JM Biomedik,+15.Jennike+Manuel (DOI)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

pISSN 2085-9481 eISSN 2597-999X Jurnal Biomedik.

2021;13(3):241-250
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.13.3.2021.31769
KemenRistekdikti RI no. 28/E/KPT/2019 Available from:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/index

Identifikasi Ketidaksesuaian Pengobatan pada Proses Rekonsiliasi Obat


di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Jennike T. Manuel, Wenny I. Wiyono, Meilani Jayanti1

1
Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Sam
Ratulangi Manado, Indonesia
Email: [email protected]

Abstract: Reconciliation is one of the proces that prevents drug-related problems, medication
errors, and drug-related adverse events. This study aimed to identify treatment mismatches
based on the results of drug reconciliation in 49 patients from the January to March 2020 study
period. This research has been descriptive study with prospective data collection in inpatient
installation CVBC (Cardiovascular and Brain Center) and Irina F Jantung, Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado.The results of the study based on patient characteristics showed that the
number of male patients was greater than that of women, namely 31 patients and the highest
number of patients was in the age group (60 - 69) as many as 23 patients. The results showed
that the majority of patients were male as many as 31 patients and the most in the age group
(60-69) as many as 23 patients. The characteristics of the number of drugs shown in the drug
history data (BPMH), the majority of patients consumed <5 types of drugs, were 25 patients,
in the ER Most consumed <5 types of drugs as many as 27 patients and also the majority of
patients received ≥5 types of drugs while in the inpatient installation of 27 patients and when
they left the hospital the majority of patients were given ≥5 types of drugs, namely 34 patients.
The most widely used drugs are cardiovascular system drugs with a percentage of BPMH
(95.92%), IGD (100%), in inpatient installations (100%) and out of prescription (100%) and
the second is digestive system drugs. The percentage of unintentional discepancies was
incomplete prescription (10.2%), omission medication (10.2%), and intentional discrepancies
(100%).
Keywords: medication discrepancies, medication reconciliation

Abstrak: Rekonsiliasi merupakan salah satu proses yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi ketidaksesuaian
pengobatan berdasarkan hasil rekonsiliasi obat pada 49 pasien periode Januari–Maret 2020.
Desain penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara prospektif di instalasi rawat inap
CVBC (Cardiovascular and Brain Center) dan Irina F Jantung RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas pasien adalah laki-laki sebanyak 31 pasien
dan terbanyak pada kelompok usia (60-69) sebanyak 23 pasien. Karakteristik jumlah obat
ditunjukkan pada data riwayat obat (BPMH) mayoritas pasien mengkonsumsi <5 jenis obat
sebanyak 25 pasien, di IGD Sebagian besar mengkonsumsi <5 jenis obat sebanyak 27 pasien
dan juga mayoritas pasien menerima jenis obat saat di Instalasi rawat inap sebesar 27
pasien dan saat keluar rumah sakit mayoritas pasien diberikan jenis obat yaitu 34 pasien.
Obat yang paling banyak digunakan yaitu obat sistem kardiovaskular dengan presentase pada
BPMH (95,92%), IGD (100%), di Instalasi rawat inap (100%) dan pada resep keluar (100%)
dan yang kedua obat sistem pencernaan. Persentase ketidaksesuaian pengobatan yaitu
Incomplete prescription sebesar (10,2%), Omission medication (10,2 %), dan ketidaksesuaian
yang disengaja (100%).
Kata kunci: rekonsiliasi, ketidaksesuaian pengobatan

