus pejabat
selalu terlibat dalam melaksanakan pemerintahan) juga turut menjadi
perayaan maulid nabi baik dari sisi informan dalam penelitian ini. Beliau
kegiatannya maupun sisi perayaannya. menyampaikan tentang sejarah, proses,
Data yang diperoleh kemudian dianalisis serta budaya tradisi Maulid Nabi secara
dengan cara dideskripsikan, dianalisis, umum di Bangka Belitung, termasuk di
diinterpretasi, dan ditarik sebuah desa Kemuja.
kesimpulan. Hal ini penting dilakukan
mengingat data yang dikumpulkan bersifat
deskriptif hasil proses pengamatan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara. Perayaan maulid nabi Muhammad Saw. di
desa kemuja dilaksanakan tiap tanggal 12
98 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial
rabi’ul awal. Tepatnya sudah dimulai makan bersama. Berikut hasil wawancara
sejak tanggal 1 sampai pertengahan bulan dengan informan terkait tradisi Maulid Nabi
rabi’ul awal. Sejak dimulainya perayaan, Muhammad Saw. di desa Kemuja.
ada banyak rangkaian kegiatan yang Berikut hasil wawancara dengan
dilakukan oleh masyarakat, seperti informan terkait dengan tradisi Maulid Nabi
Festival Budaya Islami, pembacaan Muhammad Saw. di desa Kemuja.
barzanji, nganggung, dan silaturahmi
makan bersama. Berikut hasil wawancara
dengan informan terkait tradisi Maulid
Nabi Muhammad Saw. di desa Kemuja.
Tabel 1. Hasil Wawancara
Aditya Abrifa Aditya Abrifa salah satu generasi muda asli masyarakat desa Kemuja
sekaligus pelaksana beberapa kegiatan festival budaya islami ikut
menjelaskan bahwa tradisi atau kebudayaan mesti mengikuti alur
perkembanagn zaman, agar tidak ditinggal oleh masyarakat. Sebab
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 99
Volume 14 Nomor 1, April 2023
generasi muda saat ini lebih familiar dengan hal-hal berbau modern,
berbau teknologi modernisasi. Jikalau kita tidak beradaptasi dalam
mengemas kegiatan festival, dikhawatirnya generasi muda kita
enggan untuk bergabung dan ikut dalam proses tradisi yang sudah
lama mengakar di desa Kemuja ini.
Akhmad Elvian Sejarawan Bangka Belitung, Bapak Akhmad Elvian, secara umum
mengemukakan bahwa sejak dahulu perayaan maulid nabi di Bangka
dilakukan di masjid-masjid atau di surau-surau dan juga dilakukan di
rumah-rumah warga. Perayaan maulid Nabi di Bangka sama halnya
dengan perayaan Idulfitri dan Iduladha. Termasuk di desa Kemuja
yang sudah sejak dahulu dikenal ramai saat perayaan Maulid Nabi.
Bahkan perayaan maulid Nabi sudah menjadi ciri khas dari
masyarakat desa Kemuja.
makanan yang ada di dalam dulang atau dan menikmati hidangan yang sudah
talem tersebut bergantung pada jenis tersedia tersebut. Hal ini sebagai bentuk
agenda acara apa yang sedang ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT
dilaksanakan. Selanjutnya, dulang atau dengan membawa makanan dari rumah
talem tersebut ditutup dengan masing-masing warga untuk dimakan
menggunakan wadah penutup yang bersama-sama setelah melakukan
bernama tudung saji. Oleh (Elvian, 2015), pembacaan barzanji dalam mengenang
kata tudung saji berasal dari kata “tudung” sejarah, riwayat, dan perjuangan Nabi
yang berarti sebuah penutup, dan “saji” Muhammad Saw. dalam menebar dakwah
yang berarti sesaji atau sebuah hidangan Islam semasa hidupnya.
sesembahan. Jadi, tudung saji adalah
sebuah penutup hidangan makanan atau
sesaji yang berguna untuk melindungi Silaturahmi Makan Bersama
hidangan. Zaman dahulu, tudung saji Silaturahmi dan makan bersama dalam
terbuat dari daun Mengkuang (pandan tradisi maulid Nabi di desa Kemuja
hutan) dan bisa juga juga terbuat dari daun merupakan bagian dari rangkaian kegiatan
purun yang berbentuk segitiga dan merupakan puncak kegiatan perayaan
menyerupai kubah Masjid atau berbentuk saat memperingati kelahiran baginda nabi.
