1303 4767 1 PB
1303 4767 1 PB
1303 4767 1 PB
1, Februari 2018
ISSN 2089-3833 (print) | ISSN 2548-2254 (online)
DOI Link: http://dx.doi.org/10.21070/pedagogia.v6i1....
Article DOI : 10.21070/pedagogia.v6i1…..
Website: http://ojs.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/index
Abstract - The purpose of this research is to develop a learning package for Sciences Subject that
can improve the critical thinking skill of the Elementary School Students. Therefore, in general,
it can be categorized into a research and development. It can be done because of learning
material with process skill to practice it not available. The learning package was developed by
using 4-D model; defining, designing, developing, distributing. The subject in this study was
learning material that will be tested in student of SD Raden Patah Surabaya. The result showed
that learning material was valid, enforceability get good category with 100%. Student activites by
using process get good too. The improvement of students’ critical thinking is consistent on 3
classes (IVA, IVB, and IVC), the significant and high improvement with the average of N-Gain
of 0,75. The data of students’ responses showed that most of students (98,09%) are happy to the
process skill based learning. Based on the results and findings of the research, it can be
concluded that the developed learning package can be stated as a valid, practical, and effective
learning package. The implication of the research is that the process skill based Sciences
learning can improve students’ critical thinking skill.
Keywords: Process Skill, Critical Thinking Skill
Abstrak - Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran
IPA yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa SD. Oleh karena itu, secara umum
jenis penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian pengembangan. Hal ini dilakukan karena
perangkat pembelajaran berbasis keterampilan proses untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis belum tersedia. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan menggunakan model 4-D yaitu
pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Subyek dalam penelitian ini adalah
perangkat pembelajaran yang diuji cobakan pada siswa SD Raden Patah Surabaya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perangkat valid, keterlaksanaan pembelajaran terlaksana dengan baik sebesar
100%. Aktivitas siswa terlaksana dengan baik. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa
secara konsisten di tiga kelas (kelas IVA, IVB, dan IVC) mengalami peningkatan yang signifikan
dan tergolong dalam kategori peningkatan tinggi dengan N-Gain rata-rata sebesar 0,75. Data respon
siswa menunjukkan mayoritas siswa (98,09%) senang terhadap pembelajaran berbasis keterampilan
proses. Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan sebagai dasar utama dapat disimpulkan
bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dinyatakan sebagai perangkat
pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif. Implikasi penelitian yang dapat ditarik adalah
pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa.
Kata Kunci: Keterampilan Proses; Keterampilan Berpikir Kritis.
PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki karakteristik tersendiri. [1]menyatakan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang banyak mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga pelajaran ini bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan, yang diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa Sekolah Dasar (SD) untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya. Sehingga, dalam pembelajaran IPA diperlukan
keterampilan-keterampilan proses sains yang menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
METODE
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini secara umum
bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SD. Oleh karena itu, secara umum jenis penelitian ini
dapat dikategorikan sebagai penelitian pengembangan. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dalam penelitian ini meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
buku siswa, lembar kegiatan siswa, dan lembar penilaian.
Pengembangan perangkat dilakukan dengan menggunakan rancangan ujicoba pretes and
postes grup dengan replikasi untuk mengetahui konsistensi peningkatan keterampilan berpikir
kritis menggunakan perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses. Pengembangan
perangkat dilakukan untuk melihat kesesuaian pembelajaran dan karakteristik siswa sehingga
dapat dijadikan masukan. Pada ujicoba terbatas dan ujicoba lapangan, sebelum melaksanakan
pembelajaran berbasis keterampilan proses dilaksanakan tes awal dan setelah melaksanakan
pembelajaran dilaksanakan tes akhir. Pengembangan perangkat pembelajaran mengikuti 4-D
model design yang menyatakan bahwa proses pengembangan perangkat model 4-D terdiri atas
define, design, develop, dan desseminate [7]. Model 4-D tersebut direduksi menjadi 3-D karena
setelah tahap pengembangan sudah diperoleh perangkat yang memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Subjek dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan
proses yang diujicobakan pada siswa kelas IV SDI Raden Patah Surabaya. Ujicoba terbatas
dilaksanakan di kelas IV SDI Raden Patah Surabaya dalam satu kelas yang berjumlah 10 siswa
yang dipilih secara acak. Sedangkan ujicoba lapangan dilakukan di tiga kelas IV SDI Raden Patah
Surabaya dengan replikasi yang rinciannya adalah kelas IVA merupakan kelas implementasi yang
berjumlah 32 siswa, kelas IVB merupakan kelas replikasi I yang berjumlah 30 siswa, dan kelas
IVC merupakan kelas replikasi II yang berjumlah 32 siswa. Yang bertindak sebagai guru pada
ujicoba terbatas adalah peneliti dan pada ujicoba lapangan adalah guru kelas.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: (a) observasi; (b) tes; (c)
catatan lapangan. Instrumen yang dikembangkan untuk mengumpulkan data dalam penelitian
meliputi: (a) lembar validasi perangkat dan instrumen validasi, (b) lembar penilaian keterbacaan
BAS, (c) lembar angket tingkat kesulitan BAS, (d) lembar keterlaksanaan pembelajaran, (e)
lembar pengamatan aktivitas siswa, (f) lembar kendala pelaksanaan pembelajaran, (g) tes
keterampilan berpikir kritis, dan (h) angket respon siswa.
