1 SM
1 SM
1 SM
Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang
50275 Telepon (024) 7474754; Fax. (024) 76480690
Abstract
The cultivation of Vaname shrimp (Litopenaeus vannamei) is the mainstay of commodity improvement of
farmer's farming economy in Indonesia. Phytoplankton one of the microorganism that can be used as a
measure of primary productivity of waters because phytoplankton is able to do photosynthesis and
resulted of photosynthesis in the form of oxygen that can be utilized by biota in the waters. This study
aims to determine the diversity of phytoplankton, primary productivity of pond waters, and the quality of
pond waters. Sampling method used in this study is puporsive random sampling with 3 observation
stations. Data obtained ware analysed calculating Shanon Wiener diversity index (H'), uniformity index
(e), dominance index (D), and abundance. The results showed that there ware 14 species of
phytoplankton consisting of 6 species belonging to class of Bacillirophyceae, 2 pecies of Chlorophyceae,
4 of species Cyanophyceae, and 2 types of Dinophyceae. The most common type of phytoplankton
during the study was class Bacillirophyceae (Skletonema costatum) at station 3. The Diversity Index (H ')
ranges from 1.42 to 2.16. This value illustrates the diversity of phytoplankton species at a moderate level.
Equivalence index value (e) ranges from 0.59 to 0.98 which describes the type of phytoplankton declared
equally. The dominance index value (D) ranges from 0.12 to 0.36 which describes no dominant species.
The quality of the waters of the Vaname shrimp ponds based on DO, temperature, salinity, pH,
brightness, and nitrate-phosphate content are still well used for shrimp farming.
Abstrak
27
Jurnal Biologi, Volume 7 No. 3, Juli 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 27-32
termasuk pertumbuhan fitoplankton dan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun
pertumbuhan udang di tambak. Adapun hasil 2004 tentang baku mutu air laut derajat keasamaan
pengukuran parameter fisika kimia di perairan (pH) untuk biota laut yaitu berkisar antara 7 – 8,5.
tambak udang Vaname disajikan dalam tabel 2. Nilai data tersebut (tabel. 2) menunjukan nilai yang
baik untuk pertubuhan udang dan fitoplankton
didalam perairan. Menurut Utojo (2015), kisaran nilai
Tabel 2. Data fisika kimia di perairan tambak udang derajat keasamaan (pH) 7,17 - 8,98 pada tambak
Vaname tidak berpengaruh negatif terhadap organisme
budidaya termasuk organisme plankton atau masih
Parameter Stasiun Stasiun Stasiun layak sebagai media budidaya tambak.
1 2 3 Hasil pengukuran salinitas di stasiun 1, 2, dan 3
DO (mg/I) 4,3 4.0 4,0 memiliki nilai yang berkisar antara 38 – 39 ppt. nilai
Suhu (oC) 33 32,7 33,3 salinitas tersebut masih tergolong baik untung
Salinitas 38 38 39 pertumbuhan udang Vaname di tambak. Menurut
(ppt) Utojo (2015), kisaran salinitas air tambak udang
pH 7,9 7,7 7,8 yaitu 10-35 ppt dengan kisaran optimumnya 15 – 25
Kecerahan 65 60 60 ppt. Sedangkan menurut Menurut Mc Graw dan
(cm) Scarpa (2002) bahwa udang Vaname dapat hidup
Nitrat 7,54 8,45 10,37 pada kisaran 0,5 – 45 ppt. Lokasi tambak udang
(mg/l) Vaname di daerah Tireman jauh dengan sungai dan
Fosfat 0,02 0,03 0,09 dekat dengan pesisir, oleh karena itu untuk
(mg/l) mengatasi salinitas yang tinggi petani tambak
cenderung mengganti air tambak dengan air dari
DO (Dissolved Oxygen) pada data kualitas laut yang baru agar salinitas perairan tambak tetap
perairan di tambak udang menunjukan nilai 4,0 mg/L optimum bagi pertumbuhan udang dan fitoplankton
– 4,3 mg/L. DO (Dissolved Oxygen) menunjukkan di dalamnya.
kandungan oksigen yang terlarut dalam perairan Kecerahan yang diukur pada tambak udang
dan memiliki fungsi penting bagi kehidupan biota di Vaname yaitu berkisar antara 60 – 65 cm. Stasiun 1
dalam perairan. Nilai DO (Dissolved Oxygen) yang memiliki kecerahan yang paling tinggi yaitu 65 cm,
berkisar antara 4,0 mg/l – 4,3 mg/l menunjukkan stasiun 2 dan 3 memiliki nilai kecerahan 60 cm.
bahwa oksigen yang terlarut di masing – masing Kelimpahan fitoplankton dapat ditunjukkan oleh nilai
stasiun masih baik untuk pertumbuhan biota di kecerahan dalam perairan. Semakin tingginya
dalam perairan yaitu masih dalam kisaran baku kelimpahan fitoplankton akan meningkatkan
mutu untuk perairan budidaya tambak yang di turbiditas (kekeruhan) atau menurunkan kecerahan
tetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum Nomor air. Menurut Arifin (2009) Kecerahan dalam perairan
16/PRT/M/2011 tentang pedoman operasi dan mempengaruhi kelimpahan fitoplankton karena
pemeliharaan jaringan irigasi tambak bahwa fitoplankton merupakan mikroorganisme berklorofil
kandungan oksigen terlarut (DO) sesuai yang yang membutuhkan energi sinar matahari untuk
ditetapkan yaitu 3 mg/l – 10 mg/l dengan nilai optium fotosintesis. Siregar et al. (2009) kecerahan
4 mg/l – 7 mg/l. mempengaruhi produktivitas perairan semakin
Hasil dari pengukuran suhu pada perairan rendah nilai kecerahan maka semakin rendah juga
o o
tambak yaitu berkisar antara 32,7 C -33,3 C. produktivitas perairan.