241
242 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 241-250

PENDAHULUAN setting pemberian layanan kesehatan yang


Perpindahan dalam perawatan pasien tinggi. Kegagalan melakukan identifikasi
sangat beresiko tinggi mengalami kesalahan pemberian obat akan
ketidaksesuaian pengobatan karena menyebabkan perburukan kondisi klinis
perbedaan dalam pengobatan sangat yang pada akhirnya berdampak pada
mempunyai kontribusi yang besar pada peningkatan kebutuhan layanan dan biaya
masalah kejadian obat yang merugikan kesehatan.6
(adverse drug events), kesalahan Berdasarkan latar belakang tersebut,
pengobatan (medication errors) dan reaksi pentingnya identifikasi ketidaksesuaian
obat yang merugikan (adverse drug pengobatan pada proses rekonsiliasi obat
reaction), sekitar 60% terjadi kesalahan untuk mengidentifikasi kesalahan
pengobatan di rumah sakit saat pasien pemberian obat pada tahapan pemindahan
masuk rumah sakit, perpindahan intra pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit
rumah sakit dan pemulangan. Sehingga lain, antar ruang perawatan, serta pada
menurut badan akreditasi dunia The Joint pasien yang keluar dari rumah sakit ke
Commision on Accreditation of Healthcare layanan kesehatan primer dan sebaliknya
Organizations (JCAHO) perlu adanya sehingga kualitas pelayanan di rumah sakit
kegiatan keselamatan pasien berupa proses dapat berorietasi pada keselamatan pasien
identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi yang menjamin kesembuhan serta kualitas
resiko cedera dan kerugian pada pasien.1 hidup pasien. Maka perlunya dilakukan
Rekonsiliasi obat merupakan proses penelitian mengenai identifikasi
pembuatan daftar paling akurat dari semua ketidaksesuaian pengobatan pada proses
pengobatan yang diterima pasien termasuk rekonsiliasi obat di Instalasi Rawat Inap
nama obat, dosis, frekuensi dan rute serta RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
dibandingkan dengan membandingkan
daftar pengobatan saat masuk, pemindahan METODE PENELITIAN
dan keluar rumah sakit dengan tujuan Penelitian ini dilakukan di Instalasi
menyediakan obat yang benar untuk pasien Rawat Inap Cardiovascular and Brain
disemua titik transisi. Melalui hal ini proses Center (CVBC) lantai 3 dan Instalasi
rekonsiliasi merupakan salah satu hal yang Rawat Inap F Jantung RSUP Prof. Dr. R.
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya D. Kandou Manado dengan waktu
kesalahan obat (medication error) seperti pengumpulan data dilakukan pada bulan
obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan Januari 2020 sampai dengan Maret 2020.
dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat Desain penelitian deskriptif dengan
(medication error) rentan terjadi pada pengambilan data secara prospektif.
pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke Subjek dalam penelitian ini ialah
rumah sakit lain, antar ruang perawatan, pasien di Instalasi Rawat Inap
serta pada pasien yang keluar dari rumah Cardiovascular and Brain Center (CVBC)
sakit ke layanan kesehatan primer dan lantai 3 dan Instalasi Rawat Inap F Jantung
sebaliknya).2 RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Hasil dari proses pelaksanaan yang telah mengalami proses rekonsiliasi
rekonsiliasi telah terbukti memiliki manfaat obat selama periode penelitian. Subjek
yang baik dari segi outcome klinis ataupun penelitian ditetapkan dengan dengan
finansial3,4,5 melalui proses implementasi menggunakan metode purposive sampling
rekonsiliasi obat, identifikasi kesalahan yaitu pengambilan subjek berdasarkan
pemberian obat dapat dideteksi sedini kriteria tertentu.7
mungkin pada setiap tahap terjadinya Kriteria Inklusi yaitu pasien yang
perpindahan pelayanan kesehatan. Proses dirawat di Instalasi Rawat Inap
perpindahan sangat krusial, khususnya Cardiovascular and Brain Center (CVBC)
untuk kelompok pasien dengan penyakit lantai 3 dan F Jantung RSUP Prof. Dr. R.
kronis yang memiliki risiko pergantian D. Kandou Manado selama 13 Januari
Manuel, Wiyono, Jayanti: Identifikasi ketidaksesuaian pengobatan... 243

