Cek 2

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 10

Establish Young Researchers and Creative Analyser (EURECA)

ANALISIS PARTISIPASI MAHASISWA DALAM


PROGRAM VAKSINASI COVID-19 SEBAGAI UPAYA
PERCEPATAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HYBRID
(Studi Kasus Pada Mahasiswa Universitas Brawijaya)
Tasya1, Naliya2, Miranda3, Diffa4
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Indonesia

The emergence of the Covid-19 pandemic has had a major impact on the country. All
aspects of the impact of this pandemic. The government is trying to implement PSBB (Large-
Scale Social Restrictions), PPKM (Enforcement of Restrictions on Community Activities), and
Micro PPKM. He also appealed to the public to implement health protocols. Seeing the surge in
the number of Covid-19 cases, the government made a mandatory Covid-19 vaccination policy.
Vaccines accompanied by compliance with health protocols are believed to be the most
effective efforts to prevent or reduce the spread of Covid-19. Currently, the government
continues to gradually spread the vaccination program throughout Indonesia. The vaccination
program is used as one of the requirements to implement the Hybrid Learning program which is
planned to be implemented by Universitas Brawijaya. The implementation of this learning
program is considered more effective, but considering the number of Covid-19 cases that are
still increasing, the Hybrid Learning program is expected to reduce these problems. Universitas
Brawijaya tries to help the government's program succeed and at the same time help reduce the
spread of Covid-19 by giving vaccinations to all UB academics and students. Information about
the vaccination program from the government greatly influences people's decisions in their
willingness to vaccinate. Currently, there is a lot of confusing information that raises the pros
and cons in the community. For that we need clear information and a lot of socialization about
the vaccination program. The existence of vaccination assistance from Brawijaya University
also received a positive response from students because of their need to avoid the corona virus
and as an effort to accelerate the implementation of Hybrid Learning. However, there are also
some informants who have not been vaccinated, this is because the government has not
received vaccinations or it is their turn to get vaccinations from the government.
Keywords: Hybrid Learing, Covid-19, Vaccination
Mulculnya Pandemi Covid-19 berdampak sangat besar bagi negara. Seluruh aspek berdampak
dari pandemi ini. Pemerintah berupaya melakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar), PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), dan PPKM Mikro.
Serta menginformasikan kepada masyarakat agar selau menerapkan protokol kesehatan.
Melihat lonjakan angka kasus Covid-19, pemerintah membuat sebuah kebijakan wajib
vaksinasi Covid-19. Vaksin yang disertai dengan tetap menaati protokol kesehatan diyakini
sebagai upaya yang paling efektif untuk mencegah atau mengurangi angka penyebaran Covid-
19. Saat ini pemerintah terus berupaya menyebarluaskan program vaksinasi ke seluruh
Indonesia secara bertahap. Program vaksinasi dijadikan syarat untuk melaksanakan program
Hybrid Learning yang rencananya akan diterapkan oleh Universitas Brawijaya. Penerapan
program pembelajaran ini dianggap lebih efektif, namun mengingat angka kejadian Covid-19
yang masih terus meningkat maka program Hybrid Learning diharapkan dapat mengurangi
permasalahan tersebut. Universitas Brawijaya berupaya dalam membantu menyukseskan
program pemerintah sekaligus membantu menekan angka penyebaran Covid-19 melalui
pemberian vaksinasi kepada seluruh civitas academica UB serta mahasiswa. Informasi
mengenai program vaksinasi dari pemerintah sangat memengaruhi keputusan masyarakat dalam
kesediannya melaksanakan vaksinasi. Saat ini, banyak infromasi simpang siur yang
menimbulkan pro kontra dalam masyarakat. Untuk itu penting adanya Informasi yang jelas
serta banyaknya sosialisasi terhadap program vaksinasi. Adanya bantuan vaksinasi dari
Universitas Brawijaya juga mendapat respon positif dari mahasiswa karena kebutuhan mereka
agar terhindari dari virus corona serta sebagai upaya percepatan pelaksanaan pembelajaran
Hybrid Learning. Akan tetapi, ada pula beberapa informan yang belum vaksinasi hal ini
dikarenakan belum tersebar atau tersampainya giliran vaksinasi didaerah mereka dari
pemerintah hingga saat ini.
Kata Kunci: Hybrid Learing, Covid-19, Vaksinasi