seperti candi. Namun, sekarang ini sebagai Istilah yang populer dikalangan
bagian dari perkembangan zaman, tudung masyarakat setempat adalah bertamu atau
saji sudah banyak yang terbuat dari plastik, open house atau dalam bahasa Bangka
meskipun masih ada yang terbuat dari adalah pegi namu atau gi namu. Bertamu
bahan-bahan tradisional lainnya. atau pegi namu atau gi namu menjadi
Nganggung dalam sejarahnya dilakukan puncak kegiatan perayaan maulid nabi.
oleh masyarakat Bangka Belitung saat Esensi bertamu dalam tradisi maulid nabi
memperingati upacara keagamaan, seperti di desa Kemuja ini adalah berkunjung,
perayaan Idulfitri, Iduladha, Maulid Nabi, berkumpul bersama, bersilaturahmi
Nisfu Sya’ban, 1 Muharram dan sebagainya, menemui keluarga dan sanak saudara,
atau nganggung juga bisa dilaksanakan kerabat, teman, kolega, dan sebagainya
saat acara sosial kemasyarakatan yang layaknya suasana lebaran saat perayaan
berhubungan dengan kepentingan hari besar Islam, seprti Idulfitri dan
masyarakat setempat, seperti peringatan Iduladha. Pihak tuan rumah telah
1—7 hari, 25 hari, 40 hari, 100 hari, sampai menyiapkan segala bentuk hidangan khas
kepada 1 tahun peringatan kematian lebaran yang disajikan, seperti ketupat-
warga masyarakat setempat, acara sejenis lepat lengkap dengan lauk-pauknya, aneka
pertemuan adat, acara penyambutan tamu macam kue khas Bangka Belitung, dan
agung, dan sebagainya. minuman yang telah disajikan di atas meja,
Tradisi nganggung pada perayaan sehingga tidak mengherankan jikalau
maulid Nabi Muhammad Saw. dilakukan hampir di setiap rumah-rumah warga—
oleh warga masyarakat dengan ramai—penuh dengan kujungan para tamu
membawakan dulang atau talem ke dari luar desa Kemuja yang datang silih
Masjid/ langgar/ surau sebagai acara berganti. Uniknya adalah tamu yang
makan bersama setelah melakukan datangpun, tidak hanya masyarakat
pembacaan barzanji di malam ke-12 rabi’ul muslim saja, tetapi masyarakat non-
awal. Namun, makan bersama dilakukan muslim juga ikut bertamu dan terlibat
setelah penghulu atau pemimpin agama dalam kemeriahan perayaan maulid nabi
selesai membacakan doa. Setelah doa di desa Kemuja tersebut. Penampilan
selesai di bacakan, barulah semua yang pakaian yang digunakan oleh masyarakat
hadir di dalam Masjid/ Langgar/ Surau yang bertamu dan tuan ruamah untuk
dipersilakan untuk membuka tudung saji menyambut tamu turut menjadi perhatian.
102 Rozani dan bahri Nilai Strata local dan strata sosial
Selain itu, ditinjau dari aspek kelas sosial Jamalie, Z. (2014). Akulturasi dan kearifan
ekonomi terhadap pelaksanaan tradisi lokal dalam tradisi baayun maulid pada
perayaan maulid nabi Muhammad Saw. di masyarakat Banjar. EL HARAKAH
desa Kemuja, berdasarkan hasil analisis di (TERAKREDITASI), 16(2), 234–254.
https://doi.org/10.18860/el.v16i2.2778
atas, kelas sosial masyarakat—baik kelas
Kartadinata, S., Riswanda, S., & I. (2018).
atas, kelas menengah ataupun kelas
Pedagogi Pendidikan Kedamaian:
bawah—bukan menjadi sebuah problema Rujukan Pengembangan Sekolah Aman
atas keberlangsungan tradisi perayaan dan Damai. Bandung: UPI Press.
maulid Nabi Muhammad Saw. di desa Knappert, J. (1971). Swahili Islamic Poetry:
Kemuja. Artinya, dilihat dari sisi sosial Introduction, the Celebration of
ekonomi masyarakat dalam kondisi Mohammed’s Birthday, Swahili Islamic
apapun, pelaksanaan tradisi maulid nabi Cosmology (Vol. 1). Leiden: Brill Archive.
masih tetap bisa dilakukan dengan Maemunah, S. H. (2018). Barzanji Da’wa in
antusias, ramai, dan begitu mewah. Dari Islamic Culture and Local Perspective: A
hal seperti ini terjadi interaksi, hubungan Text Analysis in Verse of Barzanji.
sosial kultural yang baik bagi masyarakat International Conference on Media and
Communication Studies (ICOMACS 2018).
sekitar sehingga menciptakan aspek
https://doi.org/https://doi.org/10.2991/ic
kedamaian dan kesejahteraan dari omacs-18.2018.38
pelaksanaan perayaan maulid Nabi Marion Holmes Katz. (2007). The Birth of the
Muhammad Saw. Prophet Muhammad (Devotional Piety in
Sunni Islam). London and New York:
DAFTAR PUSTAKA Routledge.