hingga 13 Maret 2020, pasien yang gagal jantung bdidapati 24 pasien (69%)
bersedia serta sukarela menjadi responden berjenis kelamin laki-laki, sedangkan
dan pasien dengan data rekam mediknya pasien berjenis kelamin perempuan
bisa ditelusuri. Adapun Kriteria eksklusi terdapat 11 pasien (31%).10 Dalam hal ini
yaitu pasien yang meninggal di rumah laki-laki mempunyai resiko lebih besar
sakit. dibanding perempuan. Salah satu faktor
Instrumen penelitian yaitu lembar resiko penyakit jantung dan pembuluh
observasi (berisi catatan nama, nomor darah yaitu jenis kelamin, jenis kelamin
rekam medik, usia, alergi, tanggal, nama laki-laki mempunyai resiko penyakit
obat rutin/obat lama dan obat baru yang jantung dan pembuluh darah lebih tinggi
diresepkan, dosis, aturan pakai, rute dibanding perempuan.11 Hal ini terjadi
pemberian, durasi pengobatan serta obat karena laki-laki cenderung memiliki gaya
yang diberikan/ diresepkan setelah keluar hidup yang menimbulkan faktor resiko
rumah sakit) hasil wawancara dan literatur- penyakit kardiovaskular misalnya
literatur terkait. Data yang diperoleh, kebiasaan merokok.12 Selain itu pada
selanjutnya dianalisis secara deskriptif wanita memiliki hormon esterogen bersifat
untuk mengidentifikasi karateristik pasien protektif yang berperan dalam
dan ketidaksesuaian pengobatan serta meningkatkan kadar High Density
dihitung diberdasarkan kategori klasifikasi Lipoprotein (HDL). Kadar HDL yang
ketidaksesuaian pengobatan. rendah dan LDL yang tinggi akan
mempengaruhi terjadinya proses
HASIL PENELITIAN aterosklerosis dan mengakibatkan tekanan
Populasi yang didapatkan dalam darah tinggi karena hal inilah morbiditas
penelitian ini yaitu sebanyak 84 pasien dan penyakit kardiovaskular pada laki-laki
yang memenuhi kriteria inklusi yakni cenderung dua kali lebih besar daripada
sebanyak 49 pasien. Tabel 1 wanita dan terjadi hampir 10 tahun lebih
memperlihatkan gambaran Karakteristik dini.13
pasien Instalasi rawat inap Cardiovascular Kelompok usia yang paling banyak
and Brain Center (CVBC) dan Irina F dirawat yaitu pada kelompok lansia 60-69
Jantung RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou tahun sebanyak 23 pasien (44,89%).
Manado. Gambaran penggunaan obat Berdasarkan hasil ini pada usia lansia
pasien sebelum masuk RS, saat di IGD, cenderung lebih banyak mengalami
Instalasi Irina F dan CVBC serta pada saat penyakit kardiovaskular. Hal ini didukung
diresepkan keluar RS bisa dilihat pada tabel dengan penelitian lain yang menyatakan
2-5. Gambaran dan hasil identifikasi bahwa risiko penyakit kardiovaskular yang
ketidaksesuaian pengobatan pada pasien tinggi sangat umum terjadi pada orang
rawat rawat inap di RSUP. Prof. Dr. R. D. dewasa berusia 40 tahun ke atas. Usia
Kandou digambarkan pada tabel 6. dikaitkan dengan peningkatan stres
oksidatif, yang menyebabkan peningkatan
BAHASAN kerentanan terhadap kelainan fungsional
Berdasarkan penelitian ini, untuk jenis dan listrik yang menyebabkan penyakit
kelamin sebanyak 31 pasien laki-laki kardiovaskular. Penyakit fibrilasi atrium
(63,27 %) dan 18 pasien perempuan (AF) dan gagal jantung (HF) merupakan
(36,73%). Kejadian yang sama juga beberapa hasil penyakit yang disebabkan
ditemukan dalam beberapa penelitian dari peningkatan oksigen reaktif (ROS)
terkait masalah kardiovaskular, pada karena stres oksidatif meningkatkan
penelitian mengenai pasien penyakit produksi molekul sinyal inflamasi. Usia
jantung koroner, hasil penelitian yang juga dikaitkan dengan peningkatan risiko
didapatkan sebesar 75% penderita penyakit kelemahan, obesitas dan diabetes. Kondisi
jantung koroner adalah laki-laki dan 24,1% ini juga merupakan faktor risiko penyakit
sisanya adalah perempuan.9 Pada penderita kardiovaskular. 14
244 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 241-250

Tabel 1. Karakteristik pasien Instalasi yaitu pengobatan terapi antihipertensi


rawat inap Cardiovascular and Brain tunggal atapun kombinasi. Sebagian pasien
Center (CVBC) dan Irina F Jantung RSUP juga menderita CAD sehingga diberikan
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado terapi lainnya seperti terapi anti platelet dan
Jumlah Presentase
nitrogliserin.15
Karakteristik
Pasien (n) (%)
Jenis Kelamin Tabel 2. Karakteristik Berdasarkan
Laki-laki 31 63,27 Penggunaan obat sebelum masuk RS
Perempuan 18 36,73 (BPMH)8
Usia Golongan Jumlah Presentase
Dewasa (18-44) 1 2,05
Obat Pasien (n) (%)
Pra Lansia (45- 12 24,49
Obat Sistem 47 95,92
59)
Kardiovaskular
Lansia (60-69) 22 44,89
Obat Sistem 16 32,65
Lansia Resiko 14 28,57
Pencernaan
Tinggi ( Obat Sistem 1 2,04
Jumlah obat Saraf Pusat
BPMH Obat Sistem 1 2,04
<5 25 51,02 Pernapasan
5-10 22 46,94 Obat Otot dan 7 14,29
>10 1 2,04
sendi
Jumlah obat di Obat Sistem 8 16,33
IGD Endokrin
<5 27 87,1 Elektrolit, 4 8,16
5-10 4 12,9
nutrisi,
>10 - 0
Mineral dan
Jumlah obat di Vitamin
Instalasi Antibiotik 2 4,08
<5 - 0
Obat 2 4,08
5-10 23 46,94
Obstretrik,
>10 26 53,06 Ginekologi
Jumlah obat dan saluran
keluar RS Kemih
<5 3 6,12
Herbal 4 8,16
5-10 34 69,39
>10 12 24,49
Length of Stay Hasil penelitian dari 49 pasien
< 6 hari 30 61,22 sebanyak 31 pasien yang masuk RS melalui
≥ 6 hari 19 38,78 jalur IGD. Sebagian besar pasien
menggunakan obat sebanyak <5 jenis obat
Hasil penelitian terkait Berdasarkan sebanyak 27 pasien (87,1%). Hal ini karena
penggunaan jumlah obat pada daftar sebagian besar pasien kardiovaskular
riwayat obat sebelum masuk RS (Best mengalami angina saat masuk IGD,
Possible Medication History), didapati sehingga pengobatan angina yang sering
bahwa pada daftar riwayat obat pasien diberikan saat di IGD berupa pemberian
paling banyak mengkonsumsi obat nitrat dan pemberian obat lain yang telah
sebanyak <5 jenis obat yaitu sebanyak 25 diminum rutin oleh pasien. Berdasarkan
pasien (51,02%), hal ini karena sebagian AHA/ ACC pasien yang mengalami nyeri
besar pasien hanya mengkonsumsi obat dada saat di IGD diberikan nitrogliserin
preventif berdasarkan riwayat penyakit dan pada pasien dengan diagnosa sindrom
yang diderita. Sebagian besar riwayat koroner akut ditambahkan aspirin, dan
penyakit yang diderita pasien yaitu penghambat reseptor ADP.16
hipertensi sehingga riwayat obat pasien
Manuel, Wiyono, Jayanti: Identifikasi ketidaksesuaian pengobatan... 245