0
Analisis Partisipasi Mahasiswa Dalam Program Vaksinasi Covid-19 Sebagai Upaya Percepatan Pelaksanaan Pembelajaran Hybrid (2021)

0
PENDAHULUAN
Munculnya Pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) yang menyerang negara Indonesia
memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Virus ini sudah muncul sejak akhir tahun 2019 lalu di Wuhan, Cina dan
menyebar ke berbagai negara, salah satunya Indonesia. Dampak penyebaran dari virus korona yang dikatakan
cukup cepat, Covid-19 ini dinyatakan oleh WHO (World Health Organization) sebagai pendemi global atau dunia.
Hal tersebut sesuai dengan penyebaran Covid-19 di 185 negara pada pertengahan bulan Maret 2020. Terlebih,
untuk di Indonesia sendiri pada akhir bulan Maret 2020 sudah terkonfirmasi ada sebanyak 114 kasus baru dan
1.528 orang terinfeksi.

Melihat kasus Covid-19 yang melanda Indonesia, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satunya dibuat kebijakan mengenai Protokol Kesehatan, PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar), PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), dan PKKM Mikro. Kebijakan
mengenai protokol Kesehatan meliputi 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi
kerumunan, dan mengurangi monilitas. Kebijakan mengenai PSBB meliputi beberapa hal, yaitu diliburkannya
tempat sekolah dan tempat kerja, dibatasinya kegiatan keagamaan, serta dibatasinya kegiatan fasilitas umum.
Kebijakan mengenai PPKM merupakan pengembangan dari kebijakan PSBB sebelumnya dimana meliputi
beberapa hal, yaitu pembatasan tempat kerja sehingga menerapkan WFH (Work From Home) sebesar 75% dan
WFO (Work From Office) sebesar 25%, pelaksanaan pembelajaran secara daring (dalam jaringan), sektor esensial
seperti kebutuhan masyarakat diperbolehkan untuk beroperasi, perijinan pengoperasian tempat ibadah dengan
maksimal 50%, perijinan kegiatan konstruksi sebesar 100%, dan pembatasan kegiatan di pusat perbelanjaan serta
restoran. Kebijakan mengenai PPKM berbasis mikro merupakan kebijakan untuk mengatasi masalah yang belum
terselesaikan pada PPKM sebelumnya dimana dengan menerapkan pembentukan posko (pos keamanan)
penanganan Covid-19 di tingkat desa dan kelurahan dalam rangka mengendalikan penyebaran Covid-19. Semua
kebijakan yang dibuat pemerintah terdorong dari banyaknya kasus yang melanda Indonesia, sehingga kebijakan-
kebijakan tersebut diharapkan mampu mengurangi angka penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Gambar 1 Situasi Covid-19 di Indonesia


Sumber: covid19.go.id

Gambar 2 Perkembangan Kasus Per-Hari di Indonesia bulan Mei 2020 s.d. 20 Juni 2021
Sumber: covid19.go.id

