Analisis Hukum Terhadap Sertifikat Atas Kesalahan Pengukuran Tanah
Analisis Hukum Terhadap Sertifikat Atas Kesalahan Pengukuran Tanah
Analisis Hukum Terhadap Sertifikat Atas Kesalahan Pengukuran Tanah
ABSTRACT
This study aims at determining the legal protection for land rights holders in terms of
measurement errors in certificates and to find out the legal consequences of land
measurement errors on land certificates. The type of research used is in the form of
legal research, namely research in the form of an inventory of applicable laws and
regulations, in order to find principles or philosophical foundations of law or search as
an attempt to find the law relevant to a particular case. This research is a descriptive
qualitative research, by collecting all the necessary data, then it is related to the
existing problems and based on the theoretical basis of the problems encountered. For
the purposes of writing this journal, data collection methods, namely research methods,
namely library research methods, are used in obtaining documents and information.
The library research method is the research used by examining various library
materials that are relevant to the research cases given. The certificate of ownership of
land is a product of government officials (TUN), so the provisions of the State
Administration Law apply. The legal protection of land owners by the constitution must
be guaranteed by a written, complete and unambiguous constitution on land
registration. In particular, in accordance with Article 19 (2) letter c of the UUPA, it is a
strong proof of basic rights, meaning that this fact must be considered, if not proven,
supported by other evidence in court. As for the legal consequences of an error in the
administration of a certificate, in this case an error in measuring the plot of land, it is
the cancellation of the land use right. In Article 19 of the LoGA, it is clear about a
certificate of strong evidence, so that anyone can question the authenticity of the land
certificate and if it can be determined that the right to use the land is not correct, the
certificate can be revoked by the court and the Head of BPN can issue orders. If a
problem arises during the measurement of the land parcel and there is no agreement
between the parties regarding the land parcel, it can be done according to Article 20
paragraph (1) Keywords: Size, Certificate, Land.
Keywords: Measurement Error, Certificate, Land.
ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
tanah dalam hal kesalahan pengukuran dalam sertifikat dan mengetahui akibat hukum
kesalahan pengukuran tanah terhadap sertifikat tanah. Jenis penelitian yang digunakan
JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;155–168 155
berupa penelitian hukum, yaitu penelitian berupa inventarisasi peraturan perundang-
undangan yang berlaku, guna menemukan asas-asas atau landasan filosofis hukum.
Atau pencarian sebagai upaya untuk menemukan hukum yang relevan dengan kasus
tertentu. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan, kemudian dikaitkan dengan masalah yang ada dan
berdasarkan landasan teori dari masalah yang dihadapi. Untuk keperluan penulisan
jurnal ini, metode pengumpulan data, yaitu metode penelitian, yaitu metode penelitian
kepustakaan, dipakai dalam perolehan dokumen dan informasi. Metode penelitian
kepustakaan yaitu penelitian yang dipakai menggunakan cara menelaah berbagai bahan
pustaka yang relevan dengan kasus-kasus penelitian yang diberikan. Sertifikat hak milik
atas tanah merupakan produk pejabat pemerintah (TUN), sehingga berlaku ketentuan
UU Tata Usaha Negara. Perlindungan hukum pemilik tanah oleh konstitusi harus
dijamin oleh konstitusi tertulis, lengkap dan tidak ambigu tentang pendaftaran tanah.
Secara khusus, sesuai dengan Pasal 19 (2) huruf c UUPA merupakan pembuktian hak-
hak dasar yang kuat, artinya fakta ini harus dipertimbangkan, jika tidak dibuktikan,
didukung oleh alat bukti lain di pengadilan. Adapun akibat hukum dari kesalahan
administrasi sertipikat, dalam hal ini kesalahan pengukuran bidang tanah, adalah
batalnya hak guna tanah. Dalam Pasal 19 UUPA, jelas tentang sertifikat bukti yang
kuat, sehingga siapa pun dapat mempertanyakan keaslian sertipikat tanah dan jika dapat
ditetapkan bahwa hak pakai atas tanah itu tidak benar, sertipikat tersebut dapat dicabut
oleh pengadilan. dan Kepala BPN dapat mengeluarkan perintah. Jika timbul masalah
pada saat pengukuran bidang tanah dan tidak ada kesepakatan antara para pihak
mengenai bidang tanah tersebut, dapat dilakukan menurut Pasal 20 ayat (1).