Tabel 3. Karakteristik penggunaan obat di Tabel 5. Karakteristik penggunaan obat


Instalasi Gawat Darurat (IGD) 8 pada resep keluar RS.8
Golongan Jumlah Presentase Jumlah Presentase
Obat Pasien (n) (%) Golongan Obat Pasien (%)
Obat Sistem (n)
31 100
Kardiovaskular Obat Sistem
49 100
Obat Sistem Kardiovaskular
25 80,64
Pencernaan Obat Sistem
47 95,92
Obat Sistem Pencernaan
3 9,67
Saraf Pusat Obat Sistem Saraf
8 16,32
Obat Sistem Pusat
2 6,45
Pernapasan Obat Sistem
4 8,16
Obat Otot dan Pernapasan
1 3,22
sendi Obat Otot dan sendi 14 28,57
Obat Sistem Obat Sistem
3 9,68 14 28,57
Endokrin Endokrin
Elektrolit, Elektrolit, nutrisi,
17 34,69
nutrisi, Mineral dan Vitamin
5 16,13
Mineral dan Antibiotik 6 12,24
Vitamin Obat Obstretrik,
Antibiotik 2 6,45 Ginekologi dan 2 4,08
saluran Kemih
Antihistamin 1 2,04
Tabel 4. Karakteristik penggunaan obat di
Instalasi Rawat inap80
Golongan Jumlah Presentase Tabel 6. Gambaran dan hasil identifikasi
Obat Pasien (n) (%) ketidaksesuaian pengobatan berdasarkan
Obat Sistem jumlah pasien yang mengalami
49 100
Kardiovaskular ketidaksesuaian pada proses rekonsiliasi.
Obat Sistem
45 91,84
Pencernaan Jumlah Presentase
Obat Sistem
12 24,49
pasien yang yang
Saraf Pusat Klasifikasi mengalami mengalami
Obat Sistem Ketidaksesuaian ketidak ketidak
6 12,24
Pernapasan sesuaian sesuaian
Obat Otot dan (n) (%)
14 28,57
sendi
Ketidaksesuaian
Obat Sistem
14 28,57 yang tidak
Endokrin
disengaja :
Elektrolit,
Incomplete
nutrisi, 5 10,2
23 46,94 prescription
Mineral dan
Omission
Vitamin 5 10,2
medication
Antibiotik 8 16,33
Ketidaksesuaian
Obat 49 100
yang disengaja
Obstretrik,
Ginekologi 2 4,08
dan saluran Pada saat di Instalasi rawat inap
Kemih Cardiovascular and Brain Center (CVBC)
Antihistamin 1 2,04 dan irina F jantung terdapat 26 pasien
(53,06%) yang menggunakan obat
sebanyak . Juga pada resep saat
pulang, terdapat 34 pasien (69,39%) yang
246 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 241-250