Kebijakan pemerintah, yakni PSBB, PPKM, dan lain-lain yang diharapkan dapat segera melandai,
kenyataannya hingga saat ini angka kasus Covid-19 masih cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat melalui gambar
grafik di atas, yaitu perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia mulai dari bulan Mei 2020 sampai 20 Juni 2021.
Dimana 30 Januari 2021 menempati jumlah kasus tertinggi dengan kasus baru sebanyak 14.518. Sementara, untuk
jumlah kasus Covid-19 sampai pada tanggal 20 Juni 2021 sudah terkonfirmasi sebanyak 1.989.909 orang yang
terinfeksi, 1.792.528 orang yang sembuh, dan 54.662 orang yang meninggal dunia. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa kasus Covid-19 mengalami fluktuatif dengan rata-rata perbulannya bertambah kurang lebih
sebanyak 140.240 kasus baru.
Semakin banyaknya kasus Covid-19 yang melanda Indonesia, banyak pula keluhan yang dirasakan
masyarakat di tengah pandemi ini. Tak bisa dipungkuri, Covid-19 memengaruhi berbagai aspek kehidupan
masyakarakat, juga mengubah tatanan masyarakat yang disebabkan oleh beberapa ketentuan dari kebijakan yang
dibuat. Sektor pendidikan merupakan salah satu yang terkena dampak dari pandemi ini. Organisasi Pendidikan,
Keilmuan, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) pada hari Kamis, 5 Maret
2020 menyatakan pandemi Covid-19 berdampak terhadap sektor pendidikan. Pandemi ini mengganggu aktivitas
sekolah hampir 300 juta siswa dan hak-hak pendidikan mereka akan terancam berdampak di masa depan. Hal ini
sesuai dengan yang dirasakan oleh dunia pendidikan di Indonesia dengan diterapkannya kebijakan PSBB. Salah satu
kebijakan PSBB di sektor pendidikan adalah menghimbau sistem pembelajaran para pelajar dan mahasiswa yang
dilakukan secara daring. Peserta didik di semua tingkatan sekolah, lembaga pendidikan nonformal hingga perguruan
tinggi sangat merasakan dampak dari pandemi ini. Menurut Kemendikbud, Purwadi Sutanto, pelajar mengalami
Angka Putus Sekolah (APS) saat pandemi Covid-19 dan memutuskan menikah dini. Menurut Kepala Dinas
Pendidikan Kota Bogor, Hanafi, merasa banyak dari siswa yang kurang baik dalam menggunakan waktu belajar
mereka dan enggan atau malas mengerjakan tugas yang diberikan guru pada jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA.
Serta bantuan kuota internet maupun pulsa yang telah diberikan Kemendikbud dianggap belum cukup maksimal
untuk mengurangi permasalahan pembelajaran secara daring. Sebab, banyak siswa yang tidak memiliki fasilitas
seperti smartphone, sinyal untuk mengakses internet yang cukup sulit. Selain itu, dampak yang dirasakan oleh
mahasiswa dijelaskan melalui survey yang pernah dilakukan oleh beberpa responden mahasiswa tingkat satu
program studi S1 Keperawatan Stikes Karya Husada Kediri dengan hasilnya, yaitu sebesar 38,75% mengalami stres
sedang, sebanyak 28,75% mengalami stress berat, dan sebanyak 32,86% mengalami stress ringan. penyebab yang
paling sering menyebabkan stress pada mahasiswa, yaitu kesulitan memahami materi yang dijelaskan secara daring
dan kekhawatiran terpapar Covid-19.
Melihat hal tersebut, pemerintah membuat kebijakan terbaru, yaitu vaksin. Vaksin merupakan kebijakan
yang dianggap paling efektif dalam menanggulangi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Hal tersebut diakibatkan
karena kekebalan tubuh tiap individu dan kelompok di masa pandemi saat ini cukup penting sehingga melalui
vaksinasi disertai dengan penerapan protokol kesehatan diharapkan dapat memaksimalkan penekanan angka
kejadian Covid-19 di Indonesia. Untuk mengefektifkannya, pemerintah sudah mulai menyebarluaskan kebijakan
vaksinasi di seluruh Indonesia. Saat ini vaksin sudah mulai berjalan ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Dengan sasaran prioritas, yaitu petugas kesehatan, kelompok yang risiko kematian atau penyakit yang berat
(komorbid), serta kelompok sosial atau pekerjaan yang berisiko tinggi untuk tertular. Menurut data, jumlah
masyarakat yang sudah melakukan vaksin tercatat pada tanggal 20 Juni 2021 ada sebanyak 23.043.372 orang yang
sudah melakukan vaksinasi ke-1 dan ada sebanyak 12.239.706 orang yang sudah melakukan vaksinasi ke-2.
Gambar 3 Vaksin Covid-19 di Indonesia 20 Juni 2021 menurut Kementrian kesehatan dan Komite Penanganan
Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
Sumber: kemenkes.go.id dan covid19.go.id