Kata Kunci : Ukuran,Sertifikat,Tanah.
JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;155–168 157
dalam hal terdapat kesalahan (Peraturan Menteri Pertanian/KBPN No.
pengukuran dalam sertifikat ? 3 1997). Pasal 163 Undang-Undang Hak
2. Bagaimana akibat hukum Asasi Manusia menyatakan bahwa siapa
kesalahan pengukuran bidang pun yang menuntut suatu hak atau
tanah terhadap sertifikat tanah ? merujuk pada suatu tindakan untuk
memperkuat haknya sendiri atau
Tujuan Penelitian menyanggah hak orang lain harus
Beberapa manfaat penelitian yang akan memberikan bukti adanya atau fakta dari
penulis kerjakan seperti dibawah ini: hak tersebut:
1. Mengetahui perlindungan hukum a. Pasal 1865 BW.
kepada pemegang hak atas tanah Ditetapkan yaitu setiap orang yang
dalam hal terdapat kesalahan menyatakan bahwa dia memiliki hak
pengukuran dalam sertifikat atau menegaskan haknya atau
2. Mengetahui akibat hukum menyangkal hak orang lain, dengan
kesalahan pengukuran bidang mengutip suatu fakta, harus
tanah terhadap sertifikat tanah membuktikan adanya hak ini atau
fakta ini .
2. TINJAUAN PUSTAKA
Teori kepastian Hukum b. Pasal 283 RBg
Kepastian Hukum mampu dilihat dari Dengan ketentuan bahwa setiap orang
tercapainya keadilan di masyarakat, yang percaya bahwa dia memiliki hak
model nyata dari kepastian hukum yaitu atau keadaan dalam menggunakan
berlakunya suatu undang;undang atau haknya atau untuk menyangkal hak
pelaksanaan suatau perbuatan dalam orang lain, harus menunjukkan hak ini
perlindungan atas kesalahan pengukuran atau kondisi ini.
peta tanah.
Menurut Philipus M Hadjon; prinsip 3. METODE PELAKSANAAN
perlindungan hukum bagi rakyat Jenis penelitian yang penulis pakai
Indonesia adalah prinsip pengakuan dan berupa penelitian hukum, yaitu
perlindungan terhadap harkat dan penelitian berupa inventarisasi
martabat manusia yang bersumber pada peraturan perundang-undangan yang
Pancasila dan prinsip-prinsip negara berlaku, guna menemukan asas-asas atau
hukum dan Pancasila. landasan filosofis hukum. Atau pencarian
kepastian hukum tersebut, maka sebagai upaya untuk menemukan hukum
orang yang disebut dalam akta tersebut yang relevan dengan kasus tertentu.
terhindar dari campur tangan dan Penelitian ini ialah penelitian
perselisihan dari pihak lain. Jaminan deskriptif kualitatif, dengan
kepastian hukum tidak saja berlaku bagi mengumpulkan semua data yang
mereka yang namanya didaftarkan oleh diperlukan, kemudian mengaitkannya
pemilik tanah, namun juga terhadap dengan masalah yang ada dan dianalisis
kebijakan pemerintah tentang penetapan berdasarkan landasan teori yang
administrasi pertanahan yang berizin. dikaitkan dari masalah yang diteliti.5
Pemerintah menetapkan bahwa tanah 1. Sumber Bahan Hukum
harus didaftarkan di seluruh Indonesia. Jenis dokumen hukum yang akan
Survey bidang tanah merupakan dipakai pada penelitian hukum yang
langkah penentuan letak batas satu atau dijalankan oleh penulis ialah data
lebih bidang tanah atas permintaan sekunder, ialah data yang terkumpul dari
pemegang hak atau pemegang hak baru studi kepustakaan bahan pustaka
yang terletak dekat, jauh atau tersebar di meliputi:
kota/kelurahan sebagai bagian dari a. Dasar hukum primer, merupakan
pembentukan pendaftaran tanah sumber hukum dengan fakta hukum
yang mutlak, terkait dengan inti
JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;155–168 159
kekuatan tertinggi tebakan menetapkan penetapan sertipikat dapat disebabkan
adanya kebajikan kepada menimbang- oleh faktor penipuan (bedrog), bias
nimbang pendataan jagat di serata (dwaling) dan/atau paksaan (dwang),
Indonesia, sebagaimana diamanatkan pada saat pencatatan data fisik dan
Pasal 19 UUPA yang berbunyi “kepada hukum dalam buku tanah. Akibatnya,
membentengi penetapan sifat oleh sertifikat yang dihasilkan mungkin tidak
kekuatan tertinggi diadakan pendataan valid. Selama ini subjek perbuatan
di serata daerah Republik Indonesia tersebut mampu dianggap menjalankan
memeluk kepercayaan asas-asas yang perbuatan bertentangan hukum
diatur tambah Peraturan Pemerintah.” (onrechtmatigedaad).