diberi obat sebanyak 5-10 jenis obat. Hal Riwayat penggunaan obat pasien (BPMH)
ini karena penanganan penyakit yang sebanyak 49 pasien (95,92%), di IGD dari
kompleks dan disertai beberapa kormobid 31 pasien yang melalui IGD sebanyak 31
sehingga kardiovaskular pengobatannya pasien (100%), di Instalasi rawat inap
pun kompleks dengan pemberian beberapa sebanyak 49 pasien (100%) dan pada resep
jenis obat. Terapi farmakologi yang biasa keluar RS sebanyak 49 pasien (100%) yang
digunakan pada pasien kardiovaskular diresepkan obat sistem kardiovaskular. Dan
adalah vasodilator nitrat, β – Blockers, sebanyak 16 pasien (32,65%) pada daftar
antiplatelet, antidislipidemia, ACE – riwayat penggunaan obat pasien, 5 pasien
Inhibitor dan antikoagulan).17 Pasien (16,13) di IGD, 45 pasien (91,84%) di
kardiovaskuar menerima obat-obat untuk Instalasi rawat inap dan pada resep keluar
mengurangi gejala serta mengatasi masalah RS yang menggunakan obat sistem
kormibiditas dan keluhan lainnya, serta pencernaan. Hal ini karena penggunaan
pasien juga sering menggunakan obat mengikuti pengobatan riwayat dan
pengobatan kombinasi. penyakit yang diderita pasien. Terapi
Berdasarkan hasil penelitian pasien kardiovaskular yaitu obat penurun
dengan lama rawat inap yang kurang dari 6 kolesterol, obat hipertensi, obat yang
hari sebanyak 30 pasien (61,22%) dan lama mempengaruhi pengaturan volume
rawat inap lebih dari sama dengan 6 hari intravaskular, obat yang mempengaruhi
dengan jumlah 19 pasien (38,78%). Hasil homeostatis dan thrombosis, obat yang
ini sesuai dengan penelitian yang telah mempengaruhi irama dan kontraktilitas
dilakukan sebelumnya yaitu pasien jantung. 8
memiliki persentase lebih tinggi dengan Mayoritas pasien juga menggunakan
lama rawat inap (LOS) <6 hari, yaitu obat sistem pencernaan yaitu lansoprazole.
masing-masing sebesar 55% dan 60% Obat sistem pencernaan diberikan kepada
dibandingkan dengan pasien dengan lama pasien kardiovaskular karena pasien
rawat inap 6 hari yaitu 45% dan 40%. 18 kardiovaskular mengkonsumsi obat-obatan
Lama rawat inap (LOS) merupakan lain mempengaruhi gastrointestinal, seperti
salah satu indikator penting penggunaan pengobatan antiplatelet yang lama
pelayanan medis yang digunakan untuk kelamaan mereduksi gastrointestinal yang
menilai efisiensi manajemen rumah sakit, direkomendasikan AHA/ACC harus
kualitas pelayanan pasien, dan evaluasi diberikan kepada pasien getriatri yang
fungsional. LOS (Length of Stay) diantara mengkonsumsi antiplatelet untuk
pasien dengan penyakit yang sama atau pencegahan reduksi dan perdarahan
menjalani jenis intervensi bedah yang sama gastrointestinal. Lansoprazol menurut
dapat bervariasi karena faktor kompleks PERKI dan AHA digunakan sebagai terapi
yang berkaitan dengan individu atau karena pencegahan reduksi gastrointestinal akibat
aliran proses yang berbeda dalam penggunaan NSAID maupun DAPT (Dual
organisasi yang berbeda atau perbedaan Anti platelet therapy). Penggunaan PPi
dalam praktik medis.19 (lansoprazol) digunakan untuk mengurangi
hiperekskresi asam lambung dan sebagai
Karakteristik Pasien Berdasarkan terapi dyspepsia.20
Penggunaan Obat
Berdasarkan hasil penelitian Identifikasi Ketidaksesuaian Pengobatan
penggunaan obat di daftar riwayat pada Proses Rekonsiliasi Obat di
penggunaan obat sebelum masuk rumah Instalasi Rawat Inap RSUP Prof.DR. R.
sakit (BPMH), Instalasi gawat darurat D. Kandou
(IGD), Instalasi rawat inap dan pada resep Proses rekonsiliasi sendiri diawali
keluar RS, sebagian besar pasien dengan pengumpulan daftar riwayat
menggunakan obat sistem kardiovaskular penggunaan obat pasien (Best Possible
dan obat sistem pencernaan. Pada daftar Medication History) yang akurat dari
Manuel, Wiyono, Jayanti: Identifikasi ketidaksesuaian pengobatan... 247

