406-428 Wiyati
406-428 Wiyati
Available at :
http://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/ekonika
INTRODUCTION
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset organisasi yang sangat vital,
karena itu peran dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya,
betapapun modern teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak dana yang
disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya menjadi
tidak bermakna (Harahap, 2019).
Menurut (Widyawati & Karwini, 2018) efektivitas masa depan sebagian besar
organisasi semakin bergantung pada sumber daya manusia yang dimiliki. Dalam
kehidupan organisasi ada beberapa prediktor dan hasil dari sikap negatif dan positif
karyawan. Untuk mengetahui pengaruh dari sikap positif karyawan, beberapa riset
difokuskan terhadap sisi positif pribadi karyawan, tidak berfokus pada sisi negatif
This is an open access article under CC-BY-SA license.
407
ISSN (Online) 2581-2157
Jurnal Ekonika vol 8 (2) 2023 ISSN (Print) 2502-9304
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh peran
motivasi kerja sebagai variabel mediasi dari pengawasan dan kepercayaan terhadap
keterlibatan kerja di RSUD Simpang Lima Gumul Kediri.
LITERATURE REVIEW
Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan kemampuan atasan untuk mempengaruhi kebiasaan
bawahan dalam melakukan tindakan atau pekerjaan tertentu. Lebih jauh disebutkan
bahwa kualitas pengawasan mengindikasikan tingkat efektivitas atasan dalam
mempengaruhi kinerja bawahan dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Setiap individu
harus memiliki kemampuan untuk mengatur pekerjaan karena kompetensi manajerial
harus dimiliki dan digunakan untuk menentukan efektivitas kinerja (Lee & Kusumah,
2020)
Seorang supervisor harus mampu mempersiapkan dirinya dan bawahannya
untuk mengantisipasi dan menghadapi perubahan teknologi dan psikologis yang
tidak dapat dihindari. Seorang supervisor yang dapat mendorong perkembangan dan
perubahan yang efektif akan memberi nilai tambah bagi organisasinya. Dalam jurnal
dikatakan bahwa hubungan pengawasan memiliki sifat evaluatif dan menetapkan
tujuan berkelanjutan dengan beberapa hal, yaitu menjunjung tinggi profesionalisme
diantara karyawan yang diawasi, dan meningkatkan kualitas pelayanan secara tepat,
dimana seorang supervisor bertindak sebagai gatekeeper untuk memfasilitasi
This is an open access article under CC-BY-SA license.
409
ISSN (Online) 2581-2157
Jurnal Ekonika vol 8 (2) 2023 ISSN (Print) 2502-9304
karyawan yang diawasi / bawahan yang akan memasuki suatu jabatan tertentu (Lee
& Kusumah, 2020).
Menurut (Mackaway & Rowe, 2012) Pengawasan dapat diukur melalui beberapa
indikator berikut :
1. Support / Dukungan
Seorang supervisor diharapkan dapat memberikan dukungan dan bimbingan
kepada bawahannya.
2. Education / Pendidikan
Seorang supervisor harus mampu menyampaikan ketrampilan teknis dan
umum kepada bawahan. Strategi dalam mengajar termasuk pemantauan
kemajuan bawahan, menjamin tetap “on track” dan memberikan saran praktis
untuk meningkatkan layanan, serta mengakui kesuksesan dan keberhasilan
bawahan.
3. Administrative / Managerial aspect (Aspek Administratif / Manajerial)
Manajer yang cakap dapat meningkatkan pengalaman bawahannya dan
memantau secara rutin pekerjaannya secara efektif.
4. Guardianship / Penjagaan
Peran ini berorientasi pada tugas dalam kategori orientasi ke depan, yaitu
bertindak sebagai penjaga gerbang bagi profesi dan berkonstribusi untuk masa
depan profesi. Konsekuensinya, supervisor menjaga standar kualitas profesi
dengan bertindak sebagai gatekeeper.
Pengertian Kepercayaan
Kepercayaan sebagai kata umum dalam Bahasa, memiliki banyak makna ketika
digunakan sebagai konsep dalam ilmu sosial. Hal yang utama yaitu sejauh mana
seseorang menganggap sesuatu sebagai niat baik dan memiliki keyakinan pada kata -
kata dan tindakan orang lain. Keyakinan ini akan mempengaruhi cara seseorang
berperilaku terhadap orang lain tersebut. Konsep kepercayaan muncul dalam
berbagai publikasi yang berhubungan dengan perilaku dalam organisasi dan dalam
pengaturan kelembagaan (Cook & Wall, 1980)
Kepercayaan merupakan bagian integral dari budaya organisasi jika
diterapkan secara efektif dan berkelanjutan diantara karyawan dalam sebuah
organisasi. Memahami kebutuhan karyawan, mempercayai karyawan, dan
Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep sebelumnya maka dapat dibuat hipotesis
sebagai berikut :
This is an open access article under CC-BY-SA license.