Peran vaksin untuk mahasiswa sendiri sangat dibutuhkan karena mahasiswa yang sudah melakukan vaksin
akan memiliki kekebalan tubuh yang lebih untuk dapat melawan virus korona. Terlebih program Hybrid Learning
akan mulai dilaksanakan. Pentingnya program Hybrid Learning dilaksanakan di masa pandemi ini, dilatarbelakangi
oleh keresahan tiap pihak, baik pelajar, orang tua, terlebih mahasiswa. Selain itu, salah satu peran penting
mahasiswa yaitu sebagai agen perubahan yang berarti harus mampu berpikir secara kritis untuk dapat membawa
perubahan bagi tatanan masyarakat agar kedepannya lebih baik lagi di masa pandemi ini melalui ilmu yang mereka
peroleh di bangku perkuliahan. Berlangsungnya program ini dimana adanya mahasiswa yang melaksanakan
pembelajaran secara tatap muka diharapkan dapat memberi manfaat lebih untuk mahasiswa sendiri juga masyarakat
sepenelitir. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti),
Kemendikbud, Nizam yang mengatakan bahwa pelaksanaan Hybrid Learning, khususnya dalam ruang lingkup
universitas atau perguruan tinggi diharuskan untuk tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan seluruh warga
yang ada di kampus yang meliputi mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar. Kebiasaan
mahasiswa yang baik serta memperhatikan keutamaan kesehatan dan kesalamatan selama masa pandemi ini
diharapkan dapat menjadi upaya dan sebagai agen dalam perubahan bagi masyarakat di wilayah sekitar universitas
dengan menerapkan kebiasaan baik tersebut kepada masyarakat agar sama-sama terlindungi (kemdikbud.go.id).
Berjalannya program vaksinasi ini tidak semudah yang dibayangkan, karena terdapat beberapa
permasalahan yang terjadi. Salah satu permasalahan utama, yaitu munculnya pro dan kontra akibat kebijakan
vaksinisasi. Hal ini terjadi karena masyarakat masih meragukan keamanan, keefektivitasan, serta keampuhan dari
vaksin Covid-19. Hal tersebut disebabkan oleh vaksin Covid-19 terlalu cepat untuk dilaksanakan, padahal ada
beberapa jenis vaksin yang masih dalam fase penelitian. Berdasarkan hasil survei dari lembaga survei Indikator
Politik Indonesia (IPI) menyatakan hanya 54,9% masyarakat Indonesia bersedia divaksinasi Covid-19 secara
nasional, dan 41% masyarakat enggan untuk divaksinasi (kompas.com). Dari survey tersebut bisa disimpulkan
bahwa sebagian masyarakat sudah mulai menerima dan menjalankan program vaksinasi dan sebagian masyarakat
tidak bersedia untuk melakukan vaksinasi.
Angka kejadian Covid-19 di Indonesia saat ini masih terus bertambah, tetapi munculnya pro dan kontra
dalam masyarakat mengenai kefektifan serta keamanan program vaksinasi ini bisa memengaruhi respon masyarakat
mengenai kesediannya dalam melaksanakan vaksinasi. Terlebih, program Hybrid Learning sudah mulai
diberlakukan untuk mahasiswa. Oleh karena itu, kelompok peneliti ingin mengetahui bagaimana partisipasi
mahasiswa Universitas Brawijaya mengenai kesediaannya dalam melakukan vaksinasi terhadap pelaksanaan
program Hybrid Learning di Universitas Brawijaya.
Berdasarkan latar belakang adapun Berdasarkan latar belakang adapun maksud tujuan dari penelitian ini yakni untuk
menganalisa serta mengetahui Partisipasi Mahasiswa Dalam Program Vaksinasi Covid-19 Sebagai Upaya
Percepatan Pelaksanaan Pembelajaran Hybrid.

METODE (UNTUK ARTIKEL HASIL PENELITIAN)