Berdasar asas Pasal 19 ayat (2) huruf c Syarat-syarat yang wajib
UUPA artinya, sertifikat hak atas tanah dijalankan supaya suatu peraturan dapat
ialah alat bukti yang “kuat”, yaitu apabila menjadi suatu peraturan yang sah
tidak mampu dibuktikan menggunakan adalah:
alat bukti lain di pengadilan, harus 1) Peraturan itu wajib diciptakan oleh
disangka benar. Selain itu, sertifikat hak suatu instrumen yang berwenang
juga merupakan alat pembuktian yang (bevoegd) untuk menegakkannya.
ampuh. 2) Karena aturan tentang pernyataan
Pasal 32(2) Peraturan Pemerintah wasiat (wilsverklaring), pembentukan
Nomor 24 Tahun 1997 secara tegas wasiat tidak dapat cacat secara
menyebutkan sertifikat adalah akta hukum (geen juridische gebreken in de
tanah yang sah menjadi alat bukti yang wilsvorming).
kuat. Sertifikat hak atas tanah ialah bukti 3) Suatu peraturan wajib diberi bentuk
kepemilikan atas benda tanah yang dapat (vorm) yang ditentukan pada
mewariskan kepastian hukum bagi setiap peraturan sebagai dasarnya, dan
pemegang hak. Sertifikat ini adalah pembuatnya juga wajib
sertifikat pendaftaran tanah dari pemilik memperhatikan proses (procedure)
tanah. Dalam pendaftaran tanah, pembuatan peraturan tersebut jika
terdapat persyaratan harus dipenuhi, metodenya dinyatakan dengan jelas
seperti kelengkapan alat bukti tertulis dalam peraturan tersebut.
dan non dokumen. Jika terdapat satu syarat yang tidak
Tujuan pendaftaran tanah ialah terpenuhi, peraturan yang berhubungan
supaya mewariskan kepastian hukum menjadi tidak sah atau cacat
atas kepemilikan tanah. Pemegang hak administratif, seperti keputusan otoritas
dapat mendapatkan kepastian hukum atau pejabat yang berwenang (on
hak atas tanah ialah cara mendaftarkan bevogd), peraturan tersebut
tanahnya. Tujuan dari kepastian hukum diperkenalkan sebagai akibat dari
terhadap hak atas tanah merupakan penipuan (bedrag), peraturan tersebut
untuk mewariskan perlindungan hukum gagal untuk sesuai dengan prosedur
pada pemegang hak atas tanah (yang hukum (rechtmatige) dan peraturan
memilikinya, baik dihalangi atau tidak) tersebut gagal dalam pemenuhan tujuan
dan kepastian tentang hal pokok yaitu peraturan yang mendasarinya
letak, batas-batas dan luasnya serta (doelmatige) atau adanya salah gunanya
keberadaan atau tidak adanya bangunan hak (detounament de pauvoir).
dan vegetasi di atasnya. Dengan Sertifikat hak atas tanah
melaksanakan pendaftaran tanah, para menyimpan kesalahan hukum
pemangku kepentingan dapat dengan administratif berupa kesalahan
mudah diketahui status hukum atau letak pengukuran bidang tanah atau yang
tanah tertentu yang mereka hadapi, secara nyata menimbulkan keraguan
letak, luas dan batas-batasnya, siapa hukum khususnya pemilik hak atas
pemiliknya dan apa yang tanah, yang tentunya tidak diinginkan
disembunyikannya. Kesalahan dalam ketika pendaftaran tanah di Indonesia.
JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;155–168 161
hukum yang mampu dipakai menjadi Upaya Badan Pertanahan
pedoman penyelesaian konflik Nasional dalam menyelesaikan salah
pertanahan dan sebagai dasar atau dasar ukur tanah yaitu dengan dilakukanya
perlindungan. Salah satu ketentuan yang mediasi, upaya dalam hal ini adalah
memberikan perlindungan hukum yang dengan mengadopsi metode persuasi,
komprehensif oleh pemegang sertifikat yaitu membimbing para pihak ketika
adalah Pasal 32(2) bersengketa supaya tidak berdamai
PP No.24 Tahun 1997 berbunyi: secara langsung di pengadilan, tetapi
Pasal 32 (2) lebih baik menempuh upaya damai
“Jika tanah itu dikeluarkan secara sah terlebih dahulu.
dan dikuasai secara efektif atas nama
orang pribadi atau badan hukum yang
diperoleh dengan itikad baik, maka tidak B. Akibat Hukum Kesalahan Pengukuran
diperlukan lagi pihak lain yang Bidang Tanah Terhadap Sertifikat
menganggapnya mempunyai hak-hak Tanah
dasar. Sertifikat yang diperoleh dalam Pendaftaran sertifikat dalam
waktu 5 tahun sejak tanggal keberatan Pasal 23, 32 dan 38 UUPA dipilihkan
tertulis kepada pemilik utama dan firma kepada semua pemegang hak guna
hukum yang bersangkutan, atau menciptakan kepastian hukum bagi diri
kegagalan untuk mengajukan kasus mereka sendiri, hal ini disebabkan
pengadilan untuk sertifikat tanah atau adanya pendaftaran tersebut,
penerbitan sertifikat " menandatangani setiap konversi,
Apabila timbul masalah menghapusnya dan menimbulkan
pada saat pengukuran bidang tanah dan banyak masalah hukum apabila tidak
tidak ada kesepakatan antara para pihak terdaftar, tetapi pendaftaran yang
yang berbatasan dengan tanah, maka bersangkutan ialah alat bukti yang kuat,
dapat diselesaikan sesuai dengan karena telah ditetapkan bahwa hak milik,
ketentuan Pasal 20(1) dan (2), yaitu: serta konversi, dihapus dan dibebani
1. Dalam terjadi sengketa penetapan masalah hukum apabila tidak terdaftar,
batas tanah, panitia sistem sekalipun pendaftaran yang
pendaftaran tanah atau penanggung bersangkutan merupakan bukti
jawab pembela/penyidik yang dipilih bersyarat yang kuat dalam Pasal 23 ayat.
dalam proses pendaftaran tanah (1), hak milik, serta dalam pengalihan,
terlebih dahulu menyelesaikannya persyaratan pemberian, serta setiap
melalui perundingan hak dan pengalihan dan pembatalan hak
tanggung jawab pemegang.. Selain sehubungan dengan pemesanan..
pemegang hak atas tanah, wilayah Pendaftaran tanah dijalankan
perbatasan dan jika berhasil, sesuai UUPA dan PP no. 24 Tahun 1997
penetapan batas akhir akan dicatat dengan menerapkan asas publisitas dan
dalam berkas penyelesaian sengketa. profesionalisme. Prinsip transparansi
2. Jika sampai penetapan dan mensyaratkan bahwa data tanah yang
pengukuran bidang-bidang tanah itu disimpan di kantor suatu negara tersedia
telah diselesaikan secara musyawarah untuk umum dan catatan tanah
dengan mufakat, belum berhasil, dipublikasikan, yang berarti bahwa data
batas-batas sementara ditentukan yang dikumpulkan untuk tujuan
berdasarkan batas-batas di atas tanah pengungkapan aset harus terlebih
dijelaskan pada Pasal 19(1) Peraturan dahulu dan terutama. dikeluarkan
Pemerintah No. 24 Tahun 1977, dan sebelum masuk dalam daftar yang
mereka yang menentang akan diminta dikeluarkan oleh kantor kadaster. Secara
untuk memulai tindakan dengan khusus, asas ini berarti bahwa mampu
dokumen. menjamin kepastian hukum atas tanah yang
terdaftar, data tanah harus diuraikan secara
JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;155–168 163
Pada pasal 55 Perkaban No. 3 pendaftaran peralihan hak dan
Tahun 2011 ditegaskan yaitu upaya penerbitan sertifikat, kesalahan pada
dalam menegakkan putusan pengadilan proses verifikasi pada saat pendaftaran
yang berkekuatan hukum tetap dapat dan pencatatan hak, kesalahan dalam
berisi pelaksanaan semua putusan, proses pengukuran, pemetaan,
pelaksanaan sebagian besar putusan penghitungan daerah, pemberian hak
maupun pelaksanaan perintah saja. rangkap atau pemberian sertipikat hak
tertulis dengan jelas dalam keputusan. dasar, kesalahan dan kesalahan akan
Selain itu, pada ayat (2) disebutkan menimbulkan kesalahan lain dalam
bahwa putusan pengadilan mempunyai penerapan hukum.