412
ISSN (Online) 2581-2157
Jurnal Ekonika vol 8 (2) 2023 ISSN (Print) 2502-9304
H1 : Terdapat pengaruh positif pengawasan terhadap keterlibatan kerja
H2 : Terdapat pengaruh positif kepercayaan terhadap keterlibatan kerja
H3 : Terdapat pengaruh positif motivasi kerja terhadap keterlibatan kerja
H4 : Terdapat pengaruh positif pengawasan terhadap motivasi
H5 : Terdapat pengaruh positif kepercayaan terhadap motivasi kerja
H6 : Terdapat pengaruh motivasi kerja sebagai variabel yang memediasi pengawasan
terhadap keterlibatan kerja.
H7 : Terdapat pengaruh motivasi kerja sebagai variabel yang memediasi kepercayaan
terhadap keterlibatan kerja.
METHODS
Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di RSUD Simpang Lima Gumul
Kediri. Objek dalam penelitian ini adalah motivasi kerja, pengawasan, kepercayaan
dan keterlibatan kerja karyawan RSUD Simpang Lima Gumul Kediri. Adapun yang
menjadi objek penelitian variabel bebas (independent variable) adalah pengawasan
dan kepercayaan sebagai variabel X dan variabel terikatnya (dependent variable)
adalah keterlibatan kerja sebagai variable Y serta variable mediasi (mediating
variable) adalah motivasi kerja sebagai variabel Z. Sedangkan yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan RSUD Simpang Lima Gumul Kediri.
Populasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah tenaga kesehatan RSUD
Simpang Lima Gumul Kediri sebanyak 380 orang. Sampel dalam penelitian ini yaitu
karyawan RSUD Simpang Lima Gumul Kediri yaitu karyawan yang melakukan
pelayanan kepada pasien pada bulan juli-oktober 2022, dengan menggunakan table
Krejcie dan Morgan, bahwa jumlah populasi (N) sebanyak 380, maka sampel (n) yang
dibutuhkan sebanyak 191 orang. Pada penelitian ini menggunakan Proportionate
Stratified Random Sampling, dimana teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Teknik penyajian data
yang berasal dari koesioner menggunakan editing, coding, scoring dan tabulasi.
Analisis inferensial dalam tulisan ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama adalah melakukan evaluasi model pengukuran atau outer model dan tahap
kedua adalah melakukan evaluasi model struktural atau inner model(Hair et al., 2019).
Validitas Konvergen
Nilai AVE seharusnya sama dengan 0,5 atau lebih. Nilai AVE 0,5 atau lebih
berarti konstruk dapat menjelaskan 50% atau lebih varians itemnya (Furadantin, 2018)
Validitas Diskriminan
Cross Loadings
Nilai cross loading yang diharapkan adalah lebih besar dari 0,7.
Fornell-Larcker Criterion
Jika nilai akar kuadrat AVE setiap konstruk lebih besar daripada nilai korelasi
antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam model, maka model tersebut
dikatakan memiliki nilai validitas diskriminan yang baik.
Nilai VIF harus kurang dari 5, karena bila lebih dari 5 mengindikasikan adanya
kolinearitas antar konstruk (Furadantin, 2018)
This is an open access article under CC-BY-SA license.
414
ISSN (Online) 2581-2157
Jurnal Ekonika vol 8 (2) 2023 ISSN (Print) 2502-9304
Koefisien determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi (R2) diharapkan antara 0 dan 1. Nilai R2 0,75, 0,50,
dan 0,25 menunjukkan bahwa model kuat, moderat, dan lemah. Chin (1998)
memberikan kriteria nilai R2 sebesar 0,67, 0,33 dan 0,19 sebagai kuat, moderat, dan
lemah (Furadantin, 2018)
Nilai f2 0,02 sebagai kecil, 0,15 sebagai sedang, dan nilai 0,35 sebagai besar.