Dalam penilaian keterampilan berpikir kritis digunakan tes uraian berjumlah 10 soal yang
disusun bedasarkan indikator Facione. [8]mengemukakan bahwa keterampilan berpikir kritis
meliputi: (1) interpretasi, (2) analisis, (3) evaluasi, (4) inferensi, (5) eksplanasi, dan (6) pengaturan
diri. Namun pada fase pengaturan diri tidak disertakan karena tingkat berpikir siswa kelas IV yang
masih belum tinggi.
Analisis validitas perangkat pembelajaran meliputi Silabus, RPP, BAS, LKS, dan Lembar
Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis. Data yang diperoleh dianalisis dengan mempertimbangkan
saran-saran dari validator. Hasil analisis tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk merevisi
perangkat pembelajaran. Untuk masing-masing validator memiliki skala penilaian atau kriteria
kelayakan tersendiri. Validitas perangkat ditentukan dengan merata-rata skor dari masing-masing
komponen yang dapat dideskripsikan berdasarkan adaptasi dari [9] sebagai berikut:
1,00 ≤ SV ≥ 1,50 : sangat tidak valid
1,51 ≤ SV ≥ 2,50 : tidak valid
2,51 ≤ SV ≥ 3,50 : valid
3,51 ≤ SV ≥ 4,00 : sangat valid
Keterangan: SV = Skor Validasi
Draft hasil rancangan awal yang divalidasi oleh para pakar dikatakan valid jika rata-rata skor yang
diberikan berkategori minimal cukup baik.
Tingkat reliabilitas instrumen dihitung dengan rumus:
Keterangan:
R = Realibiltas (instrumen dianggap reliabel bila R≥75%)
A = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat memberikan frekuensi tinggi.
B = Frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat memberikan frekuensi tinggi.
(Borrich, dalam Trianto, 2009:240)
Tingkat keterbacaan dihitung dengan membandingkan banyak kata yang diisi benar
dengan jumlah keseluruhan kata yang harus diisi, hasilnya kemudian dikalikan 100%.
Perhitungan keterbacaan menggunakan rumus.
.....................................................................................................................................................(2)
[10]
Keterangan:
Kb = tingkat keterbacaan
k = frekuensi kata yang bisa dapat diisi
∑k = jumlah seluruh kata yang harus diisi
.....................................................................................................................................................(3)
[10]
Keterangan:
P = persentase keterlaksanaan
∑K = jumlah aspek yang terlaksana
∑N = jumlah seluruh aspek yang dialami
Persentase keterlaksanaan menggunakan skala:
P = 0% - 24% : tidak terlaksana
P = 25% - 49% : terlaksana kurang
P = 50% - 74% : terlaksana cukup baik
P = 75% - 100% : terlaksana baik
[12]
Data pengamatan aktivitas siswa dilakukan untuk memberikan deskripsi aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran berbasis keterampilan proses. Analisis data pengamatan aktivitas
siswa dilakukan oleh dua pengamat yang sudah dilatih sehingga memahami lembar pengamatan
secara benar. Data hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran menggunakan
persentase. Aktivitas siswa dapat dihitung dengan rumus:
.....................................................................................................................................................(4)
[10]
Keterangan:
P = persentase aktivitas siswa
∑R = jumlah frekuensi kategori pengamatan
∑N = jumlah frekuensi seluruh kategori pengamatan
Kendala pelaksanan pembelajaran dianalisis dengan pengamat dan peneliti memberikan
catatan kendala yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran.
Signifikansi peningkatan keterampilan berpikir kritis diperoleh dari uji hipotesis dengan
menggunakan Uji T (T-Test) dengan syarat bahwa data yang akan dianalisis berdistribusi normal.
Rumus yang digunakan adalah
....................................................................................................................................................... (5)
[13]
.....................................................................................................................................................(6)
Kategori:
N-gain (tinggi) = nilai g > 0,70
N-gain (sedang) = nilai 0,30 ≤ g ≥ 0,70
N-gain (rendah) = nilai g < 0,30
[14]
Untuk melihat konsistensi pengaruh pembelajaran terhadap peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa menggunakan analisis varian atau ANOVA. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan analisis varians satu jalur (One-Way Anova). Pengujian ANOVA ini terdapat
prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Langkah-langkah pengujian ANOVA antara lain:
Adapun untuk perhitungan ANOVA, penulis menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS
23. Pengambilan keputusan pada perhitungan menggunakan aplikasi IBM SPSS 23 adalah dengan
melihat nilai sig. Apabila nilai sig.>0,05 (taraf signifikansi 5%) maka dapat disimpulkan tidak
terdapat perbedaan antara peningkatan keterampilan berpikir kritis di kelas IVA, IVB, dan IVC.
Data respon siswa dilakukan untuk memberikan deskripsi respon siswa selama kegiatan
pembelajaran berbasis keterampilan proses. Data hasil pengamatan respon siswa selama kegiatan
pembelajaran menggunakan persentase. Hasil analisis respon siswa diinterpretasikan
menggunakan skala Likert. Data respon yang diperoleh digunakan untuk menindak lanjuti
pembelajaran berbasis keterampilan proses. Respon siswa dapat dihitung dengan rumus:
.....................................................................................................................................................(7)
[10]
Keterangan:
P = persentase respon siswa
∑R = jumlah skor respon siswa
∑N = jumlah seluruh skor respon siswa
Hasil dari kedua validator pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran
secara keseluruhan telah memenuhi unsur kevalidan dan instrumen yang disusun reliabel.
