Ssafdsgdhfgjkhtjyfhgbcv
Ssafdsgdhfgjkhtjyfhgbcv
Ssafdsgdhfgjkhtjyfhgbcv
ABSTRACT
Stunting is one of the nutritional status problems in toddlers which is described as a form of growth
failure due to poor nutrition and health during the prenatal and postnatal periods. Stunting appears
as a result of malnutrition that has accumulated over a long period of time so that its physical
manifestations will be more visible at the age of 24-59 months. This study aims to determine the
relationship between parenting and the incidence of stunting in toddlers in the working area of the
Suliki Kanagarian Public Health Center Tanjung Bungo, Lima Puluh Kota Regency. The design of
this research is quantitative analytic observational, with a cross sectional research design. The
population in this study were mothers of children under five at the Suliki Health Center, Kanagarian
Tanjung Bungo, Lima Puluh Kota Regency. Sampling using the Consecutive Sampling technique as
many as 100 people. The results of the bivariate analysis obtained p-value = 0.001 which indicates
that there is a significant relationship between feeding habits and the incidence of stunting under five,
and p-value = 0.002 which indicates that there is a significant relationship between environmental
sanitation. The conclusion of this study is that parenting in the family in the form of feeding and
environmental sanitation is associated with stunting in toddlers.
ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi pada balita yang digambarkan sebagai bentuk
kegagalan pertumbuhan akibat gizi buruk dan kesehatan selama periode prenatal dan postnatal.
Stunting muncul sebagai akibat dari keadaan kekurangan gizi yang terakumulasi dalam waktu yang
cukup lama sehingga akan lebih terlihat manifestnya secara fisik di usia 24 – 59 bulan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja
puskesmas Suliki Kanagarian Tanjung Bungo Kabupaten Lima Puluh Kota. Desain penelitian ini
adalah kuantitatif analitik observasional, dengan desain Penelitian cross Sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu balita di Puskesmas Suliki Kanagarian Tanjung Bungo Kabupaten Lima
Puluh Kota. Pengambilan sampel menggunakan teknik Consecutive Sampling sebanyak 100 orang.
Hasil analisis bivariate diperoleh p-value = 0,001 yang menunjukan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan pemberian makan dengan kejadian stunting balita, p-value = 0,002 yang
menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting
balita. Kesimpulan penelitian ini adalah pola asuh dalam keluarga yang berupa pemberian makanan
dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.
yang biasanya pada usia 12-59 bulan. tua pada balita sangat berpengaruh dalam
Stunting dapat menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan
proses perkembangan anak dari usia awal balita. Jika adanya gangguan pada pola
konsepsi sampai tahun keempat pengasuhan pada balita, maka dapat
kehidupan, yang pada dasrnya tahun mempengaruhi satatus gizi balitanya.
tersebut adalah tahun penting yang Asupan gizi yang tidak maksimal dapat
menjadi penentu perumbuhan dan menyebabkan gangguan perumbuhan dan
perkembangan anak, salah stu contohnya perkembangan otak yang dapat
adalah terhadap tingkat mengakibatkan terhambatnya tingkat
kecerdasannya.(Anggraini and Rusdi, kecerdasan anak. Jadi salah satu upaya
2020) agar angka kejadian stunting ini dapat
Prevalensi stunting di Indonesia menurun bisa dilakukan penerapan pola
(Riskesdas, 2013) didapatkan angka asuh yang baik oleh orang tua.
kejadian stunting pada tahun 2013 sebesar Kebutuhan asuh yang harus
37,2%. Sementara pada tahun 2010, dipenuhi oleh orang tua untuk balitanya
prevalensi stuning di Indonesia sebesar meliputi pemenuhan nutrisi cukup dan
35,6%. Artinya, angka kejadian di seimbang sesuai usianya, Rangsangan
Indonesia mengalami peningkatan dari psikososial, sanitasi lingkungan, personal
tahun sbelumnya yaitu sekitar 1,6%. hygiene dan lingkungan serta pemanfaatan
Tahun 2018 (Riskesdas, 2018) prevalensi pelayanan kesehatan.
stunting mengalami penurunan menjadi Tujuan dari penelitian ini yaitu
30,8%. Namun jika dilihat dari data WHO, untuk mengetahui hubungan nutrisi dan
angkakejadian di Indonesia masih sanitasi lingkungan terhadap kejadian
tergolong tinggi dikarenakan persentase stunting balita.
WHO seharusnya kurang dari 20%.
Provinsi Sumatera Barat METODE PENELITIAN
menduduki peringkat ke-17 dari 34 Jenis penelitian yang digunakan
Provinsi yang mengalami stunting dengan dalam penelitian ini adalah Cross
prevalensi balita (usia 24 – 59 bulan) Sectional dengan pendekatan kuantitatif.
stunting sebesar 36,2% lebih tinggi dari Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah
prevalensi nasional yaitu 30,8%. Kerja Puskesmas Suliki Kanagarian
Kabupaten Lima Puluh Kota Tanjung Bungo Kabupaten Lima Puluh
merupakan salah satu Kabupaten / Kota di Kota. Sampel dipilih menggunakan
Sumetra Barat dengan prevalensi stunting consecutive sampling dengan jumlah
tinggi. Nagari Tanjung Bungo di sampel sebanyak 100 orang ibu balita.
Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan Data yang terkumpul akan diolah
Nagari Binaan Fakultas Kesehatan menggunakan uji Chi-Square
Universitas Muhammadiyah Sumatera menggunakan SPSS.
Barat Tahun 2021 yang merupakan salah
satu Nagari di 100 Kabupaten / Kota di HASIL PENELITIAN
Sumatera Barat yang ditetapkan sebagai Analisa Univariat
lokus prioritas I penanganan stunting di Karakteristik Ibu Balita
Kabupaten, sebagai tindak lanjut Sebagian besar responden adalah ibu
ditetapkannya Kabupaten Lima Puluh Kota berusia kurang dari 35 tahun yaitu 72
sebagai Lokus Penanganan Stunting tahun responden. Sebagian besar ibu memiliki
2020. pendidikan dibawah Sekolah Menengah
Angka kejadian sunting akan Atas sebanyak 57 responden dan sebagian
meningkat apabila penyebab dari stunting besar merupakan ibu rumah tangga
tidak diperhatikan. Pola asuh dari orang sebanyak 69 responden.
732
e-ISSN:2528-66510; Volume 6; No.3 (October, 2021): 731-736 Jurnal Human Care
736