Fokus penelitian menurut Sugiyono (2014: 207) merupakan batasan masalah dalam penelitian kualitatif,
yang berisi beberapa pokok masalah yang masih bersifat umum. Fokus penelitian pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Partisipasi mahasiswa dalam program vaksinasi covid 19 sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran hybrid
a. Bentuk partisipasi
1) Sumbangsih mahasiswa dalam program vaksin yang disediakan oleh Universitas Brawijaya
2) Keterlibatan mahasiswa dalam pengambilan keputusan
3) Penerimaan manfaat program vaksin secara merata
Instrumen penelitian ialah bahan-bahan yang diperlukan atau digunakan nantinya dalam mengumpulkan data
yang ingin diteliti. Untuk mengumpulkan data tersebut, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
dengan melakukan wawancara, observasi, serta dokumentasi. Adapun instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian yakni:
1. Peneliti, karena peneliti berperan penting dalam melakukan wawancara terhadap informan,
2. Pedoman-pedoman wawancara (interview guide) yang digunakan peneliti yang dimana nantinya guna
memberikan batasan dalam mencari data-data yang diperlukan dalam penelitian sesuai dengan fokus yang
sebelumnya ditetapkan, dan
3. Mengambil gambar atau mengscreenshoot dan mencatat percakapan yang diketik sebagai dokumentasi
serta alat penunjang peneliti dalam mengumpulkan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penyajian data
Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh dari pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dengan beberapa mahasiswa di Universitas Brawijaya.
Berikut hasil penyajian data dari hasil penelitian:
1. Partisipasi Mahasiswa dalam Program Vaksinasi Covid-19 sebagai Percepatan Pembelajaran Hybrid
A. Bentuk Partisipasi
Memberi sebuah masukan pikiran, pendapatnya, tenaga, waktu, kemampuan, modal atau materi
yang nantinya ikut serta dalam memanfaatkan dan menikmati hasil perancangan merupakan salah satu
dari bentuk partisipasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan beberapa perwakilan
mahasiswa Univesitas Brawijaya, bentuk partisipasi mereka dalam program vaksinasi adalah bersedia
ikut serta dalam vaksinasi yang telah disediakan oleh pemerintah pada masing-masing daerah tempat
tinggal mereka. Hal ini sejaran dengan apa yang disampaikan oleh Ragil Kinasih, mahasiswa
Pariwisata Universitas Brawijaya 2020 sebagai berikut:
“Sudah melakukan vaksinasi, karena sebagai upaya untuk menekan kasus positif di negara kita juga
supaya kita dapat meminimalisir gejala saat terpapar virus korona.” (Tanggal 23 Juli 2021 via
WhatsApp).

Serta bersedia membantu berpartisipasi dalam mengajak teman-teman lainnya yang belum
vaksinasi untuk segera melakukan vaksinasi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ragil
Kinasih, mahasiswa Pariwisata Universitas Brawijaya 2020 sebagai berikut:
“Belum berpartisipasi dan tentu akan bersedia membantu atau berpartisipasi dalam mengajak
mahasiswa lain untuk segera melaksanakan vaksinasi covid19.” (Tanggal 23 Juli 2021 via WhatsApp)

