Integrasi Pesantren An-Nawawi
Integrasi Pesantren An-Nawawi
Integrasi Pesantren An-Nawawi
Abstract
This research illustrates the development of the An-Nawawi Berjan Islamic boarding
school (pesantren) in terms of educational integration. This research is classified as
historical research because it reveals the history of the dynamics of islamic boarding
schools in a certain period of time. Using qualitative and historical approaches, this study
resulted in the conclusion that: pertama Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo was
founded by Kiai Zarkasyi one of the mursyids of the qadiriyah order wa naqsyabandiyah,
so that in its development the pesantren had a strong order base then continued by Kiai
Nawawi (d. 1982) and now Kiai Ahmad Chalwani. secondly, Pesantren A n-Nawawi
Berjan during the leadership of Kiai Ahmad Chalwani or grandson of the founder
integrated the yellow book-based salaf (traditional) curriculum with a formal school
curriculum starting at the level of Tsanawiyah Madrasah and Aliyah Madrasah. Third, the
influence of pesantren an-Nawawi Berjan is now experiencing a significant development
with the number of educational institutions in it from elementary to tertiary level, KBIH of
An-Nawawi and holding social activities for the development of Islamic society. In the
economic sector, Pesantren An-Nawawi seeks to improve the management of business
units in the Kopontren of An-Nawawi.
Keywords: Dynamics, Pesantren, An-Nawawi, Integration, Education
Abstrak
Penelitian ini menggambarkan perkembangan pesantren An-Nawawi Berjan dalam hal
integrasi pendidikan. Penelitian ini tergolong penelitian sejarah karena mengungkap
sejarah dinamika pesantren pada kurun waktu tertentu. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dan sejarah, penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa: petama
Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo didirikan oleh Kiai Zarkasyi salah seorang
mursyid tarekat qadiriyah wa naqsyabandiyah, sehingga pada perkembangannya
pesantren tersebut mempunyai basis tarekat yang kuat kemudian dilanjutan oleh Kiai
Moh. Ashif Fuadi, Ilham Ade Kurniawan, I’anatul Mufarrihah
Nawawi (w. 1982) dan sekarang Kiai Ahmad Chalwani. kedua, Pesantren An-Nawawi
Berjan pada masa kepemimpinan Kiai Ahmad Chalwani atau cucu dari pendiri
mengintegrasikan kurikulum salaf (tradisional) berbasis kitab kuning dengan kurikulum
sekolah formal mulai pada tingkatan Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah.
Ketiga, pengaruh pesantren an-Nawawi Berjan sekarang mengalami perkembangan yang
cukup signifikan dengan banyaknya lembaga pendidikan yang ada di dalamnya mulai
tingkat dasar sampai perguruan tinggi, KBIH An-Nawawi dan mengadakan kegiatan sosial
guna pengembangan masyarakat Islam. Dalam bidang perekonomian Pesantren An-
Nawawi berupaya meningkatkan pengelolaan unit-unit usaha di kopontren An-Nawawi.
Kata Kunci : Dinamika, Pesantren, An-Nawawi, Integrasi, Pendidikan
PENDAHULUAN
Sejarah dan perkembangan pesantren-pesantren tentu tidak bisa
dilepaskan dari sejarah pendidikan di Nusantara yang merupakan salah satu
lembaga pendidikan penting dan memiliki jasa besar bagi bangsa Indonesia.
Dapat dibilang Pesantren adalah lembaga yang sudah sangat tua umurnya namun
sampai sekarang masih tetap eksis bahkan perkembangannya cukup pesat salah
satunya melalui modernisasi.1
Membincang pesantren atau pondok pesantren adalah sesuatu yang
sangat menarik tidak hanya karena pondok pesantren melahirkan banyak tokoh
dan alumni yang telah berjasa dan berkontribusi kepada bangsa dan negara akan
tetapi pendidikan model pondok pesantren yakini akan hidup dan selalu sejalan
dengan nafas zaman dalam kontribusinya kepada bangsa dan negara. Salah satu
fungsi pendidikan pesantren adalah untuk memberikan pendidikan agama
(tafaqquh fiddin).2
Pondok pesantren misalnya dengan dua kata yang berurutan makna yang
sama yaitu funduq tempat tinggal sederhana dari bambu dan pe-santri-an atau
tempat belajar santri. Beberapa istilah lain yang familiar dengan makna Pesantren
misalnya daya rangkang atau Surau atau meunasah.3 Tempat-tempat ibadah
1 Usman Muhammad Idris, “Muh. Idris Usman Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan Islam,” Al
Hikmah XIV, no. 1 (2013): 101–19.