berbagai sumber informasi. Pengumpulan pesanan obat pasien. Hal ini disebabkan
daftar riwayat penggunaan obat pasien pertama tidak terdokumentasinya
(Best Possible Medication History) di penggunaan obat sebelum masuk RS secara
RSUP. Prof. DR. R. D Kandou sendiri akurat dan lengkap sehingga ketika
dilakukan saat di IGD ( 24 jam) dan dibandingkan terdapat ketidaksesuaian.
ketika transer internal. Hal ini sesuai Kedua, sumber daya manusia yang kurang
dengan WHO (2014) pengumpulan daftar dan sulitnya validasi sumber informasi.
riwayat obat (BPMH) yang efektif Ketiga, kurangnya pengetahuan pasien dan
kesadaran pasien mengenai pentingnya
dilakukan dalam waktu 24 jam.
keterlibatan mereka dalam proses
Ketidaksesuaian pengobatan yang
pengumpulan informasi sehingga pasien
disengaja dalam penelitian ini adalah
tidak terbuka dan jujur dalam penyampaian
ketidaksesuaian antara obat yang diterima
informasi pengobatan. Hasil penelitian ini
pasien sebelum masuk RS dengan obat
selaras dengan penelitian yang dilakukan
yang diterima pasien saat keluar RS seperti
dimana ditemukan ketidaksesuaian
perubahan obat, terapi baru dilakukan
pengobatan yang diklasifikasikan sebagai
dengan tujuan untuk memperbaiki
omission medication sebanyak 84,60%.21
kesalahan pengobatan yang didasarkan
Sebagian besar ketidaksesuaian yang tidak
status kondisi klinis terbaru pasien.
diinginkan terjadi karena dokumentasi yang
Ketidaksesuaian pengobatan yang tidak
tidak akurat/hilang dan kurangnya
disengaja atau medication reconciliation
keterampilan tenaga kesehatan yang
error dalam penelitian ini adalah
mendokumentasi.22 Hambatan yang juga
ketidaksesuaian antara obat yang diterima
terjadi dalam pelaksanaan rekonsiliasi
pasien sebelum masuk RS dengan obat
yaitu investasi waktu yang cukup lama,
yang diterima pasien saat keluar RS yang
kurangnya sarana dan prasarana, jumlah
dilakukan secara tidak sengaja yang
dan ketersediaan sumber daya manusia
berakibat kesalahan pengobatan
yang kurang dan sulitnya validasi sumber
(medication error). Pengobatan yang tidak
informasi.23,24,25 Penelitian lain yang juga
disengaja (unitentional discrepancies
mendapati bahwa rekonsiliasi pengobatan
terdiri atas antara lain: omission
dibatasi selain oleh kesehatan yang buruk
medication, pemberian resep obat baru,
juga pengetahuan pengobatan yang buruk
commission medication, incomplete
artinya pasien sedikit memiliki
prescription dan duplikasi pengobatan.21
pengetahuan tentang pengobatan mereka
Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan
juga pasien tidak mengetahui tentang
ketidaksesuaian pengobatan berdasarkan
proses rekonsiliasi pengobatan dan tidak
hasil rekonsiliasi di Instalasi rawat inap
menyadari bahwa tugas/keterlibatan
RSUP. Prof. DR. R. D kandou yang
mereka penting dalam proses ini.26
diidentifikasi sebagai ketidaksesuaian yang
Pada penelitian ini juga didapati
disengaja dan ketidaksesuaian yang tidak
ketidaksesuaian incomplete prescription
disengaja. Ketidaksesuaian yang tidak
sebanyak 5 pasien (10,2 %). Incomplete
disengaja diantaranya: ommission
prescription yang ditemukan yaitu tidak
medication dan incomplete prescription.
dicantumkan dosis obat pada beberapa obat
Berdasarkan hasil penelitian
yang penggunaannya sewaktu-waktu
menunjukan ketidaksesuaian pengobatan
seperti new diatabs (attalpugit) serta
yang paling banyak adalah omission
beberapa obat lain seperti ardium dan Ca
medication sebanyak 5 pasien (10,2 %).
Glukonas. Hal ini dikarenakan pertama,
Omission medication yang ditemukan yaitu
kurangnya disiplin dalam mendokumentasi
dikuranginya obat secara tidak disengaja.
rekam medik. Kedua karena pembuat resep
Beberapa obat yang dikurangi yaitu obat
menganggap tenaga medis lain khususnya
herbal dan juga beberapa obat diluar obat
farmasis sudah mengerti dengan perintah
rutin yang tertera di resep rawat jalan pada
atau maksud yang tertera di rekam medik.
248 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 241-250

Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang kurangnya sarana dan prasarana, jumlah
mendapati bahwa sebagian besar kesalahan dan ketersediaan sumber daya manusia
pengobatan disebabkan karena peresepan yang kurang sehingga informasi jarang
yang tidak lengkap, yang juga ditemukan diberikan kembali sehinggga pasien
karena kurangnya pengetahuan dari tenaga memiliki sedikit pengetahuan tentang
profesional perawatan serta kurangnya pengobatan mereka.27,28
kolaborasi didalam maupun diantara Kekurangan dan keterbatasan
perawatan.27 penelitian ini yaitu jumlah responden yang
Pada penelitian ini sebagian pasien hanya 49 orang tentunya masih kurang
masuk RS melalui poli jantung dan untuk menggambarkan keadaan yang
sebagian melalui IGD. Pada pasien melalui sesungguhnya dan juga kurangnya daya,
poli jantung (rawat jalan), daftar riwayat waktu dan kompetensi dalam
pengobatan mereka tidak divalidasi mendokumentasikan serta mengikuti proses
kembali dan hanya mengandalkan daftar pelaksanaan rekonsiliasi pada penelitian ini
riwayat pengobatan yang berasal dari sehingga memungkinkan adanya data
catatan rawat jalan. Hal ini menimbulkan pengobatan yang rancu. Keterbatasan
ketidaksesuaian karena beberapa pasien sebagai mahasiswa juga menjadi
yang diwawancarai mengaku meminum kelemahan dalam pengambilan data
obat lain selain obat dari rawat jalan. Hal dilapangan.
ini terjadi karena tidak ada yang
bertanggung jawab untuk memastikan SIMPULAN
keakuratan dan kelengkapan seluruh Berdasarkan hasil penelitian yang telah
regimen pengobatan. Penelitian ini selaras dilakukan, diperoleh dan diidentifikasi
dengan penelitian yang dilakukan lain yang ketidaksesuaian pengobatan berdasarkan
menyatakan bahwa ADE potensial hasil rekonsiliasi obat didapati yaitu
seringkali disebabkan kesalahan Incomplete prescription sebesar (10,2 %),
pengambilan daftar riwayat obat serta Omission medication (10,2 %), dan
kesulitan pengambilan daftar riwayat Ketidaksesuaian yang disengaja (100%).
penggunaan obat yang akurat dalam Untuk itu disarankan untuk menambah
lingkungan perawatan kesehatan saat ini personil tenaga Kesehatan yang bertugas
dan tidak adanya yang bertanggung jawab mengambil dan mevalidasi data riwayat
untuk memastikan kembali keakuratan pengobatan dan memberikan edukasi
regimen pengobatan secara keseluruhan.27 mengenai proses rekonsiliasi obat serta
Pada proses rekonsiliasi yang terjadi membuat pelatihan kepada tenaga
belum efektif karena dalam kesehatan untuk pengumpulan BPMH yang
dokumentasinya sudah berjalan namun akurat serta membuat dan menerapkan SOP
proses secara keseluruhan belum efektif. rekonsiliasi.
Dari penelitian yang dilakukan didapati
kurangnya komunikasi kepada pasien
mengenai perubahan terapi bahkan Konflik Kepentingan
penghentian terapi obat yang mereka bawa Penulis menyatakan tidak terdapat
dari rumah. Sehingga dapat menimbulkan konflik kepentingan dalam studi ini.
kesalahan pengobatan serta cidera pada
pasien. Hal ini karena kurangnya DAFTAR PUSTAKA
komitmen, waktu, jumlah tenaga apoteker 1. Wong JD , Bajcar JM, Wong GG, Alibhai
dan adanya prioritas pekerjaan lain. SMH, Huh J, Cesta A, et al.
Penelitian sejalan dengan penelitian lain Medication Reconciliation at
yang mendapati bahwa apoteker tidak Hospital Discharge: Evaluating
menjalankan peran yang cukup signifikan Discrepancies. The Annals of
dalam proses rekonsiliasi pengobatan Pharmacotheraphy. 2008; 42:
karena investasi waktu yang cukup lama, 1373-9.
Manuel, Wiyono, Jayanti: Identifikasi ketidaksesuaian pengobatan... 249

2. Departemen Kesehatan Republik Congestive Heart Failure (CHF)


Indonesia. Peraturan Menteri Di Instalasi Rawat Inap Rs Pku
Kesehatan Republik Indonesia Muhammadiyah Gamping Periode
Nomor 72 tahun 2016 tentang Januari-Juni 2015. Jurnal
standart pelayanan kefarmasian di Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Rumah Sakit. Jakarta: Ditjen Bina 2016;1:1-10.
Kefarmasian dan Alat Kesehatan 11. Kementrian Kesehatan Republik
Depkes RI; 2016. Indonesia. Pedoman Pengendalian
3. Kwan JL, Lo L, Sampson M, Shojania Faktor Risiko Penyakit Jantung
KG. Medication reconciliation dan Pembuluh darah Edisi I.
during transitions of care as a Jakarta: Ditjen PP & PL
patientsafety strategy: a systematic Direktorat Pengendalian Penyakit
review. Annals of internal Tidak Menular, 2011.
medicine. 2013;158: 397-403. 12. Setyanda YOG, Sulastri D, Lestari Y.
4. Super TM, Phillips SW, Coffey RP, Hubungan Merokok dengan
Patterson SA. Impact of Kejadian Hipertensi pada Laki-
Pharmacist Facilitated Discharge Laki Usia 35-65 Tahun di Kota
Medication Reconciliation. Padang. Jurnal Kesehatan
Pharmacy 2014;2(3): 222-30. Andalas. 2015; 4(2).
5. Curatolo N, Gutermann L, Devaquet N, 13. Bonakdaran S, Ebramhmizadeh S,
Roy S, Rieutord A. Reducing Noghabi SH. Cardiovascular
medication errors at admission: 3 disease and risk factors in patient
cyclesto implement, improve and with type 2 Diabetes Melitus in
sustain medication reconciliation. Mashhad, Islamic Republic of
International journal of clinical Iran. Eastern Mediterranean Healt
pharmacy. 2015;37(1):113-20. Journal. 2011;17 (9): 640-6.
6. Setiawan E, Irawati S, Presley B, 14. Martiningsih, Abdul H. Risiko
Wardhan SA. Presepsi dan penyakit kardiovaskuler pada
Kecenderungan Keterlibatan peserta program pengelolaan
Apoteker di Apotek pada Proses penyakit kronis (prolanis) di
Rekonsiliasi Obat. Jurnal Sains puskesmas kota bima: korelasinya
Farmasi dan Klinis. 2015;2(1): 91- dengan ankle brachial index dan
8. obesitas. Jurnal Keperawatan
7. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitati Indonesia. 2019;22(3):200–8.
Kualitatif dan R dan D. Bandung: 15. Dipiro JT, Wells BG, Schwinghammer
Alfabeta, 2008. TL, Dipiro CV. Pharmacotherapy
8. Golan DE, Amstrong EJ, April A. Handbook (9th ed). Oxford: MC
Principles of Pharmacology: The Graw Hill Education, 2015.
Pathophysiologic Basic of Drug 16. American College of Cardiology/
Therapy Fourth edition. Wolters American Heart Association.
Kluwer Health, 2017. Guideline on the Primary
9. Ismantri. Prevalensi Penderita Penyakit Prevention of Cardiovascular
Jantung Koroner Yang Menjalani Disease: A Report of the
Intervensi Koroner Perkutan di American College of
Rumah Sakit Binawaluya Tahun Cardiology/American Heart
2008-2009. [Skripsi]. Jakarta: UIN Association Task Force on
Syarif Hidayatullah, 2009. Clinical Practice Guidelines.
10. Utami P, Cahyaningsih I, Setiawardani Journal American College of
RM. Identifikasi Drug Related Cardiology. 2019; 140 (11)
Problems (DRPs) Pada 17. Dipiro JT, Robert L. The Seventh
Penatalaksanaan Pasien Edition of The Benchmark
250 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 13, Nomor 3, September - Desember 2021, hlm. 241-250

