Relasi 12
Relasi 12
Relasi 12
P-ISSN: 2614-3038 Volume 07, Nomor 03, Agustus-November 2023, pp. 3053-3066
Abstract
Mathematical reasoning ability is the main goal in learning mathematics. The study aims to examine the
mathematical reasioning abilities of class VIII students in the subject matter of relations and functions.
Phenomenological methode used in this study. Three students were selected from 36 students at SMP Negeri
2 Karawang Barat. Data collected through test and non-test (interviews), then analyzed using data reduction,
data presentation, and drawing conclusions. The results obtained in this study stated that student’s
achievement of the indicators giving explanations, with patterns, facts, characteristics and relationships was
obtained 35,71%, students were able to make logical conclusions as much as 30%, students were able to
predict answers and process solutions obtained as much as 27,14%, and students able to compose valid
arguments obtained 7,14%. The results of the mathematical reasoning ability test for students in the high
category obtained a score of 18, the moderate category obtained a score of 12, and the low category got a
score of 2.
Keywords: Reasoning ability, mathematical reasoning, relations and functions
Abstrak
Kemampuan penalaran matematis merupakan tujuan utama dalam belajar matematika. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menelaah kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII mengenai relasi dan fungsi. Metode
fenomenologi digunakan dalam penelitian ini. Tiga siswa dipilih dari 36 siswa kelas VIII di SMP Negeri 2
Karawang Barat. Data yang dikumpulkan melalui instrumen tes dan non-tes (wawancara), kemudian
dianalisis menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dalam
penelitian ini menyatakan bahwa pencapaian siswa terhadap indikator memberi penjelasan dengan pola, fakta,
sifat, dan hubungan diperoleh 35,71%, siswa mampu membuat kesimpulan logis sebanyak 30%, siswa
mampu memprediksi jawaban dan proses solusi diperoleh sebanyak 27,14%, dan siswa mampu menyusun
argumen yang valid diperoleh 7,14%. Adapun hasil tes kemampuan penalaran matematis pada siswa dengan
kategori tinggi memperoleh skor sebanyak 18, kategori sedang skor yang diperolehnya sebesar 12, dan
kategori rendah memperoleh skor sebanyak 2.
Kata kunci: Kemampuan penalaran, penalaran matematis, relasi dan fungsi
PENDAHULUAN
Sekolah menekankan pembelajaran matematika untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan penalaran yang baik (Sumartini, 2015). Salah satu kompetensi inti siswa adalah
penalaran (Hasanah, 2017). Menggunakan penalaran berbasis pola dan sifat merupakan sebuah
tujuan Pendidikan matematika di sekolah (Riyanto & Siroj, 2011). Menurut Basir (2015) aspek
terpenting dalam pemecahan masalah dan dasar untuk memahami dan mengerjakan matematika
adalah penalaran matematis. Aspek pemikiran yang paling penting, dimana generalisasi dan
kesimpulan tentang ide-ide dan hubungannya satu sama lain dihasilkan disebut penalaran matematis
(Yusdiana & Hidayat, 2018).
3054 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, Nomor 03, Agustus - November 2023, pp. 3053-3066
Menurut Suryana (2016) penalaran adalah proses dimana siswa berpikir untuk memecahkan
masalah berdasarkan masing-masing indikator penalaran. Menurut Sumarmo, 2014 beberapa
indikator kemampuan penalaran matematis diantaranya: 1) menyajikan penjelasan dengan
menggunakan pola, fakta, sifat, dan hubungan; 2) membuat kesimpulan logis; 3) memprediksi hasil
dan mengidentifikasi solusi; dan 4) mengumpulkan argumen yang valid. Penalaran matematis
memiliki banyak peran bagi siswa, tidak hanya dalam memahami dan melaksanakan tugas, tetapi
juga aktif bekerja melalui masalah matematika. Kegiatan siswa dalam mengoperasikan matematika,
mengumpulkan informasi dan menghasilkan ide menggunakan pola dan sifat dapat memaksimalkan
hasil belajar bagi peserta didik.
Matematika merupakam salah satu bidang studi yang terkait sains dan teknologi (Damayanti
& Khabibah, 2018). Selain itu, aritmatika sering diaplikasikan sebagai alat untuk memecahkan
berbagai masalah. Sesuai dengan pendapat Ayunis & Belia (2021), matematika adalah satu-satunya
ilmu yang memiliki landasan logis dan kerap digunakan untuk menjawab persoalan-persoalan dalam
kehidupan nyata. Sebagai sistem aksiomatik, matematika mengandung unsur dan struktur atau
penyelesaian yang dapat membentuk susunan operasi antar komponen (Riyanto & Siroj, 2011).
