2 +Yona+Fitri+hlm +175-190
2 +Yona+Fitri+hlm +175-190
2 +Yona+Fitri+hlm +175-190
Yona Fitri
STAI Hubbulwathan Duri
Email: [email protected]
Abstract: This study aims to determine the concept of teacher ethics according to Hasyim Asy'ari to
reveal again KH. Hasyim Asy'ari's thoughts in the field of Islamic education ethics, especially teacher
ethics. What is the paradigm of Islamic education ethics and teacher ethics according to KH. Hasyim
Asy'ari along with his analysis. With the hope of being able to make a positive contribution to the world
of education, especially for the subjects of education.
The design and approach used in this research is descriptive qualitative which is library research in
nature and the analysis technique is content analysis.
From the results of this study it was concluded that KH. Hasyim Asy'ari has the view that as a teacher he
must be knowledgeable and also correct, meaning that he has an attitude that is in accordance with the
rules or values in ethics education in Islam. The more specific concept of ethics that must be owned by a
teacher is the ethics of students towards themselves, towards their students, towards their lessons and
ethical concepts towards their books. Imperfection is a reality inherent in human beings, as well as in the
analysis of KH. Hasyim Asy'ari's concept. Therefore, the concept and analysis should still need to be
dialogued with reality, reviewed in several descriptions so that values that are not yet relevant become a
concern for observers and researchers of Islamic education ethics.
Keywords:
Ethics, Teacher
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep etika Guru menurut Hasyim
Asy’ari untuk mengungkap kembali pemikiran KH.Hasyim Asy’ari dalam bidang etika
pendidikan Islam, khususnya etika guru. Bagaimana paradigma etika pendidikan Islam dan
etika guru menurut KH.Hasyim Asy’ari beserta analisisnya. Dengan harapan bisa memberikan
kontribusi yang positif terhadap dunia pendidikan khususnya bagi para subyek pendidikan.
Desain dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yang bersifat studi pustaka (library research) dan teknik analisisnya bersifat kajian isi
(content analysis)
Dari hasil Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa KH.Hasyim Asy’ari
berpandangan bahwa sebagai guru harus berilmu pengetahuan dan juga benar, artinya
mempunyai sikap yang sesuai dengan kaidah atau nilai dalam pendidikan etika dalam Islam.
Adapun konsep yang lebih spesifik tentang etika-etika yang harus dimiliki oleh seorang guru
adalah etika peserta didik terhadap dirinya, terhadap murudnya, terhadap pelajarannya dan
konsep etika terhadap kitab-kitabnya. Ketidak sempurnaan adalah suatu realitas yang melekat
pada diri manusia, begitu juga pada analisa konsep KH.Hasyim Asy’ari tersebut. Oleh
karenanya seyogyanya konsep dan analisa tersebut masih perlu didialogkan dengan realitas,
dikaji ulang dalam beberapa uraian agar nilai yang belum relevan menjadi perhatian bagi
pemerhati dan peneliti etika pendidikan Islam.
175
Konsep Etika Guru Menurut Hasyim Asy ‘Ary
DOI: https://doi.org/10.15575/ath.xxx.xxx
Received: mm, yyyy. Accepted: mm, yyyy. Published: mm, yyyy.
PENDAHULUAN
Tidak banyak orang yang mengamati tentang problema yang cukup
serius dalam dunia pendidikan. Hal ini terkait dengan terbitnya
buku “Kekerasan Simbolik di Sekolah” karya Nanang Martono, yang telah
membuka mata kita, bahwa masih ada kekerasan yang dilakukan di sekolah,
baik oleh oknum dari dalam maupun oknum dari luar sekolah. Jika mendengar
kata kekerasan, otak akan langsung merekam bahwa itu adalah kekerasan
secara fisik, seperti yang masih sering terjadi di Indonesia pada saat ini.
Sejak dahulu, kekerasan selalu menjadi jalan utama untuk menerapkan
kedisiplinan pada anak. Di pesantren, sekolah, bahkan di rumah, kekerasan
seakan sudah dihalalkan. Sebagian hal itu memang dapat menimbulkan efek
jera pada sang anak. Namun, pada sebagian yang lain kekerasan malah menjadi
beban mental, gangguan psikis, ketakutan, bahkan trauma. Apalagi jika itu
diterapkan pada anak yang masih dalam tahap awal pembelajaran.