2 Mastuhu, Dinamika Pendidikan Pondok Pesantren (Jakarta: INIS, 1994), 14.
3 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa
Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1994), 11.
yang ada di Jawa misalnya langgar atau di Minangkabau itu ada istilah Surau atau
di Aceh itu ada istilah rangka itu juga diindikasikan bukan merupakan istilah dari
bahasa Arab. tetapi istilah-istilah tersebut ternyata didapatkan di dalam bahasa
India.4 Menurut data Kementerian Agama, pada tahun 2022 misalnya jumlah
Pesantren 27.722 buah, belum lagi jumlah santri yang aktif sekitar empat juta.5
Pesantren-pesantren yang memberikan kontribusinya yang berjuang dan riil
telah berjasa pada bangsa kita pesantren-pesantren Salafiyah misalnya Pesantren
Tambakberas, Pesantren Ploso Kediri, Pesantren Rejoso, Pesantren Sarang dan
lain-lain.6 Banyak pola model pesantren di Indonesia karena banyaknya Pesantren
itu pola kepemimpinan dan respon terhadap perkembangan zaman ilmu dan
pengetahuan, dan itulah yang kemudian melahirkan keragaman Pesantren. Tidak
heran banyak gambaran dan model pesantren yang muncul di Indonesia karena
basis keilmuan para kiainya dan juga karena ilmu yang dikaji dalam pesantren itu
berbeda. Misalnya ada pesantren yang fokusnya pada ilmu-ilmu aqidah atau ilmu
tauhid ilmu kalam. Terdapat juga Pesantren fokusnya pada ilmu Syariah atau ilmu
fiqih, ilmu Ushul fiqh, ilmu bahasa Nahwu Shorof bahkan ada ilmu yang dikaji
panjang lebarnya lebih seputar ilmu hikmah dan ilmu tasawuf.7
Akan tetapi yang harus dicermati adalah meskipun Pesantren beragam ada
ciri khusus yang disebut sebagai lima elemen dasar Pesantren atau rukun
Pesantren, yaitu: pertama, Kiai, santri, masjid, asrama/pondok, dan tentu ada
kitab kuning yang dikaji yang dibahas karakter itulah yang menjadi rumpun utama
pesantren.8 Pesantren di Indonesia hampir mencapai angka 30.000 dengan
jumlah santri kurang lebih lima juta orang.9
Seiring semakin membaiknya hubungan pemerintah dengan kalangan
Islam, pada saat itu bahkan banyak bermunculan variasi-variasi pesantren yang
menerapkan sistem pendidikan yang lebih inklusif. Zamakhsyari Dhofier membagi
variasi tipologi/model tersebut ke dalam dua bentuk yakni salafiyah (tradisional)
dan khalaf (modern). Salah satu pesantren salafiyah (tradisional) yang
mengadopsi dan mengaplikasikan sistem pendidikan modern dalam kegiatan
pembelajaran adalah Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo. Pada masa K.H.
Nawawi menjadi pengasuh Pesantren An-Nawawi Berjan, ia tetap
mempertahankan metode salafiyyah dalam bentuk pengajian sorogan dan
bandongan, K.H. Nawawi juga mengadakan beberapa perubahan mendasar di
dalam membentuk sistem pendidikan. Karena itu dengan tanpa bermaksud
mengecilkan kontribusi para pendahulunya, K.H. Nawawi pantas disebut sebagai
tokoh utama dibalik terjadinya perkembangan Pesantren An-Nawawi Berjan
Purworejo.10
Kemudian perjuanganya dilanjutkan oleh putranya yaitu K.H. Ahmad
Chalwani yang mana di bawah tangan dinginnya sekarang Pesantren An-Nawawi
Berjan mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam segala lini, diantara
langkah yang ditempuhnya adalah ide tentang redefinisi salafiyah. Dalam berbagai
kesempatan beliau menyampaikan pandangannya mengenai salafiyah yang mana
salafiyah adalah sebuah sikap mental, sehingga pesantren An-Nawawi
menjunjung tinggi seperti kesederajatan, kebersamaan, persaudaraan dan
kemandirian adalah merupakan ciri khas jiwa pesantren An-Nawawi dalam tradisi
8 Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan
Indonesia, 44.