Unsur-unsur tersebut adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Untuk mengembangkan komponen
tersebut, siswa harus memiliki kemampuan penalaran agar pembelajaran siswa menjadi baik dan
tuntas (Salaswati & Adirakasiwi, 2022).
Pelajaran matematika dapat membantu siswa menerapkan pengetahuan mereka ke situasi
dunia nyata. Akibatnya, matematika tidak mungkin dipisahkan dari penalaran. Dengan penalaran
yang baik, siswa dapat menarik kesimpulan yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari
(Rahmawati et al., 2022). Sedangkan kemampuan penalaran siswa yang kurang baik akan merasa
susah untuk memahami topik matematika (Afif et al., 2016). Keberhasilan siswa dalam belajar
matematika dapat diamati dan diperkirakan dari kemampuan siswa dalam mengatasi masalah
menggunakan logika dan pemikiran kritis (Lestari et al., 2021). Dalam uraian tersebut, bahwasanya
kemampuan penalaran matematis perlu dimiliki untuk setiap individu.
Dalam pembelajaran matematika, salah satu materi pokok kelas VIII adalah materi relasi dan
fungsi. Untuk merepresentasikan tersebut, siswa dapat memanfaatkan pasangan terurut, diagram
kartesius, dan diagram panah. Banyak konsep, prinsip, serta fakta tentang hubungan dan fungsi yang
perlu dipahami siswa. Menurut Suhartati (2016) berdasarkan data lapangan siswa hanya mengetahui
materi tanpa mengetahui maknanya, hal ini disebabkan mayoritas siswa belum mencerna konsep
sebenarnya dari materi yang dipelajarinya. Begitu pula dengan penelitian Ats-Tsauri et al., (2021)
yang dilaksanakan di sebuah SMP di Kota Batu membuktikan bahwa beberapa siswa memahami ciri-
ciri materi relasi dan fungsi, tetapi masih kesulitan untuk menerapkan dan mengkomunikasikan
gagasannya secara tertulis, dengan menggunakan aturan dan bahasa matematika yang setara untuk
soal yang diajukan.
Hal ini berkaitan dengan hasil survey Herman (Muslimin & Sunardi, 2019) salah satu dari
Pengembangan Bahan Pembelajaran Berbasis Problem-Based Learning (PBL) dengan Media Komik untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP 3055
sedikitnya persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika diakibatkan pembelajaran yang terlalu
menitik beratkan pada soal-soal prosedural dan mekanistik, instruksi yang berpaut menuruti guru,
ilustrasi matematika ditransmisikan secara informal dan peserta didik dilatih untuk memecahkan
masalah tanpa pemahaman mendalam, sehingga kemampuan bernalarnya tidak tumbuh sebagaimana
mestinya. Sejalan dengan penelitian Yusdiana & Hidayat (2018) dalam kegiatan tanya jawab dengan
seorang guru matematika diperoleh fakta bahwa banyak siswa yang tidak aktif mengikuti
pembelajaran dan pembelajaran biasanya didominasi oleh guru. Selain itu, Hermawan & Hidayat
(2018) memperoleh informasi bahwa soal matematika tidak terselesaikan dengan baik karena siswa
tersebut kurang menerapkan cara berpikir yang benar, sehingga umumnya siswa tidak menguasai
matematika.
Faktor yang memdominasi rendahnya kemampuan penalaran berdasarkan penelitian
Aprilianti & Zhanty (2019) yaitu 1) sebagian besar siswa tidak begitu peduli untuk memahami
masalah dan konsep dari pertanyaan yang diberikan, 2) siswa tidak memahami formula dalam
mengerjakan masalah, dan 3) dengan hanya mengenal materi yang diajarkan sehinggaa melupakan
materi yang diajarkan lebih dahulu, juga tidak mencermati apa yang menjadi masalah dalam soal
atau tidak memiliki ide untuk memecahkan masalah. Sependapat penelitian Isnaeni et al., 2018
menyatakan kemampuan bernalar siswa dalam mengatasi masalah masih terbilang lemah, karena
siswa sukar menafsirkan soal dan prakonsepsi juga lemah sehingga perlu dikembangkan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Siskanti (2021) dalam penelitiannya yang berjudul
“Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Dalam Menyelesaikan Soal pada Materi Relasi dan Fungsi
Kelas VIII SMP”, dengan tujuan mendeskripsikan kemampuan penalaran matematis siswa dalam
memecahkan masalah materi relasional dan fungsional. Kemudian penelitian Septiani et al., (2019)
berjudul “Analisis Kemampuan Penalaran Matematik Siswa MTs pada Materi Relasi dan Fungsi”
mengkaji kesalahan siswa saat menjawab soal dalam tes penalaran matematis. Selanjutnya Cahya &
Warmi (2019) tentang “Analisis Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada Materi
Relasi dan Fungsi” berupaya mengidentifikasi berbagai jenis kemampuan penalaran matematis.