Masa kanak-kanak adalah masa pembentukan karakter juga penanaman
moral, respon dan daya ingatnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan di
sekitarnya. Imajinasinya sangat luas berkait dengan apa yang diketahuinya.
Akan tetapi, jika sang anak tetap dipaksa untuk menerima apa yang sudah
menjadi ketentuan, maka bisa jadi ia malah menganggap bahwa apa yang ada
di lingkungan sekitarnya adalah buruk.
Pertama, keluargalah yang paling berperan penting dalam pembentukan
karakter dan pengetahuan pertama kali pada sang anak. Kedua, guru yang
harus bisa mengarahkan imajinasi siswanya pada imajinasi yang dapat
diterima dan sesuai dengan kapasitasnya. Tidak hanya seorang guru yang
pintar dan bisa menguasai muridnya, akan tetapi lebih dibutuhkan akan guru
yang benar-benar mempunyai jiwa kecintaan pada pengabdian. Mampu
menyamaratakan hak dan kewajiban atas peserta didiknya.
Sekolah merupakan tempat siswa menimba ilmu pengetahuan dan
seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siswa. Namun ternyata di
beberapa sekolah terjadi kasus kekerasan pada siswa oleh guru. Kekerasan-
kekerasan yang dilakukan oleh guru kepada siswa seperti dilempar penghapus
dan penggaris, dijemur di lapangan, dipukul bahkan lebih dari itu. Disamping
itu siswa juga mengalami kekerasan psikis dalam bentuk bentakan dan kata
makian. Kasus-kasus kekerasan sangat berlawanan dari peran seorang guru
sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing.
Guru yang merupakan unsur terpenting didalam sistem kependidikan
nasional yang dikembangkan dan diadakan untuk menyelanggarakan
pembimbingan, pelatihan, dan pengajaran bagi setiap peserta didik. Terdapat
berbagai hal yang berkenaan dengan tenaga kependidikan yang sudah diatur
didalam UU Nomor 2 Tahun 1989, yang mengenai sistem kependidikan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library
Research) atau sering juga disebut sebagai kajian pustaka, yaitu telaah yang
dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya
bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
pustaka dan hasil penelitian yang terkait dengan masalah kajian.
Penelitian ini jika diklasifikasikan menurut aspek metodenya disebut
penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan kegiatan penelitian
yang dilakukan pada obyek tertentu secara jelas dan sistematis. Artinya
peneliti melakukan eksplorasi, menggambarkan dengan tujuan untuk
laku dan naluri yang wajib dilakukan oleh anak didik, diusahakan an
dibiasakan sejak kecil hingga dewasa, untuk menyongsong kehidupan,
tidak diragukan keutamaan akhlak dan tingkah laku serta naluri
merupakan buah iman yang meresap dalam pertumbuhan keberagaman
yang sehat. (Abdullah Nashil Ulwan, 1990 :169).
Kedua, Manusia adalah makhluk yang berni;lai moral. Pendidikan
adalah mendidik hidup. Hidep bukan sekedar sebuah kebetulan,
melainkan ada makna dan tujuan di dalamnya. Oleh karena itu, seorang
siswa belajar bukan untuk sekedar belajar pengetahuan kognitif, tapi
bagaimana implementasi ilmunya menjadikan hidupnya bermakna, baik
secara individu maupun dalam masyarakat. Maka, tanpa kehidupan moral
yang baik seluruh hidup menjadi tidak bermakna, ataupun bahkan menjadi
sangat menjadi negative. Untuk apa dia hidup dan eksis di dunia jika
hanya menjadi perusak dan penghancur masyarakat, mendatangkan aib
bagi keluarga, lingkungan dan Negara.