Sehingga perangkat pembelajaran dinyatakan layak untuk diujicobakan.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan BAS pada 10 siswa kelas IV, maka rata-rata persentase
tingkat keterbacaan siswa adalah sebesar 87,50%. Hal itu menunjukkan bahwa buku siswa
memiliki tingkat keterbacaan tinggi/mudah. [15]
Tingkat kesulitan buku ajar siswa dilakukan pada 10 siswa kelas IV adalah tingkat
kesulitan kata dalam BAS mendapatkan persentase rata-rata 1,03% yang artinya kata dalam BAS
sangat mudah dipahami siswa. Kalimat yang sulit mendapatkan persentase rata-rata 2,18% yang
artinya kalimat sangat mudah dimengerti siswa. Gambar yang sulit dimengerti siswa mendapatkan
persentase rata-rata 10,83% yang artinya gambar sangat mudah dimengerti siswa.
Hasil kepraktisan perangkat pembelajaran disusun berdasarkan data yang diperoleh dari
kegiatan ujicoba lapangan yang dilaksanakan terhadap siswa kelas IV. Kepraktisan perangkat
pembelajaran dapat dilihat dari keterlaksanaan pembelajaran dan kendala-kendala saat pelaksanaan
pembelajaran.
Berdasarkan kegiatan pembelajaran pada kelas A, penilaian pembelajaran yang dilakukan
oleh dua pengamat pada pertemuan 1 mendapatkan rata-rata nilai 3,80 dan tingkat reliabilitas
99,22%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 1 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel. Pada pertemuan 2 mendapatkan rata-rata nilai 3,84 dan tingkat reliabilitas
98,29%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 2 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel. Pada pertemuan 3 mendapatkan rata-rata nilai 3,98 dan tingkat reliabilitas
99,80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 3 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel.
Berdasarkan kegiatan pembelajaran di kelas B, penilaian pembelajaran yang dilakukan
oleh dua pengamat pada pertemuan 1 mendapatkan rata-rata nilai 3,89 dan tingkat reliabilitas
99,03%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 1 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel. Pada pertemuan 2 mendapatkan rata-rata nilai 3,88 dan tingkat reliabilitas
99,44%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 2 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel. Pada pertemuan 3 mendapatkan rata-rata nilai 3,96 dan tingkat reliabilitas
99,80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 3 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel.
Berdasarkan kegiatan pembelajaran di kelas C, penilaian pembelajaran yang dilakukan
oleh dua pengamat pada pertemuan 1 mendapatkan rata-rata nilai 3,87 dan tingkat reliabilitas
99,03%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 1 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel. Pada pertemuan 2 mendapatkan rata-rata nilai 3,88 dan tingkat reliabilitas
99,44%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 2 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel. Pada pertemuan 3 mendapatkan rata-rata nilai 3,89 dan tingkat reliabilitas
98,32%. Hal tersebut menunjukkan bahwa RPP pertemuan 3 terlaksana dengan baik dan instrumen
yang digunakan reliabel.
Aktivitas siswa di kelas A menunjukkan bahwa siswa lebih sering melakukan aktivitas
memperhatikan guru. Hal tersebut dikarenakan siswa lebih sering memperhatikan penjelasan guru
berupa instruksi pada saat melakukan percobaan. Sedangkan yang jarang dilakukan adalah
kegiatan untuk mempresentasikan hasil percobaan. Hal tersebut dikarenakan presentasi hasil
percobaan dilakukan setelah percobaan dan bergantian dengan kelompok lain.
Aktivitas siswa di kelas B menunjukkan bahwa siswa lebih sering melakukan aktivitas
memperhatikan guru. Hal tersebut dikarenakan siswa lebih sering memperhatikan penjelasan guru
berupa instruksi pada saat melakukan percobaan. Sedangkan yang jarang dilakukan adalah
kegiatan untuk mempresentasikan hasil percobaan. Hal tersebut dikarenakan presentasi hasil
percobaan dilakukan setelah percobaan dan bergantian dengan kelompok lain.
Aktivitas siswa di kelas C menunjukkan bahwa siswa lebih sering melakukan aktivitas
memperhatikan guru. Hal tersebut dikarenakan siswa lebih sering memperhatikan penjelasan guru
berupa instruksi pada saat melakukan percobaan. Sedangkan yang jarang dilakukan adalah
kegiatan untuk mempresentasikan hasil percobaan. Hal tersebut dikarenakan presentasi hasil
percobaan dilakukan setelah percobaan dan bergantian dengan kelompok lain.
Data hasil kendala-kendala saat pembelajaran diperoleh pada saat pembelajaran di kelas
A, B, dan C. Kendala yang ditemukan di lapangan dalam pembelajaran yang dilakukan selama tiga
pertemuan pada masing-masing kelas dapat dilihat pada Tabel 2.
Kendala Solusi
siswa masih kesulitan dalam menentukan tentang pembelajaran berbasis keterampilan
pertanyaan dan membuat prediksi. proses.
Siswa tidak biasa menggunakan alat seperti Guru mendemonstrasikan cara penggunaan
stopwatch, sehingga bingung dalam stopwatch sampai siswa benar-benar mengerti.
penggunaannya.