Menurut Utojo (2015), suhu air tambak udang Pengujian kandungan nitrat di laboratorium
berkisar persyaratan suhu air tambak udang menunjukkan nilai yang berkisar antara 7,54 mg/l –
berkisar 26oC-33oC dan kisaran optimumnya 29oC– 10,37 mg/l. nilai tertinggi yaitu pada stasiun 3
31oC. Meningkatnya suhu air tambak seiring dengan (Tabel 2) yang mencapai 10,37 mg/l. Nilai tersebut
meningkatnya konsumsi oksigen yang dibutuhkan melebihi ambang batas yang ditentukan namun
oleh organisme akuatik termasuk plankton. Suhu kenaikan nitrat pada stasiun 3 masih dapat di torelir
mempengaruhi keberadaan fitoplankton yaitu biota didalam perairan dan fioplankton. Berdasarkan
semakin dalam perairan, suhu akan semakin rendah Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang
menyebabkan kelimpahan fitoplankton berkurang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
(Arifin, 2009). Pencemaran sehubungan dengan klasifikasi dan
Derajat keasaman (pH) pada data diatas (tabel. kriteria baku mutu air limbah kelas II, nilai ambang
2) yaitu menunjukan nilai derajat keasaman (pH) batas nitrat di perairan adalah 10 mg/l. sirkulasi di
berkisar anatara 7,7 – 7,9. Berdasarkan Keputusan
30
Jurnal Biologi, Volume 7 No. 3, Juli 2018 ISSN 2621-9824
Hal. 27-32
permukaan air. Menurut Handoko et al. (2013) Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi
proses pengadukan pada dasar perairan dan proses Ketiga. UGM Press. Yogyakarta.
sirkulasi dari permukaan akan sangat
mempengaruhi besarnya kandungan nitrat-fosfat. Odum, E. P. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. UGM
Press. Yogyakarta.
Daftar Pustaka
Peraturan Pemerintah. 2001. Pengelolaan Kualitas
[APHA] American Public Health Assosiation. 2005. Air dan Pengendalian Pencemaran
Standart Methods For the Examination of sehubungan dengan klasifikasi dan kriteria
water and Wasterwater. Amer. Publ. 17th baku mutu air limbah kelas II. No 82 Tahun
Edition. New York Health Association. 2001.
Arifin Ridwan. 2009. Distribusi Spasial dan Temporal Radiarta, Nyoman. 2013. Hubungan Antara
Biomassa Fitoplankton (Klorofil-A) dan Distribusi Fitoplanktondengan Kualitas
Keterkaitannya Dengan Kesuburan Perairan Perairan di Selat Alas Kabupaten Sumbawa
Estuari Sungai Brantas, Jawa Timur. Skripsi. Nusa Tenggara Barat. Jurnal Bumi Lestari 13
Departemen Manajemen Sumberdaya (2): 234-243.
Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor. Rumanti Menur, Siti Rudiyanti, Mustofa Niti, S.,
2014. Hubungan Antara Kandungan Nitrat
Aryawati Riris dan Hikmah Thoha. Departemen dan Fosfat dengan Kelimpahan Fitoplankton
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas di Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan.
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Diponegoro Journal Of Maquares Vol.3(1),
Pertanian Bogor. Jurnal Maspari 02 (2011) : Tahun 2014, Halaman 168-176.
89-94.
Siregar, S.H., A. Mulyadi, O.J. Hasibuan. 2008.
Handoko, M.Y. dan Y.W. Sri. 2013. Sebaran Nitrat Struktur Komunitas Diatom Epilitik
dan Fosfat dalam Kaitannya dengan (Bacillariophyceae) pada Lambung Kapal di
Kelimpahan Fitoplankton di Kepulauan Perairan Dumai Provinsi Riau. Jurnal Ilmu
Karimunjawa. Jurnal Oseanologi, 2(3): 198- Lingkungan, Vol.2 (2).
206.
Sudiana, Nana. 2005. Identifikasi Keragaman Jenis
Heriyanto, Eni Sumiarsih, dan Adnan Kasry. 2009. dan Kelimpahan Phytoplankton di Muara
Kesuburan Perairan Waduk Nagedang Suangai Wonokromo, Sungai Porong
Ditinjau dari Kosentrasi Klorofil-A Fitoplankton Surabaya Jawa Timur. Jurnal Alami, 10(3):
Desa Giri Sako Kecamatan Logas Tanah 12-17.
Darat Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi
Riau. Berkala Perikanan Terubuk, Vol. 37 (2): Thoha, H. 2004. Kelimpahan Plankton di Perairan
48-59. Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan,
Sumatera. Jurnal Makara Sains, 8(3):96-102.
Kaligis, Erly, Djokosutiyanto, D., Affandi, Ridwan.
2009. Pengaruh Penambahan Kalsium dan
Salinitas Aklimasi Terhadap peningkatan
sintasan Postlarva Udang Vanname
(Litopenaeus vannamei ; Boone). Jurnal
Kelautan Nasional Vol.2: 101-108.
31