Ketiga, sangat sulit untuk membentuk manusia menjadi orang baik,
tetapi begitu mudahnya seseorang untuk menjadi rusak. Jika seseorang
anak dibiarkan begitu saja, ia akan berkecenderungan berbuat jakat
ketimbang berbuat baik. Ketika manusia dibiarkan tanpa pendidikan baik,
ia akan dengan cepat mengadopsi perilaku-perilaku jahat, malah
memperkembangkan daya kreatif negatifnya, ketimbang dia berusaha
mengadopsi perilaku baik. Perlu pejuangan berat seseorang bisa
mengadopsi perilaku baik dan mengembangkan daya kreatif yang positif
dan bermoral tinggi. Perlu upaya serius untuk mendidik menjadi anak
yang bermoral tinggi, yang hidupnya jujur, adil, mulia, suci dan
berintegritas.
Menutut Frans Magnis Susno, kata moral selalu mengacu pada baik
buruknya manusia sebagai individu. Bidang moral adalah bidang
kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-
norma moral merupakan tolak ukur untuk menentukan benar salahnya
sikap dan tindakan manusia, bukan sebagai pelaku peran tertentu dan
terbatas.( Frans Magnis Susno, 1993 : 19).
Ada banyak hal yang bisa dan perlu sekolah lakukan dalam
pendidikan moral. Di antaranya, Pertama, setiap institusi pendidikan perlu
memperhatiakan bukan hanya hebatnya pengetahuan atau gelar guru atau
dosennya, tetapi juga perilaku moralnya. Perlu ada mekanisme pengujian
kehidupan keseharian insane pendidikan, bukan hanya kekuatan
intelektualnya saja. Kedua, perlu adanya penilaian kelakuan di sekolah.
Seorang siswa lulus atau naik kelas, bukan hanya di ukur oleh kemampuan
intelektualnya, tetapi juga kemampuan social, moral, mental dan spiritual.
Dengan demikian, sekolah betul betul menjalankan fungsi pedagogis
yang benar. Ketiga. Sekolah juga perlu secara berkala melibatkan orang tua
di dalam pembinaan moral pengawasan moral bagi anak-anak mereka.
Sekolah harusnya bergandengan tangan dengan orang tua didalam
mendidik anak, sehingga pendidikan anak berjalan secara integrative.
SIMPULAN
REFERENSI
Abidin ibnu Rusn, (1998), Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Ali Mudlofir, (2012), Pendidik Propesional, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
KH. M Hasyim Asy ‘Ari, (2007), Etika Pendidikan Islam, Yogyakarta: Titian
Wacana
M Sanuri, (2013), Kebiasaan-kebiasaan KH Ahmad dahlan dan KH Hasyim
Asy‘Ari , Yogyakarta: Difa Press
Rahma Yulis, Profesi dan etika keguruan, (2013), Jakarta: Kalam Mulia
Rohinah M. Noor, KH. Hasyim Asy’ari Memodernisasi NU & Pendidikan Islam,
(2010), Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu
Samsul Nizar, Metodologi Penelitian kepustakaan (Library Research); Studi
Analisis pendahuluan, (2008)
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (2009), Bandung: Alfabeta
Syaiful bahri Djamrah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, (2010),
Jakarta: Rineka Cipta
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren Solusi Bagi Kerusakan Akhlak, (2001),
Yogyakarta: Ittaqa Press
Djamal, (2015), Paradigma Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hayanti sri, (2018), Belajar & Pembelajaran Berbasis Cooperatif Leraning,
Magelang:Graha Cendekia.
Kompri, (2019), Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Ofset.
Majid Abdul, (2013), Perencanan Pembelajaran, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
Mudasir, (2011), Manajemen Kelas, Pekanbaru: Zanafa Publishing.
Musfiqon, (2012), Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT
Prestasi Pustakaraya.
Nata Abuddin, (2003), Manajemen Pendidikan Edisi ke 4, Jakarta: Kencana.
Sanjaya Wina, (2008), Perencanaan & Desain SistemPembelajaran, Jakarta:
Kencana.
Sugiyono, (2017), Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D), Bandung: Alfabeta.
Syaodih Sukmadinata Nana, (2017), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Undang-undang guru dan dosen (UU RI NO.14 Th. 2005), (2005), Sinar Grafika
Muhammad Rahman dan Sofan Amri, (2014), Kode Etik Profesi Guru, Jakarta:
Pretasi Pustaka
Soejipto, Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (2009), Jakarta: Rineka Cipta