Analisis hasil keterampilan berpikir kritis kelas ujicoba lapangan didasarkan pada data
hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa kelas IVA dan dianalisis menggunakan rumus Uji-t dan
N-Gain. Uji-t digunakan untuk menghitung signifikansi peningkatan keterampilan berpikir kritis,
sedangkan N-Gain untuk menghitung derajat peningkatan keterampilan berpikir kritis.
Dalam pengujian menggunakan rumus Uji-t berpasangan, syarat data yang harus
terpenuhi adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan rumus Shapiro-Wilk
dengan bantuan aplikasi IBM SPSS. Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan aplikasi IBM
SPSS 23, hasil nilai sig. pada nilai pretes sebesar 0,191 dan nilai postes sebesar 0,102. Karena
hasil nilai sig.>0,05 maka data pretes dan postes berdistribusi normal. Apabila data yang diperoleh
berdistribusi normal maka selanjutnya dapat dilakukan analisis dengan menggunakan Uji-t. Untuk
melihat apakah terdapat signifikansi peningkatan keterampilan berpikir kritis, maka hasil pretes
dan postes dianalisis menggunakan Uji-t dengan bantuan aplikasi IBM SPSS 23.
Hasil Uji-t diperoleh dari data pretes dan posttes pada 32 siswa kelas IVA menunjukkan
bahwa nilai sig.(2- tailed) sebesar 0,000. Karena nilai sig. sig.(2-tailed) <0,05, maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai pretes dan nilai posttes.
Untuk melihat derajat pengaruh keefektifan pembelajaran dapat dianalisis menggunakan
rumus N-Gain. Derajat peningkatan tiap indikator soal berpikir kritis siswa dapat dilihat pada
Tabel 3.
Besar (64%)
Sedang
(36%)
Kecil (0%)
setiap siswa kelas IVA menunjukkan bahwa 21 siswa (64%) menunjukkan peningkatan kategori
tinggi, sedangkan 11 siswa (36%) menunjukkan peningkatan kategori sedang. Secara keseluruhan
rata-rata N-Gain setiap siswa adalah 0,75 dengan kategori tinggi.
Analisis hasil keterampilan berpikir kritis kelas replikasi 1 didasarkan pada data hasil tes
keterampilan berpikir kritis siswa di kelas IVB dan dianalisis menggunakan rumus Uji-t dan N-
Gain. Uji-t digunakan untuk menghitung signifikansi peningkatan keterampilan berpikir kritis,
sedangkan N-Gain untuk menghitung derajat peningkatan keterampilan berpikir kritis.
Dalam pengujian menggunakan rumus Uji-t berpasangan, syarat data yang harus
terpenuhi adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan rumus Shapiro-Wilk
dengan bantuan aplikasi IBM SPSS. Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan bantuan
aplikasi IBM SPSS 23 diperoleh hasil nilai sig. pada nilai pretes sebesar 0,166 dan nilai postes
sebesar 0,161. Karena hasil nilai sig.>0,05 maka data pretes dan postes berdistribusi normal.
Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal maka selanjutnya dapat dilakukan analisis
dengan menggunakan Uji-t. Untuk melihat apakah terdapat signifikansi peningkatan keterampilan
berpikir kritis, maka hasil pretes dan postes dianalisis menggunakan Uji-t dengan bantuan aplikasi
IBM SPSS 23.
Hasil Uji-t diperoleh dari data pretes dan posttes pada 30 siswa kelas IVB menunjukkan
bahwa nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,000. Karena nilai sig.(2-tailed)< 0,05, maka dapat
disimpulkan terdapat perbedaan antara nilai pretes dan nilai posttes.
Untuk melihat derajat pengaruh keefektifan pembelajaran dapat dianalisis menggunakan
rumus N-Gain. Derajat peningkatan tiap indikator soal berpikir kritis siswa dapat dilihat Tabel 4.
Tinggi (60%)
Sedang (40%)
Kecil (0%)
Sejumlah 18 siswa (60%) menunjukkan peningkatan kategori tinggi, sedangkan 12 siswa (40%)
menunjukkan peningkatan kategori sedang. Secara keseluruhan rata-rata N-Gain setiap siswa
adalah 0,75 dengan kategori tinggi.
Analisis hasil keterampilan berpikir kritis kelas replikasi 2 didasarkan pada data hasil tes
keterampilan berpikir kritis siswa di kelas IVC dan dianalisis menggunakan rumus Uji-t dan N-
Gain. Uji-t digunakan untuk menghitung signifikansi peningkatan keterampilan berpikir kritis,
sedangkan N-Gain untuk menghitung derajat peningkatan keterampilan berpikir kritis.
Dalam pengujian menggunakan rumus Uji-t berpasangan, syarat data yang harus
terpenuhi adalah data berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan rumus Shapiro-Wilk
dengan bantuan aplikasi IBM SPSS. Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan bantuan
aplikasi IBM SPSS 23 diperoleh hasil nilai sig. pada nilai pretes sebesar 0,090 dan nilai postes
sebesar 0,102. Karena hasil nilai sig.>0,05 maka data pretes dan postes berdistribusi normal.
Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal maka selanjutnya dapat dilakukan analisis
dengan menggunakan Uji-t. Untuk melihat apakah terdapat signifikansi peningkatan keterampilan
berpikir kritis, maka hasil pretes dan postes dianalisis menggunakan Uji-t dengan bantuan aplikasi
IBM SPSS 23.