9 PDPP Kemenag, “Statistik Data Pondok Pesantren.” PDPP Kemenag.
10 Tim PP An-Nawawi, Mengenal K.H. Nawawi Berjan Purworejo (Surabaya: Khalista, 2008), 1.
METODE PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian tidak lepas dari kerangka atau metode penelitian
yang harus dilalui tahapanya oleh seorang peneliti pada umumnya. Menurut
Kuntowijoyo dalam bukunya Pengatar Ilmu Sejarah ia menjelaskan ada lima
tahapan yang harus dilakukan oleh seorang peneliti yaitu pemilihan topik, heuristik
(pengumpulan sumber), verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi
(penulisan).
Pertama, penulis menggunakan kedekatan emosional dan rencana
penelitian dalam pemilihan topik. Hal tersebut dikarenakan penulis ingin lebih
mengembangkan secara khusus ke arah Perkembangan Pesantren An-Nawawi
Berjan Purworejo pada dekade waktu 1982-2005. Kedua, Heuristik atau
pengumpulan sumber adalah tahap mencari bahan tulisan atau sumber-sumber
sejarah baik berupa dokumen tertulis artefak ataupun sumber lisan. Ketiga, yaitu
melakukan kritik terhadap sumber yang sudah didapatkan oleh peneliti. Dalam
tahap verifikasi ini penulis melakukan kritik eksternal dalam konteks fisik seperti
buku atau jurnal yang membahas mengenai Perkembangan Pesantren An-
11 Tim PP An-Nawawi, 3.
12 Tim PP An-Nawawi, 5.
Nawawi Berjan tersebut masih layak atau tidak apabila digunakan sebagai
sumber. Keempat, Interpretasi yaitu penafsiran yaitu penyelidikan terhadap suatu
sumber untuk mengetahui kebenarannya, sedangkan sintesis adalah menyatukan
apa yang telah diselidiki oleh seorang peneliti. Kelima, Historigrafi (Penulisan)
merupakan tahapan akhir dan paling penting dalam sebuah penelitian yang harus
ditulis secara sistematis. Dalam penyampaian tulisan menurut Kuntowijoyo terdiri
dari tiga bagian yaitu pengantar, hasil penelitian, dan simpulan serta peneliti di
tuntut untuk bisa pandai beretorika agar bisa merangkai pembabagan metode
demi metode secara utuh dalam sebuah karya tulis.
13 Ahmad Royani, “Pesantren Dalam Bingkai Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia,” Jurnal
Islam Nusantara 2, no. 1 (2018): 121, https://doi.org/10.33852/jurnalin.v2i1.75.
14 Suheri Sahputra Rangkuti, “Integrasi Keunggulan Pesantren Salaf Dan Khalaf Pada Pondok
Pesantren Al-Ansor Padangsidimpuan,” Madaniyah 8, no. 2 (2018): 272–81.
15 Ihsan Ihsan, “Penguatan Pendidikan Agama Islam Pada Madrasah Aliyah Di Kudus,” Nadwa: Jurnal
Pendidikan Islam 6, no. 1 (2016): 115–36, https://doi.org/10.21580/nw.2012.6.1.464.
16 Karel A Steenbrink, “The Study of Comparative Religion By Indonesian Muslims,” Numen 37, no. 2
(1990): 141–67, https://doi.org/10.1163/156852790X00115.
17 Naquib Al-Attas, Islam Dan Sejarah Kebudayaan Melayu (Kuala Lumpur: Universiti Kebangsaan
Malaysia, 1972); Nabila Yasmin, “The Islamization of The Malay Worldview A Study of Malay Historical
Literature Taj Al-Salatin,” Tsaqofah Dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan Dan Sejarah Islam 05, no. 02 (2020): 39–
48, https://doi.org/10.29300/ttjksi.v5i2.3659.
dan toleran untuk menerima ajaran-ajaran baru.18 Namun para akademisi lebih
mengakui bahwa pesantren pertama sebagai lembaga pendidikan yang
mempunyai lima unsur utamanya adalah Pesantren Tegalsari Ponorogo yang
didirikan oleh Kiai Muhammad Ageng Besari abad ke 18.19 Kendati demikian
Pesantren disebut-sebut menggunakan pendekatan defensif dalam
mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya. Hal ini dilakukan karena orientasi
Pesantren adalah untuk menanamkan pendidikan. Pendekatan tersebut kemudian
dianggap berhasil sehingga lama-kelamaan keberadaannya mulai diterima dan
bahkan menjadi kebanggaan bagi warga sekitar terutama yang telah menganut
agama Islam.20
Dalam perkembangan ajaran Islam di masa-masa berikutnya sebut saja
dua pendiri organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia saat ini yakni K.H.