Berdasarkan penelitian sebelumya, belum ada yang melakukan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi untuk menganalisis pencapaian siswa untuk setiap indikator kemampuan
penalaran matematis yang disesuaikan kategori kemampuan siswanya. Penelitian ini relevan karena
ada kekosongan penelitian di bidang ini.
Berkaitan dengan konteks yang sudah diuraikan, hingga penelitian ini dilantaskan dengan
tujuan untuk menelaah pencapaian siswa untuk setiap indikator kemampuan penalaran matematis
siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Karawang Barat dalam menyelesaikan masalah pada materi relasi
dan fungsi dengan judul “Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada Materi Relasi
dan Fungsi”.
3056 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, Nomor 03, Agustus - November 2023, pp. 3053-3066
METODE
Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi dalam kualitatif adalah penelitian yang mendeskripsikan
mengenai pemahaman seseorang tentang pengetahuannya (Creswell, 2015). Penelitian ini bermaksud
untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan penalaran matematis dalam mengatasi masalah
pada pokok bahasan relasi dan fungsi. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Karawang Barat
semester Gasal Tahun Ajaran 2022/2023 sebanyak 36 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Karawang
Barat yang dijadikan subjek penelitian.
Instrumen tes dan non-tes digunakan dalam metodologi pengumpulan data penelitian. Empat
soal uraian tentang materi relasi dan fungsi merupakan instrumen tes yang dimodifikasi dari
penelitian (Pohan, 2018), sedangkan wawancara tidak terstruktur sebagai instrumen non-tes. Soal tes
yang diberikan telah diuji cobakan oleh penulis untuk menilai kelayakan soal tes dalam
mengevaluasi kemampuan penalaran matematis selama penelitian. Perhitungan uji validitas dan
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS 25, sedangkan Microsoft Excel 2016
digunakan untuk menghitung daya pembeda dan tingkat kesulitan setelah sampel dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok atas dan bawah. Hasil perhitungan instrumen tes disajikan pada tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Hasil Uji Instrumen Tes
No Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keterangan
1 Valid Cukup Mudah
2 Valid Cukup Mudah
0,76 (Baik) Dipakai
3 Valid Cukup Sedang
4 Valid Baik Sukar
Terlihat pada tabel 1 bahwa instrumen tes sudah layak digunakan untuk menelaah
kemampuan bernalar siswa. Selain itu, teknik analisis data penelitian ini meliputi reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dari perolehan hasil jawaban
siswa, menentukan subjek penelitian dengan kategori tinggi, sedang, atau rendah, kemudian
wawancara. Tahap penyajian data dilihat dari jawaban dan wawancara dengan subjek yang diteliti.
Kemudian tahap penarikan kesimpulan, peneliti mendeskripsikan temuan keterampilan penalaran
matematis pada setiap indikatornya. Penilaian hasil tes siswa didasarkan pada masing-masing
indikator yang hendak dicapai. Sistem skor untuk mengevaluasi kapasitas peserta didik untuk
penalaran matematis dimodifikasi dari Thompson (Suprihatin, et al., 2018) pada tabel 2 berikut.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Kemampuan Penalaran Matematis
Skor Kriteria Penskoran
5 Siswa dapat mengerjakan soal dengan lengkap dan benar
4 Siswa dapat mengerjakan soal dengan benar, namun terdapat kekeliruan
3 Siswa dapat menyelesaikan sebagian jawaban saja
2 Siswa dapat menyelesaikan sebagian jawaban saja, namun masih keliru
1 Siswa mengerjakan dengan asal-asalan atau setidaknya satu argumen yang meyakinkan
0 Tidak ada respon siswa terhadap soal yang diajukan
Pengembangan Bahan Pembelajaran Berbasis Problem-Based Learning (PBL) dengan Media Komik untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP 3057
Dengan menerapkan rumus di bawah ini, dapat menghitung proporsi kemampuan penalaran
matematis siswa di setiap kategori.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑋 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100% (1)
Sesuai tabel 5 di atas, diperoleh siswa dengan peringkat kategori tinggi memperoleh skor 18,
siswa pada kategori sedang skor yang diperoleh 12, dan dalam kategori rendah hanya mendapatkan 2
skor saja. Dari hasil analisis data berikut (lihat pada tabel 4) siswa masih memiliki kemampuan
bernalar yang lemah. Masing-masing nilai yang didapatkan mengacu pada hasil jawaban siswa dari
keempat soal uraian mengenai materi relasi dan fungsi dengan memuat satu soal satu indikator (lihat
pada tabel 5).