Hasil Uji-t diperoleh dari data pretes dan posttes pada 32 siswa kelas IVC menujunkkan
bahwa nilai sig.(2-tailed) sebesar 0,000. Karena nilai sig.(2-tailed)<0,05, maka dapat disimpulkan
terdapat perbedaan antara nilai pretes dan nilai posttes.
Untuk melihat derajat pengaruh keefektifan pembelajaran dapat dianalisis menggunakan
rumus N-Gain. Derajat peningkatan tiap indikator soal berpikir kritis siswa dapat dilihat Tabel 5.
Tabel 5. N-Gain tiap Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Kelas IVC
No Indikator Keterampilan Berpikir Kritis N-Gain
1 Membuat atau merumuskan dengan tepat kategori, perbedaan, atau kelompok 0,72
untuk memahami, mendeskripsikan, atau karakterisasi informasi.
2 Menentukan penyataan, deskripsi, pertanyaan, atau represi grafis data yang 0,72
bermaksud mengungkapkan alasan-alasan untuk mendukung atau
menentang klaim, pendapat, atau sudut pandang
3 Menentukan apakah suatu argumen membenarkan penerimaan seseorang 0,71
sebagai penerimaan yang benar.
4 Menghubungkan seperangkat pernyataan, uraian, pertanyaan, atau bentuk 0,72
representasi lain, dengan tingkat kekuatan logika yang tepat.
5 Memberi alasan untuk menerima beberapa klaim. 0,72
Besar (53%)
Sedang (47%)
Kecil (0%)
Sejumlah 17 siswa (53%) menunjukkan peningkatan kategori tinggi, sedangkan 15 siswa (47%)
menunjukkan peningkatan kategori sedang.
Konsistensi pengaruh perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat dengan menggunakan analisis varians satu jalur
(One-Way Anova). Hasil uji anova diperoleh dari data pretes dan postes pada kelas IVA (kelas
Ujicoba Lapangan), IVB (Kelas Replikasi 1), dan IVC (Kelas Replikasi 2) dengan nilai sig,>0,05.
Dalam melakukan analisis varians satu jalur (One-Way Anova), syarat yang diperlukan
adalah data normal dan homogen. Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan bantuan aplikasi
IBM SPSS 23. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 9. Uji normalitas menggunakan rumus
Kolmogorov-Smimov dikarenakan apabila data yang akan diuji lebih dari 50, maka menggunakan
rumus Kolmogorov-Smimov. Hasil Uji Normalitas menunjukkan bahwa nilai sig.> 0,05. Karena
nilai sig.>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal.
Selanjutnya data diuji-tingkat homogenitasnya. Perhitungan uji-tingkat homogenitas
dilakukan dengan bantuan aplikasi IBM SPSS 23. Hasil Uji homogenitas menunjukkan bahwa
nilai sig.> 0,05. Karena nilai sig.>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan
adalah homogen.
Setelah syarat data yang digunakan adalah normal dan homogen terpenuhi, selanjutnya
dilakukan analisis varians satu jalur untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil
peningkatan keterampilan berpikir kritis pada 3 kelas tersebut. Perhitungan analisis varians satu
jalur dilakukan menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS 23. Hasil analisis varians satu jalur pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Analisis Satu Varians (ANOVA)
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 22,487 2 11,244 ,408 ,666
Within Groups 2504,832 91 27,526
Total 2527,319 93
Berdasarkan data pada Tabel 6, hasil analisis Varians Satu Jalur menunjukkan bahwa
nilai sig.adalah 0,666. Karena nilai sig.>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
antara hasil peningkatan keterampilan berpikir kritis pada 3 kelas yaitu kelas IVA, IVB, dan IVC.
Konsistensi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa juga dapat dilihat berdasarkan
N-Gain tiap siswa di masing-masing kelas. Pada masing-masing kelas, N-Gain tiap siswa
mendapatkan rata-rata nilai 0,75 dengan berkategori tinggi. Hasil rata-rata N-Gain siswa tiap kelas
dapat dilihat pada Gambar 4.
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Kelas A Kelas B Kelas C
Gambar 4. Hasil Rata-Rata N-Gain Siswa tiap Kelas
Pengisian angket untuk mendapat data respon siswa dilakukan oleh siswa. Angket
diberikan kepada siswa kelas IVA, IVB, dan IVC. Pada saat pengisisan angket ditekankan bahwa
angket yang diisi tidak berpengaruh terhadap penilaian pembelajaran agar siswa mengisi secara
jujur. Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 7.