kekuatan hukum tetap, yang Adapun akibat hukum dari
berhubungan dengan pemberian, kesalahan administrasi sertifikat, dalam
pengalihan maupun pencabutan hak atas hal ini kesalahan pengukuran bidan
tanah, termasuk perintah pembatalan adalah batalnya hak atas tanah. Pasal 19
hak yang dinyatakan batal/melawan UUPA menyebutkan bahwa sertifikat
hukum. / undang-undang hak atas tanah ialah alat bukti yang kuat, sehingga
yang tidak dapat dilaksanakan, yang masyarakat dapat mempertanyakan
mengatur bahwa pembuktian hak tidak keaslian sertipikat tanah dan apakah
sah / tidak mempunyai kekuatan hukum, dapat dibuktikan adanya ketidakjujuran
perintah untuk mendaftar atau hak atas tanah.belum atau tidak,
membatalkan pendaftaran dalam buku sertipikat tersebut dapat dicabut oleh
tanah, perintah pemberian hak atas pengadilan dan oleh presiden dari BPN
tanah dan peraturan berarti dikenai bisa memesannya. Pencabutan hak atas
akibat hukum untuk pemberian, tanah disebabkan kesalahan administrasi
pengalihan atau pencabutan hak. dan hukum dalam keputusan pemberian
Terhadap kesalahan hak atau pemberian sertipikat dapat atau
pengukuran pada sertifikat tanah, tidak dapat dilakukan dengan
berdasarkan Pasal 107 Menteri permohonan pencabutan hak atas tanah
Pertanian/Peraturan Badan Pertanahan tersebut perlu dibatalkan oleh instansi
Nasional Nomor 9 Tahun 1999, yang berwenang (dalam hal ini instansi
ditetapkan bahwa kesalahan yang mewujudkan sertifikat hak pakai
administrasi dalam sertifikat adalah: adalah Kantor Pertanahan).
a. Prosedur yang salah Pencabutan sertifikat hakim
b. Penerapan hukum yang tidak tepat pengadilan tata usaha negara dapat
c. Kesalahan izin objek hak dibenarkan sepanjang pencabutan itu
d. Kesalahan di bawah Izin didasarkan pada bukti-bukti yang pasti
e. Kesalahan Jenis Hak mengenai cacat-cacat dasar hukum
f. Kesalahannya adalah hitungan luas pemberian sertifikat itu, baik secara
g. Memiliki hak tumpang tindih atas pribadi maupun demi hukum, kesadaran
tanah dan materi. Pembatalan hak atas tanah
h. Data hukum dan fisik yang salah pejabat yang berwenang dilakukan jika
i. Kesalahan administrasi lainnya. ditemukan adanya kekurangan hukum
Sebagaimana dimaksud dalam dan administrasi saat proses
pasal di atas, sertipikat yang salah pengambilan keputusan untuk
ukuran dalam hal ini adalah sertipikat menerbitkan atau menerbitkan sertifikat
yang cacat administrasi menurut Pasal tanpa adanya permintaan dari pihak
6 (2) Perkaban No. 3 Tahun 2011 yang bersangkutan. Kasus pembatalan
menjelaskan yaitu cacat hukum proses sertifikat karena cacat hukum
administrasi sesuai dijelaskan pada administrasi dalam kajian ini diprakarsai
ayat (1) meliputi dll. Kesalahan ketika oleh pejabat yang berwenang
identifikasi maupun pendaftaran hak mengetahui bahwa sertifikat tersebut
dasar, kesalahan ketika proses mengandung cacat hukum administrasi
JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;155–168 165
“Putusan peralihan tanah dicabut karena 5. SIMPULAN
kesalahan hukum dalam membuat atau Hal ini dipertegas lagi melalui
melakukan pelaksanaan putusan adanya Pasal 19 ayat (1) Menteri
pengadilan, dan mempunyai akibat Pertanian/Kepala BPN 3/1997 yang
hukum yang tetap”. mengatur dalam keperluan penetapan
Pasal 1 Peraturan Menteri batas-batas bidang tanah, orang yang