Analisis jawaban hasil tes penalaran siswa diamati dari bagaimana mereka menyelesaikan
masalah, serta ketelitian siswa dalam menjawab soal yang diberikan dengan konsep dan pokok yang
ada pada materi tersebut. dan temuan wawancara mendukung analisis terhadap 3 siswa yang
mencerminkan setiap kategori kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Berikut hasil analisis
jawabannya:
1. Kemampuan Penalaran Matematis Kategori Tinggi
S1 : Aman bu
S1 : Saya yakin bu
Terlihat pada tanggapan dan temuan wawancara siswa kemampuan tinggi mampu memenuhi
indikator menyusun argumen yang valid. Dilihat dari hasil pekerjaan siswa dan wawancara, telah
mengerjakan masalah dengan baik dan benar. Siswa dapat mensubtitusikan daerah asal yang sudah
diketahui dalam soal pada pemetaan fungsi f = 5-x, sehingga siswa dapat mengetahui daerah hasilnya
dengan tepat dan benar.
2. Kemampuan Penalaran Matematis Sedang
3060 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, Nomor 03, Agustus - November 2023, pp. 3053-3066
diagram panah tersebut terdapat kesalahan dimana siswa pada himpunan B tidak menjabarkan setiap
salah satunya. Seharusnya siswa dapat mendeskripsikan diagram panah seperti
(Buyung→keterampilan, Buyung→olahraga; Putri→IPS, Putri→kesenian; dani→IPA;
Vita→matematika, Vita→bahasa Inggris). Terlihat pada jawaban siswa langsung
mengelompokannya.
Jawaban dan Wawancara Siswa Soal Nomor 2
P : Apa perintah dari soal nomor 2?
S3 : Suruh nyari domain, kodomain,
range dan bayangan, bu.
P : Apakah kamu paham dari yang
diperintahkan soal tersebut?
S3 : Ngga bu
P : Lalu, kamu bisa menjawab seperti
itu gimana?
Hasil di atas memperlihatkan siswa dengan kemampuan rendah tidak dapat menyelesaikan
pertanyaan nomor 2. Dari hasil jawaban dan tanya jawab siswa, siswa belum paham dengan yang
dimaksud domain, kodomain, range, dan bayangan fungsi. Siswa tersebut hanya menjawab asal-
asalan dengan alasan yang penting terisi soal tersebut. Subjek hanya menulis ulang yang ada dalam
soal seperti himpunan A (1, 2, 3, 4, 5) dipasangkan dengan himpunan B (a, b, c, d, e). Sehingga
siswa belum sempurna pada indikator membuat kesimpulan logis. Sedangkan nomor 3 dan 4, siswa
tidak mampu untuk menyelesaikannya. Berdasarkan hasil tanya jawab bahwa siswa merasa susah
dalam mengerjakan soal nomor 3 dan 4 disebabkan siswa kurang memahami pertanyaan yang
diajukan dan siswa tidak terbiasa dengan rumus yang harus digunakan pada soal nomor 3 dan 4.
Diskusi
Berlandaskan hasil analisis jawaban dan wawancara di atas, banyak siswa masih terkendala
dengan persoalan pemecahan masalah pada setiap pertanyaan. Siswa pun mengiakan bahwasanya
pada saat mengerjakan soal hanya menjawab dengan asal-asalan. Berdasarkan indikator penalaran
matematis siswa belum maksimal dalam mengerjakan persoalan yang disediakan. Dengan alasan
siswa tidak menggunakan penalaran logis untuk memahami soal dan menuntaskan soal matematika
yang diberikan. Searah dengan sudut pandang Sumartini (2015) bahwa siswa gagal untuk
sepenuhnya memahami dan menerapkan penalaran yang baik saat memecahkan masalah, sehingga
menghalangi mereka untuk menguasai materi pelajaran matematika.