No Pertanyaan Jawaban
b. Lembar Kegiatan Siswa 100,00% 0,00%
c. Buku Ajar Siswa 100,00% 0,00%
d. Metode Pembelajaran 100,00% 0,00%
e. Penampilan Guru 100,00% 0,00%
f. Suasana belajar 100,00% 0,00%
Rata-Rata 99,82% 0,18%
Bagaimana pendapatmu terhadap komponen pembelajaran
II Baru Tidak Baru
berikut:
a. Topik IPA yang dipelajari 95,74% 4,26%
b. Lembar Kegiatan Siswa 96,81% 3,19%
c. Buku Ajar Siswa 97,87% 2,13%
d. Metode Pembelajaran 100,00% 0,00%
e. Penampilan Guru 98,94% 1,06%
f. Suasana belajar 98,94% 1,06%
Rata-Rata 98,05% 1,95%
Apakah kalian berminat mengikuti pembelajaran seperti Ya Tidak
III
yang dilakukan pada saat ini untuk topik IPA selanjutnya? 100,00% 0,00%
Bagaimana pendapat kalian terhadap buku siswa
Ya Tidak
mengenai:
IV
a. Bahan Kajian mudah dimengerti 100,00% 0,00%
b. Isi Buku Menarik 100,00% 0,00%
Rata-Rata 100,00% 0,00%
Bagaimana penilaian kalian tentang keterampilan- Tidak
Senang
keterampilan berikut ini: Senang
a. mengajukan pertanyaan 94,68% 5,32%
V b. memrediksi 96,81% 3,19%
c. mengamati 98,94% 1,06%
d. mengukur 100,00% 0,00%
e. mengklasifikasikan 100,00% 0,00%
Rata-Rata 98,09% 1,91%
Bagaimana penilaian kalian tentang keterampilan-
Baru Tidak Baru
keterampilan berikut ini:
a. mengajukan pertanyaan 97,87% 2,13%
VI b. memrediksi 96,81% 3,19%
c. mengamati 95,74% 4,26%
d. mengukur 95,74% 4,26%
e. mengklasifikasikan 94,68% 5,32%
Rata-Rata 96,17% 3,83%
Tidak
Mudah
VII Apakah kamu merasa mudah untuk menjawab soal? Mudah
91,95% 8,05%
RATA-RATA KESELURUHAN 98,09% 1,91%
Pembahasan Penelitian
Berdasarkan data yang telah dijabarkan pada dalam hasil penelitian, dapat dikatakan
bahwa para validator sepakat jika perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses
adalah sangat relevan dengan kebutuhan atau harapan siswa kelas IV. Hal ini ditunjukkan oleh
data hasil penilaian oleh para validator terhadap relevansi perangkat pembelajaran dengan
kebutuhan dan harapan siswa. Penilaian para validator tersebut ternyata sejalan dengan respon
siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses. Berdasarkan data angket
respon siswa terhadap pembelajaran IPA diperoleh 100% siswa berminat dan senang dengan
pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses. Relevansi antara perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dengan kebutuhan siswa di abad 21 sesuai dengan pernyataan yang dimuat
[16]).
Kevalidan perangkat pembelajaran selain harus memenuhi validitas konten (isi), yang
lebih penting lagi yaitu harus memenuhi validitas konstruk. Hal ini berarti bahwa penyusunan
perangkat pembelajaran harus secara konsisten saling terkait dan secara logis memiliki format dan
dasar teoritis yang jelas. Kevalidan perangkat pembelajaran berdampak pada hasil peningkatan
keterampilan berpikir kritis. Menurut para validator, dengan menggunakan perangkat
pembelajaran berbasis keterampilan proses maka dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
[17]menyatakan bahwa penggunaan model, metode, atau pendekatan dalam pembelajaran tertentu
dirancang untuk mencapai hasil belajar tertentu.
Keyakinan para validator bahwa perangkat pembelajaran berbasis keterampilan proses
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis didasarkan pada beberapa kajian teori belajar dan
penelitian yang relevan. Salah satu teori melandasi adalah teori konstruktivisme Vygotsky. Siswa
belajar dengan efektif apabila siswa tersebut membangun sendiri pengetahuannya [3]
Kepraktisan perangkat pembelajaran berbasis keterampilan proses ini sebelumnya juga
telah ditunjukkan pada hasil hasil observasi pembelajaran. Data pada kepraktisan pembelajaran
bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran memperoleh penilaian yang baik. Hal
tersebut dimungkinkan disebabkan karena penggunaan perangkat pembelajaran berbasis
keterampilan proses. Dengan demikian, meskipun dalam penelitian ini tidak bertujuan untuk
mencari metode pembelajaran yang paling praktis, namun berdasarkan hasil tersebut diperoleh
temuan bahwa pembelajaran berbasis keterampilan proses adalah baik untuk digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suryanti, dkk dalam Modul Suplemen
Pengembangan IPA SD (2011) yang menyebutkan bahwa keterampilan proses dapat diterapkan
untuk memperoleh hasil atau produk dalam pembelajaran secara efektif.
Pembelajaran IPA berbasis keterampilan berpikir kritis siswa meliputi kegiatan:
memperhatikan penjelasan guru, membaca BAS dan mengerjakan LKS, berdiskusi/tanya jawab,
menyiapkan alat dan bahan, melakukan percobaan, mempresentasikan hasil percobaan,
merangkum materi pembelajaran, dan perilaku yang tidak relevan. Siswa lebih sering melakukan
aktivitas memperhatikan guru. Hal tersebut dikarenakan siswa lebih sering memperhatikan
penjelasan guru berupa instruksi pada saat melakukan percobaan. Sedangkan yang jarang
dilakukan adalah kegiatan untuk mempresentasikan hasil percobaan. Hal tersebut dikarenakan
presentasi hasil percobaan dilakukan setelah percobaan dan bergantian dengan kelompok lain.