Salah satu upaya yang mereka lakukan adalah dengan menceritakan pengalaman sebelum dan
sesudah divaksin baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui media sosial). Meskipun ada
beberapa mahasiswa yang belum melakukan vaksinasi yang dikarenakan didaerahnya belum
mendapat giliran persebaran vaksin hingga saat ini, akan tetapi mereka bersedia melakukan vaksinasi
apabila nantinya sudah mendapat giliran. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh oleh Dewi Lestari
Sinaga, mahasiswa jurusan sosial ekonomi perikanan Universitas Brawijaya 2020 sebagai berikut:
“Sebagai mahasiswa saya bersedia untuk melakukan vaksinasi. Namun, saat ini saya belum
melakukan vaksinasi karena kabar sampai hari ini belum ada stock vaksin yang masuk lagi untuk
daerah saya. Saya bersedia melakukan vaksin karena berpikir untuk mengikuti arahan pemerintah
yang memang ditujukan untuk mengurangi tingginya penularan covid-19.” (Tanggal 23 Juli 2021 via
WhatsApp).
“Saya belum melakukan hal itu. Namun, saya bersedia untuk turut berpartisipasi dalam mengajak
teman yang lain untuk vaksin dan saya sendiri ingin menggunakan media sosial agar cakupannya juga
banyak.” (Tanggal 23 Juli 2021 via WhatsApp).
Bentuk partisipasi sendiri terdiri dari 2 bentuk, yaitu
Partisipasi Otentik (Authentic Participation) dan
Partisipasi Semu (Pseudo-Participation). Partisipasi
otentik memiliki 3 kriteria dimana kriteria tersebut harus
bisa terpenuhi. Adapun 3 kriteria dari bentuk partisipasi
tersebut yang sesuai dengan penelitian:
1. Sumbangsih mahasiswa dalam program vaksin yang
disediakan oleh Universitas Brawijaya
Meningkatnya angka kejadian Covid-19 di Indonesia mendorong pihak Universitas
Brawijaya memberi bantuan vaksinasi kepada seluruh sivitas akademik Universitas Brawijaya.
Program vaksinasi ini diliput oleh UB Info dan ditayangkan pada Youtube Channel UBTV
Brawijaya. Terdapat 5000 orang yang melakukan vaksinasi di Klinik Universitas Brawijaya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan dari dr. Muhammad Anshory, SpPD selaku ketua tim vaksinasi
Universitas Brawijaya sebagai berikut:
“Vaksinasi yang sudah berlangsung dari kemarin dan hari ini merupakan rangkain vaksinasi
sivitas akademika UB. Total yang akan melakukan vaksin meliputi dosen, tenaga pendidikan,
karyawan-karyawan dan pegawai-pegawai yang berada di bawah badan Universitas Brawijay
dengan jumlah 5000 orang. Proses vaksinasi ini rencananya akan dibagi menjadi 6 cluster, jadi
tiap periode nya ada sekitar 800-an vaksin untuk 2 hari ini. Karena obat yang datang untuk cukup
2 hari, sementara ini akan dilaksanakan 2 hari. Selanjutnya akan dilakukan dalam minggu depan
sambil menunggu keputusan lebih lanjutnya.” (sumber: youtube UBTV Brawijaya).
Program yang sudah berlangsung pada 9 hingga 16 Maret 2021, di Gedung Samantha Krida
ini dilaksanakan untuk ikut serta membantu program vaksinasi perlindungan terhadap Covid-19.
Untuk saat ini, mahasiswa dapat melakukan vaksinasi melalui program yang sudah pemerintah
sediakan dengan cara mendaftar langsung pada website yang sudah disediakan sesuai dengan
daerahnya masing-masing.
Tahap vaksinasi kedua ini meliputi tenaga pendidikan, hal ini sesuai dengan yang
disampaikan dr. Muhammad Anshory, SpPD sebagai berikut:
“Pendistribusian vaksin untuk guru dan dosen masuk ke dalam tahap 2 nasional, tahap 1 kemarin
sudah dilaksanakan untuk naskes dengan jumlah 1 juta sekian. Tahap 2 vaksinasi ini akan
menyasar kepada ASN, guru, dosen, pegawai pemerintah. Jadi secara berkala memang akan
dibagikan oleh dinkes kota, tepatnya dari kementerian kesehatan dibagi ke dinkes provinsi, dinkes
kota, lalu peneliti. Kalau peneliti ada di bawah klinik Universtas Brawijaya.” (sumber: youtube
UBTV Brawijaya).
Saat ini pihak Universitas Brawijaya juga sedang berupaya memfasilitasi mahasiswa
Universitas Brawijaya khususnya yang berdomisili di Malang Raya untuk dapat vaksinasi secara
gratis. Sumbangsih program vaksinasi di Universitas Brawijaya diharapkan dapat mempercepat
program Hybrid Learning dimana dengan memberikan vaksinasi kepada sivitas akademik terlebih
dahulu dan mahasiswa yang berdomisili di Malang Raya. Hal ini sesuai dengan tujuannya dari
diadakannya program vaksinasi Universitas Brawijaya, yaitu dalam rangka mencegah atau
menanggulangi meningkatnya penyebaran Covid-19 serta membantu percepatan persebaran
vaksinasi.
Sumbangsih mahasiswa yang terlibat dalam program vaksinasi yang disediakan Universitas
Brawijaya, yaitu dengan memberikan apresiasi, mereka sangat setuju dan mengapresiasi
sumbangsih Universitas Brawijaya dalam pelaksanaan vaksinasi tersebut karena artinya
Universitas mau membantu serta patuh terhadap program pemerintah. Hal ini sesuai yang
disampaikan oleh Nadila Putri Agustin, mahasiswa jurusan Administrasi Bisnis 2020 sebagai
berikut:
“Setuju bangett, karena sebagai kampus dengan mahasiswa yang sangat banyak sudah seharusnya
UB memberikan vaksinasi untuk memastikan mahasiswa UB patuh terhadap program
pemerintah.” (Tanggal 23 Juli 2021 via WhatsApp).