Siswa pada kategori tinggi dapat mengerjakan semua indikator penalaran matematis. Hal ini
siswa dapat menggunakan kebiasaan bernalar dengan baik. Siswa mampu mengetahui masalah dan
mencari solusi setiap soal yang diberikan. Siswa dengan kemampuan penalaran matematis yang kuat
dapat secara akurat menyajikan masalah matematika dan lengkap dalam bentuk tulisan, diagram, dan
gambar, mengumpulkan bukti dan membenarkan kebenaran penyelesaian, serta melakukan
Pengembangan Bahan Pembelajaran Berbasis Problem-Based Learning (PBL) dengan Media Komik untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP 3063
pengerjaan matematika secara menyeluruh (Linola et al., 2017) . Siswa dengan kemampuan
matematika yang tinggi biasanya mempunyai kecakapan nalar yang sangat baik. Sehingga
kemampuan matematika siswa berpengaruh terhadap keterampilan bernalarnya (Megawati, 2013).
Siswa dalam kategori sedang hanya dapat menyelesaikan tiga indikator kemampuan
penalaran. Wahyuni et al., (2019) berpendapat peserta didik yang berkemampuan sedang secara
umum tidak sekompeten siswa yang bernalar tinggi dalam memahami masalah pada soal. pada
indikator menjelaskan pola, fakta, sifat, dan hubungan, siswa dapat mengganti soal ke dalam bentuk
diagram cartesius dan diagram panah, namun siswa tidak membuat penyajian himpunan pasangan
terurut. Masalah ini disebabkan siswa tergesa-gesa dalam menjawab pertanyaan. Tentang indikator
menarik kesimpulan logis, siswa sudah memahami unsur-unsur dalam materi relasi dan fungsi yaitu
dapat menentuka domain, kodomain, range, dan bayangan. pada indikator memperkiran proses
jawaban dan solusi, siswa berusaha menyelesaikan soal dengan bagus, namun untuk perhitungan
variabel matematika siswa masih terdapat kesalahan.
Siswa berkemampuan rendah hanya mengerjakan dua dari empat soal yang disediakan.
Siswa tersebut tidak mendalami masalah yang diberikan sehingga pada hasil jawaban pun tidak
sesuai dengan indikator yang diinginkan. pada indikator menyusun argumen yang baik dan
memperkirakan serta memproses solusi banyak siswa yang tidak menyelesaikannya. Selaras dengan
pendapat (Afif et al., 2016) menunjukkan siswa berkemampuan rendah mengalami kesulitan
memahami konsep ketika belajar matematika. Hermawan & Hidayat (2018) mengatakan bahwa
permasalahan matematika tidak terselesaikan dengan tepat disebabkan siswa tersebut kurang dalam
menerapkan cara berfikir yang benar sehingga siswa cenderung tidak berhasil mennguasai materi
matematika. Apalagi pada materi relasi dan fungsi ini ada banyak fakta, prinsip, dan argumentasi
yang perlu dipahami siswa.
Pada saat melaksanakan penelitian, penulis mencari tahu sebab-akibat siswa cenderung tidak
menyukai mata pelajaran matematika. Siswa merasa jenuh dan malas ketika menghadapi
pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan kurang adanya antar hubungan guru dan siswa, tidak
adanya model pembelajaran yang menarik perhatian siswa saat belajar. Sejalan dengan penelitian
Yusdiana & Hidayat (2018) bahwa pembelajaran cenderung didominasi oleh guru sehingga hanya
beberapa siswa yang terlibat aktif ketika pembelajaran berlangsung. Guru masih menerapkan model
pembelajaran langsung pada saat proses pembelajaran (Wahyuni et al., 2019). padahal, keberhasilan
siswa dapat diamati dari kinerja siswa pada pembelajaran. Untuk mengoptimalkan kemampuan
penalaran matematis siswa harus dibiasakan mengungkapkan argumen mereka secara tertulis serta
dapat memprioritaskan pemahaman konsep dalam pembelajaran (Ario, 2016). Siswa mudah dalam
menyampaikan matematika baik secara tulisan maupun lisan, jika penalaran matematisnya dapat
dapat dikembangkan dengan baik (Muslimin & Sunardi, 2019).