Evidence-Based Pharmacotherapy. Pharmacotherapy 2013; 47 (12):


USA: The McGraw-Hill 1599-610
Companies Inc, 2008. 23. Kennelty KA, Chewning B, Wise M,
18. Yulianti, Asih NR. Identifikasi Drug Kind A, Roberts T, Kreling D.
Related Problems Pada Pasien Barriers and facilitators of
Congestive Heart Failure di medication Reconciliation Process
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit for Recently Discharge Patients
Umum Daerah Penembahan from Community Pharmacis’s
Senopati Bantul Periode Januari Perspectives. Research in Social
Sampai Mei 2015 [Skripsi]. and Administrative Pharmacy.
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran 2015;11 (4):517-30.
dan Ilmu Kesehatan, 2016. 24. Boockvar KS, Santos SL, Kushniruk
19. Hyunyoung B, Minsu C, Seok K, Hee A, Johnson C, Nebeker JR. Medi-
H, Minseok S, Sooyoung Y. cation Reconciliation: Barriers and
Analysis of length of hospital stay Facilitation from The Perspectives
using electronic health records: A of Recident Physicians and
statistical and data mining Pharmacist. Journal of Hospital
approach. PLoS ONE. 2018; Medicine. 2011; 6(6):329-37.
13(4). 25. Tetuan CE, Guthrie KD, Stoner SC, May
20. Khan MA, Howden CW. The Role of JR, Hartwig DM, Liu Y. Transitions
Proton Pump Inhibitors in the in care: Medication Reconciliation
Management of Upper Gastro- in The Community Pharmacy
intestinal Disorders. Gastroentero- Seting After Discharge. Innova-
logy & hepatology. 2018;14(3): sion In Pharmacy. 2013; 4: 1-6.
169–75. 26. Sullivan T, Barra ED. Diagnosis and
21. Herrero-Herrero J, García-Aparicio J. management of cellulitis. Clinical
Medication discrepancies at Medicine 2018; 18(2): 160–163.
discharge from an internal 27. Pippins JR, Gandhi TK, Hamann C,
medicine service. European Ndumele CD, Labonville SA,
Journal of Internal Medicine. Diedrichsen EK, et al. Classifying
2011;22:43–8. and Predicting Errors of Inpatient
22. Buckley SM, Harinstein LM, Clark Medication Reconciliation. J Gen
KB, Smithburger PL, Eckhardt Intern Med. 2008; 23(9):1414–22.
DJ, Alexander E, Devabhakthuni 28. Sluisveld NS, Zegers M, Natsch S,
S, Westley CA,David B, Kane- Wollersheim H. Medication recon-
Gill SL. Clinical pharmacy ciliation at hospital admission and
admission medication reconcilia- discharge: insufficient knowledge,
tion program on medication errors unclear task reallocation and lack
in "high-risk" patients. Annals of of collaboration as major barriers
to medication safety. BMC Health
Serv Res. 2008; 12(170)

You might also like