Nilai kurang dari 0,02 bisa dabaikan atau dianggap tidak ada efek (Furadantin, 2018).
Nilai path coefficients berkisar antara -1 hingga +1. Semakin mendekati nilai +1,
hubungan kedua konstruk semakin kuat. Hubungan yang makin mendekati -1
mengindikasikan bahwa hubungan tersebut bersifat negatif (Furadantin, 2018)
Kekuatan mediasi dapat ditentukan dari nilai Varians Accounted For (VAF).
Nilai VAF mewakili rasio Koefisien Beta dari efek tidak langsung terhadap efek total.
Nilai VAF yang lebih besar dari 80% mewakili mediasi penuh, nilai VAF antara 20%
dan 80% berarti mediasi parsial, sedangkan nilai di bawah 20% berarti tidak ada
mediasi (Hair et al., 2019)
1.96 ), maka Ho ditolak dan H1 diterima. SmartPLS juga menghasilkan nilai koefisien
untuk setiap indikator. Dengan demikian bisa dilihat indikator mana yang
memberikan pengaruh terbesar dan mana yang pengaruhnya paling kecil (Hussein,
2015)
RESULTS
Gambar 4.1 Gambar Hasil Analisis Model Pengukuran Pertama sebelum drop
Evaluasi Measurement Model atau Outer Model
Hasil uji validitas terhadap 24 pernyataan kuesioner yang dilakukan pada 191
responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.28 Tabel Hasil Uji Validitas Pertama
X1.1 0,746
X1.2 0,779
X1.3 0,805
X1.4 0,870
X1.5 0,769
X2.1 0,531
X2.2 0,559
X2.3 0,629
X2.4 0,616
X2.5 0,381
X2.6 0,036
X2.7 -0,166
Y1 0,314
Y2 0,590
Y3 0,621
Y4 0,754
Y5 0,377
Y6 0,781
Z1 0,121
This is an open access article under CC-BY-SA license.
416
ISSN (Online) 2581-2157
Jurnal Ekonika vol 8 (2) 2023 ISSN (Print) 2502-9304
Z2 0,815
Z3 0,568
Z4 0,594
Z5 0,849
Z6 0,835
Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa seluruh nilai dari AVE dari masing –
masing variabel memiliki nilai > 0,5. Hal ini berarti tiap konstruk dapat menjelaskan 50% atau
lebih varians itemnya.
Fornell-Larcker Criterion
R Square
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa nilai R2 untuk variabel Keterlibatan Kerja
diperoleh sebesar 0,477. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 47,7% Keterlibatan
Kerja dipengaruhi oleh Pengawasan dan Kepercayaan dan sebesar 52,3% dipengaruhi
oleh variabel di luar penelitian. Nilai tersebut menunjukkan bahwa model
dikategorikan moderat.
keterlibatan motivasi
kepercayaan pengawasan
kerja kerja
Kepercayaan 0,013 0,081
motivasi kerja 0,418
Pengawasan 0,013 0,230
VAF =
pengaruh
X1 -> Z -> Y langsung (a) 0,095 : 0,095
pengaruh tidak
langsung (b*c) 0,431 0,580 : 0,24998
pengaruh
total (a)+(b*c) : 0,34498
VAF (a)/(a)+(b*c) : 0,275378
*VAF > 80% mediasi penuh
*20%≤ VAF
≤ 80% mediasi parsial
tidak ada pengaruh
*VAF < 20% mediasi
pengaruh
X2->Z->Y langsung (a) 0,256 : 0,256
pengaruh tidak
langsung (b*c) 0,431 0,580 : 0,24998
pengaruh
total (a)+(b*c) : 0,50598
VAF (a)/(a)+(b*c) : 0,505949
*VAF > 80% mediasi penuh
*20%≤ VAF ≤
80% mediasi parsial
tidak ada pengaruh
*VAF < 20% mediasi
Berdasarkan hasil bootstraping pada tabel diatas dapat diperoleh hasil antara lain
sebagai berikut :
1. Pengawasan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan kerja
dikarenakan memiliki t statistik 1,405 < 1,96 dan memiliki hubungan antar
variabel yang sangat kecil yakni 0,095 sehingga dapat disimpulkan hipotesis
pertama ditolak.
2. Kepercayaan memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan kerja
dikarenakan memiliki t statistik 4,091 > 1,96 dan memiliki hubungan antar
variabel sebesar 0,256 sehingga dapat disimpulkan hipotesis kedua diterima.