2. Pengambilan keputusan mahasiswa terhadap program vaksinasi


Program vasksinasi oleh pemerintah yang sudah berjalan saat ini memerlukan peran dan
bantuan masyarakat agar program vaksinasi dapat berjalan, terlebih mahasiswa karena diharapkan
dapat mempercepat program Hybrid Learning. Akan tetapi, selama berlangsungnya program
vaksinasi ini terdapat beberapa masalah atau kendala yang terjadi, salah satunya informasi
simpang siur yang menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat yang memengaruhi
keputusannya dalam mengikuti vaksinasi. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Dewi Lestari
Sinaga, mahasiswa jurusan sosial ekonomi perikanan Universitas Brawijaya 2020 sebagai berikut:
“Dari beberapa jenis vaksin memang ada kabar yang kurang baik mengenai 1 jenis vaksin yang
sempat cukup membuat saya ragu untuk divaksin. Tetapi kita juga bisa memilih ingin vaksin
dengan jenis apa dan karena melihat informasi mengenai lebih baik vaksin jenis apa akhirnya saya
tetap memutuskan untuk melakukan vaksinasi. Juga kalau mengenai hoax pasti memang ada saja
apalagi cukup banyak juga oknum yang tidak ingin vaksin karena satu dan lain hal.” (Tanggal 23
Juli, via WhatsApp).

Meskipun banyaknya informasi simpang siur tersebut, tidak mengubah keputusan responden
untuk tetap melakukan vaksinasi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Hana Azizah
Salsabila, mahasiswa Agroekoteknologi Universitas Brawijaya 2020 sebagai berikut:
“Informasi tersebut tidak berpengaruh bagi saya karena yang membuat vaksin itu sendiri adalah
para dokter dan peneliti yang sudah handal di bidangnya. Sedangkan yang membuat informasi
simpang siur itu hanyalah masyarakat biasa. Tentu saja tetap tracking informasi dari media yang
valid to stay educated.” (Tanggal 23 Juli 2021 via WhatsApp).

Keputusan mereka yang memilih bersedia mengikuti vaksinasi dilatarbelakangi oleh tujuan
program vaksinasi yang pemerintah sampaikan sudah jelas, ingin ikut serta membantu
menurunkan angka kejadian Covid-19, dan kebutuhan mereka akan vaksinasi agar bisa terhindar
dari virus korona.
3. Penerimaan vaksin secara merata
Informasi seputar program vaksinasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Informasi yang
jelas dan valid dapat memengaruhi kesediaan masyarakat dalam melaksanakan vaksinasi. Jika
informasi yang disampaikan kurang, ditambah kevalidannya yang masih dipertanyakan, maka
masyarakat juga akan ragu dalam melakukan vaksinasi, begitu pula sebaliknya.
Banyaknya informasi mengenai program vaksinasi disertai bantuan dari beberapa universitas,
salah satunya Universitas Brawijaya untuk membantu dan menyukseskan program pemerintah ini
mendapat banyak respon positif dari responden yang peneliti wawancarai. Dimana mereka semua
sudah mengetahui informasi mengenai program vaksinasi dari pemerintah. Bahkan ada yang
sudah melakukan vaksinasi. Bagi yang belum melakukan vaksinasi harus menunggu vaksinasi dari
pemerintah di daerah mereka. Hal ini sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Annisa Salsabila
Putri, mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya 2018 sebagai berikut:
“Saya sangat bersedia untuk berpartisipasi dalam melakukan vaksianasi Covid-19, tetapi saya
belum melakukan vaksinasi karena di domisili saya tinggal yang didahulukan khusus untuk
pralansia, lansia, dan disabilitas.” (Tanggal 23 Juli. Via WhatsApp).