Hasyim Asy'ari yang mendirikan NU dan K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan
Muhammadiyah tumbuh dan besar dari lingkungan Pesantren sepulang menuntut
ilmu dari tanah suci. Kebanyakan ulama-ulama besar tersebut melanjutkan tradisi
dengan mendirikan pondok pesantren. Sebelum mendirikan Nahdlatul Ulama,
K.H. Hasyim dari lebih dahulu mendirikan pondok pesantren di kawasan
Tebuireng Jombang Jawa Timur pada tahun 1899, dibalik pendirian pondok
pesantren tersebut dilatarbelakangi oleh rasa keprihatinannya terhadap kondisi
sosial masyarakat sekitar pada saat itu yang dianggap jauh dari nilai-nilai agama.
Bahkan disebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari merintis pondok pesantrennya
tersebut dengan membeli sebuah bangunan yang dulunya kerap dipergunakan
untuk kegiatan-kegiatan yang dilarang agama oleh warga sekitar.21
18 Moh. Ashif Fuadi, “Islamization and the Transition of Power in Nusantara According to Kiai Abul
Fadhol’s Aḥlā al-Musāmarah,” ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 16, no. 1 (2021): 80–104,
https://doi.org/10.15642/islamica.2021.16.1.80-104.
19 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren Dan Tarekat, cetakan II (Yogyakarta: Gading
Publising, 2015), 45.
20 Mohammad Hasan, “Perkembangan Pendidikan Pesantren Di Indonesia,” TADRIS: Jurnal
Pendidikan Islam 10, no. 1 (2015): 55, https://doi.org/10.19105/jpi.v10i1.638.
21 Miftahul Khoiri, M. Alamil Huda, and Nur Anwar, “Dinamika Pendidikan Di Pesantren Tebuireng Dan
Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Jombang 1948-1975 M,” Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah Dan
Kebudayaan Islam 9, no. 2 (2021), https://doi.org/10.24235/tamaddun.v9i2.8873.
25 Suheri Sahputra Rangkuti, “Patriarki Dalam Perspektif Pesantren,” Madaniyah 9, no. 1 (2019): 100–
116.
26 Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta:
Erlangga, 2002), 79–83.
27 “Wawancaca Dengan K.H. Ahmad Chalwani Pengasuh Pesantren An-Nawawi Berjan April 2022.” di
Pesantren Berjan Purworejo.
28 “Wawancaca Dengan K.H. Ahmad Chalwani Pengasuh Pesantren An-Nawawi Berjan April 2022.” di
Pesantren Berjan Purworejo. Secara terperinci An Nawawi memiliki 10 cabang: Purwosari Magelang,
Kembaran Magelang, Kaligesing, Sidading Gadingrejo Kepil Wonosobo, Tambun Bekasi, Mambalong Bangka
Belitung, Neglasari Pangandaran, Cepedak Bruno, Banyuasin Palembang.
29 Tim PP An-Nawawi, Mengenal K.H. Nawawi Berjan Purworejo, 2.
30 “Wawancaca Dengan K.H. Ahmad Chalwani Pengasuh Pesantren An-Nawawi Berjan April 2022.” di
Pesantren Berjan Purworejo.
Lampung Tengah. Sementara di Jambi ada ulama besar Ayah Ali bin Abdul
Wahhab Kuala Tungkal Tanjung Jabung Barat Jambi, yang masih keturunan
Syekh Arsyad Banjar. Beliau juga menjadi khalifah sekitar atau 1974 sendiri
sekarang tarekat qodiriyah naqsabandiyah berjan ini di Jambi juga berkembang
pesat termasuk yang masuk tarekat ke ayah itu Wakil Gubernur Jambi sekarang
Bapak Abdullah Sani.