3064 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, Nomor 03, Agustus - November 2023, pp. 3053-3066
KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dari studi di atas, dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis pencapaian siswa terhadap indikator kemampuan penalaran matematis dapat
disimpulkan bahwa pencapaian siswa terhadap indikator menjelaskan pola, fakta, sifat, dan
hubungan diperoleh 35,71%, siswa mampu membuat kesimpulan yang logis sebanyak 30%, siswa
mampu memprediksi jawaban dan mencari solusi diperoleh sebanyak 27,14%, dan siswa
menyusun argumen yang valid diperoleh 7,14%. Adapun hasil tes pada siswa dengan kategori tinggi
memperoleh skor sebesar 18, kategori sedang skor yang diperolehnya sebanyak 12, dan pada
kategori rendah memperoleh skor sebanyak 2. pada penelitian ini pencapaian siswa terhadap
kemampuan penalaran matematis masih rendah. Sehingga dibutuhkan taktik atau metode pengajaran
yang dapat menarik minat siswa khusunya dalam pembelajaran matematika guna meningkatkan
proses bernalar siswa.
REFERENSI
Afif, A. M. S. et al. (2016). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas VII Ditinjau
Dari Gaya Belajar Siswa. Seminar Nasional Matematika X, 328-336.
Aprilianti, Y., & Zhanty, L. S. (2019). Analisis Kemampuan Penalaran Matematik Siswa SMP pada
Materi Segitiga dan Segiempat. Journal On Education, 1(2), 524-532.
Ario, M. (2016). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMK Setelah Mengikuti
Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Ilmiah Edu Research, 5(2), 125-134.
Ats- Tsauri, M. S. et al. (2021). Modul Relasi dan Fungsi Berbasis Kemampuan Komunikasi
Matematis. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika), 5(1), 109-124.
Ayunis, A., & Belia, S. (2021). Pengaruh Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
terhadap Perkembangan Literasi Matematika Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(6),
5363-5369. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1508.
Basir, M. A. (2015). Kemampuan Penalaran Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau
dari Gaya Kognitif. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1).
Pengembangan Bahan Pembelajaran Berbasis Problem-Based Learning (PBL) dengan Media Komik untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP 3065
Cahya, I. M. & Warmi, A. (2019). Analisis Tingkat Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP
pada Materi Relasi dan Fungsi. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika, 602-609.
Creswell, J. W. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Damayanti, D. P., & Khabibah, S. (2018). Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Soal
Higher Order Thingking Ditinjau dari Gaya Kognitif. MATHEdunesa: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, 7(3), 3-8.
Hasanah, H. (2017). Efektivitas Soal-soal Matematika Tipe PISA Untuk Menggunakan Konteks
Budaya Sumatera Utara Untuk Mendeskripsikan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematis Siswa SMP Kota Medan. AXIOM: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1).
Hermawan, A. S. & Hidayat, W. (2018). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
SMP Melalui Pendekatan Penemuan Terbimbing. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif), 1(3), 7-12. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.219-228.
Isnaeni, S. et al. (2018). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa
SMP pada Materi Persamaan Garis Lurus. Journal of Medives: Journal of Mathematics
Education IKIP Veteran Semarang, 2(1), 107-115.
Linola, D. M. et al. (2017). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Peserta Didik dalam
Menyelesaikan Soal Cerita di SMAN 6 Malang. Pi: Mathematics Education Journal, 1(1),
27-33.
Maya, R. (2011). Pengaruh Pembelajaran dengan Metode Moor Termodifikasi terhadap Pencapaian
Kemampuan Pemahaman dan Pembuktian Matematik Mahasiswa. Disertasi UPI: Tidak
diterbitkan.
Megawati, D. (2013). Profil Penalaran Siswa SMA Al Hikmah Surabaya dalam Membuktikan
Identitas Trigonometri Ditinjau dari Kemampuan Matematika. Tesis UNESA: Tidak
dipublikasikan.
Muslimin & Sunardi. (2019). Analisis Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMA pada Materi
Geometri Ruang. KREANO: Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif, 10 (2), 171-178.
https://dx.doi.org/10.15294/kreano.v10i2.18323.
Pohan, A. A. (2018). Analisis Kemampuan Penalaran Siswa pada Pembelajaran Matematika di MTs
Swasta Aisyiyah Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Rahmawati. et al. (2022). Analisis Penalaran Statistika Berbasis Soal Hots. Jurnal MathEducation
Nusantara, 5(1), 118-124.
Riyanto, B. & Siroj, R. A. (2011). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Prestasi Matematika
Dengan Pendekatan Konstruktivisme pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(2). https://doi.org/10.22342/jpm.5.2.581.
3066 Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 07, Nomor 03, Agustus - November 2023, pp. 3053-3066