Partisipasi mahasiswa dalam melaksanakan vaksinasi diharapkan dapat membantu


mempercepat program Hybrid Learning.
Analisis dan interpretasi data
Analisis dan interpretasi data diambil dari penyajian data kemudian dianalisis secara detail
dalam bentuk penyederhanaan dari penyajian data
1. Pengambilan keputusan mahasiswa terhadap program vaksinasi yang terdiri dari:

a. Intuisi adalah pengaruh dari sugesti, perasaan, pengaruh internal, dan eksternal yang mendorong
mahasiswa Universitas Brawijaya dalam pelaksanaan program vaksinasi dengan tujuan untuk
mempercepat proses pembelajaran secara hybrid. Akan tetapi banyak informasi simpang siur sehinnga
tidak semua mahasiswa mengikuti vaksinasi
b. Fakta adalah keputusan yang didasarkan atas data. Informasi mengenai vaksinasi sudah teruji klinis dan
masyarakat dapat menyangkal berita yang tidak benar mengenai vaksinasi
2. Penerimaan vaksin secara menyata
dengan melaksanakan program vaksinasi dapat merangsang antibodi didalam tubuh sehingga lebih selektif
dan memiliki kekebalan jika virus lain masuk kedalam tubuh. beberapa mahasiswa Universitas Brawijaya
sebagai responden sudah mengetahui informasi akan program vaksinasi serta manfaat dari program
vaksinasi. Akan tetapi, pada program vaksinasi saat ini masih belum merata atau terdapat beberapa
mahasiswa lainnya, diantaranya beberapa responden masih belum melakukan vaksinasi karena keterbatasan
vaksin di beberapa daerah sehingga Universitas Brawijaya mengadakan program vaksinasi kepada
mahasiswa dan civitas akademika yang berdomisili Malang dan mahasiswa perantauan

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan serta analisis data, peneliti dapat menarik sebuah kesimpulan yakni sebagai
berikut:
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, peneliti menarik kesimpulan bahwa program vaksninasi
sangat dianjurkan sebagai persiapan pelaksanaan pembelajaran Hybrid karena terkait dengan aktivitas yang
dilakukan diluar ruangan. Dengan melakukan vaksinasi sebelum pelaksanaan pembelajaran hybrid, dapat
melindungi diri sendiri dan orang lain serta mencegah adanya penyebaran virus covid 19. Selain itu dapat
membantu dan mendukung program pemerintah yang telah menyelenggarakan vaksinasi di berbagai daerah.

Dari kesimpulan tesebut peneliti memberikan beberapa saran yaitu diharapkan adanya program vaksinasi
dapat terlaksana secara efektif yaitu tersebar secara merata di berbagai lapisan masyarakat, diharapkan
mahasiswa dapat segera mengikuti program vaksinasi sebagai upaya pelaksanaan program pemerintah dan
sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran Hybrid, dan diharapkan dengan adanya program pembelajaran
Hybrid pihak universitas Brawijaya menerapkan protokol kesehatan dan juga memfasilitasi apapun yang
mendukung demi menunjang pelaksanaan pebelajaran Hybrid.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan proposal penelitian tentang Analisis Partisipasi
Mahasiswa Dalam Program Vaksinasi Covid-19 Sebagai Upaya Percepatan Pelaksanaan Pembelajaran Hybrid
(Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Brawijaya) dalam rangka mengikuti Establish Young Researchers and
Creative Analyser (EURECA). Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan baik secara
materil dan nonmateril yang diberikan kepada peneliti dalam penyusunan proposal penelitian ini. Oleh karena itu,
izinkan peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Drs. Andi Fefta Wijaya, MDA, Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
2. Dr. Ainul Hayat, S.Pd, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing Dalam Kegiatan Establish Young Researchers And
Creative Analyser (EURECA).
3. Kak Lola Sherina, Kak Yudha Wahyu Risdiyansah, Dan Kak Rafif Ezar Selaku Pendamping Dalam
Menyelesaikan Proposal Penelitian Ini.
4. Research Study Club (RSC) Selaku Penyelenggara Kegiatan Establish Young Researchers And Creative
Analyser (EURECA).
5. Kedua Orang Tua Tim Peneliti Yang Selalu Memberikan Doa Dan Dukungannya.
6. Teman-Teman Semua Yang Terlibat Baik Secara Langung Maupun Tidak Langsung

You might also like