3. Motivasi kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap keterlibatan kerja
dikarenakan memiliki t statistik 7,828 > 1,96 dan memiliki hubungan antar
variabel sebesar 0,580 sehingga dapat disimpulkan hipotesis ketiga diterima.
4. Kepercayaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi kerja
dikarenakan memiliki t statistik 1,008 < 1,96 dan memiliki hubungan antar
variabel sebesar 0,101 sehingga dapat disimpulkan hipotesis keempat ditolak.
5. Pengawasan memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi kerja dikarenakan
memiliki t statistik 6,311 > 1,96 dan memiliki hubungan antar variabel sebesar
0,431 sehingga dapat disimpulkan hipotesis kelima diterima.
6. Motivasi memediasi pengaruh pengawasan terhadap keterlibatan kerja
dikarenakan memiliki t statistik 4,210 > 1,96 dan memiliki hubungan antar
variabel sebesar 0,351. Oleh karena hubungan tidak langsung memiliki nilai yang
lebih besar daripada pengaruh langsung, sehingga dapat disimpulkan hipotesis
keenam diterima.
7. Motivasi memediasi pengaruh kepercayaan terhadap keterlibatan kerja
dikarenakan memiliki t statistik 3,402 > 1,96 dan memiliki hubungan antar
variabel sebesar 0,244. Oleh karena hubungan tidak langsung memiliki nilai yang
lebih besar daripada pengaruh langsung, maka dapat disimpulkan hipotesis
ketujuh diterima.
Pembahasan
Pengaruh pengawasan terhadap keterlibatan kerja
Temuan ini sejalan dengan hasil penelitian (Kanungo, 1982) (Amin & Juniati, 2017)
dalam judul Measurement of job and work involvement, bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi keterlibatan kerja salah satunya yaitu Locus of Control. Locus of Control
merupakan suatu kepercayaan yang dimiliki seseorang bahwa suatu keberhasilan
atau kegagalan dapat dikendalikan dari faktor internal ataupun eksternal. Jika faktor
internal atau eksternal dalam diri karyawan positif maka akan menimbulkan perilaku
yang positif juga.
Organisasi dengan tingkat kepercayaan yang tinggi memiliki tenaga kerja lebih
produktif, moral karyawan yang lebih baik dan pergantian karyawan yang rendah
(Hitch & Ph, 2012). Seorang karyawan yang memiliki kepercayaan pada organisasi
akan lebih mudah untuk terlibat dalam pekerjannya, yaitu karyawan mendedikasikan
dirinya pada pekerjaan di tempat dia bekerja (Patras & Hidayat, 2019).
Hal ini menunjukkan, jika karyawan memiliki dorongan yang kuat dari dalam
dirinya atau dorongan dari luar dirinya (misalnya dari pihak perusahaan), maka karyawan
akan terdorong untuk melakukan sesuatu dengan baik. Pada akhirnya dorongan atau
rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang ini akan menghasilkan
This is an open access article under CC-BY-SA license.
423
ISSN (Online) 2581-2157
Jurnal Ekonika vol 8 (2) 2023 ISSN (Print) 2502-9304
kinerja yang baik, demikian pula sebaliknya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pegawai merasa bangga ketika melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin memiliki
nilai paling tinggi sehingga hal tersebut merupakan faktor yang paling memicu pegawai
dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
Karyawan dengan motivasi kerja yang tinggi berdampak pada keterlibatan kerja
yang tinggi, sehingga kecenderungan memberikan lebih banyak upaya dalam
pekerjaan mereka dan menunjukkan kinerja lebih tinggi. Pada penelitian ini, diperoleh
hasil hubungan positif yang tinggi antara kepercayaan dengan keterlibatan kerja (Ar
et al., 2014).
Pada umumnya semakin baik atau tepat kepercayaan terhadap pimpinan maka
akan semakin meningkat kinerja pegawai, namun hasil menunjukkan bahwa motivasi
kerja karyawan tidak dipengaruhi langsung dari kepercayaan atasan, melainkan
diduga dipengaruhi faktor lain yakni antara lain seperti pengawasan,
keinginan/dorongan dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan, kompensasi yang
memadai, status atau kedudukan dalam suatu jabatan dan faktor lainnya.