Pertanian/Direktur Badan Pertanahan mengajukan pendaftaran tanah secara
Nasional Nomor 14 Tahun 1999 tentang sporadis aplikasi atau hak Pemegang
Tata Cara Pemberian dan Pembatalan bidang tanah yang tidak terdaftar namun
Hak Pengelolaan dan Penggunaan Tanah, tidak ada dokumen/gambar ukuran yang
yang seterusnya disebut PMNA/KBPN sah atau dokumen/gambar ukuran yang
Nomor 9 Tahun 1999, mengacu pada tidak relevan lagi sesuai dengan keadaan
pembatalan hak atas tanah sebagai sebenarnya dan departemen penguasaan
berikut: “ Keputusan untuk memberikan tanah dalam proses pendaftaran tanah
hak atas tanah atau sertifikat hak atas yang sistematis. Batas tanah yang sedang
tanah, atau untuk menegakkan dipertimbangkan harus ditunjukkan, dan
keputusan pengadilan yang telah jika ada kesepakatan tentang batas
mendapatkan kekuatan hukum tetap, dengan orang yang berhak atas bidang
dibuat karena cacat administrasi hukum tanah yang berdekatan, Anda harus
dalam keputusan”. memasang batas.
Ada 3 (tiga) model pencabutan hak atas Sertifikat merupakan peraturan
tanah, yaitu: administrasi (KTUN), apabila dalam
1) Hak guna tanah batal karena belum proses penerbitan sertipikat terdapat
lengkapnya penerapan hukum tata kesalahan berupa kekeliruan dalam
usaha negara. mensurvei tanah atau kerusakan pada
2) Dibatalkannya hak guna tanah tanpa orang lain, maka sertipikat tersebut
diminta disebabkan kesalahan dapat dicabut. Kasus ini tergolong
hukum administratif. sengketa TUN. Permohonan pembatalan
3) Dibatalkannya hak atas tanah dengan dapat diajukan kepada Badan Tun atau
mengeluarkan putusan pengadilan wakilnya (Kantor Pertanahan), atau
yang memiliki kekuatan hukum tetap dapat juga diajukan kepada Pengadilan
Sedangkan untuk penetapan batas Tun karena KTUN bersengketa.
tanah, tentunya jika terjadi sengketa Setelah mengetahui bahwa
sedikit lebih rumit. Jika tidak ada kantor desa adalah juru tulis di kebun
perselisihan, masalah tersebut harus dan sertifikat hak atas tanah adalah
dipahami dari para pihak yang KTUN, sengketa dicatat sebagai sengketa
berhubungan langsung dengan hubungan dengan kebun. Penyelesaian sengketa
tanah yang diuji. Pilihan terbaik dalam TUN ini dijalankan dengan 2 (dua) cara,
memperbaiki peta tanah adalah ialah dari upaya administratif dan
membuat klaim baru di dengan PTUN. Upaya administratif ini
hadapan/informasi pihak yang diwujudkan dalam bentuk protes oleh
berbatasan langsung dengan tanah. instansi yang menerbitkan KTUN, dalam
Langkah-langkah lebih lanjut sedang hal ini Kantor Pertanahan. Oleh karena
diambil untuk menyelesaikan sengketa itu, jika ada perselisihan dengan lembaga
yang tidak diinginkan dan diberikan pengawas harus diselesaikan secara
kepastian kepada seluruh pihak yang administratif, jika tidak ada hasil, maka
memiliki kepentingan mengenai hak atas akan dibawa ke pengadilan tata usaha
tanah yang berbatasan langsung dan negara.
supaya tidak ada pihak yang merasa rugi
sebagai akibat dari tindakan tersebut.
JURNAL DARMA AGUNG Volume 30, Nomor 2, Agustus 2022 ;155–168 167
Indonesia, “Peraturan Pemerintah
Nomor 24, Pasal 1 Angka (14) Tentang
Peta Dasar” (1997)
Indonesia, “Peraturan Pemerintah
Nomor 24, Pasal 1 Angka (14) Tentang
Peta Dasar” (1997)
Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 19
Ayat (2)