Dari komunitas tarekat itu berkembang menjadi pengajian pengajian rutin
di wilayah, dikebumen Saya tiap hari Sabtu Pon, Purworejo tiap-tiap hari Sabtu
Pahing, magelang ada Kamis pahing, salaman ada Kemis Wage di tempuran, di
Wonosobo ada Sabtu kliwon di jangkrikan Kepil dan sebagainya. terdapat event
misalnya yang dari berbagai daerah dikumpulkan dalam sebuah event misalnya
dalam satu infant pada itu kalau setiap bulan Robiul akhir mengerjakan haul Abdul
Qadir al-Jailani.
34 Chalwani, 155.
35 Tim PP An-Nawawi, Mengenal K.H. Nawawi Berjan Purworejo, 110.
Muslikhin, S.Ag., M.S.I tahun 1996-2009, Kedua, Dr. H.M. Arwani, S.Ag., M.Pd
tahun 2009-2017, dan Ketiga, Muh. Taufik Fauzi, S.H.I., M.Pd tahun 2017-
sekarang. Kemudian untuk jumlah Guru dan Pegawai MTs An-Nawawi 01 Berjan
sebanyak 57 orang guru yaitu 2 orang guru PNS dan 40 guru GTY (Guru Tetap
Yayasan), serta 15 orang Pegawai yang semuanya berstatus PTY (Pegawai Tetap
Yayasan). Sedangkan jumlah siswanya adalah 253 siswa kelas IX yang terbagi
menjadi 6 kelas paralel (3 putra dan 4 putri), 290 siswa kelas VIII yang terbagi
menjadi 8 kelas paralel (4 putra dan 4 putri) dan untuk kelas VII berjumlah 337
siswa yang terbagi menjadi 10 kelas paralel (5 putra dan 5 putri).
NO 1 TSANAWIYAH 2 TSANAWIYAH
FAN KITAB FAN KITAB
1 Tauhid Aqidatul 'Awam Tauhid Ad-Durusul 'Aqoid
Diniyyah
2 Nahwu Nahwu Wadlih Nahwu Matan Al-Jurumiyyah
3 Pegon Pegon Tajwid Fathul Manan
4 Akhlak Syi'ir Alala Shorof Amtsilatut Tashrifiyyah I
5 Tajwid Syifa'ul Janan Fiqh Al Ghoyah Wat Taqrib
6 Fiqh Durusul Akhlak Adabul 'Alim wal
Fiqhiyyah Muta'alim
7 Bahasa Arab Bahasa Arab Khot/ Imla' Qolamul Ustadz
8 Ubudiyah SKU Ubudiyah SKU
9 Al-Qur'an Al-Qur'an Al-Qur'an Al-Qur'an
10 Imla' Qolamul Ustadz
38 “Catatan Tulisan Sejarah Madrasah Aliyah An-Nawawi Berjan Purworejo Di Tulis Oleh Bapak
Muhammad Sahlan Selaku Salah Satu Anggota Perintis Lahirnya Pendidikan Formal Di Pesantren An-
Nawawi Berjan Purworejo Tahun 2000,” n.d.
39 “Catatan Tulisan Sejarah Madrasah Aliyah An-Nawawi Berjan Purworejo Di Tulis Oleh Bapak
Muhammad Sahlan Selaku Salah Satu Anggota Perintis Lahirnya Pendidikan Formal Di Pesantren An-
Nawawi Berjan Purworejo Tahun 2000.”
40 “Catatan Tulisan Sejarah Madrasah Aliyah An-Nawawi Berjan Purworejo Di Tulis Oleh Bapak
Muhammad Sahlan Selaku Salah Satu Anggota Perintis Lahirnya Pendidikan Formal Di Pesantren An-
Nawawi Berjan Purworejo Tahun 2000.”
41 “Catatan Tulisan Sejarah Madrasah Aliyah An-Nawawi Berjan Purworejo Di Tulis Oleh Bapak
Muhammad Sahlan Selaku Salah Satu Anggota Perintis Lahirnya Pendidikan Formal Di Pesantren An-
Nawawi Berjan Purworejo Tahun 2000.”