Paradigma Budaya Islam-Jawa dalam Gerebeg https://doi.org/10.4324/978020396214
Maulud Kraton Surakarta. Al Qalam, 5
35(2), 271–296. Merriam, S. B., & Tisdell, E. J. (2015).
https://doi.org/10.32678/alqalam.v35i2.1 Qualitative research: A guide to design
081 and implementation. John Wiley & Sons:
Clark, T. N., & Lipset, S. M. (1991). Are social USA.
classes dying? International Sociology, Moeis, S. (2008). Struktur Sosial: Stratifikasi
6(4), 397–410. Sosial. Bandung: FPIPS UPI Bandung.
https://doi:10.1177/02685809100600400 Munir, M. (2012). Tradisi Maulid dalam Kultur
2 Jawa. Jogjakarta.
Creswell, J. W. (2018). Research Design: Rismawaty, R., & Deria, N. (2020). Tindakan
Pendekatan Metode Kualitatif, Komunikasi dalam Tradisi Mauludan di
Kuantitatif, dan Campuran (edisi ke-4). Desa Kemuja Kabupaten Mendo Barat
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Provinsi Kepulauan Bangka
Dinas Kebudayaan & Pariwisata. (2010). Belitung. Jurnal Common, 4(2), 216-229.
Warisan Budaya Tak Benda: Nganggung. DOI 10.34010/COMMON.V4I2.4437
Retrieved from Provinsi Kepulauan Rohana, R. (2019). Makna mahabbah Rasul
Bangka Belitung website: dalam tradisi perayaan maulid Nabi
https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/? Muhammad Saw.: Studi kasus di Desa
newdetail&detailCatat=377 Kemuja, Kecamatan Manado Barat,
Elvian, A. (2015). Memarung, panggung, Kabupaten Bangka. UIN Sunan Gunung
bubung, kampung & nganggung. Dinas Djati bandung.
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Rusman, R., & Heningsih, E. (2019). Makna
Olahraga, Kota Pangkalpinang. Tradisi Budaya Nganggung di Kabupaten
Endraswara, S. (2018). Antropologi Sastra Bangka (Studi pada Desa Kemuja
Lisan: Perspektif, Teori, & Praktik Kecamatan Mendobarat dalam
Pengkajian. Jakarta: Yayasan Pustaka Peringatan Maulid Nabi Muhammad
Obor Indonesia. Saw.). Studia Komunika: Jurnal Ilmu
Ibrahim, A. S. (2014). Sosiolinguistik. Komunikasi, 2(2), 43-62.
Universitas Terbuka: Jakarta. DOI:https://doi.org/10.47995/jik.v2i2.27
http://repository.ut.ac.id/4828/
Jurnal Sosial Humaniora p-ISSN 2087-4928 e-ISSN 2550-0236 105
Volume 14 Nomor 1, April 2023
Said, H. A. (2016). Islam dan Budaya dI Banten: Sibarani, R. (2018). Batak Toba society’s local
menelisik tradisi debus dan maulid. wisdom of mutual cooperation in Toba
KALAM, 10(1), 109–140. lake area: a linguistic anthropology
https://doi.org/10.24042/klm.v10i1.338 study. International Journal of Human
Saunders, P. (2006). Social class and Rights in Healthcare.
stratification. Routledge. https://doi.org/10.1108/IJHRH-08-2017-
https://doi.org/10.4324/978020312971 0035
5 Tarsitani, S. (2007). Mawlūd: Celebrating the
Shils, E. (1981). Tradition. University of birth of the Prophet in Islamic religious
Chicago Press. rituals and wedding ceremonies in
Sibarani, R. (2012). Kearifan Lokal: Hakikat, Harar. Annales d’Éthiopie, 23(1), 153–
Peraan, dan Metode Tradisi Lisan. 176. Editions de la Table Ronde.
Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan. https://doi.org/10.3406/ethio.2007.1503
.