Hasil positif aktivitas siswa tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan [18] bahwa
pembelajaran berbasis keterampilan proses merupakan metode yang berfokus pada siswa, sehingga
siswa akan aktif dalam pembelajaran, baik dalam memecahkan masalah, menjawab pertanyaan,
mengajukan pertanyaan, berdiskusi, menjelaskan pendapat. Pembelajaran tersebut memungkinkan
siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
Temuan ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh [19] bahwa dengan keterampilan
proses siswa dapat lebih aktif daripada guru. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan sehingga
siswa dapat menguasai pengetahuan dengan lebih baik.
Selama pembelajaran, tidak banyak ditemukan kendala pada saat kegiatan berlangsung.
Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika pembelajaran. Saat pembelajaran siswa
sering bermain-main dengan alat-alat pembelajaran sehingga guru harus lebih tegas dalam
mengingatkan siswa agar lebih fokus dalam pembelajaran. Siswa juga masih belum terbiasa dalam
pembelajaran berbasis keterampilan proses, sehingga guru harus menjelaskan lebih mendalam
tentang instruksi dalam lembar kegiatan siswa. Selain itu siswa kelas 4 juga masih belum terbiasa
menggunakan stopwatch, sehingga butuh demonstrasi penggunaan stopwatch.
Berdasarkan data hasil penelitian yang dianalisis menggunakan Uji-t berpasangan, dapat
diketahui bahwa terdapat perbedaan antara hasil pretes sebelum pembelajaran berbasis
keterampilan proses dan postes setelah melakukan pembelajaran berbasis keterampilan proses.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan Uji-t berpasangan ternyata pembelajaran berbasis
keterampilan proses dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa secara signifikan. Data
signifikansi peningkatan keterampilan berpikir kritis menggunakan keterampilan proses ternyata
juga sesuai dengan hasil analisis N Gain. Perbedaan hasil sebelum dan sesudah pembelajaran
berbasis keterampilan proses tersebut terlihat pada hasil N-Gain per indikator keterampilan proses.
Secara umum keterampilan berpikir kritis mengalami peningkatan tinggi [14]
Selain peningkatan pada setiap indikator, terdapat juga peningkatan keterampilan berpikir
kritis setiap siswa, peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa secara signifikan setelah
dilakukan pembelajaran berbasis keterampilan proses. N-Gain setiap siswa kelas IVA
menunjukkan bahwa 21 siswa menunjukkan peningkatan kategori tinggi, sedangkan 11 siswa
menunjukkan peningkatan kategori sedang. Secara keseluruhan rata-rata N-Gain setiap siswa
adalah 0,75 dengan kategori tinggi. Pada kelas IVB sejumlah 18 siswa menunjukkan peningkatan
kategori tinggi, sedangkan 12 siswa menunjukkan peningkatan kategori sedang. Secara
keseluruhan rata-rata N-Gain setiap siswa adalah 0,75 dengan kategori tinggi. Pada kelas IVC
sejumlah 17 siswa menunjukkan peningkatan kategori tinggi, sedangkan 15 siswa menunjukkan
peningkatan kategori sedang. Pada tiga kelas ujicoba lapangan diperoleh N-Gain tiap siswa
mendapatkan rata-rata yang sama yaitu 0,75 dengan kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa peningkatan tiap siswa di tiga kelas sama besar dan memiliki pengaruh yang sama pada tiap
sama.
Data nilai peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IVA, IVB, dan IVC
kemudian dikomparasikan dengan menggunakan rumus analisis varians satu jalur. Hasil analisis
varians satu jalur menunjukkan bahwa nilai sig.adalah 0,666. Karena nilai sig.>0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil peningkatan keterampilan berpikir kritis pada
3 kelas yaitu kelas IVA, IVB, dan IVC. Dengan demikian, ditinjau dari peningkatan keterampilan
berpikir kritis, secara umum pembelajaran berbasis keterampilan proses ini dapat dikatakan efektif.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aktamis dan Ergin (2008) bahwa
perangkat pembelajaran berbasis keterampilan proses dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis secara signifikan.
Peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan pembelajaran berbasis
keterampilan proses sesuai dengan pendapat Wisudawati dan Sulistyowati (2014:26) yang
mengatakan bahwa terdapat interaksi-interaksi antar komponen pembelajaran dalam bentuk proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga untuk mendapatkan tujuan
pembelajaran yang sukses, maka pembelajaran harus ditekankan pada kegiatan berbasis
keterampilan proses. Pendapat lain juga diungkapkan [20]yang menyatakan bahwa IPA bukan
hanya sekadar mendapatkan pengetahuan melalui sebuah hafalan, namun lebih menekankan pada
proses penemuan pengetahuan itu sendiri. Temuan ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh [19]bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara pembelajaran sebelum menerapkan
keterampilan proses dengan pembelajaran setelah menerapkan keterampilan proses. Hasil
pembelajaran meningkat dengan signifikan setelah menerapkan keterampilan proses dalam
pembelajaran.
Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi [21].
Pembelajaran yang sesuai untuk mencapai hasil belajar dengan kategori berpikir tingkat tinggi
adalah pembelajaran yang betul-betul memperhatikan pembelajaran bermakna. [22], pembelajaran
bermakna terjadi apabila suatu informasi baru masuk ke dalam pikiran yang terkait dengan
pengetahuan yang dipelajari sebelumnya. Agar terjadi pembelajaran yang dapat meningkatkan
pemahaman siswa diperlukan sebuah konteks yang tepat bagi siswa yaitu dengan menerapkan
pembelajaran yang mengacu pada keterampilan proses [23].