Oleh karena itu, sebagai bentuk rasa terima kasih Madrasah Aliyah An-
Nawawi Berjan Purworejo memberikan reward (penghargaan) kepada siswa dan
guru prestasi untuk memberikan inspirasi dan motivasi bagi siswa dan guru lain.
menyikapi dampak pemanasan global yang beralamatkan di Jalan K.H. Zarkasi
berjan Gebang Purworejo ini, menyadari bahwa sekarang saatnya untuk
mengadakan program Madrasah Adiwiyata sebagai bentuk gerakan peduli dan
berbudaya lingkungan hidup di Madrasah berbagai kegiatan telah dilaksanakan
untuk menunjang program tersebut. Madrasah Aliyah An-Nawawi berjan
Purworejo juga berupaya menjaga komunikasi dengan wali siswa melalui media
sosial, maupun media cetak, untuk itu majalah kalam diterbitkan sebagai media
komunikasi dan wadah kreasi bagi civitas akademika manawa. Pada tahun 2020
kalam sudah diakui oleh pusat data dan dokumentasi ilmiah oleh LIPI. Hal ini tak
lepas dari kerjsama dengan berbagai pihak, aqua, BRI, BMT An-Nawawi dan lain
lain. Untuk mewujudkan lembaga kewirausahaan siswa dan guru didirikanlah
koperasi manasih yang menyedikan kebutuhan siswa, guru, maupun madrasah.
Tabel 3. Pembelajaran Sistem Terintegrasi Tingkat Aliyah
1 ALIYAH 2 ALIYAH
kelas. Tidak hanya bagi siswa, pondok pesantren An-Nawawi Berjan juga
memberikan guru untuk memiliki program-program berharga dari kegiatan
mengajar misalnya mengikuti workshop pelatihan motivasi dan pengalaman dalam
menghasilkan berbagai model pembelajaran. Selain itu, integrasi antara sistem
pendidikan Salafiyah dan Khalafiyah dalam kurikulum yang digunakan oleh
Pesantren An-Nawawi Berjan tercermin dari tujuan kelembagaan yang ditetapkan
yaitu bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki proporsi yang seimbang
antara intelektualisme dan spiritualisme.
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: Pertama,
Pesantren An-Nawawi Berjan didirikan oleh Kiai Zarkasyi (w. 1914) pada tahun
1870 yang dahulunya bernama Pesantren Roudlotut Thulab. Pada
perkembangannya, pesantren An-Nawawi mulai pada tahun 1982 dibawah
kepengasuhan K.H. Ahmad Chalwani mengalami kemajuan pesat terutama di
bidang pendidikan. Dalam bidang tersebut, ia menambah pendidikan formal yang
telah ada dengan mendirikan MTs, MA, dan STAI An-Nawawi yang mau beralih ke
IAI An-Nawawi. Kedua, upaya mengintegrasikan antara pendidikan khalaf
(tradisional) dengan khalaf (modern) juga sudah dipuayakan dengan memasukkan
materi kitab kuning mislanya dalam bidang nahwu jurumiyah pada tingkat
tsanawiyah dan imrithi pada tingkat Madrasah Aliyah. Peningkatan kualitas
pendidikan madrasah diniyah dengan mengadakan teknik edukatif bagi pengajar
maupun calon pengajar, menambah pendidikan keterampilan atau ekstrakulikuler.
Ketiga, Pengaruh Pesantren An-Nawawi dalam ruang lingkup sosial keagamaan
terhadap masyarakat sekitar adalah meningkatkan kegiatan-kegiatan yang
meliputi meningkatkan berbagai majlis ta’lim, meningkatkan pengiriman da’i-da’i
ke berbagai daerah minim agama, mendirikan KBIH An-Nawawi dan mengadakan
kegiatan sosial guna pengembangan masyarakat Islam. Dalam bidang
perekonomian Pesantren An-Nawawi berupaya meningkatkan pengelolaan unit-
unit usaha di kopontren An-Nawawi. Perkembangan unit-unit usaha di koperasi
Pesantren An-Nawawi meliputi sektor ril dan sektor jasa. Adanya Pesantren An-
Nawawi secara tidak langsung memberikan manfaat kepada masyarakat baik
keagamaan maupun sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attas, Naquib. Islam Dan Sejarah Kebudayaan Melayu. Kuala Lumpur:
Universiti Kebangsaan Malaysia, 1972.
AN-Nawawi. “Program Studi STAI An-Nawawi.” An-Nawawi, 2022.
https://staiannawawi.ac.id/program-studi/.
Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning, Pesantren Dan Tarekat. Cetakan II.
Yogyakarta: Gading Publising, 2015.
“Catatan Tulisan Sejarah Madrasah Aliyah An-Nawawi Berjan Purworejo Di Tulis
Oleh Bapak Muhammad Sahlan Selaku Salah Satu Anggota Perintis
Lahirnya Pendidikan Formal Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo
Tahun 2000,” n.d.
Chalwani, Ahmad. Risalah Do’a Dan Shalawat. Purworejo: Keluarga Santri
Pondok Purworejo (KESAPP) Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, 2021.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai Dan
Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1994.
Fuadi, Moh. Ashif. “Islamization and the Transition of Power in Nusantara
According to Kiai Abul Fadhol’s Aḥlā Al-Musāmarah.” ISLAMICA: Jurnal
Studi Keislaman 16, no. 1 (2021): 80–104.
https://doi.org/https://doi.org/10.15642/islamica.2021.16.1.80-104.
Hasan, Mohammad. “Perkembangan Pendidikan Pesantren Di Indonesia.”
TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 10, no. 1 (2015): 55.
https://doi.org/10.19105/jpi.v10i1.638.
Idris, Usman Muhammad. “Muh. Idris Usman Pesantren Sebagai Lembaga
Pendidikan Islam.” Al Hikmah XIV, no. 1 (2013): 101–19.
Ihsan, Ihsan. “Penguatan Pendidikan Agama Islam Pada Madrasah Aliyah Di
Kudus.” Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 1 (2016): 115–36.
https://doi.org/10.21580/nw.2012.6.1.464.
Ilyasin, Mukhamad. “Transformation of Learning Management: Integrative Study of
Islamic Boarding School Curriculum.” Dinamika Ilmu 20, no. 1 (2020): 13–22.
https://doi.org/10.21093/di.v20i1.2006.
Karyadi, Fathurrochman. “Membakar Dupa Di Masjid : Pandangan Keagamaan
Ḥaḍrat Al-Shaykh Muhammad Hasyim Asy ’ Ari Dalam Naskah Arab Pegon
Pesantren.” Manuskripta 12, no. 1 (2022): 147–66.
https://doi.org/10.33656/manuskripta.v12i1.204.
Khoiri, Miftahul, M. Alamil Huda, and Nur Anwar. “Dinamika Pendidikan Di
Pesantren Tebuireng Dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Jombang
1948-1975 M.” Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan Islam 9,
no. 2 (2021). https://doi.org/10.24235/tamaddun.v9i2.8873.
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013.
Mastuhu. Dinamika Pendidikan Pondok Pesantren. Jakarta: INIS, 1994.
Mulyaningsih, Jumeroh, and Dedeh Nur Hamidah. “LASKAR SANTRI PEJUANG
NEGERI: Rekam Jejak Laskar Hizbullah Dalam Pertempuran 10 November
1945 Di Surabaya.” Jurnal Tamaddun : Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan
Islam 6, no. 2 (2018): 1–30. https://doi.org/10.24235/tamaddun.v6i2.3519.
Muslim, Muslim. “PERTUMBUHAN INSITITUSI PENDIDIKAN AWAL DI
INDONESIA :PESANTREN, SURAU DAN DAYAH.” Jurnal Bilqolam
Pendidikan Islam 2, no. 1 (2021): 19–37.
https://doi.org/10.51672/jbpi.v2i1.45.
PDPP Kemenag. “Statistik Data Pondok Pesantren.” kemenag.co.id, 2022.
http://ditpontren.kemenag.go.id/pdpp/statistik.
Qomar, Mujamil. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi
Institusi. Jakarta: Erlangga, 2002.
Royani, Ahmad. “Pesantren Dalam Bingkai Sejarah Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia.” Jurnal Islam Nusantara 2, no. 1 (2018): 121.
https://doi.org/10.33852/jurnalin.v2i1.75.
Rangkuti, Suheri Sahputra. “Integrasi Keunggulan Pesantren Salaf Dan Khalaf
Pada Pondok Pesantren Al-Ansor Padangsidimpuan.” Madaniyah 8, no. 2
(2018): 272–81.
———. “Patriarki Dalam Perspektif Pesantren.” Madaniyah 9, no. 1 (2019): 100–
116.