Semakin baik pengawasan yang dilakukan maka motivasi kerja juga akan
semakin baik. Tujuan utama pengawasan ialah untuk lebih meningkatkan kinerja
bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan. Untuk kemudian
apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk
mengatasinya. Bila pengawasan yang dekat dengan para karyawan ini menguasai
liku-liku pekerjaan dan penuh dangan sifat-sifat kepemimpinan, maka suasana kerja
akan bergairah dan bersemangat.
Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat pengawasan harus
edukatif dan suportif bukan otoriter sehingga mampu memotivasi. Strategi dan tata
cara pengawasan yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing -
masing bawahan secara individu supaya tercapai tujuan pengawasan yang baik
(Kaizen & Jayanti, 2017).
disimpulkan semakin tinggi tingkat pengawasan maka motivasi kerja akan meningkat
pula yang mana akan berdampak pada peningkatan keterlibatan kerja.
Motivasi kerja memediasi pengaruh kepercayaan terhadap keterlibatan kerja
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketujuh diketahui bahwa nilai t statistik
sebesar 3,402 dan memiliki dimana nilai tersebut lebih besar dari batas kritis yakni 1,96
dan nilai signifikansinya 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis ketujuh
diterima. Hal ini membuktikan bahwa motivasi kerja memediasi pengaruh
kepercayaan terhadap keterlibatan kerja. Untuk pengambilan kesimpulan apakah
bentuk mediasi model ini adalah mediasi penuh atau sebagian adalah dengan
membandingkan dari nilai t statistik antara pengaruh tidak langsung dengan
pengaruh langsung (3,402 < 4,091) dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa
pengaruh langsung lebih besar daripada pengaruh tidak langsung. Nilai VAF model
ini adalah 0,505 atau 50,5 % sehingga dapat diketahui bahwa model mediasi ini adalah
mediasi parsial. Hal ini juga menunjukkan ketika kepercayaan meningkat maka
semakin meningkatkan motivasi kerja yang akan berdampak pula terhadap
peningkatan keterlibatan kerja.
Kepercayaan merupakan manifestasi dari aksi seseorang yang pada akhirnya
mencerminkan inti dari suatu keyakinan, asumsi, dan kedalaman komitmen
seseorang. Hubungan pemimpin dan anggota membutuhkan kepercayaan.
Kepemimpinan dapat dipercaya berdasarkan perilaku kepemimpinan, integritas,
penggunaan kontrol / pengendalian, kemampuan komunikasi dan kemampuan
mengekspresikan ketertarikan / minat terhadap anggotanya. Ketika sebuah
kepercayaan / trust telah hilang, maka ini dapat memberikan efek buruk yang serius
pada kinerja suatu kelompok (Hassan & Ahmed, 2011).
BIBLIOGRAPHY
Amin, M. Al, & Juniati, D. (2017). Klasifikasi kelompok umur manusia.
Ar, S., Köse, A., & Karabay, M. E. (2014). Investigating the Effect of Trust , Work-
Involvement , Motivation and Demographic Variables on Organizational Commitment :
Evidence from IT Industry. 9(12), 111–122.
https://doi.org/10.5539/ijbm.v9n12p111
COOK, J., & WALL, T. (1980). New work attitude measures of trust, organizational
commitment and personal need non‐fulfilment. Journal of Occupational
Psychology, 53(1), 39–52. https://doi.org/10.1111/j.2044-8325.1980.tb00005.x
Costigan, R. D., Insinga, R. C., Jason Berman, J., Kranas, G., & Kureshov, V. A. (2011).
A cross-cultural study of coworker trust. International Journal of Commerce and
Management, 21(2), 103–121. https://doi.org/10.1108/10569211111144328
Hair, J. F., Risher, J. J., Sarstedt, M., & Ringle, C. M. (2019). When to use and how to
report the results of PLS-SEM. In European Business Review (Vol. 31, Issue 1, pp.
2–24). Emerald Group Publishing Ltd. https://doi.org/10.1108/EBR-11-2018-
0203
Hassan, A., & Ahmed, F. (2011). Authentic leadership, trust and work engagement.
World Academy of Science, Engineering and Technology, 80(March 2012), 750–756.
Hitch, B. C., & Ph, D. (2012). How to Build Trust in an Organization. 1–15.
Kaizen, P., & Jayanti, P. (2017). Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Banten Tahun 2017. Academia.Edu.
Tezergil, S. A., Köse, A., & Karabay, M. E. (2014). Investigating the effect of trust, work-
involvement, motivation and demographic variables on organizational
commitment: Evidence from IT industry. International Journal of Business and
Management, 9(12), 111.