Hasil peningkatan keterampilan berpikir kritis tersebut berkaitan dengan aktivitas dan
respon siswa. Siswa aktif dan sangat antusias ketika melakukan kegiatan pembelajaran berbasis
keterampilan proses. Siswa sangat antusias dan bersemangat ketika diajak untuk melakukan
kegiatan percobaan. Siswa bahkan ingin menerapkan pembelajaran yang sama di setiap mata
pelajaran. Respon siswa pun terhadap pembelajaran adalah positif. Menurut salah satu siswa dalam
pembelajaran, dalam pembelajaran sebelumnya tidak ada pembelajaran seperti yang diajarkan
pada saat menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan proses yang menekankan pada siswa
langsung terkait dengan kegiatan pembelajaran. Sehingga, siswa lebih mudah memahami materi
yang diajarkan. Hal tersebut dapat dijadikan petunjuk bahwa terdapat hubungan antara aktivitas
dan respon siswa terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
Pengisian angket untuk mendapat data respon siswa dilakukan oleh siswa. Pada saat
pengisisan angket ditekankan bahwa angket yang diisi tidak berpengaruh terhadap penilaian
pembelajaran agar siswa mengisi secara jujur. Hasil angket respon siswa menujukkan rata-rata
respon siswa terhadap komponen pembelajaran adalah 99,82% memilih menarik. Rata-Rata
respon siswa terhadap komponen perangkat pembelajaran berbasis keterampilan proses adalah
98,05% memilih baru. Minat siswa pada untuk mengikuti pembelajaran berbasis keterampilan
proses selanjutnya adalah 100% memilih iya. Respon siswa terhadap kemenarikan BAS dan
tingkat kesulitan BAS adalah 100% memilih iya. Respon siswa terhadap kesenangan siswa
terhadap pembelajaran berbasis keterampilan proses adalah 98,09% senang. Respon siswa
terhadap kebaruan pembelajaran berbasis keterampilan proses adalah sebesar 96,17% memilih iya.
Respon siswa terhadap kemudahan siswa menjawab butir soal setelah mengikuti pembelajaran
berbasis keterampilan proses adalah sebesar 91,95% memilih iya. Secara keseluruhan, respon
siswa adalah sebesar 98,09% siswa memilih baik pada semua komponen.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan penelitian dirumuskan simpulan yaitu perangkat
pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah memnuhi kriteria kelayakan yaitu, valid,
praktis, dan efektif. Secara lebih khusus dijabarkan sebagai berikut. (1) Perangkat pembelajaran
IPA berbasis keterampilan proses telah memenuhi syarat kevalidan. Syarat tersebut mencakup
antara lain. (a) Perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah memenuhi syarat
kevalidan ditinjau dari validitas konten dan konstruk. (b) Perangkat pembelajaran IPA berbasis
keterampilan proses telah memenuhi syarat kevalidan ditinjau dari keterbacaan. (c) Perangkat
pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah memenuhi syarat kevalidan ditinjau dari
tingkat kesulitan. (2) Perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah memenuhi
syarat kepraktisan. Syarat tersebut mencakup antara lain. (a) Perangkat pembelajaran IPA berbasis
keterampilan proses telah memenuhi syarat kepraktisan ditinjau dari keterlaksanaan pembelajaran.
(b) Perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah memenuhi syarat kepraktisan
ditinjau dari kendala-kendala pembelajaran yang dapat teratasi dengan baik. (3) Perangkat
pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah memenuhi syarat keefektifan. Syarat tersebut
mencakup antara lain. (a) Perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah
memenuhi syarat keefektifan ditinjau dari peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. (b)
Perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah memenuhi syarat kepraktisan
ditinjau dari aktivitas siswa. (c) Perangkat pembelajaran IPA berbasis keterampilan proses telah
memenuhi syarat kepraktisan ditinjau dari respon siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dirumuskan saran sebagai berikut. (1)
Jumlah validator perangkat pembelajaran sebaiknya ditambah minimal tiga validator. Hal tersebut
agar mendapatkan penilaian yang lebih nyata dan teliti. (2) Jumlah siswa yang digunakan untuk uji
instrumen keterbacaan BAS dan tingkat kesulitan BAS sebaiknya ditambah. (3) Sebelum
pelaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran berbasis keterampilan proses,
sebaiknya guru mendapat pelatihan terlebih dahulu agar pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya bisa terlaksana dengan lebih baik. (4) Dalam penelitian selanjutnya perlu diuji juga
kelayakan perangkat pembelajaran dari segi efisiensi. Hal tersebut berguna agar perangkat
pembelajaran yang dikembangkan memiliki tingkat efisiensi yang baik dan bisa dijangkau untuk
guru manapun.
Referensi
[1] Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2010.
[2] D. . Deanna, D. dan Kuhn, “Metacognition and Critical Thinking,
Educational Resources Information Center,” ERIC Number ED477930
Diunduh dari http//www.files.eric.ed.gov/fulltext/ED477930.pdf, 2003.
[3] S. dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar.
2014.
[4] O. D. Bank, Education in Indonesia: Rising to the Challenge. 2015.
[5] Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. 2011.
[6] Z. dan L. Rauf, R., Rasul, M.S., Mansor, A. N., Othman, “Inculcation